Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

KEKERASAN PADA ANAK


Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah

Intervensi Trauma dan Krisis

Dosen Pembimbing : Ns. Fiki Wijayanti, S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh :

Puji Lestari Abadiah ( 011191095 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVVERSITAS NGUDI WALUYO

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan tugas ini, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan tugas sebagai tugas dari mata kuliah Intervensi Trauma dan Krisis.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman, kami sepenuhnya


menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas ini
nantinya dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Tujuan .............................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................ 2

BAB II ISI JURNAL ................................................................................... 3

A. Judul Artikel .................................................................................... 3


B. Penulis / Peneliti .............................................................................. 3
C. Nama Jurnal .................................................................................... 3
D. Ringkasan Jurnal ............................................................................ 3
1. Problem ................................................................................. 3
2. Intervention ........................................................................... 4
3. Comparation .......................................................................... 4
4. Outcome ................................................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 6

A. Analisis Jurnal ................................................................................. 6


B. Implikasi .......................................................................................... 6
C. Kelebihan dan Kekurangan ........................................................... 6

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 8

A. Kesimpulan ...................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

LAMPIRAN ............................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda maka pertumbuhan dan pencapai
kemampuan perkembangannya juga berbeda. Anak-anak memiliki
kebutuhan yang harus dipuaskan agar dapat tumbuh secara normal
bahkan sejak mereka masih bayi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
meliputi kebutuhan fisik sampai psikologis yang pada umumnya
dipenuhi oleh care giver (orang tua, kakek/nenek, pengasuh, atau orang
dewasa yang bertanggung jawab atas pengasuhan dan kesejahteraan
anak). Dengan demikian, anak akan merasakan pengalaman cinta yang
murni dan disiplin yang sehat. Kondisi tersebut memberikan mereka
perasaan aman dan puas sehingga anak dapat berkembang sesuai
dengan real self mereka.
Berdasarkan pada realitas yang ada, tidak sedikit dari orang tua,
masyarakat maupun lingkungan yang seharusnya bertanggung jawab
atas pengasuhan dan kesejahteraan anak terkadang justru berperan
sebagai faktor pemicu masalah pada diri anak. Salah satu fenomena
yang kini sering menjadi sorotan publik dan semakin sering terjadi
adalah tindakan kekerasan terhadap anak atau yang lebihdikenal
sebagai Child abuse. Kekerasan dan penelantaran anak meliputi
perbuatan ataupun penelantaran anak yang mengakibatkan morbiditas
dan mortalitas. kekerasan dapat bersifat fisik,emosi atau seksual.
Definisi kekerasan atau dalam hal ini perlakuan salah (child abuse)
bervariasi. Tindak kekerasan terhadap anak merupakan permasalahan
yang cukup kompleks, karena mempunyaidampak negatif yang serius,
baik bagi korban maupun lingkungan sosialnya. Secara umum
kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan satu
individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik
dan atau mental.
Undang–Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.
Pasal 4 mnyebutkan bahwa “Setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Kasus kekerasan pada anak memicu
adanya peningkatan ekses-ekses negatif pada diri anak, sekaligus

1
perilaku destruktif yang dilakukan oleh pelaku tindak kekerasan baik
yang dilakukan oleh orang tua, guru, maupun lingkungan. Ekses- ekses
negatif yang ditimbulkan tersebut dapat berupa resiko kesulitan
penyesuaian diri, bersosialisasi, depresi dan merasa terisolir, tidak
diterima, kehilangan keinginan untuk bermain bersama teman sebaya,
ketidaknyamanan dalam kelompok sebaya, berkurangnya nafsu makan,
berat badan, gangguan tidur, dan lesu, kecemasan, sering menangis,
lambat berpikir, keinginan untuk bunuh diri, merasa bersalah, tidak
berharga, dan tidak punya harapan tidak bisa konsentrasi, lemah, dan
motivasi rendah, berperilaku antisosial, kecemasan, performa sekolah
yang menurun (Amriana, 2014)

B. Tujuan
Tujuan saya menganalisis jurnal ini ialah supaya lebih menambah
wawasan saya mengenai beberapa pengaruh khususnya untuk kasus
kekerasan pada anak.

C. Manfaat
1. Mengetahui apa saja yang dimaksud dengan kekerasan pada
anak.
2. Lebih menambah wawasan pengetahuan mengenai kekerasan
pada anak.

