Anda di halaman 1dari 11

JIPAGS,

Journal of Indonesian Public Volume 2and


Administration Nomor 1 JanuariStudies
Governance 2018, 83-93
(JIPAGS) p-issn : 2549-0435
e-issn: 2549-1431

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA


(PKL) DI KOTA SERANG

M. Irfan *), Nia Kania Kurniawati **), Tb. Ace Hasan Syadzily ***)
*)Magister Administrasi Publik - Pascasarjana Untirta
**)Magister Administrasi Publik - Pascasarjana Untirta
****)Magister Administrasi Publik - Pascasarjana Untirta
Jl. Raya Jakarta km. 4 Pakupatan - Serang
Email : *)irfan82fais@gmail.com

ABSTRACT
This research is motivated by the grow number of street vendors (PKL) in Serang City who used
sidewalks, roads and other public facilities to become a selling place which are not intended.
The purpose of this research is to find out how big is the Implementation of Policy of Structuring
of Street Vendors in Serang City. Data collection techniques in the form of questionnaires based
on the George Edward III’s Policy Implementation theory that consists of communication,
resources, disposition, and bureaucratic structure. The method used in this research is
quantitative by taking samples as much as 90 street vendors using Taro Yamane formula. From
the discussion, it can be concluded that Implementation of the Policy of Structuring of Street
Vendors in Serang City reached 57.70%. This proves that the implementation of the policy of
structuring street vendors in Serang City has not been running well. The suggestion of this
research is to provide an adequate and strategic location for street vendors as well as complete
socialization to street vendors and the community about the policy of structuring of street
vendors.

Keywords: Policy Implementation, Communication, Resources, Disposition, Bureaucracy


Structure

83
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

PENDAHULUAN ke tahun yang semakin pesat dan tidak


Kota Serang merupakan daerah terkendali. Meskipun Pemerintah Kota
otonom yang terbentuk melalui Undang- Serang telah melakukan relokasi ke tempat
Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang yang telah disediakan untuk berdagang tapi
Pembentukan Kota Serang di Provinsi para PKL hanya bertahan sebentar untuk
Banten. Dengan lahirnya Undang-undang menetap.
tersebut, maka Kota Serang berhak untuk Walaupun jumlah PKL yang pesat
mengatur dan mengurus sendiri urusan dapat menggiatkan perekonomian telah
pemerintahan yang menjadi menimbulkan sisi yang berbeda. Berbagai
kewenangannya. Salah satu jenis kegiatan permasalahan yang timbul akibat kegiatan
pemerintahan yang perlu mendapatkan PKL antara lain ketidakteraturan, kumuh,
perhatian serius dari Pemerintah Daerah kotor dan menambah kemacetan lalu lintas,
Kota Serang adalah terkait permasalahan sehingga kesan kota yang bersih, teratur dan
Pedagang Kaki Lima (PKL). Namun indah menjadi berkurang.
keberadaan PKL ini sering menjadi Dalam mengatasi permasalahan
permasalahan, karena tempat yang PKL, Pemerintah Kota Serang mempunyai
digunakannya adalah ruang publik, seperti payung hukum dalam menjalankan
trotoar, bahu jalan, badan jalan, taman kota kewenangannya, yaitu melalui kebijakan
dan sebagainya, yang sebenarnya bukan Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang
untuk berjualan tapi digunakan untuk Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
melakukan aktifitas perdagangan. Akibatnya Lima, pada Pasal 3 ayat 3 disebutkan bahwa
selain mengganggu ketertiban dan tujuan dibentuknya Perda tersebut adalah
keindahan, masyarakat yang berjalan kaki untuk mewujudkan kota yang bersih, indah,
juga merasa dirugikan karena terpaksa turun tertib dan aman dengan sarana dan prasarana
ke badan jalan untuk berjalan dan pengguna perkotaan yang memadai dan berwawasan
jalan juga dirugikan dengan menyempitnya lingkungan.
ruas jalan, lalu lintas menjadi terhambat Pada pasal 24 Perda Kota Serang
karena tidak leluasa bergerak sehingga dapat Nomor 4 Tahun 2014 disebutkan bahwa
menambah tingkat kemacetan. Kondisi ini setiap orang dilarang :
ditambah oleh pertumbuhan PKL dari tahun
84
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

