Anda di halaman 1dari 18

Abstrak

Negara Indonesia adalah negara yang kaya dari segala aspek mulai dari
kekayaan alamnya yang begitu berlimpah, flora dan faunanya dan masi banyak
lagi yang lainnya hingga negara lain berkata bahwa negara Indonesia adalah
surganya dunia. Indonesia sendiri berada di kawasan yang sangat strategis di garis
katulistiwa yang membuat negara ini menjadi sangat makmur. Terbukti negara
Indonesia ini telah dijajah dan diinginkan oleh negara negara eropa karena
kekayaan alamnya yang begitu berlimpah. Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 (besar dan
kecil) dan memiliki perimeter perbatasan yang sangat panjang dengan negara-
negara tetangga, baik berupa daratan maupun perairan, Indonesia juga menjadi
negara terbesar di Asia Tenggara. Salah satu wilayah NKRI yang berupa daratan
dan berbatasan langsung dengan negara lain adalah Kabupaten Merauke yang
merupakan bagian dari Provinsi Papua. Lalu juga ada Miangas yaitu pulau
perbatasan Indnesiaterluar sebelah utara Indonesia yang ingin diakui oleh negara
Filipina. Sebagai wilayah perbatasan, Miangas memiliki beberapa fungsi, yaitu
fungsi legal, fungsi kontrol, dan fungsi fiskal. Tapi sekarang banyak negara luar
yang ingin mengakui wilayah Indonesia karena ingin memperluas wilayahnya.
Saat ini, ketiga fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik, bahkan menghadapi
banyak hambatan sehingga Miangas menjadi wilayah tertinggal dan terisolasi.
Beberapa permasalahan yang ada di Kabupaten Miangas adalah (1) sumber daya
alam yang melimpahnya hutan tropika basah, kekayaan mineral emas, dan
melimpahnya sumber daya air, tetapi akses masyarakat terhadapnya sangat minim.
(2) Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih memprihatinkan, terutama
dalam mengakses berbagai kebutuhan (pendidikan, kesehatan). Saat ini
pemerintah sangat kurang memperhatikan hal hal seperti ini yang hanya
mengutamakan kota kota besar saja dan mengabaikan pulau pulau perbatasan
yang perannya sangat penting bagi Indonesia (3) Kondisi keamanan masyarakat
yang cenderung labil dan (4) Kebijakan pembangunan (lokal, regional, nasional)
yang tidak berpihak pada masyarakat lokal.

1
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang dipersatukan
oleh lautan dengan pancasila sebagai ideologi bangsa telah melahirkan suatu
budaya politik persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam upaya untuk  mencapai tujuan dan cita-cita nasional bangsa Indonesia
dihadapkan dengan  berbagai tantangan yang harus ditanggulangi dimulai dengan
menjaga kedaulatan negara sampai masalah-masalah perbatasan yang timbul
seputar pencaplokan wilayah oleh negara lain sampai pada masalah pemeliharaan
wilayah-wilayah sekitar perbatasan termasuk kesejahteraan penduduknya.
Sesuai dengan UNCLOS (United Nation  Convention on the Law Of the
Sea) tahun 1982 bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan maka peran pulau
terluar menjadi sangat vital, hal ini berkaitan dengan penentuan batas atau luas
wilayah suatu negara. Prinsip negara kepulauan menganut cara untuk menentukan
luas negara dan perairan teritorialnya.
Berikut adalah dasar pertimbangan pengambilan kebijakan dan strategi
penataan ruang pulau-pulau kecil pada kawasan perbatasan republik Indonesia:
-          Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia, yang memiliki 17.500 pulau yang tersebar di lautan dengan luas
75% dari luas territorial RI.
-          Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki
kedaulatan atas wilayah peraiaran seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairan
kepulauan seluas 2,9 juta km2 dan laut teritorial 0,3 juta km2. Selain itu Indonesia
juga mempunyai hak ekslusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan
berbagai kepentingan terkait wilayah seluas 2,7 km2 pada perairan ZEE (sampai
dengan 200 mil garis pangkal).
-          Menurut pasal 47 Ayat 1 Konvensi Hukum Laut Internasonal (UNCLOS)
1982, Negara kepulauan berhak menarik garis pangkal kepulauan (archipelagic
baseline), sebagai dasar pengukuran wilayah perairannya dari titik-titk terluar dari
pulau-pulau terluarnya. Hal ini menunjukan nilai strategis pulau-pulau kecil pada
kawasan perbatasan sebagai ‘gatekeeper’ wilayah kedaulatan RI.

