PEMBAHASAN
1
https://www.historyextra.com/period/20th-century/1973-uk-joined-european-economic-community-eec-
when-why/
2
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51308824, 30 Januari 2020, diperbarui 31 Januari 2020
Inggris, persaingan semakin ketat, dan berakibat pada meningkatnya pengangguran bagi
warga Inggris sendiri. (Jon Nanda & Mustika Permata, 2017)
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ernest Gellner yang menyatakan bahwa migran
tidak hanya didefinisikan oleh intoleransi komunitas negara tuan rumah namun juga oleh
kekuatan ekonomi, menurutnya Negara “tuan rumah” harus menolak untuk hidup
berdampingan dengan orang yang berbeda budaya dan harus bersedia diatur oleh kelompok
mayoritas yang sejalan dengan teori nasionalis yakni untuk melindungi budaya nasional dan
mengeluarkan orang asing yang ingin mempengaruhi kepentingan nasional negara tersebut.
(Eka Nizmi, 2016)
Ketika Inggris memutuskan bergabung dengan Uni Eropa, maka Inggris harus
mengorbankan kedaulatannya untuk bersedia berbagi dengan negara anggota lainnya, namun
bersamaan dengan itu, Inggris mendapatkan keuntungan dari segi perdagangan, di mana
Inggris dikenai pajak yang murah dalam melakukan aktivitas ekspor ke negara Uni Eropa
lainnya. Pasca Brexit, ada efek positif dan negatif yang dirasakan oleh Inggris, yakni Inggris
mendapatkan kembali kedaulatannya secara utuh, namun Inggris harus melakukan negosiasi
ulang dalam hal perdagangan. (Jon Nanda & Mustika Permata, 2017)
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Britania_Raya#cite_note-28
4
https://datatopics.worldbank.org/world-development-indicators
Grafik 1. PDB Per Kapita Britania Raya Tahun 1960 s.d. Tahun 2020
Selama bergabung dengan Uni Eropa pertumbuhan ekonomi Britania Raya senantiasa
mengalami peningkatan sejak dari tahun 1973-2015. Hal itu setidaknya dapat kita lihat dalam
grafik 2 yang menunjukkan pertumbuhan GDP perkapita Inggris sejak dari tahun 1973-2015
yakni satu tahun terakhir sebelum referendum Brexit.(Darwis & Howay, 2021)
Grafik 2. Pertumbuhan GDP per Kapita Britania Raya sejak 1973 – 2015
Sumber : The ConfereceBoard Total Economy Database (2016)
Setelah memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa pada pertengahan
tahun 2016, sempat muncul kekhawatiran akan nasib pertumbuhan ekonomi dari Britania
Raya. Pada saat awal referendum tahun 2016 memang terjadi penurunan GDP Per Kapita
yang cukup signifikan dibanding tahun 2015, yaitu 8,86% dari 45.039,24 USD GDP pada
tahun 2015 menjadi 41,048,35 USD GDP pada tahun 2016. Tetapi setelah berjalan kurang
lebih 3,5 tahun, dapat terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi (dalam hal ini GDP per Kapita)
dari Britania Raya, tidaklah mengalami kemunduran yang signifikan. Hal ini dapat kita lihat
pada Grafik 3 berikut.
46,000.00
45,000.00
44,000.00
43,000.00
42,000.00
41,000.00
40,000.00
39,000.00
38,000.00
37,000.00
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Grafik 3. GDP Per Kapita Britania Raya Tahun 2015 s.d. 2020
Sumber : ceicdata.com
Secara umum dengan bergabungnya Britania Raya menjadi anggota Uni Eropa,
banyak terdapat keuntungan-keuntungan terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi. Namun
demikian terdapat kerugian yang dialami oleh masyarakat local Britania Raya. Terutama
yaitu permasalahan imigran. Permasalahan tersebut antara lain adalah masalah
ekonomi, masalah keamanan, masalah perumahan, dan masalah mengenai Layanan
Kesehatan Nasional. Berbagai macam permasalahan tersebutlah yang akhirnya
mendorong sebagian elit politik dan rakyat Britania Raya untuk mengambil langkah
dengan mengadakan referendum yang berujung pada Brexit.