Anda di halaman 1dari 2

Par 1

Cell viability atau viabilitas sel merupakan kemampuan dari suatu sel untuk
mempertahankan dirinya dari serangan jejas dan memulihkan kondisinya guna melanjutkan
kehidupannya. Viabilitas sel juga merupakan kemampuan dari suatu sel untuk
mempertahankan dirinya dari serangan jejas (perubahan sifat sel karena adaptasi berlebihan)
dan memulihkan kondisinya guna melanjutkan kehidupannya. Pengujian viabilitas sel
digunakan untuk menentukan kesehatan sel secara keseluruhan, mengoptimalkan kultur atau
kondisi eksperimental sel, dan untuk mengukur kelangsungan hidup sel setelah pengobatan
dengan senyawa. Menurut Najmiyati dan Akhadi (2012), viabilitas diartikan sebagai
kemampuan suatu isolat atau sel untuk tumbuh kembali. Kapasitas sel untuk merepliklasi diri
dapat dideteksi melalui viabilitas sel tersebut.
Jurnal Inter par 2

Menurut Rampersad (2012), Tes Viabilitas sel metode morfologi atau uji aktivitas sel
membutuhkan personel yang sangat terampil, peralatan yang mahal. Berbagai uji viabilitas
sel dan proliferasi sel digunakan untuk menentukan pengaruh senyawa uji pada sel yang
diperbanyak secara in vitro. Teknik tidak langsung yang dapat menilai viabilitas seladalah
dengan memantau integritas membran sel setelah paparan obat, yaitu, eksklusi pewarna dan
penyerapan pewarna preferensial, juga menghancurkan atau mengganggu fungsi sel dan
karenanya tes terminal. Tes lain yang dapat mengukur viabilitas sel, secara tidak langsung,
adalah dengan menghitung pengurangan intraseluler menggunakan penanda metabolik.
Pengujian yang mengukur ATP intraseluler (status ATP sel mencerminkan kapasitas energi
dan viabilitas sel) juga telah dikembangkan di mana konsentrasi ATP menunjukkan jumlah
sel yang dapat hidup dalam kultur tersebut. Biomarker lain yang dapat diukur termasuk
NADH, kapase, dan LDH. Selain itu, peningkatan pertumbuhan sel dapat menunjukkan
viabilitas sel, tetapi penurunan viabilitas dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari efek
sitotoksik senyawa uji tertentu atau induksi kondisi uji sub-optimal.

Dapus

Najmiyati, E., & Akhadi, D. H. 2012. Viabilitas dan Kinerja Konsorsium Mikroba
Pendegradasi Hidrokarbon Setelah Penyimpanan Dalam Pendingin Dan Penyimpanan
Beku. Ecolab, 6(2): 81-89.

Rampersad, S. N. 2012. Multiple Applications of Alamar Blue as an Indicator of Metabolic


Function and Cellular Health in Cell Viability Bioassays. Journal Sensors, 12: 12347-
12360.
Par 4
Penelitian secara in-vivo menguji berbagai entitas biologis secara keseluruhan,
organisme atau sel hidup, biasanya hewan, termasuk manusia, dan tumbuhan, sebagai lawan
dari ekstrakjaringan atau organisme mati. Pengujian in-vivo sering digunakan diatas in-vitro
karena lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan dari percobaan pasa subjek yang
hidup. Contoh pemeriksaan secara in-vivo meliputi, petogenesis penyakit dengan
membandingkan efek infeksi bakteri dengan efek racun bakteri yang dimurnikan,
pengembangan non-antibiotik, obat antivirus dan obat baru secara umum. Metode in-vivo
juga diaplikasikan dalam menguji sifat antibakteri pada ekstrak rumput laut, karena sejauh ini
menggunakan senyawa antibiotic yang jika digunakan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan timbulnya masalah resisten bakteri pathogen terhadap antibiotikpada tubuh
ikan. Rumput laut memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan akan
diuji coba pada tubuh hewan ataupun ikan. Menurut Mutalib et al. (2019), rumput laut
merupakan salah satu bahan alam yang telah banyak dimanfaatkan sebagai antibakteri.
Rumput laut U. reticulata diketahui mengandung asam lemak essensial seperti asam
linoleate, asam α-linolenat, asam arakhidonat, dan asam eikosapentanoat. Telah dilakukan
penelitian mengenai pengujian secara-invivo ekstrak rumput laut dalam menangani bakteri
pathogen yang menyerang ikan kerapu, hasil menunjukkan efektivitas yang sama dimana
control (ikan yang tidak diberi injeksi ekstrak U. reticulata) memiliki tingkat kelangsungan
hidup yang rendah.

Dapus
Mutalib, Y., L.D. Khartiono, A. Athirah, T.F. Haser dan Darsiani. 2019. Pengujian In-Vivo
Ekatrak Rumput Laut dalam Menangani Bakteri Pathogen yang Menyarang Ikan
Kerapu. Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 3(1): 12-16.

Tujuan

Pengujian in vivo merupakan pengujian dengan menggunakan hewan percobaan


dengan tujuan untuk mengetahui metabolisme suatu senyawa di dalam tubuh. In vivo sering
digunakan untuk eksperimen yang dilakukan di sel isolasi hidup bukan di seluruh organisme.
Hasil penelitian tersebut akan diuji dengan cara memasukanya ke dalam tubuh hewan
tersebut dan kemudian dilakukan pengamatan terhadap organ dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai