Anda di halaman 1dari 8

Journal of Biology Learning

Journal of Biology Learning p-ISSN 2623 - 2243


Volume 1, Issue 2, page 114-121, September e-ISSN 2623 – 1476

Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar


Konsep Keanekaragaman Hayati Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing

Wiwin Febrianti, Aseptianova, Tutik Fitri Wijayanti*


FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
E-mail: fitri_wijayanti@live.com
diterima: 20 Agustus 2019, disetujui: 30 Agustus 2019, dipublikasikan: 30 September 2019.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar dengan model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar Kognitif siswa. Metode
penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Non equivalent control group design.
Sampel yang digunakan adalah kelas X SMAN 4 Palembang. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tes pilihan ganda yang berjumlah 24 soal untuk menilai
kemampuan kognitif siswa. Teknik analisis data menggunakan Paired Sample t-Test. Hasil penelitian
menyatakan pada kelas eksperimen dengan (α = 0,05) didapatkan nilai signifikansi (2-tailed) 0,000.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
dengan model inkuiri terbimbing memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep
keanekaragaman hayati kelas X di SMA Negeri 4 Palembang.

Kata Kunci: lingkungan sekolah, sumber belajar, inkuiri terbimbing, hasil belajar.

Using the School Environment as a Learning Resource for the Concept


of Biodiversity Using the Guided Inquiry Model

Wiwin Febrianti, Aseptianova, Tutik Fitri Wijayanti*


FKIP Universitas Muhammadiyah
Palembang E-mail: fitri_wijayanti@live.com
Accepted: August 20th, 2019. Approved: August 30th, 2019, Published: September 30th, 2019

Abstract
This study aims to determine the effect of using the school environment as a
learning resource with guided inquiry models on students' cognitive learning outcomes. This
research method is Quasi Experiment with Non equivalent control group design. The sample
used was class X SMAN 4 Palembang. The data collection technique used in this study was a
multiple choice test with 24 questions to assess students' cognitive abilities. The data analysis
technique used Paired Sample t-Test. The results stated in the experimental class with (α =
0.05) obtained a significance value (2-tailed) of 0,000. Thus, it can be concluded that the use
of the school environment as a source of learning with the guided inquiry model gives an
influence on student learning outcomes in the concept of biodiversity class X in SMA Negeri 4
Palembang.
Keywords: school environment, learning resources, guided inquiry, learning outcomes.

