Anda di halaman 1dari 12

POLITICAL MARKETING (PEMASARAN POLITIK)

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Politik

Dosen Pengampu : Desi Widiawati, M. Sos

Disusun oleh:

1. Febriana 43010190027

2. Melania Silfa Hutabarat 43010190152

3. Reta Restuna 43010190210

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

IAIN SALATIGA

2021
Kata pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya. Sehingga makalah dengan judul “Political Marketing (Pemasaran
Politik)” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun dari kami menyadari masih banyak
terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Desi Widiawati,
M. Sos. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Politik yang telah memberikan tugas ini.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi
mengenai kebenaran ilmiah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah ini dapat diperbaiki
dan menjadi lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.wb

Salatiga, November 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era sekarang ini, politik tidak boleh hanya dimenangkan lewat pengerahan
massa, tapi juga melalui strategi pemasaran yang jelas. Menurut pakar politik Eep
Saefulloh Fatah, political marketing di Indonesia berfungsi agar ada pendekatan
antara paratai atau kadidat dengan pemilih. “political marketing” berarti partai atau
kadidat datang ke publik melalui media, pendekatan dengan tokoh-tokoh atau
organisasi tertentu.

Marketing politik dalam sebuah pemilu memainkan peran yang sangat penting
karena merupakan bagian dari aktivitas persuai dalam pendekatan marketing politi.
Kampanye mengemas pesan pilitik secara intensif dalam kurun waktu tertentu yang
dibatasi, guna mendapatkan pengaruh dikalangan khalayak politik. Dengan harapan,
khalayak mendukung dan menjatuhkan pilihan kadidat yang mengkampanyekan diri
mereka tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagi berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan political marketing?

C. Tujuan

Dengan memahami rumusan masalah, maka bertujuan untuk:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan political marketing sesuai dengan


komunikasi politik
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian

Marketing menurut Bruce I Newman adalah proses memilih customer,


menganalisa kebutuhan mereka dan kemudian mengembangkan inovasi produk,
advesrtising, harga dan strategi dalam basic informasi. Marketing dalam
pengertian Bruce bukan dalam pengertian marketing biasa, melainkan produk
politik berupa imeg politik, platform, pesan politik. Jadi bias di simpulkan
penfertian tentang political marketing dapat disimpulkan bahwa political
marketing adalah serangkaian aktiviats terencana, strategis, bergukir jangka
panjanag dan pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih. Hal
ini adalah salah satu metode baru bagi partai ataupun kadidat yang akan ikut
bertarung dalam ranah politik.

Sistem demokrasi sendiri yang diterapkan oleh Indonesia lebih ke kritis


dalam menilai dan menganalisis apa yang dilakukan oleh partai politik. Pada
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi masyarakat Indonesia masa
kini lebih sadar dan mengetahui bagaimana cara berpolitik yang benar. Dampak
bagi partai politik adalah jika mereka masih menggunakan pendekatan eksploitatif
maka partai politik atau kandidat akan semakin ditinggalkan oleh konstituen atau
pendukung mereka dan akan semakin kehilangan peluang untuk memenangkan
pemilihan. Oleh sebab itu, maka pendekatan baru yaitu pendekatan political
marketing perlu diterapkan oleh partai politik atau kandidat apabila mereka tidak
menginginkan kehilangan dukungan dari masyarakat sebagai pemilih.

Penggunaan pendekatan marketing dalam dunia politik dikenal dengan


marketing politik (political marketing). Dalam marketing politik, yang ditekankan
adalah penggunaan pendekatan marketing untuk membantu politikus (dalam hal
ini kandidat pilkades) dan partai politik agar lebih efisien dan efektif dalam
membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. Hubungan ini
diartikan sangat luas, dari kontak fisik selama periode kampanye sampai dengan
komunikasi tidak langsung melalui pemberitaan di media massa1. Marketing yang
diadaptasi ke dalam dunia politik, dapat memberikan inspirasi tentang cara
seorang kandidat dalam membuat produk berupa isu dan program kerja
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.

Menurut Lock dan Harris2 terdapat beberapa karakteristik mendasar yang


membedakan marketing politik dengan marketing dalam dunia bisnis. Perbedaan-
perbedaan tersebut adalah:

a. Pada setiap pemilihan umum, semua pemilih memutuskan siapa yang mereka
pilih pada hari yang sama. Hampir tidak ada perilaku pembelian produk dan
jasa dalam dunia usaha seperti perilaku yang terjadi selama pemilihan umum.

b. Meskipun beberapa pihak beragumen tentang adanya biaya individu dalam


jangka pangjang atau penyesalan (dalam bahasa ekonomi) sebagai akibat
keputusan yang diambil ketika melaksanakan percoblosan dalam pemilu, pada
kenyataannya tidak ada harga langsung ataupun tidak langsung yang terkait
dengan pencoblosan. Hal inilah yang pailing mmbedakan konsep pembelian
(purchase) dalam arti politik dibandingkan dengan pembelian dalam dunia
bisnis.