2
-          Kawasan perbatasan sebagai ‘beranda negara’ perlu mendapatkan prioritas
penanganan seiring dengan berkembangnya berbagai issu dan permasalahan yang
dihadapi. Menurut
Batas-batas wilayah sering kali menimbulkan konflik jika penentuan batas
tersebut tidak dibuat dengan ketentuan yang benar juga tidak saling berkoordinasi
dengan negara lain yang langsung menjadi batas wilayah negara. Sebagai contoh
yaitu Negara Filipina. Wilayah yang langsung berbatasan dengan Negara Filipina
berada di sekitar pulau Sulawesi. Cakupan Pulau Sulawesi meliputi pulau-pulau di
sekitarnya pula. Yang menjadi masalah batas wilayah tersebut yaitu pulau kecil
yang bernama Pulau Miangas. Pulau tersebut menjadi objek yang diperebutkan
dua negara yaitu Indonesia dan Filipina. Berdasarkan permasalahan itulah kami
ingin mengetahui lebih jauh mengenai sengketa perebutan Pulau Miangas
tersebut. Konflik sendiri berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.( https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).
Konflik adalah hal yang sangat tidak baik yang biasanya disebabkan oleh
bernagai hal. Menurut Nur (2013), Konflik adalah suatu permasalahan sosial yang
umumnya dipicu karena tidak adanya rasa saling mengerti dan toleransi terhadap
kebutuhan dari masing-masing individu maupun kelompok.

3
B.         Rumusan Masalah
1.      Bagaiamana kedudukan Pulau Miangas?
2.      Bagaimana sejarah kepemilikan Pulau Miangas?
3.      Bagaiamana legalitas kepemilikan Pulau Miangas?
4.      Bagaimana sengketa Indonesia-Filipina mengenai Pulau Miangas?
5.      Bagaimana strategi Pemerintah Indonesia mempertahankan Pulau Miangas?

C.        Tujuan
1.      Untuk mengetahui kedudukan Pulau Miangas
2.      Dapat mengetahui sejarah kepemilikan Pulau Miangas
3.      Dapat mengetahui legalitas kepemilikan Pulau Miangas
4.      Dapat mengetahui sengketa Indonesia-Filipina mengenai Pulau Miangas
5.      Dapat mengetahui strategi Pemerintah Indonesia mempertahankan Pulau
Miangas

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Kedudukan Pulau Miangas


Republik Indonesia adalah negara kepulauan berwawasan nusantara,
sehingga batas wilayah di laut harus mengacu pada UNCLOS (United Nations
Convension on the Law of the Sea) 82/ HUKLA (Hukum laut) 82 yang kemudian
diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985. Indonesia memiliki sekitar 17.506
buah pulau dan 2/3 wilayahnya berupa lautan.
Secara geografis, posisi Pulau Miangas berada di 5° 34' 02'' Lintang Utara
dan 126° 34' 54'' Bujur Timur terdapat pada TD No. 056 dan TR No. 056, telah
terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pulau terluar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan milik sah Pemerintah Republik
Indonesia.
Khusus berkaitan dengan status kepemilikan Pulau Miangas ada beberapa
hal yang perlu dijelaskan. Pulau Miangas adalah salah satu pulau kecil di gugusan
kepulauan talaud yang sejak zaman dulu dalam tradisi masyarakat setempat
dianggap sebagai bagian integral dari wilayah kepulauan di Sulawesi Utara yakni
kepulauan Sangihe dan talaud. Di Sangihe kalaud pulau yang bersentuhan
langsung dengan wilayah negara tetangga Filipina bukan hanya Miangas tapi ada
beberapa pulau lain yang termasuk dalam wilayah kepulauan Kawio, Marore, dan
Kawaluso. Namun karena posisi geografisnya Miangas dijadikan tapal batas
terutara dari wilayah kepulauan Sangihe Talaud yang mencakup sejumlah pulau