1
Journal of Biology Learning
Volume 1, Issue 2, page 114-121, September 2019

PENDAHULUAN ceramah. Kebanyakan siswa yang merasa


Pembelajaran biologi merupakan bosan dan sulit untuk memahami materi
pembelajaran yang mengajak siswa untuk pelajaran. Penguasaan materi saja tidak
menemukan konsep pemahaman melalui cukup untuk meningkatkan hasil belajar,
pengamatan langsung pada objek yang serta memacu siswa untuk aktif dalam
dipelajari secara sistematis dan juga pembelajaran. Penyampaian materi selalu
merupakan suatu proses penyelidikan. monoton yaitu dengan ceramah kemudian
Pelajaran Biologi adalah pelajaran yang siswa diminta untuk mendengarkan dan
menarik dan menyenangkan serta berkaitan mencatat materi pelajaran, hal-hal inilah
dengan kehidupan sehari-hari. Agar yang menyebabkan partisipasi rendah dan
pembelajaran biologi dapat terlaksana hasil belajar yang kurang (Ramawati,
dengan baik dan tercapainya tujuan 2016).
pembelajaran yang maksimal, maka siswa Berdasarkan pengalaman peneliti
harus dapat memahami konsep-konsep selama melaksanakan Program Pengalaman
materi yang diberikan guru pada saat proses Lapangan (PPL) dan observasi dengan
pembelajaran (Kurniawan, 2013). mewawancarai guru mata pelajaran biologi
Selanjutnya siswa dituntut untuk mampu di di SMA Negeri 4 Palembang, peneliti
mengembangkan hasil belajar berupa menemukan beberapa masalah dan fakta
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang yang terjadi pada siswa kelas X. Adapun
berperan untuk mengetahui sejauh mana masalah-masalah dan fakta tersebut yaitu 1)
tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai pada proses pembelajaran di kelas X belum
atau dikuasai oleh siswa yang mengukur nilai kognitif C5 dan C6 karena
diperlihatkannya setelah mereka menempuh hanya mengukur nilai kognitif C1 sampai
proses belajar mengajar (Setiawan, 2008). dengan C4 saja, 2) pada proses
Hasil belajar merupakan pembelajaran guru hanya mengukur nilai
kemampuan yang diperoleh individu kognitif saja, sedangkan nilai afektif dan
setelah proses belajar berlangsung, yang psikomotor siswa belum diukur, 3) pada
dapat memberikan perubahan tingkah laku proses pembelajaran di dalam kelas sedikit
baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sekali yang mengajukan pertanyaan saat
keterampilan siswa sehingga menjadi lebih guru memberikan kesempatan kepada siswa
baik dari sebelumnya (Sjukur, 2012). Hasil untuk bertanya, 4) beberapa siswa sering
belajar bukan hanya berupa penguasaan mengobrol dengan teman sebangku, dan 5)
pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan siswa sering tidak memperhatikan
keterampilan dalam melihat, menganalisis, penjelasan guru. Guru sudah berusaha
dan memecahkan masalah, membuat menyampaikan materi dengan baik, dengan
rencana dan mengadakan pembagian kerja, suara yang jelas, menatap semua siswa dan
dengan demikian aktivitas dan produk yang menegur siswa jika tidak memperhatikan.
dihasilkan dari ativitas belajar ini Upaya guru ini belum berhasil memotivasi
mendapatkan penilaian (Brahim, 2007). siswa untuk mengikuti pembelajaran
Kenyataan yang banyak dijumpai dengan serius. Guru menyadari belum
pada sekolah di Indonesia adalah menyelenggarakan proses pembelajaran
