Makalah Political Marketing Kelompok 9
Makalah Political Marketing Kelompok 9
Disusun oleh:
1. Febriana 43010190027
FAKULTAS DAKWAH
IAIN SALATIGA
2021
Kata pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya. Sehingga makalah dengan judul “Political Marketing (Pemasaran
Politik)” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun dari kami menyadari masih banyak
terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Desi Widiawati,
M. Sos. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Politik yang telah memberikan tugas ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi
mengenai kebenaran ilmiah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah ini dapat diperbaiki
dan menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era sekarang ini, politik tidak boleh hanya dimenangkan lewat pengerahan
massa, tapi juga melalui strategi pemasaran yang jelas. Menurut pakar politik Eep
Saefulloh Fatah, political marketing di Indonesia berfungsi agar ada pendekatan
antara paratai atau kadidat dengan pemilih. “political marketing” berarti partai atau
kadidat datang ke publik melalui media, pendekatan dengan tokoh-tokoh atau
organisasi tertentu.
Marketing politik dalam sebuah pemilu memainkan peran yang sangat penting
karena merupakan bagian dari aktivitas persuai dalam pendekatan marketing politi.
Kampanye mengemas pesan pilitik secara intensif dalam kurun waktu tertentu yang
dibatasi, guna mendapatkan pengaruh dikalangan khalayak politik. Dengan harapan,
khalayak mendukung dan menjatuhkan pilihan kadidat yang mengkampanyekan diri
mereka tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
a. Pada setiap pemilihan umum, semua pemilih memutuskan siapa yang mereka
pilih pada hari yang sama. Hampir tidak ada perilaku pembelian produk dan
jasa dalam dunia usaha seperti perilaku yang terjadi selama pemilihan umum.
c. Meskipun tidak ada harga spesifik yang terkait dengan pencoblosan yang
dilakukan, pemilih harus hidup dengan pilihan kolektif, meskipun kandidat
atau partai yang memenangkan pemilu bukan pilihan mereka. Hal ini
membedakan pilihan publik dengan proses pembelian yang terjadi di pasar
ekonomi. Dalam proses pembelian dalam pasar ekonomi, produk, dan jasa
yang dikonsumsi adalah yang mereka beli. Pembeli dapat menolak konsumsi
atas barang-barang yang tidak disukai. Sedangkan dalam politikketika partai
atau kandidat mereka kalah, pihak yang kalah ini harus hidup dan menelan
kenyataan atas berkuasanya partai atau kanididat yang memenangkan pemilu.
d. Produk politik dari patai politik atau kandidat individu adalah produk tidak
nyata (intangible) yang sangat kompleks, tidak mungkin dianalisis
1
Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
hlm.128
2
Lock, A dan Harris P (1996) Political Marketing-Vive la Difference! Europan Journal of Marketing, Historia i
Polityka. Vol. 30 No.30 hal.14-16
keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan pemilih menggunakan
judgment terhadap keseluruhan konsep dan pesan yang diterima.
g. Dalam banyak kasus marketing di dunia bisnis, brand yang memimpin pasar
cenderung untuk tetap menjadi leader dalam pasar. Sedangkan dalam politik,
pihak yang berkuasa akan dapat dengan mudah jatuh menjadi partai yang tidak
popular ketika mengeluarkan kebijakan publik yang tidak popular seperti
menaikkan pajak dan manaikkan harga bahan bakar minyak. Reputasi politik
dapat meroket dan dengan cepat jatuh tenggelam hingga kedasar yang paling
dalam.
a) Menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek dari para kandidat. Menjadi
subjek berarti bebas menentukan pilihan sendiri tanpa adanya tekanan dari
apapun dan manapun. Subjek menentukan mana yang terbaik bagi dirinya
sendiri dan bukannya ditentukan oleh pihak lain atau orang lain. Sedangkan
menjadi objek berarti tidak dapat menentukan pilihan mereka sendiri.
1. Pull Marketing
2. Push marketing
3. Pass marketing
3
Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
hlm.156
Fungsi dari political marketing adalah menganalisis posisi pasar, yakni
memetakan persepsi dan preferensi pasar pemilih, dan mengorganisisr harapan-
harapan dari masyarakat sehingga dapat menjadikan sesuatu acuan dalam
berkampanye dan untuk menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih.
Dunia politik kini menjadi lebih terbuka dan transparan. Siapa pun dapat masuk
ke dalamnya untuk ikut meramaikan, baik sebagai kandidat yang dicalonkan
maupun hanya sebagai pendukung yang bersorak sorai. Keadaan yang demikian
menjadikan dunia politik kental diwarnai persaingan terlebih lagi didukung
dengan kembalinya system multi-partai. Persaingan yang terjadi adalah
persaingan menjadi popular yang berujung pada perebutan hati konstituen agar
kandidat personal atau partai politik tersebut dipilih. Persaingan inilah yang
menuntut para pelaku politik untuk memikirkan cara dan metode yang efektif
bagaaimana meyakinkan konstituen/masyarakat bahwa kandidat atau partai politik
merekalah yang layak dipilih.
Ketika marketing mulai bergerak dalam dunia politik, maka marketing lebih
dilihat sebagai proses pertukaran. Bila dalam dunia perdagangan proses
pertukaran. Yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli dimana pembeli
menukar uang dengan barang atau jasa penjual maka dalam dunia politik
pertukaran yang terjadi adalah antara kandidat yang menawarkan visi, misi dan
kepemimpianan politik yang ditukar dengan suara dari masyarakat pada pemilihan
umum4. Dalam hal ini marketing dilihat secara filosofis dan relasional. Filosofis
dalam arti marketing adalah mekanisme pertukaran antara dua pihak atau
lebih5.Kandidat memiliki gagasan, ide, kreativitas, dan kemampuan untuk
mengatasi persoalan bangsa. Untuk mengkomunikasikan hal itu, maka diperlukan
marketing.
Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminology, symbol atau logo spesifik
atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu
produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang
bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan
ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk
menciptakan brand yang unggul.
Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai
politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislative
yang turut ambil bagian pada pemilihan ini. Oleh karena itu agar para calon
anggota legislative ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarrang mereka
melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding.
Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan
persepsi positif untuk mendapatkan dukungan6. Personal branding merupakan
proses penanaman citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi politik
tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler
4
Bruce 1 Newman & Richard Perloff, Op.cit.hlm.19
5
Firmanzah, Op.cit.hlm.159
6
Agus W Soehadi, 2005. Effective Branding, Bandung : PT. Mizan Pustaka.hlm.62
didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran dan kesan yang dipunyai
seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut
Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah di
olah, diorganisasikan dan disimpan individu7.
7
Jalaludin Rakhmat,2001,Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya,hlm.223
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Firmanzah, (2012), Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta, Yayasan
Obor Indonesia
Jalaludin Rakhmat, 2001, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya