Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ETIKA BISNIS

“ETIKA INDIVIDU DAN ORGANISASI”

NAMA KELOMPOK 1 :
KELAS : C 12 (MANAJEMEN)

Putu Syntia Hery Pratisanti 1932121011

Ni Putu Novika Wijayanti 1932121281

Luh Gede Sinthia Anika Pretiwi 1932121293

Putu Diah Candra Dewi 1932121296

I Putu Heri Ruditya Pradnya Adi Putra 1932121405

UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkah, rahmat,
karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat menyalesaikan makalah Etika Individu Dan
Organisasi.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Etika Bisnis”. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.

Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun.

Badung, 09 Maret 2020

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar isi.......................................................................................................................
I. Pendahuluan
1.1.LatarBelakang ..............................................................................................
1.2.Tujuan ...........................................................................................................
II. Landasan Teori
2.1. Hak Pegawai ................................................................................................
2.2.Kewajiban Pegawai ......................................................................................
2.3.Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai....................................................
III. Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...
3.2 Daftar Pustaka……………………………………………………………..

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas, dan usaha yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis
harus dimulai dengan menyediakan kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman
tentang apa yang disebut dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu
selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis.
Perbincangan tentang etika bisnis disebagian besar paradigma pemikiran
pebisnis terasa kontradiksi (bertentangan dalam dirinya sendiri), mana mungkin ada
bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang berani memasuki dunia bisnis berarti
dia harus berani ( paling tidak) “ bertangan kotor”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah organisasi yang rasional itu ?
2. Apakah organisasi bisnis itu dalam kaitannya dengan etika bisnis ?
3. Bagaimana penggambaran dari organisasi yang penuh perhatian ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan
wawasan yang utuh, komperhensif, dan mendalam tentang etika bisnis individual dan
organisasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Organisasi rasional


Model organisasi bisnis yang “rasional” yang lebih tradisional mendefenisikan
organisasi sebagai suatu struktur hubungan formal (yang didefenisikan secara eksplisit dan
digunakan secara terbuka) yang bertujuan mencapai tujuan teknis atau ekonomi dengan
efisiensi maksimal. E. H. Schein memberikan satu defenisi ringkas tentang organisasi dari
prespektif tersebut yaitu organisasi adalah koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas
sejumlah individu untuk mencapai tujuan atau sasaran eksplisit bersama, melalui pembagian
tenaga kerja dan fungsi dan melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.
Berbagai tingkatan dalam organisasi dan yang mengatur semua individu ke dalam
tujuan organisasi dan hirarki formal adalah kontrak. Hal ini mengasumsikan bahwa pegawai
sebagai agen yang secara bebas dan sadar telah setuju untuk menerima otoritas formal
organisasi dan berusaha mearaih tujuan organisasi, dan sebagai gantinya mereka memperoleh
dukungan dalam bentuk gaji dan kondisi kerja yang baik. Dari perjanjian kontraktual
tersebut, pegawai menerima tanggungjawab moral untuk mematuhi atasan dalam usaha
mencapai organisasi, dan selanjutnya organisasi juga memiliki tanggungjawab moral untuk
memberikan dukungan ekonomi pada para pegawai seperti yang telah dijanjikan. Teori
utilitarian memberikan dukungan tambahan pada pandangan bahwa pegawai memiliki
kewajiban untuk berusaha mencapai tujuan perusahaan secara loyal.
Tanggungjawab etis dasar yang muncul dari aspek-aspek ‘rasional” organisasi
difokuskan pada dua kewajiban moral yakni a) kewajiban atasan untuk mematuhi atasan
dalam organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, dan b) kewajiban atasan untuk
memberikan gaji yang adil dan kondisi kerja yang baik.
A. HAK PEKERJA
Setiap orang memiliki hak yang dimiliki sejak lahir, hak ini dimiliki oleh seseorang
dan dapat dinikmati keberadaannya. Apabila seseorang memiliki hak tersebut, maka
orang tersebut dengan bebas menggunakan haknya tanpa ada tekanan ataupun
ancaman dari pihak manapun dan dari siapapun. Demi melindungi seseorang supaya
benar-benar mempunyai kebebasan dalam menggunakan haknya dan adanya
perlindungan agar seseorang tetap dapat menikmati haknya, maka disepakati adanya
HAM (Hak asasi manusia). Hak ini diatur sejak 10 Desember tahun 1948 dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), didalamnya berisi kandungan
hak sipil politik dan hak ekonomi, sosial budaya. Kemudian pada tahun 1966, PBB
membuat dua instrumen terpisah yaitu Convenant Internasional tentang Hak-hak Sipil
politik dan convenant internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.