1) melakukan kegiatan usaha PKL tanpa Komunikasi selama ini telah


izin TDU (Tanda Daftar Usaha); dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang
2) melakukan kegiatan usaha di luar kepada para PKL yang berjualan tidak pada
kawasan PKL dan/atau TKU (Tempat tempatnya. Akan tetapi dikarenakan
Kegiatan Usaha); keberagaman tingkat pendidikan PKL
3) merombak, menambah dan mengubah berpengaruh terhadap pemahaman akan
fungsi serta fasilitas yang ada di lokasi pentingnya kebijakan penataan PKL. Di
PKL dan/atau TKU yang telah benak PKL bagaimana perut dapat terisi
ditetapkan; sehingga belum menyadari akan pentingnya
4) menempati lokasi PKL dan/atau TKU ketertiban suatu kota.
untuk tempat tinggal; Implementasi komunikasi yang
5) melakukan transaksi perdagangan dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang
dengan PKL di luar lokasi PKL yang selama ini diduga masih adanya komunikasi
ditetapkan. yang kurang lengkap, misalnya PKL hanya
Adapun dalam implementasi diinformasikan tidak boleh berjualan di
kebijakan penataan PKL, setelah diamati trotoar ataupun jalan, padahal di dalam
ternyata belum berjalan maksimal, dilihat kebijakan penataan PKL muatan isinya
dari indikatornya yaitu masih banyaknya mengandung ancaman sanksi pidana dan
kondisi PKL yang tidak teratur dalam denda terhadap PKL dan warga masyarakat
penempatan lokasinya. Keadaan ini dapat yang membelinya. Sedangkan secara
ditemui di Pasar Rawu, Pasar Lama, Depan teoritik, bahwa setiap kebijakan secara
Kampus Untirta, Kawasan Lampu Merah lengkap harus sampai informasinya ke
Ciceri, dan di sekitar Kawasan Alun-alun semua sasaran. Dalam hal ini PKL adalah
yang menempati bahu jalan dan trotoar sasaran kebijakan, para PKL secara
sehingga hal ini menambah kemacetan lalu menyeluruh harus diberikan informasi
lintas jalan dan terganggunya hak si pejalan mengenai peraturan-peraturan tentang
kaki dan pengguna kendaraan. Implementasi penataan PKL. PKL harus tahu tentang hak
kebijakan penataan PKL di Kota Serang dan kewajibannya dalam menjalankan usaha
selama ini masih bersifat sporadis, belum dagangannya. Selanjutnya kurangnya
terencana dengan baik. komunikasi tentang kebijakan, dapat dilihat
85
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

minimnya papan informasi tentang peraturan diberitahukan dilarang untuk berjualan pada
yang mengatur PKL pada tempat-tempat tempat yang dilarang namun di hari
strategis. Komunikasi yang dilakukan oleh berikutnya ketika petugas melihat PKL
aparat pelaksana terahadap PKL belum berjualan tidak pada tempatnya tetap
secara konsisten, misalnya hari ini dibiarkan saja.

Sebaiknya pihak Pemerintah Daerah Selain itu jumlah anggota Satpol PP Kota
dan Pihak PKL duduk bersama dalam Serang saat ini belum ideal, hanya 129
rangka mencari solusi untuk mencari tempat orang, itu belum terbagi oleh bagian
yang layak dan strategis untuk berjualan, administrasi dan petugas yang jaga di rumah
karena sebelumnya para PKL pernah dinas. Oleh karenanya yang bisa dilakukan
direlokasi ke terminal Kepandaian, akan anggotanya dengan berkeliling, anggota
tetapi tempatnya kurang layak dan becek. tidak bisa berjaga secara tetap di titik-titik

86
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

rawan PKL. Akibatnya anggota Satpol PP tidak ada anggota para PKL menggelar lagi
dengan PKL sering kejar-kejaran, jika ada dagangannya.
anggota, para PKL pergi, namun setelah

Dari latar belakang di atas, maka dicapai, dan berbagai cara untuk
rumusan masalah dalam penelitian ini menstrukturkan atau mengatur proses
adalah : Seberapa Besar Implementasi implementasinya” (Agustino, 2006:139).
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Untuk mengukur seberapa besar
(PKL) di Kota Serang ? implementasi kebijakan penataan PKL di
Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier Kota Serang adalah dengan menerapkan
(1983:61) mendefinisikan implementasi beberapa indikator yang dikemukakan
kebijakan sebagai “pelaksanaan keputusan George Edward III, karena indikator-
kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk indikator tersebut setidaknya mampu
undang-undang, namun dapat pula menjawab permasalahan yang ada terkait
berbentuk perintah-perintah atau keputusan- dengan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki
keputusan eksekutif yang penting atau Lima (PKL) di Kota Serang, sebagai
keputusan badan peradilan. Lazimnya, berikut:
keputusan tersebut mengidentifikasikan 1) Model George Edward III
masalah yang ingin diatasi, menyebutkan Menurut George Edward III dalam
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin implementasi kebijakan ada 4 variabel

