Anda di halaman 1dari 112

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “J” YANG MENGALAMI


POST OP KISTA OVARIUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI DI RUANGAN NURI DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2020

ZULFADHILAH DJODDING
NIM : 1711016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


AKPER MAPPAOUDANG MAKASSAR
TAHUN 2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “J” YANG MENGALAMI


POST OP KISTA OVARIUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI DI RUANGAN NURI DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2020

Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan pada


Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

ZULFADHILAH DJODDING
NIM :1711016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR

TAHUN 2020

ii
SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ZULFADHILAH DJODDING

Nim 1711016

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “J” YANG

MENGALAMI POST OP KISTA OVARIUM DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN NYERI DI RUANGAN NURI

DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TAHUN

2020

Dengan ini menyatakan bahwa KTI sebagaimana disebutkan dengan judul diatas

adalah benar merupakan KTI saya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Makassar, 10 Agustus 2020

Peneliti,

ZULFADHILAH DJODDING

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLEIN


NY “J” YANG MENGALAMI POST OP KISTA OVARIUM DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NYERI DI RUANGAN NURI DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TAHUN 2020

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di depan

penguji Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

Pada Kamis, 10 Agustus 2020

Menyetujui
Pembimbing :

Lala, S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIDN.0916018410

Mengetahui
Direktur Akper Mappa Oudang

Dardin,S.Kep,Ns,M.Kep
NIDN. 0912126904

iv
v
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

Nama : Zulfadhilah Djodding

Tempat/Tgl lahir : Rante Limbong, 10-08-1999

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl.Sukamaju 14 No.8

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pada Tahun2003-2005 TK Aisyah Buntu Barana

2. Pada Tahun2005-2011 SDN 130 Rante Limbong

3. Pada Tahun2011-2014 SMP Negeri 5 Alla

4. Pada Tahun 2014-2017 SMA Negeri 3 Enrekang

5. Pada Tahun 2017-2020 Akper Mappa Oudang Makassar

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karuniah-nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiullah
Muhammad SAW sang revolusioner sejati yang telah merobek-robek bendera
kedzoliman dan membentangkan bendera dengan cahaya kebenarannya dan telah
membawa umat manusia ke zaman berilmu pengetahuan. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan dalam menempuh
ujian akhir Program Diploma III Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar .

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk menguraikan


secara singkat pelayanan dan perawatan pasien yang mengalami “Post Op Kista
Ovarium dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Rumah sakit Bhayangkara
Makassar”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menemui banyak


hambatan serta berbagai kendala. Namun tak lain dan tak bukan berkat kedua
orang tua (Ayah dan Ibu) yang tak pernah henti menitihkan Do’a nya disetiap
hela nafas dan langkahnya sehingga dengan ridho dan restunya Karya Tulis
Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik, dan juga pengarahan dari berbagai
pihak akhirnya laporan hasil studi kasus ini dapat terselesaikan, olehnya itu
penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dr. H. Farid Alamsyah . SP. P,D., FINASIM, sebagai Ketua Yayasan
Brata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus kepala Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar dan Staf yang telah banyak membantu
2. Bapak Dardin, S.Kep, Ns, M.Kep.,selaku Direktur AKPER MappaOudang
Makassar yang selalu memberikan dukungan kepada seluruh mahasiswanya.
3. Kepada Ibu Lala,S.kep,M,Kes sebagai pembimbing yang begitu memberikan
banyak ilmu kepada peneliti. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih

vii
karena telah mau meluangkan begitu banyak waktu untuk peneliti serta
banyak memberikan masukan dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Para Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yang
telah banyak memberikan doa dan restu serta dorongan baik moril dan
material selama peneliti mengikuti semua Pendidikan 3 tahun ini.
5. Kedua orang tua tercinta Ayah dan ibu yang yang tak hentinya mendoakan
untuk kesuksesan peneliti,yang tak pernah bosan memberikan motivasi yang
membangun ketika peneliti terjatuh,yang tak pernah ada kata lelah untuk
memberikan dukungan moril maupun material selama peneliti lahir hingga
detik ini.”Terimakasih untuk kalian jasa-jasa kalian tidak akan pernah bisa
terbalas & tetap do’akan anakmu ini karna tanpa do’a dari kalian peneliti
tidak aka nada artinya”
6. Untuk Saudara Saudariku terima kasih telah menghibur dan memberikanku
semangat selama penyusunan.
7. Seluruh teman-teman seperjuangan Mahasiswa di Akper Mappa Oudang
Makassar khususnya Angkatan XI ( Sebelas ) tanpa terkecuali, jasa - jasa
kalian akan tetap aku ingat untuk selamannya.
8. Adinda junior Angkatan XII dan XIII yang senantiasa memotivasi serta
memberikan doa selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Terakhir pada almamaterku tersayang “Akademi Keperawatan Mappa
Oudang Makassar” yang telah menjadi tempatku untuk menjajaki disiplin
ilmu khususnya bidang keperawatan dan inshaAllah menjadikanku insan
yang berarti.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari
pihak yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, dan semoga karya ini bermanfaat.

Makassar, 10 Agustus 2020

Peneliti
viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..................................................................................................i

SAMPUL DALAM...............................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN PENELITIAN...........................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xii

HALAMAN ABSTRAK....................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................3
D. Manfaat...........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang KetidakefektifanPemberian ASI


1. DefinisiKetidakefektifanPemberian ASI.................................................5
2. BatasanKarakteristik................................................................................5
3. Faktor Yang Berhubungan.......................................................................6
4. Hasi NOC.................................................................................................6
5. Tujuan/riteriaEvaluasi..............................................................................6
6. Intervensi NIC.........................................................................................7
B. Tinjauan Tentang FokusMasaah
1. Konsep Medis
a. Definisi................................................................................................9
b. Anatomi Fisiologis..............................................................................9
c. Etiologi..............................................................................................16
d. Patofisiologi......................................................................................20
e. Manifestasi........................................................................................21
f. Pemeriksaan penunjang.....................................................................22
g. Penatalaksanaan..................................................................................2
ix
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian.........................................................................................26
b. Penyimpangan KDM.........................................................................30
c. Diagnosa Keperawatan......................................................................31
d. Intervensi Keperawatan.....................................................................32
e. Implementasi Keperawatan...............................................................53
f. Evaluasi Keperawatan.......................................................................54

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian...................................................................................55
B. Subyek Penelitian..........................................................................................55
C. Fokus Studi....................................................................................................56
D. Definisi Operasional Fokus Studi.................................................................57
E. Instrumen Penelitian......................................................................................57
F. Metode Pengumpulan Data...........................................................................57
G. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................58
H. Analisis Data dan Penyajian Data.................................................................58
I. Etika Penelitian.............................................................................................59

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Gambaran Lokasi Penelitian....................................................................61
2. Karakteristik Partisipan............................................................................62
3. Data Asuhan Keperawatan.......................................................................63
B. Pembahasan
1. Pengkajian................................................................................................82
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................84
3. Intervensi Keperawatan............................................................................87
4. Implementasi Keperawatan......................................................................91
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................................92

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan...................................................................................................94
B. Saran..............................................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Genetalia Eksterna...............................................14


Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Genetalia Interna..................................................16

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rencana Keperawatan Nyeri Akut........................................................33


Tabel 2. 2 Rencana Keperawatan Resiko Perdarahan............................................35
Tabel 2. 3 Rencana Keperawatan Konstipasi.........................................................38
Tabel 2. 4 Rencana Keperawatan Resiko Infeksi...................................................40
Tabel 4.1 Pengkajian Status Nutrisi.......................................................................51
Tabel 4.2 Pengkajian Status Eliminasi...................................................................52
Tabel 4.3 Pengkajian Status Cairan.......................................................................52
Tabel 4.4 Pemeriksaan penunjang..........................................................................55
Tabel 4.5 Penatalaksanaan pengobatan..................................................................56
Tabel 4.6 Klasifikasi Data......................................................................................56
Tabel 4.7 Analisa Data...........................................................................................57
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan...........................................................................59
Tabel 4.9 Rencana TindakanKeperawatan.............................................................60
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan..................................................................63
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan..........................................................................67

xii
xii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “J” YANG MENGALAMI POST OP
KISTA OVARIUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI DI RUANGAN
NURI RUMAH SAKIT

BHAYANGKARA MAKASSAR

TAHUN 2020

Penulis : Zulfadhilah Djodding

Pembimbing : Lala, S.Kep.,Ns.,M.Kes

ABSTRAK

Latar belakang: Kista adalah tumor jinak yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik,
berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi
udara, cairan, nanah, ataupun bahan bahan lainnya Berdasarkan data dari rekam medis
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar kejadian Kista Ovarium pada tahun 2018 berjumlah
84 kasus sedangkan angka kejadian pada tahun 2019 berjumlah 93 kasus. Berdasarkan
data dari rekam medis Rumah Sakit Bhayangkara Makassar kejadian Kista Ovarium pada
tahun 2018 berjumlah 84 kasus sedangkan angka kejadian pada tahun 2019 berjumlah 93
kasus.

Tujuan: Untuk Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post Op
Kista Oavrium dengan masalah keperawatan Nyeri di RS bhayangkara Makassar.

Metode: pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik wawancara
dan observasi (pengamatan).

Hasil: Asuhan keperawatan pada Ny“J” dengan Post Op Kista Ovarium di ruang Nuri
rumah sakit Bhayangkara Makassar selama 3 hari didapatkan masalah utama yaitu Nyeri
setelah dilakukan tindakan selama 3 hari, didapatkan hasil Nyeri masalah teratasi.