c. Meskipun tidak ada harga spesifik yang terkait dengan pencoblosan yang
dilakukan, pemilih harus hidup dengan pilihan kolektif, meskipun kandidat
atau partai yang memenangkan pemilu bukan pilihan mereka. Hal ini
membedakan pilihan publik dengan proses pembelian yang terjadi di pasar
ekonomi. Dalam proses pembelian dalam pasar ekonomi, produk, dan jasa
yang dikonsumsi adalah yang mereka beli. Pembeli dapat menolak konsumsi
atas barang-barang yang tidak disukai. Sedangkan dalam politikketika partai
atau kandidat mereka kalah, pihak yang kalah ini harus hidup dan menelan
kenyataan atas berkuasanya partai atau kanididat yang memenangkan pemilu.

d. Produk politik dari patai politik atau kandidat individu adalah produk tidak
nyata (intangible) yang sangat kompleks, tidak mungkin dianalisis

1
Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
hlm.128
2
Lock, A dan Harris P (1996) Political Marketing-Vive la Difference! Europan Journal of Marketing, Historia i
Polityka. Vol. 30 No.30 hal.14-16
keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan pemilih menggunakan
judgment terhadap keseluruhan konsep dan pesan yang diterima.

e. Meskipun terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk mengubah


arah dan platform partai politik, kemungkinan untuk memunculkan brand
politik yang baru sangat sulit. Soalnya, brand dan image politik pada
umumnya adalah sudah melekat dengan keberadaan partai tersebut.

f. Pemenang pemilu akan mendominasi dan memonopoli proses pembuatan


kebijakan politik. Pemenang pemilu akan mendapatkan hak dan legitimasi
untuk melakukan semua hal yang mengatur keteraturan sosial dalam
masyarakat.

g. Dalam banyak kasus marketing di dunia bisnis, brand yang memimpin pasar
cenderung untuk tetap menjadi leader dalam pasar. Sedangkan dalam politik,
pihak yang berkuasa akan dapat dengan mudah jatuh menjadi partai yang tidak
popular ketika mengeluarkan kebijakan publik yang tidak popular seperti
menaikkan pajak dan manaikkan harga bahan bakar minyak. Reputasi politik
dapat meroket dan dengan cepat jatuh tenggelam hingga kedasar yang paling
dalam.

Konsep marketing politik mencoba untuk melakukan perubahan-perubahan


didalam dunia politik dengan tujuan agar dapat mengembalikan dunia politik
kepada tujuan semula yaitu menyerap dan mengapresiasikan pendapat
masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya adalah :

a) Menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek dari para kandidat. Menjadi
subjek berarti bebas menentukan pilihan sendiri tanpa adanya tekanan dari
apapun dan manapun. Subjek menentukan mana yang terbaik bagi dirinya
sendiri dan bukannya ditentukan oleh pihak lain atau orang lain. Sedangkan
menjadi objek berarti tidak dapat menentukan pilihan mereka sendiri.

b) Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal dalam


menyusun program kerja yang ditawarkan sebagai pemecahan masalah.

c) Marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tetapi menyediakan


tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga dari situ akan
terbangun kepercayaan, sehingga selanjutnya akan diperoleh dukungan suara
mereka.

Menurut Firmanzah3, marketing politik bukanlah konsep untuk menjual partai


politik atau kandidat individu ke pemilih, namun sebuah konsep yang
menawarkan bagaimana sebuah partai politik atau kandidat individu bisa
membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Marketing
politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus oleh kandidat
dalam membangun kepercayaan melalui proses jangka panjang bukan hanya pada
saat kampanye.

B. Pendekatan Political Marketing

1. Pull Marketing

Yakni penyampaian produk politik kepada para pemilih melalui saluran


media massa seperti yang dilihat melalui iklan politik dan kampanye seperti
yang dapat kita saksikan melalui berita-berita politik yang disiarkan oleh
stasiun televisi, radio, internet bahkan mellaui koan

2. Push marketing

Usaha agara produk politik dapat menyentuh para pemilih secara


langsung atau dengan cara yang lebih personal yang berintikan pada usaha
agar pemilih merasakan dengan panca indra, perasaan, pikiran, tindakan,
dan mengaitkan dirinya dengan produk politik yang disampaiakn kandidat.

3. Pass marketing

Yakni penyampaian produk politik kepada influencer melalui orang


ketiga seperti individu-individu dan kelompok yang berorganisasi atau tidak
berorganisasi yang mempunai pengaruh besar atau menjadikan rujukan bagi
para pemilih sehingga sangat mempengaruhi persepsi para pemilih untuk
memilih dalam pemilu

C. Fungsi Political Marketing

3
Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
hlm.156
Fungsi dari political marketing adalah menganalisis posisi pasar, yakni
memetakan persepsi dan preferensi pasar pemilih, dan mengorganisisr harapan-
harapan dari masyarakat sehingga dapat menjadikan sesuatu acuan dalam
berkampanye dan untuk menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih.