pembelajaran yang berpusat pada guru materi keanekaragaman hayati dengan
ataupun hanya menggunakan metode mengajak siswa untuk melakukan observasi
atau pengamatan langsung ke lingkungan penemuan yang menyarankan agar siswa
sekolah untuk menemukan fakta-fakta atau hendaknya belajar melalui berpartisipasi
konsep-konsep keanekaragaman hayati. aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
Permasalahan-permasalahan tersebut prinsip agar mereka memperoleh
berimbas pada hasil belajar siswa di pengalaman dan melakukan eksperimen-
sekolah tersebut. Nilai siswa pada materi eksperimen yang mengizinkan mereka
keanekaragaman hayati di kelas X MIPA 1 untuk menemukan konsep dan prinsip itu
dan X MIPA 2 pada tahun 2016 tidak sendiri. Model pembelajaran inkuiri
mencapai 50% KKM. Nilai ujian nasional terbimbing lebih menekankan pada siswa
siswa pada mata pelajaran biologi juga untuk aktif melatih keberanian,
tidak mencapai nilai KKM (Puspendik, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan
2017). pengetahuannya sendiri untuk memecahkan
Pada pembelajaran keanekaragaman masalah yang dihadapi (Dewi, 2013).
hayati guru belum mengoptimalkan Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber di lingkungan SMA Negeri 4 Palembang
belajar, yang diharapkan dapat antara lain palem, mangga, bunga
meningkatkan hasil belajar siswa. bougenvil, dan sebagainya. Selain itu juga
Penelitian Nugroho & Hanik (2016) terdapat pekarangan dan kolam dimana
menyatakan bahwa pembelajaran yang terdapat juga hewan-hewan di sekitar
memanfaatkan lingkungan sekitar kelas lingkungan seperti, ikan, burung, kucing
(luar kelas) dapat meningkatkan hasil dan sebagainya. Penggunaan model inkuiri
belajar kognitif. Pemanfaatan lingkungan terbimbing dapat membantu siswa
luar kelas sebagai sumber belajar dapat memperoleh pengalaman dengan
diimplementasikan menggunakan model melakukan penyelidikan atau pengamatan
pembelajaran. Salah satu model keanekaragaman hayati secara langsung di
pembelajaran yang dapat meningkatkan lingkungan sekolah. Manfaat mengajak
hasil belajar siswa adalah model siswa mengamati lingkungan sekolah yaitu
pembelajaran inkuiri terbimbing. Model agar siswa mampu mengenal dan
tersebut didasari oleh teori belajar memahami keanekaragaman hayati yang
penemuan yang menyarankan agar siswa ada di alam sekitar sehingga mereka
hendaknya belajar melalui berpartisipasi mampu mengelompokkan tumbuhan dan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip- hewan tersebut sesuai dengan jenis dan ciri-
prinsip agar mereka memperoleh ciri yang dimilikinya.
pengalaman dan melakukan eksperimen-
eksperimen yang mengizinkan mereka METODE PENELITIAN
untuk menemukan konsep dan prinsip itu Penelitian ini telah dilaksanakan
sendiri. Pada model tersebut siswa pada Bulan Agustus-September 2017 di
memperoleh pengalaman dan melakukan SMA Negeri 4 Palembang. Metode yang
eksperimen dengan menyelidiki digunakan adalah metode kuantitatif Quasi
keanekaragaman hayati yang ada di Eksperimen dan desain yang digunakan
lingkungan sekolah. adalah Non equivalent control group
Model pembelajaran inkuiri design.
terbimbing didasari oleh teori belajar