Kesimpulan :Masalah Keperawatan Nyeri teratasi sebagian sehingga memerlukan


perawatan selanjutnya agar tercapai kriteria hasil. Cara yang dapat dilakukan dengan
kerjasama tim medis lain,keluarga serta pasien agar asuhan keperawatan tercapai.
Pelaksanaan keperawatan dapat berpengaruh terhadap penyembuhan luka setelah
diberikan intervensi. Tindakan mandiri ini dapat menjadi referensi dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri.

Kata kunci: Post Op Kista ovarium, Nyeri.


NURSING CARE IN CLIENT NY "J" WHO EXPERIENCED POST OP OVARIUM
WITH NURSING PROBLEMS WITH PAIN IN THE NURI ROOM HOSPITAL

BHAYANGKARA MAKASSAR
IN 2020
Author: Zulfadhilah Djodding
Advisor: Lala, S.Kep., Ns., M.Kes

ABSTRACT

Background: Cysts are the most common benign tumors. The shape is cystic, contains a
thick liquid, and some are in the form of wine. Cysts also contain air, fluid, pus, or other
materials. Based on data from the medical records of the Bhayangkara Makassar
Hospital, the incidence of ovarian cysts in 2018 was 84 cases, while the incidence rate in
2019 was 93 cases. Based on data from the medical records of Bhayangkara Hospital in
Makassar, the incidence of ovarian cysts in 2018 was 84 cases, while the number of
incidents in 2019 was 93 cases.

Purpose: To carry out nursing care for clients who experience Post Op Oavrial Cysts
with nursing pain problems at Bhayangkara Hospital Makassar.

Methods: data collection used in this study were interview and observation techniques.

Results: Nursing care for Mrs. "J" with Post Op Ovarian Cysts in the Nuri room of
Bhayangkara Hospital Makassar for 3 days. The main problem was pain after 3 days of
action. Pain was resolved.

Conclusion: Nursing Problem Pain is partially resolved so that it requires further


treatment in order to achieve the outcome criteria. Methods that can be done in
collaboration with other medical teams, families and patients so that nursing care is
achieved. Nursing implementation can affect wound healing after intervention is given.
This independent action can be a reference in providing nursing care to clients with pain.

Keywords: Post Op Ovarian Cysts, Pain.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan mempunyai sistem reproduksi yang sangat sensitif

terhadap kerusakan sehingga dapat terjadi disfungsi atau penyakit. Salah satu

penyakit reproduksi yang menyerang wanita yaitu kista ovarium biasanya

bersifat asimtomatis mengalami degenerasi yang dapat menyebabkan tekanan

pada pelvis merupakan deteksi dini dari keganasan. (Herawati, 2019).

Perjalanan penyakit yang silent killer atau secara diam-diam


menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah

terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat

teraba dari luar atau membesar kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan

berubah menjadi kanker ovarium. (Prawihardjo,2018).

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista Ovarium terbentuk

karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan

pelepasan sel telur. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, yang

berisi cairan yang tumbuh di indung telur.

Menurut World Health Organization (WHO) Angka kejadian kista

ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata rata 10 per

100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika 7,7 per

100.000 relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian Asia

dan Afrika Di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan jumlah

penderita keseluruhan kista ovarium sebanyak 20.180 orang, yang meninggal

akibat kista ovarium sebanyak 15.310 orang, dan yang masih menderita 4.870
dan kista ovarium ditemukan melalui transvaginal sonogram hampir pada

semua wanita premenopause dan hingga 14,8 % pada wanita postmenopause.

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015

sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka

kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya

bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi

metastasis sehingga 60-70 % pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes,

2015).

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai Desember 2010 yaitu

umur 12-24 sebanyak 146 orang penderita penyakit ginekologi dan 31

penderita kista ovarium (21,2%), umur 25-44 tahun sebanyak 124 penderita

penyakit ginekologi dan sebanyak 42 penderita kista ovarium (33,8%), umur

45-64 tahun penderita ginekologi sebanyak 134 orang sedangkan penderita

kista ovarium 19 orang (14,1%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

2010).

Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar kejadian Kista Ovarium pada tahun 2018 berjumlah 84 kasus

sedangkan angka kejadian pada tahun 2019 berjumlah 93 kasus.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh salah satu kasus

ginekologi yaitu kista ovarium maka perlu penanganan secara kolaborasi dari

petugas kesehatan dalam pencegahan komplikasi untuk menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas wanita akibat keganasan ginekologi di Indonesia


maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan post op kista

ovarium dengan pendekatan Menajemen Asuhan Keperawatan .

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis mencoba

merumuskan masalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Post Op Kista Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di

Rumash Sakit Bhayangkara Makassar ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Kista

Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien Post Op

Kista Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

b. Dapat menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Post Op Kista

Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien Post Op Kista

Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Post Op Kista

Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada klien Post Op Kista

Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

D. Manfaat

1. Teoritis

Manfaat penelitian ini yaitu, data yang diperoleh dapat dijadikan

masukan awal penelitian selanjutnya yang lebih mendalam, bahan

referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis dan sebagai bahan

pengembangan dalam membuat asuhan keperawatan.

2. Praktis

a. Tenaga Kesehatan

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi tenaga

keperawatan dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama

pendidikan.

b. Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar dalam rangka mengambil kebijakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus .

c. Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi institusi dalam

meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.


d. Klien dan Keluarga

Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan

dan pencegahan penyakit .

e. Penulis

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan

Asuhan keperawatan khususnya bagi klien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan khusus tentang Nyeri

1. Definisi Nyeri

Menurut International Association for study of Pain (IASP), nyeri

adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau di gambarkan dalam

hal kerusakan sedemikian rupa : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

diprediksi daan berlangsung <6 bulan. . ( Amin & Hardhi, 2015)

Nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. ( Tim POKJA PPNI 2016)

Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dapat

bersifat protektif, yaitu menyebabkan individu menjauh dari stimulus yang

berbahaya, atau tidak melakukan fungsi, seperti pada kasus nyeri kronis.

Nyeri dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik teraktivasi. Deskripsi nyeri

bersifat subjektif dan objektif, berdasarkan lama (durasi), kecepatan

sensasi dan lokasi. (Corwin,2009).

2. Etiology

Menurut Tim POKJA PPNI (2016) penyebab terjadinya nyeri adalah :

a. Agen pencedara fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)


b. Agen pencedera kimiawi (mis, Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis, Abses, amputasi terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik berlebihan)

3. Fisiologis Nyeri

Reseptor nyeri disebut nociceptor merupakan ujung-ujung syaraf

bebas, tidak bermielin atau sedikit bermielin dari neuron afferent.

Nociceptor-nociceptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat

ada struktur yang lebih dalam seperti visera, persendian, dinding arteri,

hati dan kandung empedu. Nociceptor memberi respon yang terpilih

terhadap stimulasi yang membahayakan seperti stimulasi kimia, thermal,

listrik atau mekanis. Yang tergolong stimulasi kimia terhadap nyeri adalah

histamine, brakidinin, prostaglandin, bermacam-macam asam. Sebagian

bahan tersebut dilepaskan oleh jaringan yang rusak. Anoksia yang

menimbulkan nyeri adalah oleh kimia yang dilepaskan jaringan anoksia

yang rusak. Spasme otot menimbulkan nyeri karena menekan pembuluh

darah yang menjadi anoksia. Pembengkakan nociceptor yang

menghubungkan jaringan. (Padila, 2014).

4. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi Nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan

cepaat menghilang. Tidak melebihi enam bulan, serta ditandai

dengan adanya peningkatan tegangan otot.


2) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara berlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih

dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis

adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri

psikosomatis.

b. Menurut sifatnya :

1) Incidental

Nyeri timbul sewaktu-waktu kemudian menghilang. Misalnya,

pada bagian trauma ringan.

2) Stedy

Nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu lama,

misalnya abses.

3) Proximal

Nyeri yang dirasakan dengan intensitas tinggi dan kuat, biasanya

menetap kurang lebih 10-15 menit kemudian menghilang dan

timbul lagi. ( Padila, 2014).

5. Skala Nyeri

Menurut Padila 2014 Salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri

adalah dengan menggunakan skala nyeri Bourbonnais berdasarkan

penilaian objektif
Keterangan:

a. Skala 0 = tidak nyeri

b. Skala 1-3 = nyeri ringan

c. Skala 4-6 = Nyeri sedang

d. Skala 7-9 = Nyeri berat

e. Skala 10 = Nyeri sangat berat (panic tidak terkontrol)

6. Batasan karakteristik
Nyeri

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) batasan karakteristik dari masalah

keperawatan nyeri adalah sebagai berikut :

a. Perubahan selera makan

b. Perubahan tekanan
darah

c. Perubahan frekuensi jantung

d. Perubahan frekuensi pernafasan

e. Laporan isyarat

f. Diaforesis

g. Perilaku distraksi ( mis, berjalan mondar-mandir menari orang lain dan

atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang )

h. Mengekspresikan perilaku ( mis, gelisah, merengek, menangis )

i. Masker wajah ( mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau gerakan

mata berpancar atau tetap pada satu focus meringis )

j. Sikap melindungi area nyeri

k. Focus menyempit ( mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses

berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan )

l. Indikasi nyeri yang dapat diamati


m. Perubuahan posisi untuk menghindari nyeri

n. Sikap tubuh melindungi

o. Dilatasi pupil

p. Melaporkan nyeri secara verbal

q. Gangguan tidur

Menurut Tim POKJA PPNI (2016) batasan karakteristik nyeri sebagai

berikut:

a. Gejala dan tanda Mayor

1) Subjektif : mengeluh nyeri

2) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur

b. Gejala dan tanda Minor

1) Subjektif : tidak tersedia

2) Objektif : tekanan darah meningkat. Pola nafas berubah, nafsu

makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri dan diaphoresis.

7. Factor yang berhubungan dengan Nyeri

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) faktor yang berhubungan sebagai

berikut :

a) Agen cedera biologis (mis, infeksi, iskemia, neoplasma)

b) Agen cedera fisik (mis, abses amputasi, luka bakar, terpotong

mengangkat berat, prosedur bedah trauma, olahraga berlebihan

c) Agens cedera kimiawi (mis, luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,

agens mustad).
B. Tinjauan Tentang Fokus Penelitian

1. Konsep Medis

a. Definisi

Kista adalah tumor jinak yang paling sering ditemui.

Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk

anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan

bahan lainnya.(Prayitno 2014).

Ovarium merupakan sepasang organ dalam reproduksi wanita

yang terletak di sisi kanan dan kiri uterus, ovarium berada pada ujung

tuba fallopi yang mempunyai fimbriae, ovarium terhubung dengan

uterus melalui ligamentum ovarii propium ovarium pada dasarnya

memiliki tiga fungsi yaitu sel penghasil telur (ovum), sel yang

menghasilkan hormon (estrogen dan progesterone), (Devi, 2017).

Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil

maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam

kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah

kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang

cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau

dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Kista ovarium merupakan tumor jinak di dalam ovarium yang

memiliki bentuk seperti kantong udara atau balon dan di dalamnya

mengandung cairan. (Ratnawati, 2018).


b. Anatomi fisiologi

Sistem Reproduksi Wanita terdiri dari alat atau organ eksternal dan

interna,sebagian besar terletak dalam rongga panggul.

Gambar 2.1 Genitalia Eksterna


(Devi,2017)

Genitalia eksterna terdiri dari:

1) Tundun (Mons Veneris)

Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan

dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (puls hair) pada masa

pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis

pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini tergantung dari suku

bangsa dan jenis kelamin. Batas atasnya melintang sampai pinggir

atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

2) Labia mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.

Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk

perineum. Labia mayora bagian luar tertutup rambut, yang

merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia

mayora bagian dalam tanpa rambut. Merupakan selaput yang


mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada

wanita dewasa panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm. Pada

anak-anak kedua labia mayora sangat berdekatan.

3) Labia minora

Bibi kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia

mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu

jaringan tipis yang lembap dan berwarna kemerahan. Bagian atas

labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum

clitoridis.

4) Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat

erektil. Glans clitoris mengandung banyak pembuluh darah dan

serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Terdiri dari glans,

corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2

cm.

5) Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).

Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra

eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar bartholini

berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi

rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi

masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri

patogen.
6) Himen (selaput dara)

Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini yang

menutupi sebagian besar dari liang senggama, tengahnya berlubang

sehingga kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari

himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang

berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada

lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu

jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,

biasanya pada bagian posterior.

7) Perineum (Kerampang)

Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.

Dibatasi oleh otot otot muskulus levator ani dan muskulus

coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphintcer

ani.

Gambar 2.2 Genitalia Interna


(Devi,2017)
Genetalia interna terdiri dari :
1) Vagina

Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan

rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan

dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena

itu dapat dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih

dan rektum. Panjamg bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding

belakangnya sekitar 11 cm.

Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut

portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi :

forniks anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks

sisistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang

menghasilkan asam susu dengan Ph 4,5. Keasaman vagina

memberikan proteksi terhadap infeksi.

Fungsi utama vagina adalah sebagai saluran untuk

mengeluarkan lendir uterus darah menstruasi, alat hubungan seks,

dan jalan lahir pada waktu persalinan.

2) Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor

di antara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang, depan,

dan atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah

berhubungan dengan kandung kemih. Vaskularisasi uterus berasal

dari arteri uterina yang merupaka cabang utama dari arteri iliaka

interna (arterihipogastrika interna).


Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga

beberapa ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran

uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak

2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada

wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding

uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu:

a) Peritonium

Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar

uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan

pembuluh darah limfe dan urat saraf. Peritoneum meliputi tuba

dan mencapai dinding abdomen.

b) Lapisan otot

Susunan otot rahim terdiri dari tig lapisan yaitu lapisan ljuar,

lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah

membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan

tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.

Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan

sehingga terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,

dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin ke arah

serviks, otot rahim berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah.

Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum

anatomikum, yang terletak antara osteum uteri internum

anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan

kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (di mana


terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput

lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi

segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

c) Endometrium

Pada endometri terdapat lubang kecil yang merupakan muara

dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase

pengeluaran lendir endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan

fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan

hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi

endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga

memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel

serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarkan cairan

secara terus menerus, sehingga dapat membasahi vagina.

Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus

otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus

otot-otot panggul.

3) Tuba fallopi

Tuba fallopi merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm

dan diameter 3-8 mm. Berfungsi menangkap ovum yang

dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum

dan hasil konsepsi, temmpat terjadinya konsepsi, dan tempat

pertumbuhan dan perkembngan hasil konsepsi sampai mencapai

bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.


4) Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri

dan kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah

belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah

folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-

kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ketika dilahirkan,

wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam

ovariumnya.

Ovarium yang disebut juga indung telur memiliki fungsi

memproduksi ovum, hormon estrogen, dan progesterone.

Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai

pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan

hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon terpenting pada

wanita. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks

sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan

rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi

pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.

Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel

graaf belum melepaskan ovum. Hal ini terjadi karena memberikan

kesempatan pada estrogen untuk menunbuhkan tanda tanda seks

sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan

interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai

dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

(Devi, 2017).
c. Klasifikasi

Menurut (Hollingworth 2014) kista ovarium, dapat dibagi menjadi

tiga kelompok utama yaitu fungsional, non-neoplastik, dan neoplastik.

1) Kista fungsional

Secara epidemiologis, selama usia reoroduktif, massa

ovarium fungsional (kista korpus luteum dan folikular)

merupakan pembengkakan ovarium yang paling banyak dijumpai,

diikuti oleh kista endometriotik dan kista dermoid.

Korpus luteum terbentuk setelah pelepasan ovum (sel telur)

dan korpus liteum ini mempertahankan kehamilan hingga usia

gestasi mencapai 63 hari (dalam siklus 28 hari). Pada kebanyakan

kasus, ukuran “kista” ini akan mencapai diameter 20-25 mm.

Umumnya, sebagian besar kista ovarium yang berdiameter 5 cm

atau kurang akan mengecil tanpa perlu intervensi apapun, meski

sebaiknya scanning ultrasound diulang setelah 2-3 siklus. Secara

klinis, kista ovarium mungkin agak sulit di palpasi sampai

diameternya mencapai lebih dari 5 cm. Bila kista berukuran lebih

besar lagi, kista perlu diangkat untuk menghindari timbulnya

komplikasi torsio, ruptur, dan perdarahan.

Pada pasien pascamenopause, pembentukan benjolan

ovarium fungsional lebih kecil kemungkinannya karena benjolan

ini dapat timbul dalam waktu 2 tahun setelah periode menstruasi

terakhir. Kista fungsional, berkaitan dengan tidak terjadinya

ovulasi, terisi oleh cairan dan dapat mencapai diameter 5-6 cm.
Kista ini terkadang dapat dijumpai pada perempuan yang sehat

dan pada penderita gangguan endokrin. Kista ini biasanya

mengecil sendiri dalam hitungan beberapa minggu, ketika timbul

periode menstruasi berikutnya. Bila kista fungsional ini tidak

menghilang mungkin saja sudah terbentuk kista korpus luteum

atau folikular.

Gejala kista dapat bersifat akut oleh sebab torsio, ruptur,

atau perdarahan, atau menunjukkan berbagai macam gangguan

menstruasi seperti pada kista endometriotik. Kista ini bisa saja

ditemukan secara tidak sengaja sewaktu scanning ultrasound

panggul.

2) Kista Non-neoplastik

Kista ovarium jinak non-neoplastik meliputi sebagai berikut’

a) kista teka lutein: kista teka lutein terbentuk oleh adanya

proses lutenisasi folikel yang tidak pecah dan oleh sebab

ovarium secara abnormal terpajan hormon eksogen (sindrom

hiperstimulasi ovarium) atau endogen (tumor trofoblastik

gestasional).

b) Kista korpus luteum yang disebabkan oleh kehamilan :

umunya berupa massa padat yang sering kali berukuran

besar, non-neoplastik, dan timbul oleh sebab kehamilan

massa ini mungkin ditemukan secara tidak sengaja pasa

seksio Caesarea dan biasanya mengecil sendiri setelah

kehamilan.
c) Kista korpus luteum hemoragik: kista ini dapat timbul setelah

ovulasi oleh sebab pendarahn hebat dari pembuluh darah

kecil folikular yang dangkal.

d) Kista endometriotik: kista ini sering mengandung darah

berwarna coklat atau sudah mengalami perubahan (kista

coklat) dan dapat berdiameter mulai dari hanya beberapa

milimeter hingga 10 cm.

e) Kista sederhana pada perempuan pascamenopause: kista ini

sering dijumpai pada pencitraan dan tidak memerlukan

intervensi kecuali berukuran >5 cm dan menimbulkan gejala.