2
BAB II

ISI JURNAL

A. Judul Artikel
1. Konseling Krisis Dengan Pendekatan Konseling Realitas Untuk
Menurunkan Kecemasan Anak Korban Kekerasan Seksual
2. Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kabupaten Karawang

B. Penulis / Peneliti
1. Mela Elfida Putri
2. Ermaya Sari Bayu Ningsih dan Sri Hennyati

C. Nama Jurnal
1. Proceedings International Conference ( 2017 ), pp. 93-99
2. Jurnal Bidan “ Midwife Journal” Volume 4 No. 02, Juli 2018

D. Ringkasan Jurnal
1. Problem
Kekerasan seksual terhadap anak menurut ECPAT (End
Child Prostitution In Asia Tourism) Internasional merupakan
hubungan atau interaksi antara seorang anak dan seorang yang
lebih tua atau anak yang lebih banyak nalar atau orang dewasa
seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak
tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek pemuas bagi
kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan
menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan.
Kegiatan-kegiatan tidak harus melibatkan kontak badan antara
pelaku dengan anak tersebut. Bentuk-bentuk kekerasan seksual
sendiri bisa berarti melakukan tindak perkosaan ataupun
pencabulan1. Kekerasan seksual terhadap anak juga dikenal
dengan istilah child sexual abuse. Dalam banyak kejadian, kasus
kekerasan seksual terhadap anak sering tidak dilaporkan kepada
kepolisi. Kasus tersebut cenderung dirahasiakan, bahkan jarang
dibicarakan baik oleh pelaku maupun korban. Para korban merasa
malu karena menganggap hal itu sebagai sebuah aib yang harus
disembunyikan rapat-rapat atau korban merasa takut akan ancaman
pelaku (Ningsih & Hennyati, 2018)

3
2. Intervention
Menggunakan pendekatan konseling krisis adalah teknik
yang digunakan didalamnya sangat beragamsesuai dengan tipe
krisis dan akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan ini memberikan
keuntungan karena singkat dan langsung. Sedangkan pendekatan
konseling realitas disini digunakan sebagai salah satu intervensi
untuk membantu pola pikir anak korban kekerasan dengan
menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek ketidak
sadaran. Konseling realitas disini sangat cocok bagi
intervensi intervensi singkat dalam situasi-situasi konseling krisis
dan bagi penanganan para remaja dan orang-orang dewasa
penghuni lembaga-lembaga untuk tingkah laku criminal (Amriana,
2014)
Intervensi Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) berbeda
dengan intervensi lain, program ini berbentuk pelatihan yang
menggunakan orang tua secara langsung dengan mengajarakan
cara atau keterampilan menjalin interaksi yang positif dengan
anak-anak mereka dan diberikan teknik pendampingan untuk
permasalahan traumatic anak.(Ningsih & Hennyati, 2018)

3. Comparation
a. Jurnal 1
Peneliti merespon penelitian ini dalam tema
Konseling Krisis dengan Pendekatan Konseling Realitas
untuk Menurunkan Kecemasan Anak Korban Kekerasan
Seksual. Alasan peneliti menggunakan pendekatan
konseling krisis adalah teknik yang digunakan didalamnya
sangat beragam sesuai dengan tipe krisis dan akibat yang
ditimbulkannya.

b. Jurnal 2
Metode Penelitian ini adalah bersifat kualitatif studi
fenomenologi. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposif sample yaitu berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Subjek
penelitian adalah korban, pelaku, orangtua korban, saksi,
tetangga dan didukung kepolisian dan petugas forensik
terkait kasus kekerasan seksual yang melaporkan ke

4
Kepolisian Resor Karawang terjadi pada tahun 2014 sampai
Mei 2015. berjumlah 21 orang dengan kriteria informan
kunci, informan utama, informan triangulasi/ tambahan.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
studi dokumentasi dan FGD. Analisis data mnggunakan
analisis isi atau content analysis.

4. Outcome
Meningkatkan program komunikasi informasi edukasi
(KIE) untuk meningkatkan pengetahuan anak dan orangtua,
meningkatkan peran serta keluarga untuk memberikan pendidikan
agama lebih mendalam, sosialisasi pada masyarakat dengan
program 20 menit berbicara dengan anak