87
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau aturan-aturan, serta


dan kegagalan implementasi kebijakan, bagaimanapun akuratnya
yaitu : penyampaian ketentuan-ketentuan
a. Komunikasi atau aturan-aturan tersebut, jika
Komunikasi diartikan sebagai proses para pelaksana kebijakan yang
penyampaian informasi bertanggung jawab untuk
komunikator kepada komunikan. melaksanakan kebijakan kurang
Komunikasi kebijakan berarti mempunyai sumber-sumber daya
merupakan proses penyampaian untuk melakukan pekerjaan secara
informasi kebijakan dari pembuat efektif, maka implementasi
kebijakan (policy maker) kepada kebijakan tersebut tidak akan
pelaksana kebijakan (policy efektif. Sumber daya tersebut
implementors). Informasi kebijakan meliputi : sumber daya manusia,
publik perlu disampaikan kepada sumber daya keuangan, dan sumber
pelaku kebijakan agar para pelaku daya peralatan (gedung, peralatan,
kebijakan dapat mengetahui, tanah, dan suku cadang lain) yang
memahami apa yang menjadi isi, diperlukan dalam melaksanakan
tujuan, arah, kelompok sasaran kebijakan.
(target policy) kebijakan agar para c. Disposisi (Dispotition)
pelaku kebijakan dapat Disposisi merupakan kemauan,
mempersiapkan dengan benar apa keinginan, dan kecenderungan para
yang harus dipersiapkan dan pelaku kebijakan untuk
lakukan untuk melaksanakan melaksanakan kebijakan tadi secara
kebijakan publik agar apa yang sungguh-sungguh sehingga apa
menjadi tujuan dan sasaran yang menjadi tujuan kebijakan
kebijakan dapat dicapai dengan dapat diwujudkan.
yang diharapkan. d. Struktur birokrasi
b. Sumber daya (resources) Struktur birokrasi mencakup aspek-
Bagaimanapun jelas dan aspek seperti struktur organisasi,
konsistennya ketentuan-ketentuan pembagian kewenangan, hubungan
88
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

antar unit-unit organisasi yang ada teknik pengumpulan data dalam


dalam organisasi yang penelitian ini dilakukan sebagai
bersangkutan, dan hubungan berikut : Angket/ Kuesioner,
organisasi dengan organisasi luar Wawancara (Sugiyono, 2010:146).
dan sebagainya. Jelasnya standard Pemilihan sampel pada penelitian
operating procedure, baik ini menggunakan teknik simple
menyangkut mekanisme, sistem random sampling. Teknik simple
dan prosedur pelaksanaan random sampling adalah
kebijakan, pembagian tugas pokok, pengambilan anggota sampel dari
fungsi, kewenangan, dan tanggung populasi dilakukan secara acak
jawab di antara para pelaku, dan tanpa memperhatikan strata yang
tidak harmonisnya hubungan di ada dalam populasi itu. Arikunto
antara organisasi pelaksana satu (2006:134) mengemukakan bahwa
dengan lainnya, ikut pula untuk sekedar ancer-ancer, maka
menentukan gagalnya pelaksanaan apabila subjeknya kurang dari 100,
suatu kebijakan (Widodo, 2007:97). lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian
METODE
populasi. Tetapi, jika subjeknya
Dalam penelitian ini pendekatan
besar, dapat diambil antara 10-15%
yang digunakan oleh peneliti adalah
atau 20-25% atau lebih.
pendekatan kuantitatif. Adapun

