Kabupaten/Kota
MATERI INTI 1
EPIDEMIOLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta akan dapat menjelaskan tentang epidemiologi
kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah
yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas
sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.
Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu
eliminasi kusta tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada tahun 2000, namun demikian
berdasarkan data yang dilaporkan, jumlah penderita baru, proporsi cacat tingkat 2 dan
proporsi anak sampai saat ini belum menunjukkan adanya penurunan yang bermakna.
Kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di dunia, sehingga pada tahun 2009
ILEP/WHO mengeluarkan “Penguatan Strategi Global untuk terus menurunkan beban
akibat Penyakit Kusta (2011-2015)”. Kemudian dilanjutkan mengeluarkan Global Leprosy
Strategy 2016–2020, yang bertujuan untuk mempercepat menuju dunia bebas kusta dengan
1
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
menggunakan prinsip-prinsip dalam melakukan suatu action, memastikan akuntabilitas dan
meniadakan inklusi terhadap penderita kusta.
Strategi global tersebut sesuai dengan WHO yang bertujuan untuk menyediakan
cakupan kesehatan universal dengan berfokus pada anak-anak, wanita dan populasi yang
rentan. Ini juga akan berkontribusi untuk mencapai tujuan SDGs 3 yaitu mencapai
kesehatan dan kesejahteraan semua orang pada tahun 2030.
Dengan mengetahui proses terjadinya infeksi atau rantai penularan penyakit maka
intervensi yang sesuai dapat dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan tersebut.
2
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Gambar 1.1
Peta Status Eliminasi menurut Provinsi Di IndoneisaTahun 2019
Tabel 1.1
Distribusi Kasus Baru Kusta menurut Regional WHO Tahun 2019
Regional WHO Jumlah Kasus Baru yang Jumlah Kasus kusta Terdaftar
Ditemukan tahun 2019 (Prevalensi) akhir tahun 2019
(Case Detection Rate)
Afrika 20.205 (18)a 22.695 (17,6)b
Amerika 29.936 (29,5) 35.231 (34,7)
Mediterania Timur 4.211 (5,8) 4.894 (6,7)
Eropa 42 (<0,1) 18 (<0,1)
Asia Tenggara 143.787 (70,4) 109.956 (53,8)
Pasifik Barat 4.004 (2,1) 4.381(2,3)
Total 202.185 (25,9) 177.175 (22,4)
a
Case detection rate dalam tanda kurung per per 1 juta penduduk
b
Prevalence rate terlihat dalam tanda kurung per 1 juta penduduk
Sementara itu di regional Asia Tenggara distribusi kasus kusta bervariasi berdasarkan
penemuan kasus baru dan prevalensi seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Situasi Kusta di Wilayah WHO SEARO pada Tahun 2019
Jumlah Kasus Baru yang Jumlah Kasus Kusta
Negara
Ditemukan Terdaftar akhir tahun 2019
Bangladesh 3.638 3.216
3
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Bhutan 18 18
Korea utara 0 0
India 114.451 79.898
Indonesia 17.439 19.938
Maladewa 5 6
Myanmar 2.488 2.287
Nepal 3.844 2.921
Sri Lanka 1.658 1.270
Thailand 138 269
Timor Leste 108 133
Total 143.787 109.956
Dari tabel ini terlihat bahwa secara global terjadi penurunan penemuan kasus
baru, akan tetapi beberapa negara seperti Angola, Ethl, Kiribati, Indonesia, Nepal, dan
Filipina, Sudan, Somalia menunjukkan peningkatan deteksi kasus baru.