5
Adanya convenant ini hak asasi manusia tidak hanya sebagai pernyataan moral yang
tidak mengikat secara hukum akan tetapi dengan adanya convenant ini dapat
mengikat secara legal hukum atas pelaksanaan hak asasi manusia.

➢ Macam-macam hak pekerja terkait dengan pekerja maka terdapat banyak hal yang
termasuk hak-hak pekerja, antara lain:

Hak Atas Pekerjaan dan Upah Yang Adil


• Dasar hukum hak atas pekerjaan tercantum dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27
ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Sehingga dapat dikatakan bahwa hak
atas pekerjaan merupakan hak azasi manusia, karena.
• Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia merealisasikan
dirinya sebagai manusia juga sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang
lebih manusiawi. Maka setiap orang dapa menetukan dirinya sendiri dengan
pekerjaannya dengan hak yang telah dimiliki.
• Hak atas kerja merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja sangat berkaitan
langsung dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak.

Sedangkan hak atas upah yang adil juga merupakan hak dasar bagi pekerja, setelah
pekerja melakukan apa yang seharusnya dikerjakan dengan baik dan benar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya :

• Setiap pekerja berhak mendapatkan upah atau berhak untuk dibayar.


• Setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak memperoleh
upah yang adil yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah
disumbangkannya.

Hak Untuk Berserikat Dan Berkumpul


Agar setiap orang dapat memperjuangkan kepentingannya khususnya hak atas upah
yang adil, maka pekerja harus diakui dan dijamin hak-haknya untuk berserikat dan
berkumpul. Tujuannya adalah agar pekerja dapat diberikan kebebasan dan
merasakannya. untuk memperjuangkan hak dan kepentingannya terhadap perusahaan
tempatnya bekerja dalam suatu wadah organisasi resmi yang diakui perusahaan untuk
mewadahi semua anggota pekerja. Menurut De Geroge bahwa dalam suatu
masyarakat yang adil dan diantara perantara-perantara yang perlu untuk mencapai
suatu sistem upah yang adil, maka serikat pekerja sangat memainkan peran yang
penting.

Ada 3 dasar moral penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul, yaitu:

1. Merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan salah
satu hak asasi manusia.
2. Pekerja dapat bersama-sama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain,
khususnya atas upah yang adil.
3. Hak Atas Perlindungan Keamanan Dan Keselamatan
Dengan berbagai resiko yang dapat dihadapi oleh siapapun dewasanya setiap orang
berhak atas keamanan dan keselamatan khususnya bagi para pekerja. Karena itu

6
timbul yang disebut asuransi yang bertujuan sebagai jaminan atas keamanan dan
keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidaak diinginkan. Beberapa hal
yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja:

• Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan


dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan
kesehatan yang diadakan perusahaan itu.
• Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan dihadapinya
dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam perusahaan
tersebut.
• Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjan dengan resiko
yang sudah diketahuinya itu atau sebaiknya menolaknya.

Hak Perlakuan Keadilan dan Hukum


Setiap pekerja mempunyai hak untuk diproses hukum secara sah dan adil terutama
berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena
diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu. Dalam hal ini pekerja wajib
diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, dan kalau ternyata
ia tidak bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri.