Menetapkan tujuan obyektif kampanye dan pengalokasikan sember daya,


implementasi strategi untuk membedik segmen-segmen yang disasar berdasarkan
sumber daya yang ada sehingga sesuai dengan apa yang yang diinginkan dan
menjadikan suatu kekeuatan dalam mencapai tujuan

D. Peran Marketing dalam Politik

Dunia politik kini menjadi lebih terbuka dan transparan. Siapa pun dapat masuk
ke dalamnya untuk ikut meramaikan, baik sebagai kandidat yang dicalonkan
maupun hanya sebagai pendukung yang bersorak sorai. Keadaan yang demikian
menjadikan dunia politik kental diwarnai persaingan terlebih lagi didukung
dengan kembalinya system multi-partai. Persaingan yang terjadi adalah
persaingan menjadi popular yang berujung pada perebutan hati konstituen agar
kandidat personal atau partai politik tersebut dipilih. Persaingan inilah yang
menuntut para pelaku politik untuk memikirkan cara dan metode yang efektif
bagaaimana meyakinkan konstituen/masyarakat bahwa kandidat atau partai politik
merekalah yang layak dipilih.

Melihat ke belakang, ternyata marketing disangkutkan dengan komunikasi dan


persuasi dalam dunia perdagangan, telah dilakukan semenjak dahulu kala. Pada
waktu itu, aktivitas marketing meliputi penetapan harga, negosiasi, komunikasi
kualitas produk, inventaris produk, dan strategi jalur produksi. Kini, aktivitas
marketing itu sendiri hamper dipastikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.
Mulai dari iklan yang kita lihat ditelevisi, majalah, supermarket, papan reklame
yang kita lihat di pinggir jalan, mencoba segelas kecil produk minuman ringan di
supermarket, sampai ke hal-hal yang menyangkut komunikasi dan persuasi.

Ketika marketing mulai bergerak dalam dunia politik, maka marketing lebih
dilihat sebagai proses pertukaran. Bila dalam dunia perdagangan proses
pertukaran. Yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli dimana pembeli
menukar uang dengan barang atau jasa penjual maka dalam dunia politik
pertukaran yang terjadi adalah antara kandidat yang menawarkan visi, misi dan
kepemimpianan politik yang ditukar dengan suara dari masyarakat pada pemilihan
umum4. Dalam hal ini marketing dilihat secara filosofis dan relasional. Filosofis
dalam arti marketing adalah mekanisme pertukaran antara dua pihak atau
lebih5.Kandidat memiliki gagasan, ide, kreativitas, dan kemampuan untuk
mengatasi persoalan bangsa. Untuk mengkomunikasikan hal itu, maka diperlukan
marketing.

Marketing diperlukan untuk membangun loyalitas konstituen/masyarakat.


Konstituen perlu dibina, dipertahankan, serta dimengerti dalam hal yang
menyangkut permasalahan mereka. Melalui marketing akan didapat feedback dari
masyarakat, dari situlah muncul hubungan yang relasional. Jadi marketing dalam
dunia politik adalah marketing yang Orientasi marketingnya outward looking.
Dimana orientasinya harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar
sedangkan mekanisme marketingnya adalah mekanisme yang relasional.

E. Branding dan Positioning Politik

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminology, symbol atau logo spesifik
atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu
produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang
bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan
ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk
menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai
politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislative
yang turut ambil bagian pada pemilihan ini. Oleh karena itu agar para calon
anggota legislative ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarrang mereka
melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding.
Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan
persepsi positif untuk mendapatkan dukungan6. Personal branding merupakan
proses penanaman citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi politik
tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler

4
Bruce 1 Newman & Richard Perloff, Op.cit.hlm.19
5
Firmanzah, Op.cit.hlm.159
6
Agus W Soehadi, 2005. Effective Branding, Bandung : PT. Mizan Pustaka.hlm.62
didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran dan kesan yang dipunyai
seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut
Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah di
olah, diorganisasikan dan disimpan individu7.

7
Jalaludin Rakhmat,2001,Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya,hlm.223
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Marekting politik dalam pemilu akan semakin intensif karena dukungan


media massa. Saat ini industri media di Indonesia sangat maju pesat, sehigga
memungkinkan digunakan secara intensif dalam marketing politik para
kandidat baik perseorangan maupun kelompok. Dari model penyampaian
produk marketing itu merupakan hal yang sangat pokok dalam political
marketing diantaranya:

 Pull marketing pemasaran politik melalui media massa

 Push marketing melalui personal kandidat atau figur

 Pass marketing pemasaran politik melalui orang ketiga ataupun team


sukses dan para tokoh pentingna yang dapat mempengaruhi para
pemilih.
DAFTAR PUSTAKA

Agus W Soehadi, 2005. Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka

Bruce 1 Newman & Richard Perloff, Op.cit

Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan
Obor Indonesia

Jalaludin Rakhmat, 2001, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya

Lock, A dan Harris P (1996) Political Marketing-Vive la Difference! Europan Journal of


Marketing, Historia i Polityka. Vol. 30 No.30

Anda mungkin juga menyukai