4
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Tabel 1.3 Tren deteksi kasus baru Kusta di 23 negara prioritas global selama 10 tahun terakhir
Negara 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Angola 1 076 508 431 850 NR 823 619 605 847 721
Bangladesh 3 848 3 970 3 688 3 141 3 622 3 976 3 000 3 754 3 729 3638
Brazil 34 894 33 955 33 303 31 044 31 064 26 395 25 218 26 875 28 660 27863
Comoros NR 502 NR 480 324 343 310 429 275 478
Côte d’Ivoire NR 770 1 030 1 169 910 891 895 773 645 567
Republik Demokratik Kongo 5 049 3 949 3 607 3 744 3 272 4 237 3 765 3 649 3 323 3032
Egypt 680 649 644 NR 564 583 651 543 407 537
Ethiopia 4 430 NR 3 776 4 374 3 758 3 970 3 692 3 114 3 218 3201
India 126 800 127 295 134 752 126 913 125 785 127 326 135 485 126 164 120 334 114451
Indonesia 17 012 20 023 18 994 16 856 17 025 17 202 16 826 15 910 17 017 17439
Kiribati 182 111 94 137 123 180 218 187 173 136
Madagascar 1 520 1 577 1 474 1 569 1 617 1 487 1 780 1 430 1 424 1283
Micronesia 117 196 252 195 178 164 169 141 127 144
Mozambique 1 207 1 097 758 NR NR 1 335 1 289 1 926 2 422 2220
Myanmar 2 936 3 082 3 013 2 950 2 877 2571 2609 2279 2214 2488
Nepal 3 118 3 184 3 492 3 225 3 046 2 751 3 054 3 215 3 249 3844
Nigeria 3 913 NR 3 805 3 385 2 983 2 892 2 687 2 447 2 095 2424
Filipina 2 041 1 818 2 150 1 729 1 655 1 617 1 721 1 908 2 176 2122
Somalia 47 255 139 NR 14 107 635 1576 2610 2425
Sudan Selatan 1 799 1 801 576 691 NR NR NR 761 1152
Sri Lanka 2 027 2 178 2 191 1 990 2 157 1 977 1 832 1 877 1 703 1658
Sudan 2 394 706 727 677 684 624 624 551 509 414
Republik Tanzania 2 349 NR 2 528 2 005 1 947 2 256 2 047 1 936 1 482 1603
Kasus baru di negara
prioritas global 215 640 207 624 222 649 207 009 204 296 203 707 209 126 201 289 199 400 193 840
Proporsi dari total kasus
(%) 94.4 94.8 95.6 96.0 95.9 96.1 95.9 95.3 95.6 95.9
Total Global 228 474 219 075 232 857 215 656 213 067 211 973 217 971 211 182 208 619 202 185
5
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
6
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Kasus Baru Kusta Januari - Desember 2019
7
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Grafik.1.1
Tren Angka Prevalensi dan Penemuan Kusta Baru tahun 2011-2019
Di Myanmar kejadian kusta lepromatosa lebih sering terjadi pada etnik Burma
dibandingkan dengan etnik India. Situasi di Malaysia juga mengindikasikan hal
yang sama, kejadian kusta lepromatosa lebih banyak pada etnik China
dibandingkan etnik melayu dan India.
8
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Tahun 2019, kasus baru kusta pada anak dilaporkan sebanyak 2.009 kasus
(11,52%). Proporsi kasus anak ini tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan
target nasional yaitu 5%. Hal tersebut mengindikasikan kemungkinan masih
banyaknya sumber penularan tersembunyi di masyarakat
Setiap tahunnya, kasus kusta pada perempuan dilaporkan sebanyak 36-40% dari
keseluruhan kasus kusta baru. Pada tahun 2019, dilaporkan sebanyak 6.698 kasus
kusta pada perempuan (38,4%). Proporsi kasus kusta pada perempuan perlu
dipantau untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan akses layanan kesehatan antara
perempuan dengan laki-laki.
9
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
1) Penyebab
Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae dimana untuk pertama
kali ditemukan oleh G.H. Armauer Hansen pada tahun 1873.
M.Leprae hidup dalam sel dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf
(Schwan Cell) dan sel dari sistem retikulo endotelial.
Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2 – 3 minggu. Di luar tubuh manusia (dalam
kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari.
Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus adalah 27-30°C.
10
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
2) Sumber Penularan
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber
penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse dan pada
telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus (Athymic nude mouse).