116
Tabel 1. Nonequivalent Control Group Hasil pretes dan postes dari kedua kelas
Design dapat dilihat pada Tabel 2.
Subjek Pretes Perlakuan Postes
X MIPA O1 X O2
Tabel 2. Nilai Pretes dan Postes Kelas
1 Eksperimen dan Kelas
X MIPA O3 - O4 Kontrol
2 Nilai Nilai
Minimum Maksimum Rata-rata
Pretes 21 71 49,06
Keterangan:
Eksperimen
X MIPA : Subjek penelitian siswa kelas X
Postes 75 92 82,58
MIPA 1 (kelas eksperimen) Eksperimen
X MIPA 2 : Subjek penelitian siswa kelas X Pretes Kontrol 29 63 47,06
MIPA 2 (kelas kontrol) Postes Kontrol 54 83 72,45
O1 : Pemberian tes awal pada kelas
eksperimen
O2 : Pemberian tes akhir pada kelas Berdasarkan data Tabel 2 tersebut,
eksperimen
O3 : Pemberian tes awal pada kelas
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata postes
kontrol kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
O4 : Pemberian tes akhir pada kelas dengan nilai rata-rata kelas kontrol.
kontrol
X : Perlakuan (pemanfaatan lingkungan Perbedaan ini juga terlihat sangat jauh jika
sekolah sebagai sumber dibandingkan dengan nilai rata-rata pretes
belajar dengan model eksperimen dengan nilai rata-rata kelas
inkuiri terbimbing)
- : tidak diberikan perlakuan kontrol.
Selain nilai rata-rata, dapat pula
Teknik sampling yang digunakan dilihat perbedaan kedua kelas tersebut
adalah purposive sampling, yaitu kelas X menggunakan jumlah persentase jawaban
MIPA 1 merupakan kelas eksperimen, dan pretes postes kelas kontrol dan eksperimen.
kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol. Data ini dilihat pada setiap level kognitif
Teknik pengumpulan data yang digunakan yang terdiri dari C1—C6 yaitu mengingat,
dalam penelitian ini adalah Tes pilihan memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
ganda yang berjumlah 24 soal. Teknik mengevaluasi, dan mencipta (dapat dilihat
analisis data menggunakan uji Paired pada Tabel 3 dan Tabel 4).
Sample t-Test. Tabel 3. Persentase Jawaban Pretes Siswa
yang Benar pada Hasil Belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN Kognitif Kelas Eksperimen dan
Adapun sebelum dan setelah Kelas Kontrol
melakukan penelitian terhadap kelas Persentase (%)
Level
eksperimen (X MIPA 1) yang Pretes Pretes
kognitif
memanfaatkan lingkungan sekolah dengan Eksperimen Kontrol
model inkuiri terbimbing dan kelas kontrol C1 67,74 62,36
(X MIPA 2) yang menggunakan model C2 59,67 58,06
konvensional dilakukan pretes dan postes C3 43,54 49,19
yang bertujuan untuk mengetahui C4 44,51 43,22
pengetahuan awal siswa tentang konsep C5 50 51,61
keanekaragaman hayati dan untuk C6 39,24 38,70
mengetahui pengetahuan siswa setelah Ket:
diajarkan konsep keanekaragaman hayati. C1: Mengingat
C2: Memahami
dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas
C3: Mengaplikasikan
C4: Menganalisis dan uji homogenitas nilai pretes dan postes
C5: Mengevaluasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C6: Mencipta Uji prasyarat normalitas dan homogenitas
Tabel 4. Persentase Jawaban Postes Siswa menunjukkan bahwa nilai pretes dan postes
yang Benar pada Hasil Belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
Kognitif Kelas Eksperimen dan berdistribusi normal dan homogen yang
Kelas Kontrol selanjutnya dapat dilakukan uji lanjut
Persentase (%) parametrik yaitu uji t berpasangan (Paired
Level kognitif Postes Postes
Sample t-Test). Hasil Uji hipotesis ini
Eksperimen Kontrol
C1 79,56 68,81 diperoleh dari perhitungan hasil nilai pretes
C2 84,69 83,06 dan postes siswa yang memanfaatkan
C3 87,09 76,61 lingkungan sekolah dengan model inkuiri
C4 85,80 81,29 terbimbing untuk kelas eksperimen dan
C5 61,29 54,83
pembelajaran konvensional untuk kelas
C6 89,24 62,90
kontrol. Hasil Uji hipotesis dapat dilihat
pada Tabel 5.
Persentase hasil belajar kognitif
Tabel 5. Hasil Uji Data Berpasangan Nilai
berdasarkan jumlah siswa pada pretes kelas
Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
eksperimen lebih tinggi pada indikator C1,
Standar Signifikansi
C2, C4 dan C6, sedangkan pada kelas Data
Deviasi
t-Hitung
(2-tailed)
kontrol indikator C3 dan C5 lebih tinggi Pretes dan
daripada kelas eksperimen, sedangkan Postes 11,18 16,67 0,00
persentase hasil belajar kognitif Eksperimen
berdasarkan jumlah siswa pada postes kelas
eksperimen pada semua indikator kognitif Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan
C1, C2, C3, C4, C5 dan C6 lebih tinggi bahwa standar deviasi data nilai pretes dan
daripada kelas kontrol. Pada pretes kelas postes kelas eksperimen adalah 11,18 dan t-