89
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

Merujuk pada pendapat di atas HASIL DAN PEMBAHASAN


maka penentuan sampel pada penelitian ini Hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan rumus dari Taro Yamane adalah Implementasi Kebijakan Penataan
yang dikutip oleh Rakhmat (1998:82) Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
dalam Riduwan (2014:65) sebagai berikut Serang paling tinggi 70%. Berdasarkan
: hasil penelitian ini, dapat dilihat kembali
bahwa pada teori implementasi kebijakan
N publik model George Edward III yaitu ada
N d2 2
empat indikator yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan dalam
Jadi, jumlah sampel sebesar 90,38,
mengimplementasikan kebijakan publik,
dibulatkan menjadi = 90 responden.
yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi
Untuk menguji hipotesis penelitian
dan struktur birokrasi.
terkait dengan Implementasi Kebijakan
Indikator pertama yang digunakan
Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota
dalam mengukur implementasi kebijakan
Serang, maka peneliti menggunakan uji t
yaitu komunikasi. Komunikasi antara
(Riduwan, 2014:159), dengan rumus
aparat pemerintah daerah dengan
sebagai berikut :
Pedagang Kaki Lima (PKL) sangat
𝑋 − 𝜇𝑜 menentukan keberhasilan implementasi
𝑡 𝑠
𝑛 kebijakan publik. Semakin baik
komunikasi yang dibangun antara pihak
Dimana :
pelaksana kebijakan dan pihak Pedagang
t = Nilai t yang dihitung
Kaki Lima (PKL), maka asumsinya
X = Nilai rata-rata
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
= Nilai yang dihipotesiskan
oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) akan
= Simpangan baku sampel menjadi berkurang.
n = Jumlah sampel Indikator kedua yang digunakan
Untuk mempercepat dan dalam mengukur implementasi kebijakan
mempermudah uji t dilakukan dengan yaitu sumber daya. Keberhasilan proses
bantuan komputer dengan menggunakan implementasi kebijakan sangat tergantung
SPSS for windows versi 20.0. dari ketersediaan sumber daya. Mengingat
penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

90
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

merupakan sesuatu yang dibutuhkan, maka tersebut berarti bahwa Implementasi


seharusnya pemerintah daerah perlu Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima
memiliki sumber daya, baik itu berupa (PKL) di Kota Serang belum berjalan
sumber daya manusia, sumber daya dengan baik. Hal ini ditunjukan dari hasil
keuangan maupun sumber daya material. perhitungan yang dilakukan oleh peneliti.
Indikator ketiga yang digunakan Skor ideal adalah 5 x 17 x 90 = 7.650 (5 =
dalam mengukur implementasi kebijakan nilai dari setiap jawaban pernyataan yang
yaitu disposisi. Disposisi adalah diajukan pada responden, kriteria skor
kesungguhan para pelaksana dalam berdasarkan pada skala Likert, 17 = jumlah
melaksanakan kebijakan. Dengan adanya item pernyataan yang diajukan kepada
kesungguhan para pelaksana maka akan responden, 90 = jumlah sampel yang
sangat mempengaruhi keberhasilan dalam dijadikan responden). Sedangkan nilai skor
mengimplementasi kebijakan. dari hasil penelitian adalah sebesar 4.414.
Indikator keempat yang digunakan Dengan demikian nilai Implementasi
dalam mengukur implementasi kebijakan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima
yaitu struktur birokrasi. Struktur birokrasi (PKL) di Kota Serang adalah sebesar
sangat diperlukan dalam melaksanakan 4.414: 7.650 x 100% = 57,70%. Pengujian
kebijakan agar sesuai dengan standar hipotesis pada bahasan sebelumnya
operasional prosedur yang berlaku. menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho
Selanjutnya peneliti dapat ditolak.
menjawab perumusan masalah yang Pembahasan ini pada intinya
terdapat pada Bab I mengenai : Seberapa menyatakan bahwa Implementasi
Besar Implementasi Kebijakan Penataan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota (PKL) di Kota Serang belum berjalan
Serang ? yaitu bahwa Implementasi dengan baik.
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Kemudian hasil analisa rumusan
(PKL) di Kota Serang belum berjalan masalah yang telah dibahas ini, dapat
dengan baik. Berdasarkan perhitungan dan dilihat bahwa dari perhitungan dengan
pengujian hipotesis diketahui bahwa menggunakan rumus t test satu sampel
Implementasi Kebijakan Penataan dengan menguji pihak kanan adalah bila t
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota hitung> t tabel maka Ha diterima dan Ho
Serang adalah sebesar 57,70 persen. Hal ditolak. Karena hasilnya t hitung> dari t tabel