Kebanyakan berukuran kecil (<1 cm) dan diperkirakan

memberi gambaran kista inklusi yang merupakan sisa-sisa

ovulasi selama massa reproduktif.

f) Abses tubo-ovarium merupakan penyebab umum

pembengkakan adneksa. Abses ini biasanya timbul bilateral

dan merupakan sekuelae salpingitis akut/ penyakit radang

panggul.

3) Neoplastik/ keganasan

Di Inggris, keganasan ovarium membunuh lebih banyak

perempuan ketimbang gabungan semua kanker saluran genitalia.

Akan tetapi, penyakit ini langka dan diperkirakan bahwa seorang

dokter umum hanya akan menjumpai satu kasus kanker ovarium

tiap 5 tahun. Menurut klasifikasi World Health Organization yang


sudah disederhanakan, kista ovarium neoplastik atau keganasan

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Epitelial: jinak (kistadenoma)

Kebanyakan kista ovarium epitelial terlambat diidentifikasi

ketika penyakit sudah menyebar di luar ovarium. Dalam

kasus ini massa ovarium biasanya disertai penyakit

ekstraovarium,asites, dan kemungkinan efusi pleura.

b) Sel germinativum

Kista dermoid mewakili jenis tumor sel germinativum jinak

yang sangat spesifik. Kista ini mengandung bahan selulosa,

rambut, dan terkadang gigi oleh sebab sifat totipoten.

c) Stroma korda-seks

Produksi hormon dan tumor sel granulosa dan teka dapat

menimbulkan pubertas prekoks pada anak, gangguan

menstruasi selama usia reproduktif, dan perdarahan

pascamenopause pada perempuan yang berusia lebih tua

karena terjadi hiperplasia endometrium.

d) Tidak umum

Antara lain limfoma, melanoma, sarkoma. Ada kaitan gejala

yang sangat menarik untuk dia mati pada sindrom Meigs,

yang secara klasik ditandai dengan fibroma yang berkaitan

dengan asites dan efusi pleura kanan.


e) Metastatik

Hingga 10% massa ovarium muncul akibat metastasis dari

organ lain dan, pada banyak kasus, metastasis dari organ lain

dan, pada banyak kasus, metastasis ovarium terdeteksi

sebelum tumor primernya.

d. Etiologi

Belum diketahui secara pasti tetapi ada faktor yang

menyebabkan kista ovarium, tetapi beberapa teori menyebutkan

adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme

umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur

menyebutkan bahwa terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya

sel telur (folikel) untuk berovulasi.

Menurut (Winjosastro, 2010) kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium. Dan dibagi menjadi

2, yaitu :

1) Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan

hormon esterogen dan progeresterone diantaranya adalah :

a) Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang

berkurang di dalam korteks.

b) Kista fungsional

- Kista folikel, disebabkan karena foikel yang matang

menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang

direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi.


Banyak terjadi pada wanita menarche (menstruasi yang

pertama kali) kurang dari 12 tahun.

- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi

progesterone setelah ovulasi.

- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar

HCG terdapat pada mola hidatidosa (hamil anggur).

- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkata LH

yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2) Kista neoplasma

a) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma

serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan

cairan dalam kista.

b) Kistadenoma ovarii musinosum

Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu

terutama yang pertumbuhannya I elemen mengalahkan

elemen yang lain.

c) Kistodenoma ovarii serosum

berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium).

d) Kista endometreid,

belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya

dengan endometroid.

e) Kista dermoid

tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis. Pada

kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium ini


memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat kista

tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya

mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.

e. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,

ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel

ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan

yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan

ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial.

Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel

gonadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating

Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH

menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2015).

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan

progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah

hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat

mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan

secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis

dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat

menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak

sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami

pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan

tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal


tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium,

serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Fatkhiyah 2010).

f. Manifestasi klinis

Kadang kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan

fisik, tanpa ada gejala (asimtomatik). Mayoritas penderita tumor

ovarium tidak menunjukkan adanya gejala sampai periode waktu

tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung

secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat

pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien

mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut

bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut.

Pada umunya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai

ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu.

Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai

karena ovarium pun dapat berbentuk multivokuler. Meskipun

lazimnya berongga satu, warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas

kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista

sebesar 0% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5% isi kista cair

kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak

jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaannya penuh denhgan

pertumbuhan papiler (solid papiloma). (Nurarif & Kusuma 2015)

g. Pemeriksaan penunjang

1) Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan

kemungkinan adanya kanker / kista.


2) Ultrasound / scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran /

lokasi massa.

3) Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan,

perubahan endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk

menentukan apakah kista berasal dari ovary atau tidak dan juga

untuk menentukan jenisnya.

4) Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menunjukkan anemia

kronis sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif,

peningkatan SDP dapat mengindikasi proses inflamasi / infeksi.

5) Foto rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks.

h. Penatalaksanaan

Pengobatan kista ovarium biasanya melalui adalah

pengangkatan melalui tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5

cm dan tampak terisi oleh cairan / fisiologis pada pasien muda yang

sehat. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktifitas

ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 80% lesi yang terjadi pada

wanita berusia 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak, setelah 50

tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operatif setelah

pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan

perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.

Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh

pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi


abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu

tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.

2. Konsep keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Kemampuan

perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah

mempunyai kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan

akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu

berespons secara efektif. (Jauhar & Taqiyyah, 2013).

Identitas pasien meliputi nama, umur, tempat tinggal, dan pekerjaan.

1) Pemeriksaan pasien yang meliputi pengecekan tekanan darah,

denyut nadi, suara jantung, dan suhu tubuh.

2) Riwayat penyakit dulu

Kemungkinan pernah mengalami penyakit reproduksi sebelumnya.

3) Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan tidak teratur dalam menstruasi, nyeri pada perut

bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjolan pada perut.

4) Riwayat penyakit keluarga

5) Status obstetrikus yang meliputi :

a) Menstruasi : umur mengalami menstruasi, panjang siklus

menstruasi, volume darah, warna dan bau.


b) Riwayat perkawinan : usia perkawinan dan berapa kali

menikah

c) Riwayat persalinan

d) Riwayat KB

6) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

7) Auskultasi bising usus

8) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

9) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

10) Kaji status psikologi pasien

11) Kaji nyeri atau mual

12) Kaji status alat intrusif

13) Palpasi nadi pedalis secara bilateral

14) Evaluasi kembalinya reflek gag

15) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan

lamanya waktu di bawah anestesi.


Penyimpangan KDM

Degenerasi ovarium infeksi ovarium

CISTOMA OVARI histerektomi

Pembesaran ovarium Coverektomi, kistektomi

Rupture ovarium

Komplikasi peritonitis

Peritonitis Luka operasi

RESIKO PERDARAHAN Diskontinuitas jaringan

NYERI Port d’ entri

Peristaltic usus menurun RESIKO INFEKSI

Absorbs air dikolon Anastesi

KONSTIPASI Luka insisi

Anastesi
b. Diagnosa

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada post op Kista

ovarium menurut (Amin & Hardhi. 2015).

1) Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post operasi)

2) Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi

peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan histerektomi

3) Konstipasi b.d penurunan peristaltic usus

4) Resiko infeksi b.d poste de entry kuman, trauma jaringan (luka

operasi)

c. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan

yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan

meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan

keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah

kesehatan dan keperawatan klien.. Adapun rencana keperawatan

Menurut Amin & Hardi, 2015).

1) Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post op).

Tabel 2.1
Rencana keperawatan diagnosa 4
(Amin & Hardhi, 2015)

No Diagnosan keperawatan Tujuan dan Kriteria Inervensi


hasil

1 Nyeri akut b.d agen NOC NIC


cidera fisik  Paint level Pain management
Definisi: pengalaman  Paint control
 Comfort 1. lakukan pengkajian
sensori dan emosional
level nyeri secara
yang tidak komperehensif
menyenangkan yang termasuk lokasi,
muncul akibat karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan
actual atau potensial faktor presipitasi
atau digambarkan dalam 1. Mampu 2. observasi reaksi
mengontro nonverbal dari
hal kerusakan
ketidaknyamanan
sedemikian rupa l nyeri
3. gunakan tekhnik
(international (tahu komunikasi terapeutik
association for the studi penyebab 4. untuk mengetahui
of paint) awitan yang nyeri, pengalaman nyeri
tiba-tiba atau lambat mampu pasien
dari intesitas ringan mengguna 5. kaji kultur yang
mempengaruhi respon
hingga berat dengan kan
nyeri
akhir yang dapat di tekhnik 6. evaluasi pengalaman
antisipasi atau nonformok nyeri masa lampau
diprediksi dan ologi 7. evaluasi bersama
berlangsung <6 bulan untuk pasien dan tim
mengurang keseshatan lain
Batasan i nyeri, tentang
ketidakefektifan
Karakteristik: mencari
control nyeri masa
bantuan) lampau
1. Perubahan selama 2. Melaporka 8. bantu pasien dan
makan n bahwa keluarga untuk
2. Perubahan tekanan nyeri mencari dan
darah berkurang menemukan dukungan
3. Perubahan frekuensi dengan 9. control lingkungan
jantung yang dapat
mengguna
mempengaruhi nyeri
4. Perubahan frekuensi kan seperti suhu ruangann,
pernafasan menegeme pencahayaan dan
5. Laporan isyarat nt nyeri kebisingan
6. Diaphoresis 3. Mampu 10. kurangi faktor
7. Perilaku distraksi mengenali presipitasi nyeri
(mis, berjalan mondar nyeri 11. pilih dan lakukan
penanganan nyeri
mandir, mencari (skala,
(farmakologi, dan non
orang lain, dan atau intensitas, farmakologi dan
aktivitas lain) frekuensi interpersonal)
8. Mengekspresikan dan tanda 12. kaji tipe dan sumber
perilaku nyeri) nyeri untuk
9. Masker wajah, 4. Menyataka menentukan intervensi
bercahaya, tampak 13. ajarkan tentang
n rasa
tekhnik non
kacau, gerakan mata nyaman farmakologi
berpencar atau tetap setelah 14. berikan analgetik
pada satu focus nyeri untuk mengurangi
meringis berkurang nyeri
10. Sikap melindungi 15. evaluasi keefektifan
area nyeri control nyeri
11. Focus menyempit, 16. tingkatkan istirahat
17. kolaborasikan dengan
gangguan persepsi
dokter jika ada
nyeri, hambatan keluhan dan tindakan
proses berpikir, nyeri tidak berhasil
penurunan interaksi 18. monitor penerimaan
dengan orang dan pasien tentang
penerimaan nyeri
lingkungan Analgetik
12. Indikasi nyeri yang Administration
dapat di amati
13. Perubahan posisi a) tentukan lokasi,
untuk menghindari karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
nyeri
sebelum pemberian
14. Sikap tubuh obat
melindungi b) cek intruksi dokter
15. Dilatasi pupil tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
16. Melaporkan nyeri c) cek riwayat alergi
secara verbal d) pilih analgesik yang
17. Gangguan tidur diperlukan atau
kombinasi dari
Faktor yang analgesic ketika
berhubungan: pemberian lebih dari
satu
1. Agen cidera e) tentukan pilihan
2. Fisik atau psikologis anlagesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
f) tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g) pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h) monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri heba
i) evaluasi efektivitas
analgesic

2) Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi

peritonitis) dan efek samping terkait perdarahannya histerektomi.

Tabel 2.2
Rencana keperawatan diagnosa 2
(Amin & Hardhi, 2015)

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
2 Resiko perdarahan NOC NIC
Defenisi: beresiko  Blood lose Bleeding precautions
mengalami penurunan severity 1. Monitor ketat tanda
volume darah yang  Blood perdarahan
tepat mengganggu koagulation 2. Catat nilai Hb dan HT
kesehatan sebelum dan sesudah
Faktor resiko: kriteria hasil : terjadinya perdarahan
1. Aneurisme 3. Monitor nilai lab (
2. Sirkumsi 1. Tidak ada koagulasi) yang
3. Defisisensi hematuria dari meliputi PT, PTT
pengetahuan hematemesis trombosit
4. Koagulopati 2. Kehilangan darah 4. Monitor TTV ortostatik
intravaskuler yang terlihat 5. Pertahankan bedrest
diseminata 3. Tekanan darah selama perdarahan aktif
5. Riwayat jatuh dalam batas 6. Kolaborasi dalam
6. Gangguan normal sistol dan pemberian produk
gastrointestinal diastole darah(platelet atau fresh
misalnya penyaki 4. Tidak ada frozen plasma)
ulkus lambung, polip perdarahan 7. Lindungi pasien dari
varises) pervagina trauma yang dapat
7. Gangguan fungsi hati 5. Tidak ada distensi menyebabkan
( mis, sirosis, hepatitis,) abdominal perdarahan
8. Koagulopati inheren 6. Hemoglobin dan 8. Hindari mengukur suhu
(mis, trombositopenia) hematokrit dalam lewat rectal
9. Komplikasi batas normal 9. Hindari pemberian
pascapartum (mis, aton 7. Plasma, PT, PTT, aspirin dan
uteri, retensi plasenta) dalam batas anticoagulant
10.Komplikasi terkai normal 10. Anjurkan pasien
kehamilan ( mis untuk meningkatkan
plasenta previa intake makanan yang
kehamilan mola banyak mengandung
solusio plasenta) vitamin K
11.Trauma 11. Hindari
12.Efek samping terkai terjadinya konstipasi
terapi ( mis dengan menganjurkan
pembedahan, untuk mempertahankan
pemberian obat intake cairan yang
pemberian produk adekuat dan pelembut
darah defisiens fases
trombosit,kemoterapi) Bleeding reduction
1. Identifikasi penyebab
perdarahan
2. Monitor tren tekanan
darah dan parameter
hemodinamik ( CVP,
pulmonary capillaty/
artery wedge pressure)
3. Monitor status cairan
yang meliputi intake
dan oputput
4. Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan
cardiac output)
5. Pertahankan patensi IV
line
Bleeding reduction :
wound/ luka
1. Lakukan manual
pressure (tekanan) pada
area perdarahan
2. Gunakan ice pack pada
area perdarahan
3. Lakukan pressure
dressing (perban yang
menekan ) pada area
luka
4. Tinggikan ektremitas
yang perdarahan
5. Monitor ukuran dan
karakteristik hematoma
6. Monitor nadi distol dari
area yang luka atau
perdarahan
7. Instruksikan pasien
untuk menekan luka
pada saat bersinatau
batuk instruksikan
pasien untuk mambatasi
aktivitas
Bleeding reduction :
gastrointestinal
1. Observasi adanya darah
dalam sekresi cairan
tubuh : emesi, fases,
urin, residu lambung,
dan drainase luka
2. Monitor complete blood
count dan leukosit
3. Kolaborasi dalam
pemberian terapi :
lactulosa atau
vasopressin
4. Lakukan pemasangan
NGT untuk memonitor
sekresi dan perdarahan
lambung
5. Lakukan bilas lambung
dengan NaCl dingin
6. Dokumentasikan warna,
jumlah dan karakteristik
fases
7. Hindari Ph lambung
yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian
antacids atau histamine
blocking agent
8. Kurangi faktor stress
9. Pertahankan jalan nafas
10. Hindari
pengguanaan
anticoagulant
11. Monitor status
nutrisi pasien berikan
cairan intarvena
12. Hindari
penggunaan aspirin dan
ibuprofen
3) konstipasi b.d penurunan peristaltic usus

Tabel 2.3
Rencana keperawatan Diagnosa 3
( Amin & Hardi, 2015)
Diagnose Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Krtieria Hasil
3 Konstipasi NOC NIC
 Bowel Constipation / Impaction
Definisi : elimination Management
Penurunan pada  Hydration 1. Monitor tanda dan
frekwensi normal Kriteria Hasil : gejala konstipasi
defakasi yang disertai 1. Mempertahank 2. Monitor bising usus
oleh kesulitan atau an bentuk feses 3. Monitor feses :
pengeluaran tidak lunak 1-3 hari frekuensi, konsistensi
lengkap fases/atau 2. Bebas dari dan volume
pengeluaran fases yang ketidaknyaman 4. konsultasi dengan
kering, keras, dan an dan dokter tentang
banyak. konstipasi penurunan dan
Batasan karakteristik : 3. Mengidentifika peningkatan bising
a. Nyeri abdomen si indicator usus
b. Nyeri tekan abdomen untuk 5. monitor tanda dan
dengan teraba mencegah gejala ruptur usus
resistensi otot konstipasi /peritonitis
c. Anoreksia 4. Feses lunak 6. jelaskan etiologic dan
d. Penampilan tidak khas dan berbentuk rasionalisasi tindakan
pada lansia terhadap pasien
e. Darah merah pada 7. idetinfikasi factor
feses penyebab dan
f. Perubahan pada pola kontribusi konstipasi
defekasi 8. dukung intake cairan
g. Penurunan frekwensi 9. kolaborasikan
h. Penurunan volume pemberian laksatif
fesses 10. pantau tanda-tanda
i. Distensi abdomen gejala konstipasi
j. Rasa rektal penuh 11. pantau tanda-tanda dan
k. Rasa tekanan rektal gejala impaks
l. Sakit kepala 12. memantau gerakan
m. Bising usus usus, termasuk
n. Masaa abdomen yang konsistensi frekuensi,
dapat diraba bentuk, volume dan
o. Perkusi abdomen warna
pekak 13. memantau bising usus
p. Mengejan pada saat 14. konsultasikan dengan
defekasi dokter tentang
q. Tidak dapat penurunan / kenaikan
mengeluarkan feses frekuensi bising usus
r. Muntah. 15. pantau tanda-tanda dan
Factor yang gejala pecahnya usus
berhubungan : dan/atau peritonitis
a. Fungsional 16. jelaskan etiologic
- Kelemahan otot masalah dan pemikiran
abdomen untuk tindakan untuk
- Kebiasaan pasien
mengabaikan 17. menyusun jadwal
dorongan defekasi ketoilet
- Ketidakadekuatan 18. mendorong
toileting meningkatkan asupan
- Kurang aktifitas cairan, kecuali
- Kebiasaan defekasi dikontraindikasikan
- Perubahan 19. evaluasi profil obat
lingkungan saat ini untuk efek samping
b. Psikologis : gastrointestinal
- Depresi, stress emosi 20. anjurkan
- Konfusi mental pasien/keluarga untuk
c. Farmakologis mencatat warna,
- Antaida mengandung volume, frekuensi, dan
aluminium konsistensi tinja
- Antiepresan 21. ajarkan
- Garam bismuth pasien/keluarga
- Kalsium karbonat bagaimana untuk
- Penyekat salura menjaga buku harian
kalsium makanan
- Dierutik, garam besi 22. anjurkan pasien /
- Penyalah gunaan keluarga untuk diet
laksatif tinggi serat
- Opiate fenotiazid, 23. anjurkan pasein /
sedative keluarga pada
- Simpatomimemik penggunaan yang tepat
d. Mekanis dari obat pencahar
- Ketidak seimbangan 24. anjurkan pasien /
elektrolit keluarga pada
- Kemoroid hubungan hubungan
- Gangguan neorologis asupan diet, olahraga
- Obesitas dan cairan sembelit, /
- Kehamilan impaksi
- Prolapse rectal, ulkus 25. menyarankan pasien
rektal untuk berkonsultasi
e. Fisiologis dengan dokter jika
- Perubahan pola sembelit atau impaksi
makan terus ada
- Penurunan 26. menginformasikan
- Perubahan makanan pasien prosedur
- Penurunan motilitas penghapusan manual
raktus dari tinja, jika perlu
gastrointestinal 27. lepaskan impaksi tinja
- Dehidrasi secara manual, jika
- Ketidakadekuatan perlu
gigi geligi 28. timbang pasien secara
- Asuoan serat tidak teratur
cukup asupan cairan 29. ajarkan pasien atau
tidak cukup keluarga tentang proses
- Kebiasaan makan pencenaan yang
buruk. normal
30. ajarkan pasien /
keluarga tentang
kerangka waktu untuk
resolusi sembelit.
4) Resiko infeksi b.d poste de entry kuman, trauma jaringan (luka

operasi).