5
dari Miangas hingga Biaro. Miangas bukan pulau kosong tapi berpenghuni
bahkan berstatus kecamatan di Kabupaten Talaud (dulu Kabupaten Sangihe
talaud) Sulawesi Utara. Dengan demikian kepulau tersebut secara administratif
sudah berada dalam penguasaan efektif pemerintah Indonesia. Miangas memang
pernah menjadi sengketa antara Indonesia dan Filipina. Namun sengketa tersebut
sudah berakhir yakni dengan penetapan status Miangas sebagai bagian RI melalui
Mahkamah Internasional. Berdasarkan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang nomor 4 tahun 1960 tentang perairan Indonesia Miangas adalah salah satu
patokan penentuan batas perairan Indonesia. Dengan demikian dari aspek hukum
Indonesia status Pulau Miangas sudah sangat Jelas. Namun Indonesia dan filipina
seyogianya segera menyelesaikan masalah batas landas kontinen yang hingga
kini belum juga tuntas.Untuk menjaga keutuhan wilayah negara kesatuan RI,
pembangunan Pulau Miangas memang perlu perhatian serius. Namun
pembangunan tersebut hanya bermakna positif bila bersifat integratif dengan
wilayah sekitarnya yakni dikaitkan dengan kepulauan Kawiwo, Marore, Kawaluso
serta dengan Kecamatan Nanusa, Essang, Beo yang berdekatan dengan pulau
tersebut. Menurut Tanea Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang unik
karena aktivitasnya dipengaruhi oleh wilayah lainnya yang berbatasan dan harus
ada perhatian langsung dari pemerintah agar pulau perbatasan ini tetap terjaga.

B.         Sejarah Kepemilikan Pulau Miangas


Pada tahun 1928, Amerika sebagai penguasa Filipina dan Belanda sebagai
penguasa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 4 April 1928, Pulau Miangas resmi
menjadi milik Belanda dan berkat putusan arbiter intermasional yang benama DR.
Max Huber, maka Pulau Miangas sah ditetapkan menjadi milik Belanda. Sehingga
secara otomatis pasca kemerdekaan Indonesia atas Belanda maka Pulau Miangas
resmi menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Namun, berdasarkan peta Spanyol
300 tahun lalu dan traktat Paris tahun 1898, Pulau Miangas dan Pulau Manoreh
merupakan wilayah Filipina, bahkan masalah ini dengan UU pemerintah Filipina
yang baru, kedua pulau ini telah masuk pada peta pariwisata Filipina. Pemerintah
Filipina mengakui keberadaan Pulau Miangas sebagai milikinya berdasarkan

6
traktat Paris tahun 1898, pada traktat tersebut memuat batas – batas Demarkasi
Amerika Serikat setelah menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina
hingga ke Miangas. Traktat itu sudah dikomunikasikan Amerika Serikat ke
Pemerintah Hindia Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal yang diajukan
pemerintah Hindia Belanda terhadap traktat itu.
  Pulau yang menjadi sengketa ini dahulu adalah sasaran para bajak laut
yang datang merebut harta benda dan membawa penduduk pulau ini untuk dijual
sebagai budak di Filipina, Pulau Miangas adalah salah satu pulau terluar Indonesia
dengan luas wilayah mencapai 3,15km2 termasuk dalam Desa Miangas,
Kecamatan Nanusa, KabupatenTalaud, Provinsi Sulawesi Utara,  jumlah
penduduknya 678 jiwa (data BPS/2003) dengan rata-rata bermata pencaharian
sebagai petani kopra dan nelayan. Jarak Pulau Miangas menuju Kecamatan
Nanusa adalah sekitar 145 mil, sementara jarak kearah utara atau pantai Mindanau
hanya sejauh pandangan mata sekitar 60 mil, pada masa penjajahan Spanyol di
Filipina pulau ini dikenal dengan nama Poilaten (lihat pulau di sana) karena
banyaknya tumbuhan palm maka berubah nama menjadi Las Palmas
Berdasarkan pernyataan konsulat jendral RI untuk Davao City Filpina,
mengenai pernyataan Filipina yang mengklaim bahwa pulau miangas dan pulau
manoreh merupakan wilayah Filipina berdasarkan peta spanyol 300 tahun lalu
serta memasukan kedua pulau tersebut sebagai daftar dalam peta pariwisata
Filipina dengan mengakui bahwa keberadaan pulau tersebut berdasarkan traktat
paris tahun 1989.
Sengketa yang terjadi antara Indonesia dan Filipina adalah perairan laut
antara pulau miangas (Indonesia) dan Pantai Mindanao (Filipina) serta dasar laut
antara Pulau Balut di Filipina dan pantai laut sulawesi yang jarak keduaanya
kurang dari 400 mil. Berdasarkan hasil keputusan pengadilan arbitrasi di Den
Haag tahun 1928 Indonesia mendapatkan hak penuh atas kepemilikan Pulau
Miangas.