Selain itu juga semua pekerja juga harus diperlakukan secara sama, secara fair
sehingga tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna
kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya, baik dalam sikap dan perlakuan,
gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan lebih lanjut serta
perbedan dalam hal gaji dan peluang harus dipertimbangkan secara rasional dan
proporsional secara adil.

Hak Atas Rahasia Pribadi


Setiap karyawan diberikan hak untuk dirahasiakan data pribadinya, bahkan perusahan
harus menerima bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh diketahui oleh
perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh karyawan. Hak atas rahasia pribadi tidak
mutlak, dalam kasus tertentu data yang dianggap paling rahasia harus diketahui oleh
perusahaan atau karyawan lainnya, misalnya orang yang menderita penyakit tertentu.
Ditakutkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh akan merugikan banyak
orang atau mungkin mencelakakan orang lain.

Umumnya yang dianggap sebagai rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu diketahui
dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang menyangkut keyakinan
religius, afiliasi dan haluan politik, urusan keluarga serta urusan sosial lainnya.

Hak atas kebebasan suara hati.


Pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya
tidak baik, atau yang tidak ingin dikerjakan oleh karyawan karena menurutnya hal
tersebut adalah salah. mungkin baik menurut perusahaan jadi pekerja harus dibiarkan
bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik.

7
Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan
atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilapori itu bisa saja atasan yang lebih
tinggi atau masyarakat luas. Rahasia perusahaan adalah sesuatu yang konfidensial dan
memang harus dirahasiakan, dan pada umumnya tidak menyangkut efek yang
merugikan apa pun bagi pihak lain, entah itu masyarakat atau perusahaan lain.

Whistle blowing umumnya menyangkut kecurangan tertentu yang merugikan baik


perusahaan sendiri maupun pihak lain, dan kalau dibongkar memang akan
mempunyai dampak yang merugikan perusahaan, paling kurang merusak nama baik
perusahaan tersebut. Contoh whistle blowing adalah tindakan seorang karyawan yang
melaporkan penyimpangan keuangan perusahaan. Penyimpangan ini dilaporkan pada
pihak direksi atau komisaris atau kecurangan perusahaan yang membuang limbah
industri ke sungai dan lain-lain.

Terdapat dua macam whistle blowing, yaitu :

• Whistle blowing internal


Hal ini terjadi ketika seorang atau beberapa orang karyawan tahu mengenai
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian
melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih tinggi. Motivasi
utama dari whistle blowing adalah motivasi moral yaitu demi mencegah kerugian bagi
perusahaan tersebut.
Motivasi moral ada dua macam motivasi moral baik dan motivasi moral buruk. Untuk
mencegah kekeliruan ini dan demi mengamankan posisi moralnya, karyawan pelapor
perlu melakukan beberapa langkah:
a) Cari peluang kemungkiann dan cara yang paling cocok tanpa menyinggung
perasaan untuk menegur sesama karyawan atau atasan itu.
b) Karyawan itu perlu mencari dan mengumpulkan data sebanyak mungkin
sebagai pegangan konkret untuk menguatkan posisinya, kalau perlu disertai
dengan saksi-saksi kuat.
• Whistle blowing eksternal
Menyangkut kasus dimana seorang pekerja mengetahui kecurangan yang dilakukan
perusahaannnya lalu membocorkannya kepada masyarakat karena dia tahu bahwa
kecurangan itu akan merugikan masyarakat.
Misalnya;
manipulasi kadar bahan mentah dalam formula sebuah produk. Motivasi utamanya
adalah mencegah kerugian bagi masyarakat atau konsumen. Pekerja ini punya
motivasi moral untuk membela kepentingan konsumen karena dia sadar semua
konsumen adalah manusia yang sama dengan dirinya dan karena itu tidak boleh
dirugikan hanya demi memperoleh keuntungan.

