NAMA KELOMPOK 1 :
KELAS : C 12 (MANAJEMEN)
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkah, rahmat,
karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat menyalesaikan makalah Etika Individu Dan
Organisasi.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Etika Bisnis”. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar isi.......................................................................................................................
I. Pendahuluan
1.1.LatarBelakang ..............................................................................................
1.2.Tujuan ...........................................................................................................
II. Landasan Teori
2.1. Hak Pegawai ................................................................................................
2.2.Kewajiban Pegawai ......................................................................................
2.3.Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai....................................................
III. Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...
3.2 Daftar Pustaka……………………………………………………………..
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan
wawasan yang utuh, komperhensif, dan mendalam tentang etika bisnis individual dan
organisasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Adanya convenant ini hak asasi manusia tidak hanya sebagai pernyataan moral yang
tidak mengikat secara hukum akan tetapi dengan adanya convenant ini dapat
mengikat secara legal hukum atas pelaksanaan hak asasi manusia.
➢ Macam-macam hak pekerja terkait dengan pekerja maka terdapat banyak hal yang
termasuk hak-hak pekerja, antara lain:
Sedangkan hak atas upah yang adil juga merupakan hak dasar bagi pekerja, setelah
pekerja melakukan apa yang seharusnya dikerjakan dengan baik dan benar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya :
Ada 3 dasar moral penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul, yaitu:
1. Merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan salah
satu hak asasi manusia.
2. Pekerja dapat bersama-sama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain,
khususnya atas upah yang adil.
3. Hak Atas Perlindungan Keamanan Dan Keselamatan
Dengan berbagai resiko yang dapat dihadapi oleh siapapun dewasanya setiap orang
berhak atas keamanan dan keselamatan khususnya bagi para pekerja. Karena itu
6
timbul yang disebut asuransi yang bertujuan sebagai jaminan atas keamanan dan
keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidaak diinginkan. Beberapa hal
yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja:
Selain itu juga semua pekerja juga harus diperlakukan secara sama, secara fair
sehingga tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna
kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya, baik dalam sikap dan perlakuan,
gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan lebih lanjut serta
perbedan dalam hal gaji dan peluang harus dipertimbangkan secara rasional dan
proporsional secara adil.
Umumnya yang dianggap sebagai rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu diketahui
dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang menyangkut keyakinan
religius, afiliasi dan haluan politik, urusan keluarga serta urusan sosial lainnya.
7
Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan
atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilapori itu bisa saja atasan yang lebih
tinggi atau masyarakat luas. Rahasia perusahaan adalah sesuatu yang konfidensial dan
memang harus dirahasiakan, dan pada umumnya tidak menyangkut efek yang
merugikan apa pun bagi pihak lain, entah itu masyarakat atau perusahaan lain.
B. Kewajiban Pegawai
Dalam pandangan rasional perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk
bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang
8
mungkin mengancam tujuan tersebut. Kewajiban karyawan dan perusahaan dibagi
menjadi tiga yaitu:
1) Kewajiban Ketaatan
Dalam kewajiban ketaatan karyawan harus taat kepada atasannya di
perusahaan, tetapi karyawan tidak harus mematuhi semua perintah yang diberikan
oleh atasannya. Perintah-perintah tersebut antara lain seperti etika atasan menyuruh
karyawan tersebut untuk melakukan hal yang tidak bermoral, seperti membunuh
musuh atasannya, atau dapat pula berupa korupsi. Dapat pula dalam bentuk
mengerjakan tugas pribadi atasannya, misalnya untuk kepentingan pribadi atasan
bukan untuk kepentingan perusahaan, seperti mencuci mobil dan merenovasi rumah
pribadi milik atasannya. Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang
demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati,
misalnya sekretaris diberi tugas untuk bersih-bersih, dan lain sebagainya. Cara untuk
menghindari terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaaatan adalah membuat
deskripsi pekerjaan yang jelas dan cukup lengkap pada saat karyawan mulai bekerja
di perusahaan. Namun deskripsi pekerjaan ini harus dibuat cukup luwes sehingga
kepentingan perusahaan selalu bisa di beri prioritas.
2) Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban ini adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial atau rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.
Kewajiban ini tidak hanya berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan tetapi
berlangsung terus setelah ia pindah kerja. Kewajiban ini menjadi lebih aktual ketika
karyawan tersebut pindah kerja di perusahaan baru yang bergerak di bidang yang
sama. Contohnya adalah seorang akuntan, ia tidak boleh membocorkan kondisi
finansial perusahaan lama ke perusahaan baru. Kewajiban konfidensialitas ini terbatas
pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang diperoleh atau diketahui sambil bekerja
di perusahaan pada prinsipnya tidak termasuk kewajiban konfidensialitas. Misalnya
keterampilan yang dikembangkan oleh karyawan itu dengan bekerja pada perusahaan
yang sama. Alasan etika yang mendasari kewajiban ini adalah bahwa perusahaan
menjadi pemilik informasi rahasia itu.
3) Kewajiban Loyalitas
Kewajiban loyalitas adalah konsekuensi dari status seseorang sebagai
karyawan perusahaan ia harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan dan turut
9
merealisasikan tujuan tersebut. Faktor utama yang dapat membahayakan terwujudnya
loyalitas adalah konfilk kepentingan (conflict of interest) artinya konflik kepentingan
pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan
kepentingan pribadi yang bersaing dengan kepentingan perusahaan. Misalnya
karyawan memproduksi produk yang sama dengan produk perusahaan dan
menjualnya dengan harga murah. Konflik kepentingan tidak selalu berkaitan dengan
masalah uang. Contohnya, seorang yang bekerja di suatu perusahan memutuskan
untuk membeli peralatan kantor dari perusahaan tempat dimana anaknya bekerja,
walaupun sebenarnya ada penawaran harga yang lebih baik dari perusahaan lain.
4) Kewajiban Melaporkan kesalahan
Ada dua macam pelaporan kesalahan perusahaan atau whistle blowing, secara
internal dan eksternal. Dalam pelaporan internal, pelaporan kesalahan dilakukan di
dalam perusahaan sendiri dengan melewati atasan langsung. Misalnya seorang
karyawan bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kepada direksi, dengan
melewati kepala bagian dan manajer umum. Pada pelaporan eksternal, karyawan
melaporkan kesalahan perusahaan kepada instansi pemerintah atau kepada masyarakat
melalui media komunikasi. Misalnya karyawan melaporkan bahwa perusahaannya
tidak memenuhi kontribusinya kepada Jamsostek atau tidak membayar pajak melalui
media massa atau pihak eksternal lainnya.
Terdapat sebuah pertanyaan etika dalam melakukan pelaporan kesalahan
perusahan ini, “apakah whistle blowing ini boleh dilakukan karena pada prinsipnya
bertentangan dengan kewajiban loyalitas karyawan terhadap perusahaannya?” Namun
setelah didiskusikan lebih mendalam, jawabnya adalah boleh karena karyawan tidak
hanya mempunyai kewajiban loyalitas kepada perusahaan tetapi ia juga mempunyai
kewajiban kepada masyarakat umum apabila perusahaan tersebut melakukan
kesalahan.
Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut terpenuhi:
• Kesalahan perusahaan harus besar
Kesalahan ini hanya dapat dilaporkan jika menyebabkan kerugian bagi pihak ketiga,
terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan kegiatan yang dilakukan perusahaan
bertentangan dengan tujuan perusahaan.
• Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar
10
• Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian
bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.
Misalnya karyawan memutuskan berhenti dari suatu pekerjaan karena kecewa dengan
atasannya. Setelah ia pergi dari perusahaan itu, ia membuka praktek kurang etis dari
perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motif pelaporan ini adalah untuk balas
dendam.
• Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan
perusahaan dibawa ke luar.
Jika karyawan merasa bertanggungjawab, ia harus berusaha dulu untuk
menyelesaikan masalah di dalam perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat. Hal ini
juga sesuai dengan kewajiban loyalitasnya. Baru setelah upaya penyelesaian secara
internal gagal, ia boleh memikirkan whistle blowing.
• Harus ada kemungkinan nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat
sukses.
Jika sebelumnya orang tahu bahwa pelaporan kesalahan tidak akan menghasilkan apa-
apa, misalnya tidak bisa mencegah terjadinya kerugian untuk pihak ketiga, lebih baik
orang tersebut tidak melapor.
Whistle blowing adalah masalah etis yang tidak enak untuk semua pihak yang
bersangkutan. Untuk perusahaan ataupun pelaku bisnis, whistle blowing akan
membawakan banyak kerugian secara materil maupun moril. Mulai dari turunnya
pamor perusahaan terhadap produknya, hingga menurunnya keuntungan yang
didapatkan akibat pelaporan ini. Untuk pelapor, whistle blowing adalah langkah yang
diambil dengan berat hati karena resiko yang akan didapatkannya cukup besar. Di
beberapa negara ada kode etik profesi, misalnya kode etik insinyur yang secara tidak
langsung menganjurkan whistle blowing. Dalam kode etik ini memuat ketentuan
bahwa keamanan dan keselamatan masyarakat harus di tempatkan di atas segalanya.
Ada juga negara yang melindungi para whistle-blowers melalui jalur hukum, seperti
Inggris dengan undang-undang yang disebut The Public Interest Disclosure Act
(1998).
Ada sejumlah situasi dimana pegawai gagal melaksanakan kewajiban untuk mencapai tujuan
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Konflik Kepentingan
11
Konflik kepentingan dalam bisnis muncul saat seorang pegawai atau pejabat duatu
perusahaan melaksanakan tugasnya, namun dia memiliki kepentingan-kepentingan
pribadi terhadap hasil dari pelaksanaan tugas tersebut yang (a) mungkin bertentangan
dengan kepentingan perusahaan, dan (b) cukup substansial sehingga kemungkinan
mempengaruhi penilaiannya sehingga tidak seperti yang diharapkan perusahaan.
Konflik kepentingan bisa bersifat aktual dan potensial. Konflik kepentingan aktual
terjadi saat seseorang melaksanakan kewajibannya dalam satu cara yang mengganggu
perusahaan dan melakukannya demi kepentingan pribadi. Konflik kepentingan
potensial terjadi saat seseorang, karena didorong kepentingan pribadi, bertindak
dalam suatu cara yang merugikan perusahaan.
2. Pencurian Pegawai dan Komputer
Pegawai perusahaan memiliki perjanjian kontraktual untuk hanya menerima
keuntungan tertentu sebagai ganti hasil kerjanya dan menggunakan sumber daya
perusahaan hanya dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Tindakan pegawai
yang mencari tambahan keuntungan pribadi atau menggunakan sumber daya
perusahaan untuk dirinya sendiri merupakan tindakan pencurian karena keduanya
berarti mengambil atau menggunakan properti milik orang lain (perusahaan) tanpa
persetujuan pemilik yang sah.
Tindakan memeriksa, menggunakan atau menyalin informasi atau program komputer
merupakan pencurian. Disebut pencurian karena informasi yang dikumpulkan dalam
bank data komputer oleh suatu perusahaan dan program komputer yang
dikembangkan atau dibeli perusahaan merupakan properti dari perusahaan yang
bersangkutan.
3. Insider Trading
Insider trading sebagai tindakan membeli dan menjual saham perusahaan berdasarkan
informasi “orang dalam” perusahaan. Informasi “dari dalam” atau “dari orang dalam”
tentang suatu perusahaan merupakan informasi rahasia yang tidak dimiliki publik di
luar perusahaan, namun memiliki pengaruh material pada harga saham perusahaan.
Insider trading adalah ilegal dan tidak etis karena orang yang melakukannya berarti
“mencuri” informasi dan memperoleh keuntungan yang tidak adil dari anggota
masyarakat lain. Namun demikian, sejumlah pihak menyatakan bahwa insider trading
secara sosial menguntungkan dan menurut prinsip utilitarian, tindakan ini seharusnya
tidak dilarang, malah dianjurkan.
12
C. Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai
Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional,
adalah memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui
sebagai imbalan atas jasa mereka. Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban
ini: kelayakan gaji dan kondisi kerja pegawai. Gaji dan kondisi kerja merupakan
aspek-aspek kompensasi yang diterima pegawai dari jasa yang mereka berikan, dan
keduanya berkaitan dengan masalah apakah pegawai menyetujui kontrak kerja secara
sukarela dan sadar. Jika seorang pegawai "dipaksa" menerima pekerjaan tanpa upah
yang memadai atau kondisi kerja yang layak, maka kontrak kerja tersebut dianggap
tidak adil.
1) Gaji
Setiap perusahaan menghadapi dilema ketika menetapkan gaji pegawai seperti,
bagaimana menyeimbangkan kepentingan perusahaan untuk menekan biaya dengan
kepentingan pegawai untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi diri mereka
sendiri dan keluarga? Tidak ada rumus sederhana untuk menentukan "gaji yang
layak". Kelayakan gaji sebagian bergantung pada dukungan yang diberikan
masyarakat (jaminan sosial, perawatan kesehatan, kompensasi pengangguran,
pendidikan umum, kesejahteraan, dan sebagainya), kebebasan pasar kerja, kontribusi
pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan. Meskipun tidak ada cara untuk
menentukan gaji yang layak dengan pasti, namun kita setidaknya bisa
mengidentifikasi sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji
dan upah, yaitu: a) Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang bekerja, b)
Kemampuan perusahaan, c) Sifat pekerjaan, d) Peraturan upah minimum, e)
Hubungan dengan gaji lain, dan f) Kelayakan negosiasi gaji.
2) Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan
Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, bebas dari resiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati.
Hampir semua negara modern mempunyai peraturan hukum guna melindungi
keselamatan dan kesehatan kaum pekerja. Dalam hal ini peraturan hokum disemua
negara belum tentu sama dan belum tentu memuaskan. Terlepas dari aturan hukum
para ajikan tidak bebas dari kewajiban tetapi terikat dengan alasan-alasan etika.
Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan kepada
kepentingan ekonomis. Resiko memang tidak selalu bisa dihindari, tetapi harus
dibatasi sampai seminimal mungkin, walaupun upaya itu bisa mengakibatkan biaya
13
produksi bertambah. Selain itu si pekerja harus menerima resiko itu dengan bebas,
setelah lebih dahulu ia diberikan ekstra untuk mengimbangi resiko, baik dalam gaji
langsung maupun asuransi khusus.
3) Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja
Spesialisasi pekerjaan yang berlebihan memang tidak baik karena alasan lain, yaitu
bahwa cara ini memberikan beban yang tidak adil pada pekerja. Juga ada banyak
bukti bahwa cara ini tidak mendukung efisiensi. Pekerjaan yang dispesialisasikan
dalam dua dimensi yaitu secara horizontal dengan membatasi jangkauan tugas dan
membatasi repetisi atau pengulangan dalam cakupan tugasnya. Jangkauan tugas yang
terlampau jauh melewati batas kemampuan pegawai dapat menyebabkan pegawai
frustasi. Demikian juga kerja rutin yang berulang dalam jangka waktu panjang dapat
lebih cepat menciptakan kejenuhan. Selain secara horizontal, pekerjaan juga bisa
dispesialisasikan secara vertikal dengan mebatasi rentang pengwasan dan
pengambilan keputusan atas kegiatan-kegiatan dala suatu pekerjaan.
4) Tidak melakukan diskriminasi
Perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan membeda-bedakan
pegawai. Contohnya saja diskiminasi yang terjadi dimana – mana seperti AS,
Indonesia dan lain – lain. Diskriminasi baru akan terhapus betul bila suatu negara
semua warganya mempunyai hak yang sama dan diperlakukan dengan cara yang sama
pula. Diskriminasi timbul biasanya disertai dengan alasan yang tidak relevan.
15
perspektif organisasi carin? Jawabannya adalah memberikan perhatian terlalu banyak atau
kurang banyak.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Semua manusia tidak akan bisa lepas dari masalah etika, bila disadari secara jujur.
Apalagi sebuah perusahaan yang tidah berdiri sendiri, yang mempekerjakan banyak tenaga
kerja, bila tidak hati – hati dalam mengelola dapat merugikan semua pihak, tidak hanya
perusahaan tapi juga pekerjaan masyarakat. Pada jaman sekarang masalah etika bisnis
sangatlah penting untuk diperhatikan karena menyangkut perilaku jujur dan bermoral karena
ada kaitanya dengan manusia. Dalam setiap langkah bisnis, apabila pekerja dan pengusaha
selalu memperhatikan hak dan kewajiban masing – masing yang tidak menyimpang dari
kepentingan bersama dalam arti tidak melanggar etika maka semua akan dapat survive terus.
Adapun kewajiban pekerjaan terhadap perusahaan merupakan hak sedangkan kewajiban
perusahaan terhadap karyawan antara lain tidak diskriminasi, upah adil, menjamin kesehatan
dan keselematan, tidak memberhentikan karyawan dengan semena – mena dan lain – lain.
Kewajiban ini bagi karyawan merupakan hak karyawan dan hak tersebut bila tidak dipenuhi
termasuk perbuatan yang kurang etis. Sekali lagi bahwa dalam bisnis modern yang penuh
persaingan ketat, para pengusaha menyadari bahwa pengakuan, penghargaa dan jaminan atas
hak – hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu
perusahaan. Hal ini disebabkan karena jaminan atas hak – hak pekerja pada akhirnya
berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas dan kinerja
setiap pekerja. Terimakasih
17
DAFTAR PUSTAKA
Velasquez, Manuel G. ETIKA BISNIS Konsep dan Kasus, Edisi 5, Penertbit Andi,
Yogyakarta
http://dokumen.tips/download/link/etika-individu-dan-organisasi
18