7
Pulau ini memiliki sejarah yang panjang karena telah menjadi rebutan
antara pemerintah Hindia Belanda dan Amerika, secara geografis penjajah dari
amerika menyentuh bagian utara Sulawesi sekitar akhir abad ke 19, baru pada
tahun 1819 Pulau Miangas diklaim menjadi jajahannya setelah berhasil
menaklukan Spanyol yang telah menjajah Filipina selama lebih dari ratusan tahun,
pihak Belanda tidak menyetujui hal tersebut dengan tidak mereservasi secara
formal traktat paris 1898 yang berisikan garis-garis demarkasi yang ditetukan
setelah Amerika berkuasa atas Filipina termasuk Pulau Miangas atau La Palmas.
Indonesia sebagai jajahan pemerintah Hindia Belanda pada saat itu belum
dapat berbuat banyak dalam menanggapi kasus ini, setelah Indonesia merdeka dan
berada dalam masa pemerintahan Soekarno, hampir tidak ada pembangunan di
daerah itu,  terutama pendidikan yang saat itu lebih banyak dijalankan oleh
yayasan pendidikan Kristen (YPK) dan ini merupakan dampak dari pembangunan
nasional pada masa lalu, dan bahkan masih berlaku hingga kini.
Meski secara geografis dan berdasarkan traktat paris Filipina mempunyai
alasan mengapa pulau ini dimasukan ke dalam peta pariwisata, namun secara
historis serta adat yang terdapat di pulau tersebut pulau ini termasuk dalam
wilayah Indonesia dengan kembali melihat kepada sejarah saat pemerintah
kolonial Belanda memenangkan sengketa ini ketika dibawa ke Mahkamah
Internasional pada tahun 1928 dan dipertegas kemudian saat penentuan demarkasi
antara Amerika dan Belanda, wakil raja Sangihe Talaud, serta tokoh adat Nanusa
dihadirkan di Miangas. Dalam pertemuan untuk menentukan pulau itu masuk
jajahan Belanda atau Spanyol, salah seorang tokoh adat Petrus Lantaa Liusianda

8
mengucapkan kata-kata adat bahwa Miangas merupakan bagian dari Nanusa.
Gugusan Nanusa yang dimulai dari Pulau Malo hingga Miangas.
Sengketa ini diselesaikan di arbitrasi internasional DR. Max Huber
memenangkan Belanda atas kepemilikan pulau tersebut, diperkuat lagi dengan
perundingan antara Amerika Serikat dan Hindi Belanda di atas kapal Greenphil 4
april 1928, memutuskan pulau Miangas masuk ke wilayah kekuasaan Hindia
Belanda karena persamaan budaya dengan masyarakat Talaud. Semakin
dipertegas dengan diresmikannya tugu perbatasan anatara Indonesia dan Filipina
di tahun 1955, dimana Miangas berada di wilayah Indonesia, serta pernyataan
Menlu Filipina Blas F.Ople, menyatakan Miangas sah milik Indonesia di tahun
2002.