B. Kewajiban Pegawai
Dalam pandangan rasional perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk
bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang

8
mungkin mengancam tujuan tersebut. Kewajiban karyawan dan perusahaan dibagi
menjadi tiga yaitu:
1) Kewajiban Ketaatan
Dalam kewajiban ketaatan karyawan harus taat kepada atasannya di
perusahaan, tetapi karyawan tidak harus mematuhi semua perintah yang diberikan
oleh atasannya. Perintah-perintah tersebut antara lain seperti etika atasan menyuruh
karyawan tersebut untuk melakukan hal yang tidak bermoral, seperti membunuh
musuh atasannya, atau dapat pula berupa korupsi. Dapat pula dalam bentuk
mengerjakan tugas pribadi atasannya, misalnya untuk kepentingan pribadi atasan
bukan untuk kepentingan perusahaan, seperti mencuci mobil dan merenovasi rumah
pribadi milik atasannya. Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang
demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati,
misalnya sekretaris diberi tugas untuk bersih-bersih, dan lain sebagainya. Cara untuk
menghindari terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaaatan adalah membuat
deskripsi pekerjaan yang jelas dan cukup lengkap pada saat karyawan mulai bekerja
di perusahaan. Namun deskripsi pekerjaan ini harus dibuat cukup luwes sehingga
kepentingan perusahaan selalu bisa di beri prioritas.
2) Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban ini adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial atau rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.
Kewajiban ini tidak hanya berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan tetapi
berlangsung terus setelah ia pindah kerja. Kewajiban ini menjadi lebih aktual ketika
karyawan tersebut pindah kerja di perusahaan baru yang bergerak di bidang yang
sama. Contohnya adalah seorang akuntan, ia tidak boleh membocorkan kondisi
finansial perusahaan lama ke perusahaan baru. Kewajiban konfidensialitas ini terbatas
pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang diperoleh atau diketahui sambil bekerja
di perusahaan pada prinsipnya tidak termasuk kewajiban konfidensialitas. Misalnya
keterampilan yang dikembangkan oleh karyawan itu dengan bekerja pada perusahaan
yang sama. Alasan etika yang mendasari kewajiban ini adalah bahwa perusahaan
menjadi pemilik informasi rahasia itu.

3) Kewajiban Loyalitas
Kewajiban loyalitas adalah konsekuensi dari status seseorang sebagai
karyawan perusahaan ia harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan dan turut
9
merealisasikan tujuan tersebut. Faktor utama yang dapat membahayakan terwujudnya
loyalitas adalah konfilk kepentingan (conflict of interest) artinya konflik kepentingan
pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan
kepentingan pribadi yang bersaing dengan kepentingan perusahaan. Misalnya
karyawan memproduksi produk yang sama dengan produk perusahaan dan
menjualnya dengan harga murah. Konflik kepentingan tidak selalu berkaitan dengan
masalah uang. Contohnya, seorang yang bekerja di suatu perusahan memutuskan
untuk membeli peralatan kantor dari perusahaan tempat dimana anaknya bekerja,
walaupun sebenarnya ada penawaran harga yang lebih baik dari perusahaan lain.
4) Kewajiban Melaporkan kesalahan
Ada dua macam pelaporan kesalahan perusahaan atau whistle blowing, secara
internal dan eksternal. Dalam pelaporan internal, pelaporan kesalahan dilakukan di
dalam perusahaan sendiri dengan melewati atasan langsung. Misalnya seorang
karyawan bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kepada direksi, dengan
melewati kepala bagian dan manajer umum. Pada pelaporan eksternal, karyawan
melaporkan kesalahan perusahaan kepada instansi pemerintah atau kepada masyarakat
melalui media komunikasi. Misalnya karyawan melaporkan bahwa perusahaannya
tidak memenuhi kontribusinya kepada Jamsostek atau tidak membayar pajak melalui
media massa atau pihak eksternal lainnya.
Terdapat sebuah pertanyaan etika dalam melakukan pelaporan kesalahan
perusahan ini, “apakah whistle blowing ini boleh dilakukan karena pada prinsipnya
bertentangan dengan kewajiban loyalitas karyawan terhadap perusahaannya?” Namun
setelah didiskusikan lebih mendalam, jawabnya adalah boleh karena karyawan tidak
hanya mempunyai kewajiban loyalitas kepada perusahaan tetapi ia juga mempunyai
kewajiban kepada masyarakat umum apabila perusahaan tersebut melakukan
kesalahan.
Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut terpenuhi:
• Kesalahan perusahaan harus besar
Kesalahan ini hanya dapat dilaporkan jika menyebabkan kerugian bagi pihak ketiga,
terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan kegiatan yang dilakukan perusahaan
bertentangan dengan tujuan perusahaan.
• Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar

10
• Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian
bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.
Misalnya karyawan memutuskan berhenti dari suatu pekerjaan karena kecewa dengan
atasannya. Setelah ia pergi dari perusahaan itu, ia membuka praktek kurang etis dari
perusahaan seperti tidak membayar pajak. Motif pelaporan ini adalah untuk balas
dendam.
• Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan
perusahaan dibawa ke luar.
Jika karyawan merasa bertanggungjawab, ia harus berusaha dulu untuk
menyelesaikan masalah di dalam perusahaan sendiri melalui jalur yang tepat. Hal ini
juga sesuai dengan kewajiban loyalitasnya. Baru setelah upaya penyelesaian secara
internal gagal, ia boleh memikirkan whistle blowing.
• Harus ada kemungkinan nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat
sukses.
Jika sebelumnya orang tahu bahwa pelaporan kesalahan tidak akan menghasilkan apa-
apa, misalnya tidak bisa mencegah terjadinya kerugian untuk pihak ketiga, lebih baik
orang tersebut tidak melapor.
Whistle blowing adalah masalah etis yang tidak enak untuk semua pihak yang
bersangkutan. Untuk perusahaan ataupun pelaku bisnis, whistle blowing akan
membawakan banyak kerugian secara materil maupun moril. Mulai dari turunnya
pamor perusahaan terhadap produknya, hingga menurunnya keuntungan yang
didapatkan akibat pelaporan ini. Untuk pelapor, whistle blowing adalah langkah yang
diambil dengan berat hati karena resiko yang akan didapatkannya cukup besar. Di
beberapa negara ada kode etik profesi, misalnya kode etik insinyur yang secara tidak
langsung menganjurkan whistle blowing. Dalam kode etik ini memuat ketentuan
bahwa keamanan dan keselamatan masyarakat harus di tempatkan di atas segalanya.
Ada juga negara yang melindungi para whistle-blowers melalui jalur hukum, seperti
Inggris dengan undang-undang yang disebut The Public Interest Disclosure Act
(1998).
Ada sejumlah situasi dimana pegawai gagal melaksanakan kewajiban untuk mencapai tujuan
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Konflik Kepentingan