Tabel 2.4
Rencana keperawatan Diagnosa 4
( Amin & Hardi, 2015)
Diagnose Tujuan dan Krtieria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
4 Resiko infeksi b.d NOC NIC
kondisi vulva lembab  Immune status Infection control
 Knowledge (control infeksi )
Definisi : :infection control 1. Bersihkan lingkungan
Mengalami peningkatan  Risk control setelah dipakai pasien
resiko terserang Kriteria Hasil : lain
organisme patogenik 1. Klien bebas dari 2. Pertahankan teknik
a. Penyakit kronis tanda dan gejala isolasi
- Diabetes mellitus infeksi 3. Batasi pengunjung bila
- Obesitas 2. Mendeskripsikan perlu
b. Pengetahuan yang proses penularan 4. Intruksikan pada
tidak cukup untuk penyakit, factor pengunjung untuk
menghindari yang mempengaruhi mencuci tangan saat
pemanjanan penularan serta berkunjung dan setelah
pathogen penatalaksanaannya berkunjung
c. Pertahanan tubuh 3. Menunjukkan meninggalkan pasien
primer yang tidak kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
adekuat. mencegah timbulnya antimikrobia untuk
- Gangguan infeksi cuci tangan
peristalsis 4. Jumlah leukosit 6. Cuci tangan setiap
- Kerusakan atau dalam batas normal sebelum dan sesudah
integritas kulit 5. Menunjukkan tindakan keperawatan
(pemasangan perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung
kateter intravena, tangan sebagai alat
prosedur invasif) pelindung
- Perubahan sekresi 8. Pertahankan
pH lingkungan aseptic
- Penurunan kerja selama pemasangan
siliriasis alat
- Pecah ketuban dini 9. Ganti letak IV perifer
- Merokok dan line sentral dan
- Stasis cairan tubuh dressing sesuai dengan
- Trauma jaringan petunjuk umum
(mis, trauma 10. Gunakan kateter
destruksi jaringan) intermiten untuk
d. Ketidak adekuatan menurunkan infeksi
pertahanan sekunder kandung kencing
- Penurunan 11. Tingkatkan intake
Hemoglobin nutrisi
- Imunosupresi 12. Berikan terapi
(mis, imunitas antibiotic bila perlu
didapat tidak 13. Monitor tanda dan
adekuat, agen gejal iinfeksi sistemik
farmaseutikal dan local
termasuk 14. Monitor hitung
imunosepresan , granulosit, WBC
steroid, antibody 15. Monitor kerentangan
monoclonal, terhadap infeksi
imunomudulator) 16. Batasi pengunjung
- Supresi respon 17. Sering pengunjung
inflamasi terhadap penyakit
e. Vaksinasi tidak menular
adekuat 18. Pertahankan teknik
f. Pemajanan terhadap asepsis pada pasien
pathogen lingkungan yang beresiko
meningkat 19. Pertahankan teknik
- Wabah isolasi k/p
g. Prosedur invasive 20. Berikan perawatan
h. Malnutrisi kuliat pada area
epidema
21. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drenase
22. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
23. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan
cairan
25. Dorong istirahat
26. Intruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan
infeksi
30. Laporkan kultur positif

f. Implementasi

Menurut Jauhar & Taqiyah (2013), implementasi adalah

pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini

terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan

tindakan rujukan/ ketergantungan.


g. Evaluasi

Menurut Jauhar & Taqiyah (2013), evaluasi merupakan tahap

akhir dari proses keperawatan, dan mengacu kepada penilaian tahapan,

dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa

suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam evaluasi adalah :

1) Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan

yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran

dari rencana keperawatan dapat diterima.

2) Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien

untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan,

atau intervensi keperawatan.

3) Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah

keputusan bersama antara perawat dan klien.

4) Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu

sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam

menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan

mengenai standar asuhan keperawatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang cenderung

mengolah data yang bersifat deskriptif. Bisa berupa visual gambar, video,

suara, maupun catatan lapangan. Menurut Dharma (2015) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang berfokus menggambarkan dan memahami

fenomena (konsep) dalam dunia sosial dari perspektif individu yang

memiliki pengalaman dalam dunia sosial tersebut.. Dasar tersebut meliputi

realitas social yang bersifat subjektif/ interpretasi.

Studi kasus merupakan metode penelitian yang cocok digunakan

karena merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok,

organisasi maupun individu), peristiwa latar secara mendalam, tujuan dari

penelitian ini mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus

yang sedang diteliti.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini dapat dikategorikan

sebagai studi kasus. Karena penelitian ini bertujuan untuk menjawab tentang

bagaimana asuhan keperawatan klien Post Op Kista Ovarium dengan

masalah Nyeri.

B. Subyek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan asuhan

keperawatan klien yang mengalami Post Op Kista Ovarium dengan masalah

keperawatan Nyeri.
C. Fokus studi

Fokus studi dalam penelitian ini diarahkan pada pasien yang

mengalami Post Op Kista Ovarium dengan masalah keperawatan Nyeri

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Pasien yang mengalami Post Op Kista Ovarium dengan masalah

keperawatan Nyeri.

b. Pasien yang di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

c. Bersedia untuk menjadi informan

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Tidak bersedia untuk diteliti

b. Pasien pulang setelah penelitian baru dilakukan satu hari

c. Pasien yang tidak mengalami Post Op Kista Ovarium dengan

masalah keperawatan Nyeri.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Kista Ovarium adalah penyakit tumor jinak yang ada didalam

ovarium yang memiliki bentuk seperti kantong udara atau balon dan di

dalamnya mengandung cairan.

Nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan
E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah

pedoman wawancara, alat tulis dan nursing kit.

1) Pedoman wawancara

Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa

pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:

a) Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam

rumusan judul penelitian.

b) Melengkapi instrumen dengan pedoman atau intruksi dan kata

pengantar lebih lanjut.

c) Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dahulu membuat kisi-

kisi pedoman wawancara berisikan daftar pertanyaan yang dibuat

secara terstruktur berdasarkan tujuan penelitian atau variabel yang

ingin diketahui.

2) Alat tulis

3) Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

4) Nursing kit

5) Berfungsi untuk mengukur tanda-tanda vital dengan focus studi.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode dalam pengumpulan data dengan

mewawancarai secara langsung dari responden yang diteliti, metode ini


memberikan hasil secara langsung dan dapat dilakukan apabila ingin

tahu hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden

sedikit. Dalam metode wawancara ini dapat digunakan instrumen,

seperti pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.

2. Obsevasi

Observasi merupakan cara melakukan pengumpulan data penelitian

dengan observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan

penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.

G. Lokasi & Waktu Penelitian

1. Lokasi

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di ruang

keperawatan Rumah Sakit Bhanyangkara Makassar. Adapun alasan

pemilihan lokasi adalah :

a. Prevalensi pasien Post Op Kista Ovarium dengan masalah Nyeri.

b. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya.

2. Waktu penelitian

Dilaksanakan pada bulan Maret

H. Analisa Data & Penyajian Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang dipeoleh dari

hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data. Untuk selanjutnya


di interprestasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dan intervensi tersebut.

Penyajian data yang akan dilakukan dapat berupa dengan tabel,

gambar, bagan maupun teks naratif kerahasiaan dari klien dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari klien.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian meliputi :

1. Informed consent (informasi untuk responden)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti

dengan informan dengan memberikan persetujuan melalui imform

consent, dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden

sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah calon responden memahami

atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti

memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani oleh sampel

penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang

berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada kuesioner dan hanya diberikan

kode atau nomor responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul

dari responden benar-benar bersifat rahasia.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar terletak di jln. Jend Andi

Mappaoudang no. 63 Makassar Sulawesi Selatan dan merupakan salah-

satu Rumah Sakit Polri yang ada di Indonesia tepatnya di kota

Makassar.Rumah sakit Bhayangkara Makassar memiliki visi menjadi

Rumah Sakit Bhayangkara terbaik, dengan pelayanan prima dan

mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan. Ruang

Nuri yang merupakan lokasi penelitian yang berada di lantai 2 yang terdiri

dari ruang INC, PNC, dan ANC ruang INC terdapat 7 bed, PNC Vip

terdapat 2 kamar, kelas 1 terdapat 4 bed, kelas 2 terdapat 8 bed dan kelas 3

terdapat 12 bed. Keadaan ruangan tersebut cukup bagus dimana situasi

lingkungannya aman, nyaman dan bersih serta memiliki pelayanan yang

baik, Ruangan Nuri di kenal sabagai ruangan yang merupakan ruangan

khusus Persalinan.

