Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Alasan Utama Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa


Britania Raya menjadi anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Januari 1973, bersama
dengan Irlandia dan Denmark. Sebelum menjadi anggota, Britania Raya telah mengupayakan
sebuah ajuan permohonan untuk bergabung sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1960-an.
Namun, kedua upaya itu diveto oleh Presiden Prancis Charles De Gaulle karena percaya
bahwa Britania Raya terlalu bergantung pada AS, sehingga dapat merugikan daratan Eropa.1
Brexit menjadikan Britania Raya sebagai negara yang pertama keluar dari Uni Eropa
yang pemberlakuannya dimulai tanggal 1 Februari 2020. Britania Raya mengakhiri
keanggotaannya di Uni Eropa setelah selama 47 tahun menjadi anggotanya. 2
Seperti dua sisi mata uang, bergabungnya Inggris sebagai anggota Uni Eropa tentunya
memberikan keuntungan sekaligus adanya efek negatif yang dirasakan oleh Inggris.
Keuntungan bergabung dalam Uni Eropa bagi Britania Raya misalnya adalah rendahnya
halangan perdagangan bagi Britania Raya sendiri. Uni Eropa juga merupakan pasar yang
potensial bagi komoditas yang dihasilkan Britania Raya. Namun, tidak terlepas dari
banyaknya imigran, baik imigran Eropa maupun luar Eropa yang terus masuk ke negaranya,
berpotensi menyebabkan tingkat persaingan yang ketat antara warga asli Britania Raya dan
para imigran tersebut. Inilah yang menjadi salah satu alasan utama sebagian besar masyarakat
Britania Raya memilih untuk lepas dari naungan Uni Eropa. (Jon Nanda & Mustika Permata,
2017)
Penyerapan tenaga kerja di Britania Raya menunjukkan bahwa imigran yang berasal
dari Negara-negara Eropa Barat mendominasi sektor pekerjaan dengan bayaran tinggi seperti
manajer, insinyur, dan peneliti. Sedangkan warga yang berasal dari Negara A8 (Negara-
negara yang bergabung ke Uni Eropa pada tahun 2004) mendominasi sektor pekerjaan
dengan upah yang tidak terlalu tinggi dan sektor pekerjaan seperti buruh pabrik dan pekerja
bangunan. Berdasarkan laporan CER fenomena tersebut memberikan dampak positif bagi
warga Inggris sendiri (seperti meningkatnya upah minimum), namun warga Inggris melihat
fenomena tersebut dalam satu perspektif, bahwa semakin banyak imigran yang masuk ke

1
https://www.historyextra.com/period/20th-century/1973-uk-joined-european-economic-community-eec-
when-why/
2
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51308824, 30 Januari 2020, diperbarui 31 Januari 2020
Inggris, persaingan semakin ketat, dan berakibat pada meningkatnya pengangguran bagi
warga Inggris sendiri. (Jon Nanda & Mustika Permata, 2017)
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ernest Gellner yang menyatakan bahwa migran
tidak hanya didefinisikan oleh intoleransi komunitas negara tuan rumah namun juga oleh
kekuatan ekonomi, menurutnya Negara “tuan rumah” harus menolak untuk hidup
berdampingan dengan orang yang berbeda budaya dan harus bersedia diatur oleh kelompok
mayoritas yang sejalan dengan teori nasionalis yakni untuk melindungi budaya nasional dan
mengeluarkan orang asing yang ingin mempengaruhi kepentingan nasional negara tersebut.
(Eka Nizmi, 2016)
Ketika Inggris memutuskan bergabung dengan Uni Eropa, maka Inggris harus
mengorbankan kedaulatannya untuk bersedia berbagi dengan negara anggota lainnya, namun
bersamaan dengan itu, Inggris mendapatkan keuntungan dari segi perdagangan, di mana
Inggris dikenai pajak yang murah dalam melakukan aktivitas ekspor ke negara Uni Eropa
lainnya. Pasca Brexit, ada efek positif dan negatif yang dirasakan oleh Inggris, yakni Inggris
mendapatkan kembali kedaulatannya secara utuh, namun Inggris harus melakukan negosiasi
ulang dalam hal perdagangan. (Jon Nanda & Mustika Permata, 2017)

2.2. Implikasi Brexit Terhadap Gross Domestic Product Britania Raya


Ekonomi Britania Raya dapat dikategorikan sebagai perekonomian yang maju dan
berorientasi pasar. Britania Raya merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di
dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) nominal, terbesar kesembilan berdasarkan
PDB keseimbangan kemampuan berbelanja (KKB), dan urutan ke 22 berdasarkan PDB per
kapita, menyumbang 3,5% dari PDB dunia.3
Pada Grafik 1 tersaji PDB Britania Raya dari Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2020.4

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Britania_Raya#cite_note-28
4
https://datatopics.worldbank.org/world-development-indicators
Grafik 1. PDB Per Kapita Britania Raya Tahun 1960 s.d. Tahun 2020

Selama bergabung dengan Uni Eropa pertumbuhan ekonomi Britania Raya senantiasa
mengalami peningkatan sejak dari tahun 1973-2015. Hal itu setidaknya dapat kita lihat dalam
grafik 2 yang menunjukkan pertumbuhan GDP perkapita Inggris sejak dari tahun 1973-2015
yakni satu tahun terakhir sebelum referendum Brexit.(Darwis & Howay, 2021)

Grafik 2. Pertumbuhan GDP per Kapita Britania Raya sejak 1973 – 2015
Sumber : The ConfereceBoard Total Economy Database (2016)

Setelah memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa pada pertengahan
tahun 2016, sempat muncul kekhawatiran akan nasib pertumbuhan ekonomi dari Britania
Raya. Pada saat awal referendum tahun 2016 memang terjadi penurunan GDP Per Kapita
yang cukup signifikan dibanding tahun 2015, yaitu 8,86% dari 45.039,24 USD GDP pada
tahun 2015 menjadi 41,048,35 USD GDP pada tahun 2016. Tetapi setelah berjalan kurang
lebih 3,5 tahun, dapat terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi (dalam hal ini GDP per Kapita)
dari Britania Raya, tidaklah mengalami kemunduran yang signifikan. Hal ini dapat kita lihat
pada Grafik 3 berikut.
46,000.00
45,000.00
44,000.00
43,000.00
42,000.00
41,000.00
40,000.00
39,000.00
38,000.00
37,000.00
2015 2016 2017 2018 2019 2020

GDP Per Kapita (dalam USD)

Grafik 3. GDP Per Kapita Britania Raya Tahun 2015 s.d. 2020
Sumber : ceicdata.com

Secara umum dengan bergabungnya Britania Raya menjadi anggota Uni Eropa,
banyak terdapat keuntungan-keuntungan terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi. Namun
demikian terdapat kerugian yang dialami oleh masyarakat local Britania Raya. Terutama
yaitu permasalahan imigran. Permasalahan tersebut antara lain adalah masalah
ekonomi, masalah keamanan, masalah perumahan, dan masalah mengenai Layanan
Kesehatan Nasional. Berbagai macam permasalahan tersebutlah yang akhirnya
mendorong sebagian elit politik dan rakyat Britania Raya untuk mengambil langkah
dengan mengadakan referendum yang berujung pada Brexit.

Anda mungkin juga menyukai