11
Konflik kepentingan dalam bisnis muncul saat seorang pegawai atau pejabat duatu
perusahaan melaksanakan tugasnya, namun dia memiliki kepentingan-kepentingan
pribadi terhadap hasil dari pelaksanaan tugas tersebut yang (a) mungkin bertentangan
dengan kepentingan perusahaan, dan (b) cukup substansial sehingga kemungkinan
mempengaruhi penilaiannya sehingga tidak seperti yang diharapkan perusahaan.
Konflik kepentingan bisa bersifat aktual dan potensial. Konflik kepentingan aktual
terjadi saat seseorang melaksanakan kewajibannya dalam satu cara yang mengganggu
perusahaan dan melakukannya demi kepentingan pribadi. Konflik kepentingan
potensial terjadi saat seseorang, karena didorong kepentingan pribadi, bertindak
dalam suatu cara yang merugikan perusahaan.
2. Pencurian Pegawai dan Komputer
Pegawai perusahaan memiliki perjanjian kontraktual untuk hanya menerima
keuntungan tertentu sebagai ganti hasil kerjanya dan menggunakan sumber daya
perusahaan hanya dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Tindakan pegawai
yang mencari tambahan keuntungan pribadi atau menggunakan sumber daya
perusahaan untuk dirinya sendiri merupakan tindakan pencurian karena keduanya
berarti mengambil atau menggunakan properti milik orang lain (perusahaan) tanpa
persetujuan pemilik yang sah.
Tindakan memeriksa, menggunakan atau menyalin informasi atau program komputer
merupakan pencurian. Disebut pencurian karena informasi yang dikumpulkan dalam
bank data komputer oleh suatu perusahaan dan program komputer yang
dikembangkan atau dibeli perusahaan merupakan properti dari perusahaan yang
bersangkutan.
3. Insider Trading
Insider trading sebagai tindakan membeli dan menjual saham perusahaan berdasarkan
informasi “orang dalam” perusahaan. Informasi “dari dalam” atau “dari orang dalam”
tentang suatu perusahaan merupakan informasi rahasia yang tidak dimiliki publik di
luar perusahaan, namun memiliki pengaruh material pada harga saham perusahaan.
Insider trading adalah ilegal dan tidak etis karena orang yang melakukannya berarti
“mencuri” informasi dan memperoleh keuntungan yang tidak adil dari anggota
masyarakat lain. Namun demikian, sejumlah pihak menyatakan bahwa insider trading
secara sosial menguntungkan dan menurut prinsip utilitarian, tindakan ini seharusnya
tidak dilarang, malah dianjurkan.

12
C. Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai
Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional,
adalah memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui
sebagai imbalan atas jasa mereka. Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban
ini: kelayakan gaji dan kondisi kerja pegawai. Gaji dan kondisi kerja merupakan
aspek-aspek kompensasi yang diterima pegawai dari jasa yang mereka berikan, dan
keduanya berkaitan dengan masalah apakah pegawai menyetujui kontrak kerja secara
sukarela dan sadar. Jika seorang pegawai "dipaksa" menerima pekerjaan tanpa upah
yang memadai atau kondisi kerja yang layak, maka kontrak kerja tersebut dianggap
tidak adil.
1) Gaji
Setiap perusahaan menghadapi dilema ketika menetapkan gaji pegawai seperti,
bagaimana menyeimbangkan kepentingan perusahaan untuk menekan biaya dengan
kepentingan pegawai untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi diri mereka
sendiri dan keluarga? Tidak ada rumus sederhana untuk menentukan "gaji yang
layak". Kelayakan gaji sebagian bergantung pada dukungan yang diberikan
masyarakat (jaminan sosial, perawatan kesehatan, kompensasi pengangguran,
pendidikan umum, kesejahteraan, dan sebagainya), kebebasan pasar kerja, kontribusi
pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan. Meskipun tidak ada cara untuk
menentukan gaji yang layak dengan pasti, namun kita setidaknya bisa
mengidentifikasi sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan gaji
dan upah, yaitu: a) Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang bekerja, b)
Kemampuan perusahaan, c) Sifat pekerjaan, d) Peraturan upah minimum, e)
Hubungan dengan gaji lain, dan f) Kelayakan negosiasi gaji.
2) Kondisi Kerja: Kesehatan dan Keamanan
Keselamatan kerja bisa terwujud bilamana tempat kerja itu aman, bebas dari resiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati.
Hampir semua negara modern mempunyai peraturan hukum guna melindungi
keselamatan dan kesehatan kaum pekerja. Dalam hal ini peraturan hokum disemua
negara belum tentu sama dan belum tentu memuaskan. Terlepas dari aturan hukum
para ajikan tidak bebas dari kewajiban tetapi terikat dengan alasan-alasan etika.
Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan kepada
kepentingan ekonomis. Resiko memang tidak selalu bisa dihindari, tetapi harus
dibatasi sampai seminimal mungkin, walaupun upaya itu bisa mengakibatkan biaya
13
produksi bertambah. Selain itu si pekerja harus menerima resiko itu dengan bebas,
setelah lebih dahulu ia diberikan ekstra untuk mengimbangi resiko, baik dalam gaji
langsung maupun asuransi khusus.
3) Kondisi Kerja: Kepuasan Kerja
Spesialisasi pekerjaan yang berlebihan memang tidak baik karena alasan lain, yaitu
bahwa cara ini memberikan beban yang tidak adil pada pekerja. Juga ada banyak
bukti bahwa cara ini tidak mendukung efisiensi. Pekerjaan yang dispesialisasikan
dalam dua dimensi yaitu secara horizontal dengan membatasi jangkauan tugas dan
membatasi repetisi atau pengulangan dalam cakupan tugasnya. Jangkauan tugas yang
terlampau jauh melewati batas kemampuan pegawai dapat menyebabkan pegawai
frustasi. Demikian juga kerja rutin yang berulang dalam jangka waktu panjang dapat
lebih cepat menciptakan kejenuhan. Selain secara horizontal, pekerjaan juga bisa
dispesialisasikan secara vertikal dengan mebatasi rentang pengwasan dan
pengambilan keputusan atas kegiatan-kegiatan dala suatu pekerjaan.
4) Tidak melakukan diskriminasi
Perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan membeda-bedakan
pegawai. Contohnya saja diskiminasi yang terjadi dimana – mana seperti AS,
Indonesia dan lain – lain. Diskriminasi baru akan terhapus betul bila suatu negara
semua warganya mempunyai hak yang sama dan diperlakukan dengan cara yang sama
pula. Diskriminasi timbul biasanya disertai dengan alasan yang tidak relevan.