9
C.        Legalitas Kepemilikan Pulau Miangas
1.      Dalam hukum internasional dikenal istilah “uti possidetis juris” atau wilayah
suatu negara mengikuti wilayah kekuasaan penjajah atau pendahulunya.
Berdasarkan prinsip hukum internasional tersebut maka Indonesia mewarisi
wilayah nusantara yang sama dengan yang dikuasai oleh Belanda. Ini berarti
termasuk Pulau Miangas. Kepemilikan Belanda atas pulau Miangas ditetapkan
oleh Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag pada tanggal 4 April 1928.
Keputusan tersebut mengakhiri sengketa antara Belanda dengan Amerika Serikat
terkait kepemilikan sah pulau Miangas. Keputusan ini pulalah yang menjadi dasar
hukum bahwa Miangas adalah milik Indonesia, sebagai penerus dari penguasaan
Belanda di wilayah nusantara. Dengan adanya dasar hukum internasional yang
kuat ini maka tindakan fisik negara lain seperti kunjungan, aktivitas bisnis,
memasukkan dalam peta dan sejenisnya, tidak akan berarti apa-apa terhadap status
kedaulatan Indonesia atas Pulau Miangas.
2.      Klaim kepemilikan Indonesia atas Miangas telah tercantum dalam Undang-
Undang No. 4/Prp/1960, dan klaim tersebut tidak pernah mendapatkan protes dari
negara manapun, termasuk Filipina.
3.      Penegasan kepemilikan atas Miangas lebih lanjut dinyatakan dalam Protokol
Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Filipina mengenai Definisi Wilayah Indonesia.
Protokol perjanjian yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia, Adam Malik dan Menteri Luar Negeri Filipina, Carlos P. Romulo pada
tanggal 10 Februari 1976 tersebut menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik
tunggal dari pulau yang dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas
sebagai hasil putusan Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April
1928”. (https://news.detik.com)

10
D.        Sengketa Indonesia-Filipina mengenai Pulau Miangas
Sengketa perebutan Pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina telah
ada pada tahun 1979. Akan tetapi sesungguhnya, perebutan wilayah Pulau
Miangas sudah ada sejak sebelum adanya Indonesia dengan Filipina. Sengketa
Indonesia dengan Filipina adalah perairan laut antara Pulau Miangas (Indonesia)
dengan Pantai Mindanao (Filipina). Disamping itu letak Pulau Miangas
(Indonesia) di dekat perairan Filipina, dimana kepemilikan Pulau Miangas oleh
Indonesia berdasarkan perundingan anatara Amreika Serikat dan Hindia Belanda
diatas kapal Greenphil tanggal 4 April 1928 berkat keputusan arbiter internasional
yang bernama DR. Max Huber, memutuskan Pulau Miangas masuk ke wilayah
kekuasan Hindia Belanda karena persamaan budaya dengan masyarakat Taulud.
Semakin dipertegas diresmikannya tugu perbatasan antara Indonesia dengan
Filipina di tahun 1955, dimana Miangas berada di wilayah Indonesia.
Dalam beberapa kesempatan perundingan bilateral Indonesia-Filipina sering
muncul argumentasi yang mempertanyakan kembali status Pulau Miangas.
Filipina masih menggunakan dalil bahwa La Palmas, masuk dalam posisi kotak
berdasarkan Traktat Paris 1898 dan hal ini dikuatkan dengan ditemukannya
Pardao (tugu peringatan) pendaratan Magelhaens di Pulu pada tahun 1512. Di
samping itu, konstitusi Filipina masih menyebutkan Las Palmas dalam yuridiksi
dan kedaulatannya. Argumentasi di atas dapat ditepis pemerintah RI berdasarkan
penetapan batas wilayah “Kerajaan Kepulauan Talaud” yang menjadi bagian dan
tradisi masyarakat setempat. Secara historis, pengakuan batas wilayah Kerajaan
Talaud telah terjadi sejak Kepulauan Talaud dan Filipina bagian selatan berada di
bawah pengaruh dari Kerajaan Tidore.
Bersamaan argumen di atas, langkah pemindahan sebagian penduduk dan
dilanjutkan dengan pembangunan gereja serta pendirian Jemaat Kristen Protestan
sebagai bagian dari GMIST (Gereja Masehi Injili Sangihe dan Talaud) merupakan
hal yang berguna bagi status Pulau Miangas. Karena ini dianggap sebagai
tindakan aktif yang menghadirkan institusi gereja di pulau ini. Bahkan tercatat
wilayah pelayanan gereja (GMIST) mencakup Filipina bagian selatan. Klaim
politis atas Pulau Miangas, Marore dan Marampit secara geografis, letak Miangas
dan beberapa pulau lainnya di Sangihe Talaud seperti Kawio, Marampit dan

11
Marore memang jauh dari pusat pemerintahan RI dan lebih dekat dengan Filipina.
Karena itu, tak mengherankan jika penduduk Miangas lebih intens berhubungan
dengan masyarakat Filipina. Apalagi sebagian kebutuhan masyarakat didatangkan
dari Filipina. (https://www.liputan6.com)
Pada dekade 1960 hingga 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina
semakin intens seiring dengan adanya kesepakatan tentang batas antara kedua
negara. Ironisnya, intensitas hubungan kedua negara tidak mempengaruhi
kesadaran nasional warga kepulauan tersebut. Masyarakat setempat lebih
mengenal pejabat Filipina ketimbang Indonesia. Hal ini terungkap ketika pada
awal 1970-an sejumlah pejabat pemerintah pusat yang menyertai kunjungan
Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke wilayah perbatasan, melihat
potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos menghiasi rumah penduduk. Mulai saat
itu pula, kehidupan masyarakat perbatasan di Kabupaten Sangihe-Talaud
mendapat perhatian lebih dari pemerintah, antara lain dengan membuka jaringan
pelayaran perintis ke pulau-pulau terpencil. Betapapun keterpencilan
membuahkan penderitaan bagi masyarakat pulau-pulau perbatasan namun mereka
tetap merasa sebagai bagian dari bangsa Indonesia, setidaknya dalam pendidikan
mereka konsisten berkiblat ke Indonesia. Fenomena ini tentu positif bagi keutuhan
bangsa dan negara RI.
Menurut catatan, pada tanggal 4 April 1928 di atas kapal putih Greenphil
perundingan antara pemerintah Amerika dan Hindia Belanda telah memutuskan
Pulau Miangas termasuk dalam wilayah kepulauan Nusantara Indonesia sebab ciri
budayanya sama dengan masyarakat Talaud. Setelah proklamasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus secara tegas dinyatakan bahwa NKRI
adalah dari Pulau Sabang sampai Merauke dan dari Pulau Miangas sampai Timur-
Kupang. Hal itu lebih dipertegas lagi dengan diresmikannya tugu perbatasan
antara Indonesia dengan Filipina pada tahun 1955 di Pulau Miangas, dimana
Miangas tetap berada dalam wilayah Indonesia.

12
E.         Strategi Pemerintah Indonesia mempertahankan Pulau Miangas
Berdasarkan pertimbangan di atas maka pemerintah telah menetapkan
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar. Adapun prinsip pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah, wawasan
nusantara, berkelanjutan dan berbasis masyarakat..
Dalam rangka memberdayakan pulau-pulau terluar Indonesia, pemerintah
telah mengambil langkah-langkah taktis meliputi tiga aspek yaitu aspek
kelembagaan, aspek yuridis dan aspek program. Untuk menangani masalah-
masalah perbatasan umumnya dan pulau-pulau terluar khususnya agar lebih
efektif dan optimal pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan
Pulau-pulau Kecil Terluar. Tim Koordinasi mempunyai tugas untuk
mengkoordinasikan dan merekomendasikan penetapan rencana dan pelaksanaan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Tim Juga bertugas melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
Menanggapi gencarnya ungkapan kekhawatiran masyarakat, beberapa
instansi pemerintah terkait berupaya meredam kemungkinan meluasnya dampak
berlebihan tersebut dan meyakinkan masyarakat bahwa “effective
occupation”telah dilakukan di Pulau Miangas. Kepala Staf Angkatan Darat
Jenderal TNI Agustadi Sasongko menyatakan bahwa TNI telah melakukan
beberapa pembangunan pos dan fasilitas pengamanan di Pulau Miangas.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil telah
mengupayakan pengembangan infrastruktur pulau tersebut, seperti pembangunan
lapangan terbang, dan mengupayakan pelayaran yang dilakukan oleh PT. Pelni
secara rutin.
Gencarnya pembangunan infrastruktur di pulau tersebut dan penegasan
kepemilikan Indonesia atas Pulau Miangas ditenggarai oleh kekhawatiran akan
kehilangan satu lagi pulau dalam gugusan kepulauan nusantara ke tangan negara
lain. Tampaknya trauma Sipadan Ligitan cukup membuat semua pihak merasa
berkepentingan dalam mempertahankan pulau Miangas ini.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SOLUSI