eksperimen dan kontrol, persentase hasil hitung sebesar 16,67. Menurut kriteria
belajar kognitif berdasarkan jumlah siswa penerimaan hipotesis Ha akan diterima jika
pada indikator C1-C6 hampir sama, hal signifikansi (2-tailed) lebih kecil dari 0,05.
tersebut disebabkan karena pada saat pretes Pada perhitungan pretes dan postes
kedua kelas tersebut memang belum diberi memiliki nilai signifikansi (2-tailed) 0,00 <
perlakuan apapun, tetapi pada postes kelas 0,05 artinya Ha diterima karena signifikansi
eksperimen, persentase hasil belajar (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Maka dapat
kognitif pada indikator C1-C6 semua diartikan bahwa terdapat perbedaan antara
meningkat, hal tersebut disebabkan karena nilai pretes dan postes siswa pada kelas
pada kelas eksperimen menggunakan model eksperimen sehingga dikatakan bahwa
inkuiri terbimbing dan pada kelas kontrol pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
hanya menggunakan pembelajaran sumber belajar dengan model inkuiri
konvensional. terbimbing berpengaruh terhadap hasil
Selanjutnya dilakukan analisis belajar siswa pada konsep keanekaragaman
hipotesis uji statistik Paired Sample t-Test. hayati kelas X di SMA Negeri 6
Sebelum dilakukan uji hipotesis, telah Palembang.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada model inkuiri terbimbing saja, tetapi juga
Tabel 5, nilai kognitif diketahui bahwa karena penggunaan lingkungan sekolah
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sebagai sumber belajar. Manfaat dari
sumber belajar dengan model inkuiri mengajak siswa ke lingkungan sekolah
terbimbing berpengaruh terhadap hasil yaitu dapat memberikan kemudahan kepada
belajar siswa. Berdasarkan perhitungan uji t siswa dalam memperoleh informasi dan
berpasangan (Paired Sample t-test) pengetahuan tentang keanekaragaman
diketahui hasil belajar siswa pada ranah hayati secara nyata, serta memberi
kognitif pada kelas eksperimen dengan kesempatan kepada siswa untuk
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai mempelajari cara menemukan fakta,
sumber belajar dengan model inkuiri konsep, dan prinsip melalui pengalamannya
terbimbing lebih baik dibanding dengan secara langsung, sehingga ilmu yang
kelas kontrol dengan model konvensional diperoleh dapat tertanam dalam ingatan dan
yang sering digunakan guru pada benak siswa dalam jangka panjang. Hal ini
pembelajaran biasanya. Subyek yang sejalan dengan pendapat Istiani (2015) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kelas menyatakan bahwa keanekaragaman
X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan makhluk hidup di lingkungan sekitar
kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol di mempermudah siswa mengamati berbagai
SMA Negeri 4 Palembang. jenis makhluk hidup dengan seluruh panca
Hasil belajar kognitif siswa pada indera. Selanjutnya pendapat Pantiwati
kelas eksperimen mengalami peningkatan (2015) menyatakan bahwa lingkungan
karena peneliti menggunakan model secara alami mendorong anak untuk
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam berinteraksi dengan komponennya, seperti
proses pembelajaran. Model pembelajaran dengan tumbuhan, hewan, atau manusia,
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan dan benda mati di sekitar lingkungan.
hasil belajar kognitif siswa kelas Hasil belajar kognitif pada siswa
eksperimen karena model ini memberi kelas kontrol juga mengalami peningkatan,
kesempatan kepada siswa untuk berlatih tetapi hasil belajar kognitif siswa kelas
mengembangkan keterampilan berpikir eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
berdasarkan penentuan rumusan masalah kelas kontrol. Hal tersebut dibuktikan pada
dan penentuan hipotesis yang diberikan perhitungan nilai rata-rata postes kelas
guru dalam lembar kerja siswa, sehingga kontrol yaitu hanya 72,45, sedangkan nilai
siswa akan dapat meningkatkan rata-rata postes kelas eksperimen yaitu
pemahamannya pada materi yang dipelajari. 82,58. Proses pembelajaran di kelas kontrol
Hal ini sejalan dengan pendapat Sandi yakni menggunakan model konvensional,
(2015) yang menyatakan bahwa model dimana pada pembelajarannya lebih
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan terpusat kepada guru. Siswa lebih banyak
pemahaman siswa dengan melibatkan siswa mendengarkan penyampaian materi dari
dalam proses kegiatan pembelajaran secara guru, hal ini menyebabkan siswa kurang
aktif, sehingga konsep yang dicapai lebih semangat belajar karena merasa bosan
baik. dengan cara belajarnya dan mengakibatkan
Meningkatnya hasil belajar kognitif hasil belajar kognitif yang kurang baik.
siswa kelas eksperimen tidak hanya karena Pada kelas kontrol juga siswa tidak diajak
keluar kelas seperti kelas eksperimen untuk DAFTAR PUSTAKA
mengamati keanekaragaman hayati secara Anni, C.T. (2006). Psikologi Belajar. Semarang:
langsung, siswa hanya belajar di dalam UPT MKK UNNES.
Brahim, T.K. (2007). Peningkatan Hasil Belajar
kelas dengan memperoleh informasi dari Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,
penjelasan guru serta mendapatkan materi Melalui Pendekatan Pemanfaatan Sumber
dari buku paket dan internet, sehingga hal Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar.
Jurnal Pendidikan Penabur, (9), 37-49.
inilah yang membuat ingatan siswa Dewi, N.L., Dantes, N., & Sadia, I.W. (2013).
mengenai materi yang telah dipelajari Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
menjadi singkat dan siswa cepat lupa Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil
Belajar IPA. e- Journal Program
dengan materi pelajaran yang telah Pascasarjana Universitas Pendidikan
dipelajari. Ganesha, (3).
Hamalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
PENUTUP Istiani, R.M., & Retnoningsih, A. (2015).
Berdasarkan hasil penelitian dan Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai
Sumber Belajar Menggunakan Metode
analisis data, maka dapat disimpulkan Post To Post pada Materi Klasifikasi
bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah Makhluk Hidup. Unnes Journal Of Biology
sebagai sumber belajar dengan model Education, 4 (1), 70-80.
Kemdikbud. (2017). (Rekap Hasil Ujian Nasional
inkuiri terbimbing dapat memberikan (UN) Tingkat Sekolah). (Online).
pengaruh terhadap hasil belajar biologi (https://puspendik.kemdikbud.go.id/ hasil-
un/). Diakses pada Rabu, 15 November 2017.
siswa pada konsep keanekaragaman hayati Kurniawan, A.D. (2013). Metode Inkuiri
kelas X di SMA Negeri 4 Palembang. Hal Terbimbing dalam Pembuatan Media
ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan
Pemanfaatan Konsep dan Kreativitas
pretes dan postes pada kelas eksperimen Siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA
yang memiliki nilai signifikansi (2-tailed) Indonesia, 2 (1).
0,000 < 0,05. Artinya terdapat perbedaan Machin, A. (2014). Implementasi Pendekatan
Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi
antara nilai pretes dan postes siswa pada pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan.
kelas eksperimen sehingga dikatakan bahwa Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 3 (1),
28-35.
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
Nugroho, A. A., & Hanik, N. R. (2016).
sumber belajar dengan model inkuiri Implementasi Outdoor Learning untuk
terbimbing berpengaruh terhadap hasil Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif
Mahasiswa pada Mata Kuliah Sistematika
belajar siswa pada konsep keanekaragaman Tumbuhan Tinggi. Bioedukasi: Jurnal
hayati kelas X di SMA Negeri 4 Pendidikan Biologi, 9(1), 41-44.
Palembang. Pantiwati, Y. (2015). Pemanfaatan Lingkungan
Sekolah Sebagai Sumber Belajar dalam
Saran bagi Guru yang akan Lesson Study untuk Meningkatkan
menggunakan model Inkuiri Terbimbing Metakognitif. Jurnal Bioedukatika, 3
(1), 27-32.
hendaknya memberikan LKS sesuai dengan
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. (2011).
yang akan dipelajari sehingga dapat Pembelajaran Sains dengan Pendekatan
mempermudah siswa dalam melaksanakan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Kemampuan
proses belajar. Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia. 7, 106-110.
Ramawati, I., Maryani, E., & dan Mulyana, A.
(2016). Pemanfaatan Lingkungan Sekitar
Sebagai Sumber Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis.
Jurnal Pendidikan Geografi, 16 (1), 66-87.
Sandi, T. (2015). Hasil Belajar Kimia Melalui
Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber
Belajar dengan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing. Jurnal Nalar
Pendidikan. 3 (1), 205-211.
Setiawan, I.G.A.N. (2008). Penerapan Pengajaran
Kontekstual Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja.
Jurnal Pendidikan dan Pengembangan
Pendidikaan, 2 (1), 42-59.
Sjukur, S.B. (2012). Pengaruh Blended Learning
Terhadap Motivasi dan hasil Belajar
Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 2 (3), 368-378

Anda mungkin juga menyukai