2.2 Organisasi politik


Dalam model organisasi politik, individu dilihat berkumpul membentuk koalisi yang
selanjutnya saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan, dan
pengaruh. Dengan demikian, "tujuan" organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi
yang paling kuat dan paling dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang "sah",
namun ditetapkan melalui tawar menawar antara berbagai koalisi. Realita dasar organisasi,
menurut model ini, bukanlah otoritas formal atau hubungan kontraktual, namun kekuasaan:
kemampuan individu (atau kelompok individu) untuk mengubah perilaku pihak lain menuju
cara yang diinginkan tanpa harus mengubah perilaku mereka sendiri menuju cara yang tidak
diinginkan.
Jika kita memfokuskan pada kekuasaan sebagai dasar realita organisasional, maka
permasalahan etis utama yang akan kita temui saat kita mengamati suatu organisasi adalah
masalah yang berkaitan dengan akuisisi dan pelaksanaan kekuasaan. Masalah etis utama
14
difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun pada
hambatan-hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi. Etika
perilaku organisasional yang dilihat dari perspektif model politik difokuskan pada
pertanyaan: Apa batasan moral, jika ada, pada pelaksanaan kekuasaan dalam organisasi?
Dalam bagian-bagian berikut ini, kita akan membahas dua aspek dari pertanyaan ini, yaitu:
(a) Apa, jika ada, batasan moral pada kekuasaan manajer yang dapat diterapkan pada
pegawai? (b) Apa, jika ada, batasan moral pada kekuasaan pegawai yang dapat diterapkan
pada pegawai lain?