Adapun batas – batas geografis Rumah sakit Bhayangkara

Makassar adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kampus Akademi Keperawatan

Mappa Oudang Makassar

b. Sebelah timur berbatasan dengan jalan kumala

c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Mallombassang

d. Sebelah barat berbatasan dengan Yon Armet


47
2. Karakteristik Partisipan

a. Identitas Klien

Nama Klien : Ny ”J”

Usia/Tanggal Lahir : 27 Tahun/11 Maret 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jeneponto

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Status Pernikahan : Menikah\

Pendidikan : SMP

Tanggal Masuk RS : 8 Juli 2020

Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2020

No RM 134111

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn “R”

Umur : 30 Tahun/11 Februari 1989

Alamat : Jeneponto

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Kawin

Pernikahan Ke 1

Hubungan : Suami

48
3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan Utama : Nyeri perut

a) Riwayat Keluhan Utama : Klien masuk Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar pada tanggal 8 Juli 2020 dengan keluhan

sakit perut bagian bawah tembus belakang

b) Riwayat Kesehatan lalu : Klien mengatakan tidak pernah

menderita penyakit-penyakit kronik sebelumnya, klien tidak pernah

mengalami operasi sebelumnya, klien tidak pernah di opname

sebelumnya, dan klien tidak pernah memiliki penyakit berat seperti

ini.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri abdomen pasca dilakukan operasi Kista

Ovarium pada tanggal 12 Juli 2020 dan dirasakan seperti tersayat

benda tajam nyeri yang dirasakan klien hilang timbul.

b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit yang serius seperti Diabetes Mellitus,asma ataupun

hipertensi

49
Genogram

?? ? ? ? ? ? ?
? ?

530 ?
?

? ? ?? ? ?
6 ?

y 27

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien
? : Umur tidak diketahui
X : Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

: Garis Serumah

G1 : Kakek dan Nenek Klien telah meninggal dunia, baik itu

dari Ayah ataupun Ibu klien.

G2 : Ayah Klien anak pertama dari 3 bersaudara dan Ibu

Klien anak ke 4 dari 4 bersaudara

G3 : Klien anak kedua dari lima bersaudara, umur klien 27

tahun dan mengidap penyakit kista ovarium sementara

dirawat di RS Bhayangkara Makassar.

50
3) Riwayat obstetrik

a) G (0) P (0) A (0).

4) Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, Klien tidak terlalu

mengetahui tentang penyakitnya namun ketika rasa nyerinya timbul

klien mengatasinya dengan teknik relaksasi.

5) Pola kegiatan sehari – hari

a) Nutrisi

Tabel 4.1
Pengkajian Status Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

 Selera makan Baik Berkurang / menurun


 Menu makan Nasi, sayur, ikan, buah, Bubur, ikan, sayur
 Frekuensi makan 3x1 dalam sehari ( daalam 1x 3x1 (dalam 1x makan
makan klien dapat klien hanya dapat
menghabiskan 1 porsinya) menghabiskan setengah
dari makanannya)
Klien menyukai semua
Klien menyukai semua jenis jenis makanan
 Makan yang disukai makanan klien makan pakai sendok
Klien biasanya makan pakai
 Cara makan
tangan

51
b) Eliminasi

Tabel 4.2
Pengkajian Status Eliminasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

 BAB
Tempat pembuangan WC WC
Frekuensi 2x/ sehari Jarang
Konsistensi Lembek Keras
 BAK
Frekuensi
Konsistensi ± 3x/ sehari ± 4x/ hari
Tempat pembuangam Jernih kekuningan Kekuningan
Kamar mandi Kamar mandi

c) Cairan

Tabel 4.3
Pengkajian Status Cairan
Cairan Sebelum sakit Saat sakit

 Jenis minuman  Air putih, kopi, teh  Air putih

 Frekuensi minum  8 gelas dalam sehari  Tidak menentu

6) Riwayat Psikososial

a) Pola kognitif : klien tampak ragu ketika ditanya tentang

penyakitnya

b) Pola konsep diri : klien menerima dirinya sedang sakit, akan tetapi

klien masih tampak cemas

52
c) Pola koping : klien takut penyakitnya akan semakin parah dan

mengancam nyawanya

d) Pola interaksi : klien selalu berinteraksi dengan keluarganya

ataupun dengan dokter dan perawat dan selalu bertanya-tanya

tentang penyakitnya

7) Riwayat spiritual

a) Ketaatan klien beribadah

Klien tidak melaksanakan sholat lima waktu namun klien

senantiasa berdoa dan berzikir

b) Dukungan keluarga klien

Keluarga klien selalu mendukung dan memberikan semangat

kepada klien demi kesembuhannya

8) pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Kesadaran : compos mentis

GCS : E: 4, V: 5, M: 6

BB : 55 kg

Tb : 156 cm

b) Tanda- tanda vital

TD : 140/ 80 mmHg

N : 80 x/i

S : 36,7 0 C

P : 20 x/i

53
c) Kepala

- Inspeksi : keadaan rambut cukup bersih, warna hitam,

pendek lurus, tidak berketombe dan tidak

mudah rontok

- Palpasi : tidak teraba massa dan nyeri tekan

d) Leher

- Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe

- palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar

tiroid

e) Mulut

- Inspeksi : Mukosa mulut lembab

- Palpasi : Tidak ada benjolan pada mulut

f) Mata

- Inspeksi : Sklera tidak ikterus, conjungtiva pucat, tida ada

gangguan penglihatan

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

g) Kulit

- Inspeksi : warna kulit sawo matang

- Palpasi : turgor kulit normal

h) Abdomen

- Inspeksi : Tampak verband pada daerah abdomen bawah

dengan panjang ± 15 cm, klien tampak

meringis saat mencoba untuk bergerak

54
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian

bawah

P : Klien merasakan nyeri setelah dilakukan operasi kista ovarium


Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Abdomen
S : Skala 4
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
kedalaman luka 5 cm

Tampak ada balutan verban

i) Sistem obsetri

Menarche : 16 tahun

Siklus haid : kadang tidak teratur

j) Pemeriksaan penunjang

Tabel 4.4

Pemeriksaan penunjang

No Pemeriksaan Hasil

1 Hb 10, 9 gr %

2 Leucosit 6, 670 ribu

3 Trombosit 273.000 /mm

4 Hematocrit 22 %

55
k) Penatalaksanaan pengobatan/ therapy

Tabel 4.5
Penatalaksanaan pengobatan

Obat Dosis Jam Tujuan

Inj cefotaxime 1 gr/IV 8 jam Antibiotik

Inj ranitidine 25 mg/IV 8 jam Analgetik

Inj asam
50 mg/IV 8 jam/IV Anti fibrinolitik
traneksamal

l) Klasifikasi Data

Nama : Ny “J”

Umur : 27 Tahun

Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Tabel 4.6

Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Klien tampak meringis


bekas operasi 2. Klien tampak gelisah
2. Klien mengatakan gelisah akibat 3. Klien tampak memegang area sakit
nyeri pada bekas operasi P : klien merasakan nyeri setelah
3. Klien mengatakan khawatir dilakukan operasi kista ovarium
tentang penyakitnya Q : nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
4. Klien mengatakan takut R : abdomen
penyakitnya semakin parah S:4
5. Klien mengatakan luka operasi T : nyeri dirasakan hilang timbul
terasa panas 4. Klien tampak cemas
6. Klien sering menanyakan 5. Tampak ekspresi wajah tegang
keadaannya 6. Tampak luka operasi memanjang ± 15 cm
7. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/80 mmHg

56
Nadi : 80 kali/m
Suhu : 36,7 ℃
Pernapasan : 20 kali/menit
8. Terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah di daerah bekas operasi

m) Analisa Data

Nama : Ny “J”

Umur : 27 Tahun

Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Tabel 4.7

Analisa Data

Data Fokus Analisa Masalah

DS DO : Degenerasi ovarium Nyeri


1. Klien mengatakan nyeri pada bekas
operasi
2. Klien mengatakan gelisah akibat Cistoma ovari
nyeri
DO :
1. Klien tampak meringis coverrektomi
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak memegang area yang
sakit luka operasi
4. P : nyeri
Q : tertusuk-tusuk
R : pada luka bekas operasi diskontuinitas jaringan
S:4
T : hilang timbul

Nyeri

DS : degenerasi ovarium Ansietas


1. klien sering menanyakan
keadaannya

2. klien mengatakan khawatir tentang infeksi ovarium


penyakitnya

DO :
cistoma ovari
1. klien tampak cemas
57
2. tampak ekspresi wajah tegang

kurang informasi

kurang pengetahuan

Ansietas

DS : degenerasi ovarium Resiko infeksi


1. Klien mengatakan luka bekas
operasi terasa panas
DO :
ostoma ovarium
1. Tampak luka operasi memanjang ±
15 cm
2. Terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah di daerah bekas
operasi
3. Tanda tanda vital : rupture ovarium
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80 kali / menit
Suhu : 36,7℃
Pernapasan : 20 kali / menit

komplikasi peritonitis

peritonitis

Resiko Infeksi

58
b. Diagnosa Keperawatan

Nama : Ny “J”

