Anda di halaman 1dari 3

Pandemi Tak Kunjung Usai, Pemilik Kos Gang II Wonocolo Terancam Kerugian Besar

LAMONGAN - Tahun 2020 menjadi periode pandemi terluas yang pernah tercatat. Banyak
sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan, yang turut terdampak sebagai akibat dari
meluasnya pandemi. Menanggapi atas kondisi pandemi yang menerpa, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nadiem Makarim menerbitkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), yang
mengarah pada pemberlakuan kebijakan sekolah dari rumah.

Hingga kini, sudah terhitung hampir dua tahun pandemi ini bergelut di sekitar kita. tak hanya
sektor pendidikan, sektor perekonomian pun mengalami kelumpuhan akibat pandemi ini.
Begitu pun para pemilik bisnis kos di sekitar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya (Uinsa). Hal itu dikarenakan banyak dari mahasiswa yang memutuskan untuk
berhenti melanjutkan perpanjangan sewa kos dan memilih pulang kampung. Keputusan
penyewa itu tentunya sangat berpengaruh pada perekonomian para pemilik kos.

LPM Solidaritas berbicara dengan tiga orang pemilik kos yang menjelaskan bagaimana
pandemi telah mengubah hidup mereka.

‘Terbentur Pandemi, Otomatis Yakin Nggak Ada Yang Kos’

Fendi mengatakan bahwa semua kosnya yang berjumlah tiga kamar dan berjejer itu, belum
pernah sesepi ini pada sebelum pandemi.
Memang, kos-kosannya yang baru berdiri setahun sebelum pandemi itu selalu penuh oleh
para penyewa yang sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa.

“Rata-rata emang anak kuliah dulu (penyewa), trus karena terbentur pandemi, otomatis
yakin nggak ada yang kos. Kerasa banget pas ada pandemi kos-kosan jadi sepi,” ungkap
Fendi pada Sabtu (4/12) siang.

Ketika LPM Solidaritas tiba di tempat, hanya ada satu kamar kosong yang belum disewa.
Sementara itu, kamar sisanya telah booking namun belum berpenghuni diakibatkan masih
diberlakukannya kuliah daring.

“Yang menempati dua kamar ini memang tidak ada di tempat. Yang satu (kamar sebelah
ujung kiri) berdomisili Gresik dan semester tiga, dan yang satunya (kamar sebelah ujung
kanan) berdomisili di Singapura dan semester akhir,” kata Fendi.

Fendi juga menambahkan bahwa dia sempat membersihkan kedua kos tersebut karena
adanya rumor pembelajaran tatap muka dari universitas tempat kedua penyewa tersebut
belajar. Akan tetapi, nyatanya sampai saat ini masih ada surat edaran nomor 879 tahun
2021 dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai universitas terdekat
terkait pembelajaran tatap muka terbatas yang mulai diberlakukan pada 1 November 2021,
khusus untuk mahasiswa yang berdomisili di Sidoarjo dan Surabaya, dan telah mendapat
vaksin lengkap.

Di masa pandemi ini, kebanyakan para pemilik kos juga telah melonggarkan kebijakan
mereka dan menawarkan sewa kos harian.

Bagi Fendi, langkah itu menunjukkan perbedaan yang cukup besar; kosannya disewa oleh
orang pekerja atau mahasiswa yang memiliki urusan di universitas.

“Ada (penyewa mahasiswa), paling ya harian (sewanya).” katanya. “Di sini cuma skripsi,
seharian doang.”

Kos Sunyi Sejak Awal April

Kerugian dari bisnis kos-kosan tentu sangat berpengaruh pada menurunnya perekonomian.
Salah satunya juga yang dialami oleh Kabul pemilik 36 kamar kos putri. Lokasi kos yang
selalu ramai, kini menjadi sangat sepi. Dari 36 kamar, yang tersedia hanya tujuh kamar yang
terhuni.

“Sejak awal April mulai ada yang pulang, mendekati lebaran itu malah sudah hampir semua
(kosong)”. kata Nur, penjaga kos.

Kos milik Kabul ini merupakan kos dengan skala besar. Harga sewa per-bulan untuk satu
kamar sebesar Rp 850.000,-. Dengan jumlah 36 kamar, tingkat pendapatan dari usaha kos-
kosan sudah mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Namun, karena terdampak pandemi
tingkat pendapatan otomatis menurun dan mengalami kerugian.
Usaha kos-kosan perlu adanya perawatan setiap tempo tertentu yang memerlukan biaya.
Dengan sepinya penyewa kamar kos selama hampir dua tahun ini, maka para pemilik kos
terancam mengalami kerugian akibat biaya perawatan kamar.

Dari Kos Bulanan Menjadi Harian Dan Mingguan

Salah satu pemilik kos di gang Wonocolo Surabaya yakni Uwin menerangkan bahwa
sebelum pandemi semua kamar di kosannya terisi penuh namun ketika pandemi ini
memaksakan perkuliahan diadakan secara daring kosannya pun semua kosong.

“Yah, sebelum pandemi ini full semua, cuman kan pas pandemi kosong semuma, kebetulan
yang nempati waktunya skripsian jadi langsung pulang,” ujarnya.

Saat ditanyai mengenai apakah sudah ada orang yang memesan kamar, Uwin mengatakan
bahwa selama ini belum ada yang memesan tetapi ada yang sudah bertanya via WhatsApp.
Walaupun begitu, pemilik kos ini belum berani menerima uang muka (DP) kecuali calon
penyewa menyaksikan kondisi kos atau kamar secara langsung.

“Selama pandemi ini masih belum, cuman masih tanya-tanya aja lewat WhatsApp. Tapi aku
nggak berani minta DP nanti aja pas mbaknya ke sini dan lihat sendiri (kondisi kos), dilihat
aja dulu. Kalo di DP nggak mau aku. Nanti ya kalau jadi, kalo nggak kan kasihan. jadi siapa
cepat dia dapat gitu aja,” paparnya.

Walaupun dalam kondisi tidak berpenghuni, dalam kos milik Uwin masih ada barang milik
penghuni sebelumnya yang dititipkan. Pemilik kos tersebut mengaku bahwa apabila
penghuni kosnya pulang kampung namun masih ada barang yang dititipkan penghuni tetap
diwajibkan membayar walaupun hanya membayar separuh dari harga yang ditetapkan.

Meskipun sudah ditetapkan hanya membayar separuh bagi penyewa yang masih
meninggalkan barangnya, pemilik pun pernah mendengarkan keluh kesah salah satu
penyewa yang merasa keberatan dan tidak kuat lagi untuk membayar separuh. Namun,
Uwin, sang pemilik kos tersebut malah membiarkannya begitu saja.

“Malah sekarang ada yang ngomong ‘Haduh buk, udah nggak kuat bu bayar separuh’, ya
udah mbak terserah mbaknya aja,” paparnya dengan memperagakan nada bicara penyewa
kos yang keberatan membayar separuh dari tarif yang ditentukan.

Upaya lain juga dilakukan Uwin agar kamar tidak terkesan menganggur, yakni dengan
membuka kos harian dengan tarif per hari sebesar Rp50.000 per orang, sedangkan per
minggunya sebesar Rp200.000, dan jika per bulannya Rp520.000 per dua orang. Namun
dari ketiganya yang biasanya disewa selama pandemi yakni kos harian dan mingguan
karena ada acara kampus.

“Jadi selama pandemi nggak ada orang, cuma harian, mingguan soalnya mungkin ada
acara di kampus.” pungkasnya. (dil/kik/il)

Anda mungkin juga menyukai