91
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

(35,175 > 1,662) maka Ha diterima dan Ho sebagian besar belum mengetahui bahwa
ditolak. perbuatannya tersebut dapat dikenakan
Kemudian berdasarkan data yang sanksi.
diperoleh, skor ideal instrumen adalah 5 x 1. Sumber Daya
17 x 90 = 7.650 (5 = nilai dari setiap Dalam penelitian ini, sumber daya
jawaban pernyataan yang diajukan pada terdiri dari sumber daya manusia, sumber
responden, kriteria skor berdasarkan pada daya keuangan dan sumber daya peralatan.
skala Likert, 17 = jumlah item pernyataan Dari ketiga sumber daya tersebut yang
yang diajukan kepada responden, 90 = belum berjalan sesuai dengan teori George
jumlah sampel yang dijadikan responden). Edward III adalah dari sumber daya
Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian manusia yang masih kekurangan dan
adalah sebesar 4.414. Dengan demikian sumber daya peralatan berupa ketersediaan
nilai Implementasi Kebijakan Penataan lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota belum memadai.
Serang adalah sebesar 4.414 : 7.650 x 2. Disposisi
100% = 57,70%. Sehingga interpretasi Dalam indikator ini, peneliti
yang tepat untuk menjawab rumusan menemukan bahwa sikap aparat dalam
masalah adalah : Implementasi Kebijakan melaksanakan kebijakan penataan
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pedagang Kaki Lima (PKL) cukup baik.
Kota Serang belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti adanya sikap dari aparat
pelaksana yang cukup sopan dan adil
SIMPULAN dalam melakukan penertiban Pedagang
Dari hasil penelitian di lapangan, Kaki Lima (PKL).
ditemukan bahwa proses komunikasi yang 3. Struktur Birokrasi
dilakukan oleh pelaksana kebijakan yang Dalam penelitian di lapangan,
belum berjalan optimal, yaitu pelaksana peneliti menemukan bahwa struktur
kebijakan belum memberikan informasi birokrasi berupa standar operasional
kebijakan secara lengkap kepada Pedagang prosedur telah dilakukan dengan baik oleh
Kaki Lima (PKL). Para Pedagang Kaki aparat pelaksana dalam melaksanakan
Lima (PKL) yang berjualan di trotoar, kebijakan penataan pedagang kaki lima.
bahu jalan, badan jalan dan fasilitas umum Hal ini terbukti sebelum melakukan
lainnya yang bukan peruntukannya penertiban didahului beberapa tahapan,

92
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 83-93

yaitu pemberitahuan terlebih dahulu Pemberdayaan Pedagang Kaki


kepada Pedagang Kaki Lima (PKL), Lima.
penandatanganan surat pernyataan dan Sumber Jurnal:
dengan meminta kepada PKL untuk Eka Evita, Bambang Supriyono dan Imam
Hanafi, 2013, Implementasi
membereskan sendiri tempat jualannya.
Kebijakan Penataan Pedagang
Kaki Lima (Studi pada Batu
DAFTAR PUSTAKA Tourism Center di Kota Batu),
Buku-buku: Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol. 1, No.5, Universitas
Agustino, Leo.(2006).Dasar-Dasar Brawijaya, Malang.
Kebijakan Publik. Bandung :
Hartyas Raditya, Mardiyono, Abdul
Alfabeta. Wachid, 2014, Implementasi
Riduwan.(2014). Metode dan Teknik Kebijakan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2007 Tentang
Menyusun Tesis. Bandung Ketenteraman dan Ketertiban
:Alfabeta. Umum Terhadap Pedagang Kaki
Lima di Kawasan Sempadan
Sugiyono. (2010).Metode Penelitian Afvoer Bono Kecamatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Gedangan Kabupaten Sidoarjo,
Jurnal Administrasi Publik
Bandung :Alfabeta. (JAP), Vol.2 No.2, Universitas
Brawijaya Malang
Widodo, Joko. (2007).Analisis Kebijakan
Publik,Malang : Bayumedia Publishing. Tesis:
Sri Dayati, Dra, 2012, Proses
Dokumen Peraturan Perundang- Implementasi Kebijakan
Penataan PKL di Kota
undangan: Magelang, Tesis, Universitas
Undang-undang Republik Indonesia Gajah Mada

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Media Elektronik:
Pemerintahan Daerah.
kabar5.com
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pilarbanten.com
Nomor 46 Tahun 2011 Tentang
satubanten.com
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai
topmedia.co.id
Negeri Sipil.
www.persidangan-dprdkotaserang.com
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4
www.radarbanten.co.id
Tahun 2014 Tentang Penataan dan
www.bantenraya.com

93

Anda mungkin juga menyukai