A.        Kesimpulan
Latar belakang terjadinya konflik Indonesia dengan Filipina mengenai
pulau Miangas yaitu dalam beberapa kesempatan perundingan bilateral Indonesia-
Filipina sering muncul argumentasi yang mempertanyakan kembali status Pulau
Miangas. Filipina masih menggunakan dalil bahwa La Palmas, masuk dalam
posisi kotak berdasarkan Traktat Paris 1898 dan hal ini dikuatkan dengan
ditemukannya Pardao (tugu peringatan) pendaratan Magelhaens di pulu pada
tahun 1512.
Strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mempertahankan
pulau Miangas antara lain pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden
Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar,
pemerintah telah mengambil langkah-langkah taktis meliputi tiga aspek yaitu
aspek kelembagaan, aspek yuridis dan aspek program. Untuk menangani masalah
perbatasan umumnya dan pulau terluar khususnya agar lebih efektif dan optimal
pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil
Terluar dalam rangka memberdayakan pulau terluar Indonesia, pemerintah juga
telah melakukan beberapa pembangunan pos dan fasilitas pengamanan di Pulau
Miangas.
Pulau Miangas adalah milik Indonesia didukung dengan bukti bahwa
berdasarkan letak geografis, posisi Pulau Miangas berada di 5° 34' 02'' Lintang
Utara dan 126° 34' 54'' Bujur Timur terdapat pada TD No. 056 dan TR No. 056,
telah terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pulau terluar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan milik sah Pemerintah
Republik Indonesia, serta berdasarkan Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia-
Filipina mengenai Definisi Wilayah Indonesia pada tanggal 10 Februari 1976
tersebut menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang
dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil putusan
Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928”, serta dikuatkan
dengan argumentasi historis-politis dan administratif.

14
B.         Saran
Pemerintah Indonesia perlu menegaskan dan merealisasikan komitmen
untuk mempercepat pengembangan pulau-pulau terluarnya secara komprehensif,
melalui berbagai pembangunan fisik dan non fisik, perbaikan infrastruktur dan
mennjadikan pulau-pulau terluar sebagai beranda nusantara. Kebijakan
Pemerintah Indonesia dalam memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik
kepada penduduk Miangas, akan semakin menegaskan dan mengokohkan klaim
atau okupasi kedaulatan negara Indonesia atas Pulau Miangas.

15
Lampiran Diskusi

1.Pertanyaan : Naufal Aufa


Alasan apa yang menjadi pendukung pernyataan bahwa pulau miangas
adalah milik indonesia?

Jawaban : Nalia tasya


Pulau Miangas adalah milik Indonesia didukung dengan bukti bahwa
berdasarkan letak geografis, posisi Pulau Miangas berada di 5° 34' 02'' Lintang
Utara dan 126° 34' 54'' Bujur Timur terdapat pada TD No. 056 dan TR No. 056,
telah terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pulau terluar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan milik sah Pemerintah
Republik Indonesia, serta berdasarkan Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia-
Filipina mengenai Definisi Wilayah Indonesia pada tanggal 10 Februari 1976
tersebut menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang
dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil putusan
Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928”, serta dikuatkan
dengan argumentasi historis-politis dan administratif.

2.Pertanyaan : Ilham Muafi


Apakah efek yang ditimbulkan apabila pulau miangas jatuh ke tangan
filipina ?

Jawaban : Farhan Ali


Perbatasan wilayah Indonesia sangat ditentukan sekali oleh pulau
perbatasan seperti pulau miangas. Oleh karena itu jika pulau miangas direbut oleh
Filipina maka wilayah kita yang mencakup daratan dan perairan meenjadi milik
Filipina dan wilayah Indonesia akan semakin berkurang.Hak untuk mengelola
pulau tersebut juga menjadi milik Filipina sepenuhnya dan Indonesia tidak boleh
campu tangan

3.Pertanyaan : Annisa Amalia


Apa yang di maksud dengan yuridis ?

Jawaban : Tri Ulfa


Pengertian yuridis adalah segala hal yang mempunyai arti hukum dan telah
disahkan oleh pemerintah. Nah, jika aturan tersebut dilanggar, maka siapapun
yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi. Yuridis ini sifatnya adalah

16
memaksa. Maksudnya yaitu seseorang haruslah mematuhinya.
politis adalah bersifat politik : bersangkutan dengan politik

17
Daftar Pustaka
Nur,S.2013. Konflik, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pegawai pada Universitas Khairun Ternate. Jurnal EMBA.
1(3) : 739-749.
Taena,W.2009. Kajian Pengembangan Ekonomi Wilayah Perbatasan Kabupaten
Timor Tengah Utara dengan District Enclave Oekusi. Makalah IPB, Bogor

https://news.detik.com
https://www.liputan6.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

18

Anda mungkin juga menyukai