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Jurnal
Kekerasan seksual terhadap anak menurut ECPAT (End Child
Prostitution In Asia Tourism) Internasional merupakan hubungan atau
interaksi antara seorang anak dan seorang yang lebih tua atau anak yang
lebih banyak nalar atau orang dewasa seperti orang asing, saudara
sekandung atau orang tua dimana anak tersebut dipergunakan sebagai
sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini
dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau
tekanan. Kegiatan-kegiatan tidak harus melibatkan kontak badan antara
pelaku dengan anak tersebut. Bentuk-bentuk kekerasan seksual sendiri bisa
berarti melakukan tindak perkosaan ataupun pencabulan1. Kekerasan
seksual terhadap anak juga dikenal dengan istilah child sexual abuse.
Dalam banyak kejadian, kasus kekerasan seksual terhadap anak sering
tidak dilaporkan kepada kepolisi. Kasus tersebut cenderung dirahasiakan,
bahkan jarang dibicarakan baik oleh pelaku maupun korban. Para korban
merasa malu karena menganggap hal itu sebagai sebuah aib yang harus
disembunyikan rapat-rapat atau korban merasa takut akan ancaman pelaku.
Sedangkan si pelaku merasa malu dan takut akan di hukum apabila
perbuatannya diketahui. Keengganan pihak keluarga melaporkan kasus
kekerasan seksual pada anak yang dialami, bisa jadi merupakan salah satu
sebab kasus tersebut terjadi seperti fenomena gunung es. Karena yang
tampak hanya sebagian kecil saja, sedangkan sebagian besar tidak tampak.
Apalagi jika kasus tersebut menyangkut pelaku orang terkenal, tokoh
masyarakat, dikenal dengan dekat oleh korban atau ada hubungan
keluargaantara korban dan pelaku (Ningsih & Hennyati, 2018)
.
B. Implikasi
Dalam dunia keperawatan, adanya konseling sangatlah amat
diperlukan khususnya bagi orang tua agar dapat lebih menjaga sikap, tutur
kata terhadap anak sehingga dapat menurunkan kasus kekerasan pada
anak.

C. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan

6
Dilakukannya konseling dapat sedikit membantu
mengurangi kasus kekerasan khususnya pada anak.

2. Kekurangan
Tidak semua orang tua faham mengenai bagaimana
memperlakukan anak sebagai mestinya, sehingga tidak sedikit
orang tua yang kurangnya komunikasi dengan anak cenderung
menjadi salah satu faktor terjadinya kekerasan pada anak.

7
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal.Kejahatan
ini dapat ditemukan di seluruh dunia, pada tiap tingkatanmasyarakat, tidak
memandang usia maupunjenis kelamin. Besarnya insiden yang dilaporkan
di setiap Negara berbeda-beda. Kekerasan seksual terhadap anak menurut
ECPAT (End Child Prostitution In Asia Tourism) Internasional merupakan
hubungan atau interaksi antara seorang anak dan seorang yang lebih tua
atau anak yang lebih banyak nalar atau orang dewasa seperti orang asing,
saudara sekandung atau orang tua dimana anak tersebut dipergunakan
sebagai sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan
ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau
tekanan. Kegiatan-kegiatan tidak harus melibatkan kontak badan antara
pelaku dengan anak tersebut.

B. Saran
1. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan sebagai alternative solusi
atas fenomena sosial berupa kekerasan seksual pada anak adalah
melakukan penyuluhan,mengadili pelaku, pendekatan ke lintas
sektor, merehabilitasi korban namun pemecahan akar dari masalah
harus dicari terlebih dahulu.
2. Diharapkan meningkatkan peran serta kepolisian, P2TP2A,
BKBPP, Dinas Sosial/ LK3, dan pemangku kepentingan/
stakeholder dalam mengatasi masalah kekerasan seksual pada anak

8
DAFTAR PUSTAKA

Amriana. (2014). Konseling Krisis dengan Pendekatan Konseling Realitas Untuk


Menurunkan Kecemasan Anak Korban Kekerasan Seksual. Universitas
Pendidikan Indonesia, 120–164.
https://www.gci.or.id/proceedings/view_article/168/3/ascc-2017

Ningsih, E. S. B., & Hennyati, S. (2018). Kekerasan Seksual Pada Anak Di


Kabupaten Karawang [Sexual Violence of Children In Karawang District].
Midwife Journal, 4(02), 56–65. http://jurnal.ibijabar.org/kekerasan-seksual-
pada-anak-di-kabupaten-karawang/

9
LAMPIRAN

https://www.gci.or.id/proceedings/view_article/168/3/ascc-2017

https://scholar.google.com/scholar?start=30&q=intervensi+trauma+krisis+kekeras
an+pada+anak&hl=id&as-sdt=0,5#d=gs_qabs&u%23p%3DkvVODAkJR4oJ

10

Anda mungkin juga menyukai