4) Cara Penularan
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2 – 5 tahun, akan tetapi dapat
juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M. Leprae yang utuh (hidup) keluar dari
tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain.
Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan
penderita. Penderita yang sudah minum obat sesuai regimen WHO tidak menjadi
sumber penularan kepada orang lain.
Contoh:
Dari 100 orang yang terpapar; 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri
tanpa obat, 2 orang menjadi sakit dimana hal ini belum memperhitungkan pengaruh
pengobatan.
11
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk dalam salah satu dari 3 kelompok
berikut ini, yaitu:
a) Pejamu yang mempunyai kekebalan tubuh tinggi merupakan kelompok terbesar
yang telah atau akan menjadi resisten terhadap kuman kusta.
b) Pejamu yang mempunyai kekebalan rendah terhadap kuman kusta, bila
menderita penyakit kusta biasanya tipe PB.
c) Pejamu yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta yang
merupakan kelompok kecil, bila menderita kusta biasanya tipe MB.
12
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
b. Pasif, yaitu penemuan penderita kusta yang dilakukan terhadap orang yang belum
pernah berobat kusta, atas kemauan sendiri atau atas saran orang lain ke puskesmas
atau fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan lain (RS, Klinik, Balai Pengobatan).
2. Pencegahan
Untuk mencegah penularan kusta kepada orang sehat dilakukan pemberian
kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis kusta dilakukan dengan cara pemberian Rifampisin
dosis tunggal (Single Dose Rifampicin/SDR) kepada kontak dekat dari kasus indeks.
Pemberian kemoprofilaksis ini telah terbukti secara efektif mengurangi risiko kusta.
kriteria:
Metode ini membutuhkan biaya dan tenaga yang sangat besar, oleh karenanya
pendekatan ini sangat disarankan pada daerah–daerah dengan kriteria:
1) Kabupaten/kota dengan beban tinggi yang memiliki angka penemuan kasus
baru > 5 per 100.000 penduduk
2) Daerah terisolir dengan akses terbatas/ sulit (DTPK, daerah tertinggal)
3) Daerah dengan pelayanan kesehatan (terutama Kusta) yang tidak memadai/
rutin.
Keuntungan: pemberian kemoprofilaksis dilakukan serentak pada seluruh
penduduk sehingga mendapatkan intervensi yang sama dan lebih termotivasi
untuk meminum obat
Kerugian: membutuhkan biaya dan tenaga yang sangat besar
13
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
1. Daerah beban tinggi yang memiliki penderita kusta baru >5 per 100.000
penduduk atau >30 penderita kusta baru per tahun selama 3 tahun berturut-
turut
2. Daerah dengan stigma tinggi sehingga kemungkinan besar indeks kasus akan
menolak dibuka kerahasiaan tentang penyakit Kusta yang dialaminya
3. Daerah dengan penduduk yang padat dan tinggal berkelompok/ kluster
4. Tersedia tenaga kader kesehatan aktif yang memadai
5. Harus tersedia formulir pemeriksaan bercak suspek kusta (minimal 1 buah
untuk 1 keluarga)
Keuntungan: dapat meningkatkan diseminasi informasi Penyakit Kusta dan
meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko penularan penyakit Kusta. Selain itu,
beban kerja petugas dalam melakukan pemeriksaan Kusta relatif lebih ringan.
14
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Berikut ini adalah bagan intervensi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kusta.
Cara Pemutusan Mata Rantai Penularan Penyakit Kusta
Kemoprofilaksis Pengobatan
MDT
Menjadi sakit dan tubuh
mereka menjadi tempat
perkembangan
Mycobacterium leprae
Penderita
Tuan
Kusta
rumah/Host:
menjadi
yang
sumber
kekebalannya
penularan
kurang
Cara Cara
masuk ke keluar: dari
host: dari saluran
saluran nafas
nafas
Cara penularan
utama: Melalui
percikan droplet
15
Modul Pengendalian Penyakit Kusta bagi Pengelola Program Kusta di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
16