2.3 Organisasi yang penuh perhatian


Aspek kehidupan organisasional tidak cukup baik digambarkan dalam model
kontraktual yang merupakan dasar dari organisasi "rasional", ataupun dengan model
kekuasaan yang mendasari organisasi "politik". Mungkin aspek tersebut paling tepat
digambarkan sebagai organisasi penuh perhatian (caring), di mana konsep-konsep moral
utamanya sama dengan konsep yang mendasari etika memberi perhatian. Jeanne M. Lied tka
menggambarkan organisasi semacam itu sebagai organisasi, atau bagian organisasi, di mana
tindakan memberi perhatian merupakan: a) Difokuskan sepenuhnya pada individu (pribadi),
bukan "kualitas", "keuntungan", atau gagasan-gagasan lain yang saat ini banyak dibicarakan;
b) Dilihat sebagai tujuan dalam dan dari dirinya sendiri, serta bukan hanya sarana untuk
mencapai kualitas, keuntungan, dan sebagainya; c) Bersifat pribadi, dalam artian bahwa hal
tersebur melibatkan individu-individu tertentu yang memberikan perhatian, pada tingkat
subjektif, pada individu tertentu lainnya; dan d) Pendorong pertumbuhan bagi yang diberi
perhatian, dalam artian bahwa tindakan ini menggerakkan mereka menuju pemanfaatan dan
pengembangan kemampuan seutuhnya, dalam konteks kebutuhan dan aspirasi mereka
sendiri.
Dalam organisasi caring, kepercayaan tumbuh subur karena orang merasa wajib
saling memercayai jika mereka melihat diri mereka sebagai pihak-pihak yang saling
membutuhkan dan saling terkait. Karena kepercayaan tumbuh subur dalam organisasi
semacam itu, maka organisasi tidak perlu melakukan banyak investasi untuk mengawasi para
pegawainya dan memastikan bahwa mereka tidak melanggar perjanjian kontraktual.
Dalam model kontraktual, masalah etis penting muncul dari kemungkinan terjadinya
pelanggaran terhadap hubungan kontraktual. Dalam model politik, masalah etis penting
muncul dari kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan. Lalu apa masalah etis penting dari

15
perspektif organisasi carin? Jawabannya adalah memberikan perhatian terlalu banyak atau
kurang banyak.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Semua manusia tidak akan bisa lepas dari masalah etika, bila disadari secara jujur.
Apalagi sebuah perusahaan yang tidah berdiri sendiri, yang mempekerjakan banyak tenaga
kerja, bila tidak hati – hati dalam mengelola dapat merugikan semua pihak, tidak hanya
perusahaan tapi juga pekerjaan masyarakat. Pada jaman sekarang masalah etika bisnis
sangatlah penting untuk diperhatikan karena menyangkut perilaku jujur dan bermoral karena
ada kaitanya dengan manusia. Dalam setiap langkah bisnis, apabila pekerja dan pengusaha
selalu memperhatikan hak dan kewajiban masing – masing yang tidak menyimpang dari
kepentingan bersama dalam arti tidak melanggar etika maka semua akan dapat survive terus.
Adapun kewajiban pekerjaan terhadap perusahaan merupakan hak sedangkan kewajiban
perusahaan terhadap karyawan antara lain tidak diskriminasi, upah adil, menjamin kesehatan
dan keselematan, tidak memberhentikan karyawan dengan semena – mena dan lain – lain.
Kewajiban ini bagi karyawan merupakan hak karyawan dan hak tersebut bila tidak dipenuhi
termasuk perbuatan yang kurang etis. Sekali lagi bahwa dalam bisnis modern yang penuh
persaingan ketat, para pengusaha menyadari bahwa pengakuan, penghargaa dan jaminan atas
hak – hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu
perusahaan. Hal ini disebabkan karena jaminan atas hak – hak pekerja pada akhirnya
berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas dan kinerja
setiap pekerja. Terimakasih

17
DAFTAR PUSTAKA

Velasquez, Manuel G. ETIKA BISNIS Konsep dan Kasus, Edisi 5, Penertbit Andi,
Yogyakarta
http://dokumen.tips/download/link/etika-individu-dan-organisasi

18

Anda mungkin juga menyukai