Umur : 27 Tahun

Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Tabel 4.8

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen


12 Juli 2020 14 juli 2020
cederafisik ( luka post op operasi)

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya


12 Juli 2020 14 Juli 2020
informasi tentang penyakit

3. Resiko infeksi berhubungan dengan post

deentry kuman, trauma jaringan (luka 12 Juli 2020 14 Juli 2020

operasi

59
c. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama : Ny “J” Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Umur : 27 Tahun

Tabel 4.9

Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen  Pain level Pain managemet


cedera fisik ( luka post op operasi)  Pain control 1. lakukan pengkajian nyeri secara
D DO :  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
1. Klien mengatakan nyeri pada Kriteria hasil :. kualitas, dan faktor prespitasi
bekas operasi 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 2. gunakan teknik komunikasi
2. Klien mengatakan gelisah akibat nyeri, mampu menggunakan teknik non terapeutik untuk mengetahui
nyeri farmakologi untuk mengurangi nyeri pengalaman nyeri pasien
DO : 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 3. ajarkan teknik relaksasi nafas
1. Klien tampak meringis menggunakan manajemen nyeri dalam ( non farmakologi)
2. Klien tampak gelisah 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 4. anjurkan klien banyak istirahat

60
3. Klien tampak memegang frekuensi dan tanda nyeri) 5. pemberian obat/ terapi farmakologi
area yang sakit Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
4. P : nyeri berkurang
Q : tertusuk-tusuk
R : pada luka bekas operasi
S:4
T : hilang timbul
2 Ansietas berhubungan dengan  Anxiety 1. Identifikasi tingkat kecemasan
kurangnya informasi tentang  Anxiety level 2. Dorong pasien untuk
penyakit  Copma mengungkapkan perasaan
DS : Kriteria Hasil : 3. Berikan informasi tentang
1. klien sering menanyakan  Klien mampu mengidentifikasi dan penyakitnya dan pengobatan
keadaannya mengungkapkan gejala cemas secara prosedur secara jelas dan
2. klien mengatakan khawatir tentang  Vital sign dalam batas normal akurat.
penyakitnya  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
DO : dan tingkat aktivitas menunjukkan
1. klien tampak cemas berkurangnya kecemasan
2. tampak ekspresi wajah tegang

61
3 Resiko infeksi berhubungan dengan NOC 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
post de entry kuman, trauma jaringan  Immune status 2. Berikan perawatan kulit pada area
(luka operasi  Knowledge luka
DS : Infection control 3. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Klien mengatakan nyeri dirasakan  Risk control
setelah operasi Kriteria hasil :
2. Klien mengatakan luka bekas 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
operasi terasa panas 2. Mendiskripsikan proses penularan penyakit
DO : faktor yang mempengaruhi penularan serta
1. Tampak luka operasi memanjang ± penatalaksanaannya
15 cm
2. Terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah didaerah bekas
operasi

62
c. Implementasi keperawatan

Nama : Ny “J” Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Umur : 27 Tahun

Tabel 4.10

Implementasi keperawatan

Hari I (senin 11 Juli 2020) Hari II (Selasa 12 Juli 2020) Hari III (Rabu 13 Juli 2020)
No DX Jam Jam Jam
Implementasi Implementasi Implementasi

1 1 13.30 1. Melakukan pengkajian nyeri13. 30 1. Melakukan pengkajian nyeri 13.00 1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk secara komprehensif termasuk secara komprehensif
lokasi, kualitas, dan faktor lokasi, karateristik, durasi, Hasil : klien mengatakan
prespitasi frekuensi, kualitas nyeri sudah
Hasil : Hasil : berkurang
P : Nyeri 13.15 2. memberikan therapy
P : Nyeri
Q : Tertusuk – tusuk farmakologi
Q : Tertusuk – tusuk R : Luka bekas operasi Hasil: klien masih diberikan
S:2 injeksi ranitidine
R : Luka bekas operasi
T : Hilang timbul

63
S:4 13.35 2. menganjurkan klien banyak
istirahat
T : Hilang timbul
Hasil : klien mengatakan akan
2. Menggunakan teknik lebih meningkatkan
komunikasi terapeutik untuk istirahat
mengetahui pengalaman nyeri 3. Mengkolaborasikan pemberian
Hasil : klien mengatakan nyeri 13.45 obat/ terapi farmakologi
13.35
hebat setelah Hasil : Diberikan injeksi
dilakukan operasi ranitidine
3. mengajarkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam (non
farmakologi)
Hasil : klien merasa nyaman
setelah di ajarkan
13.40
teknik nafas dalam
4. Menganjurkan klien banyak
istrahat
Hasil : klien mengerti tetang apa
yang dianjurkan dan
mau mengikutinya
5. memberikan obat/ terapi
13.45
farmakologi

64
13.50 Hasil : diberikan injeksi
ranitidine

2 II 14.10 1. Mengidentifikasi tingkat 13.50 1. Mengidentifikasi tingkat 13.20 1. mengidentifikasi tingkat


kecemasan kecemasan kecemasan
Hasil : klien tampak gelisah Hasil : klien masih gelisah dan Hasil : klien tampak sudah
dan bingung. Kontak bingung. tidak cemas dan
14.15 mata kurang 2. Mendorong pasien untuk gelisah
2. Mendorong pasien untuk13.55 mengungkapkan perasaan 13.25 2. mendorong klien
mengungkapkan perasaan Hasil : klien mengatakan masih mengungkapkan perasaan
Hasil : klien mengatakan khawatir penyakitnya Hasil : klien mengatakan
khawatir penyakitnya semakin parah sudah tidak terlalu
semakin parah 3. Memberikan informasi tentang khawatir lagi
3. Memberikan informasi tentang14.00 penyakitnya, dan prosedur dengan
penyakitnya, dan prosedur pengobatan secara jelas dan penyakitnya
pengobatan secara jelas dan akurat
akurat Hasil : klien mengerti tentang
Hasil : klien tampak informasi yang
menyimak dan diberikan
mengerti tentang
informasi yang
diberikan

65
3 III 14. 20 1. Memonitor tanda dan gejala 14. 05 1. Memonitor tanda dan gejala 13.30 1. memberikan perawatan kulit
infeksi infeksi pada area luka
Hasil : tampak kemerahan pada Hasil : masih tampak kemerahan Hasil : masih dilakukan
area luka pada area luka tindakan ganti
2. Mengkolaborasikan pemberian 14.10 2. Mengkolaborasikan pemberian verban
14. 25 obat antibiotic obat antibiotic 13.35 2. mengkolaborasikan pemberian
Hasil : diberikan Injeksi Hasil : diberikan Injeksi obat antibiotik
cefotaxim cefotaxim Hasil : diberikan injeksi
3. memberikan perawatan kulit area cefotaxim
luka
14.15 Hasil : dilakukan tindakan ganti
verban

66
d. Evaluasi keperawatan

Nama : Ny “J” Diagnose Medik : Post Op Kista Ovarium

Umur : 27 Tahun

Tabel 4.11

Evaluasi keperawatan

Hari I (Senin 11 Juli 2020) Hari II (Selasa 12 Juli 2020) Hari III (Rabu 13 Juli 2020)

No DX Jam Evaluasi Jam Evaluasi Jam Evaluasi

1 1 14.00 S: -Klien mengatakan nyeri pada 13.40 S : Klien mengatakan sudah tidak 13.10 S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri
bekas operasi terlalu nyeri lagi
- klien mengatakan gelisah akibat O : klien tampak meringis O : klien tampak sudah tidak meringis
nyeri P : nyeri A : Masalah teratasi
O : - klien tampak meringis Q : tertusuk- tusuk P : Pertahankan intervensi.
- klien tampak memegang area R : pada luka bekas operasi
yang sakit S:2
P : nyeri T : hilang timbul
Q : teertusuk-tusuk A : Masalah belum teratasi
R :pada luka bekas operasi P : Lanjutkan intervensi:
67
S:4 1. Lakukan pengkajian nyeri
T : hilang timbul secara komprehensif
A : Masalah belum teratasi 2. Kolaborasi pemberian obat
P : Lanjutkan intervensi analgetik
1. lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
2. anjurkan klien banyak
istirahat
3. kolaborasi pemberian obat
analgetik

2 II 14.20 S :- klien mengatakan khawatir tentang 13.30 S : Klien mengatakan sudah memahami 13.30 S : Klien mengatakan sudah memahami
penyakitnya sedikit tentang penyakitnya tentang penyakitnya
- Klien mengatakan takut O : kecemasan klien tampak berkurang O : Klien nampak sudah tidak cemas
penyakitnya semakin parah A: Masalah belum teratasi lagi
O : - klien tampak cemas P : Lanjutkan intervensi: A : Masalah teratasi
- Tampak ekspresi wajah tegang 1) Identifikasi tingkat kecemasan P : Pertahankan intervensi:
A : Masalah belum teratasi 2) Dorong pasien untuk
P : Lanjutkan intervensi: mengungkapkan perasaan
1. Identifikasi tingkat kecemasan 3) Berikan informasi tentang
2. Dorong pasien untuk penyakit dan pengobatan secra
mengungkapkan perasaan jelas dan akurat.

68
3. Berikan informasi tentang
penyakit dan pengobatan secra
jelas dan akurat.

3 III 14:30 S : Klien mengatakan luka bekas 14.00 S : Klien mengatakan luka operasi masih 13.45 S : Klien mengatakan luka opeasinya
operasi terasa panas teraba panas ssudah tidak terasa panas
O :- tampak luka operasi memanjang O : tampak luka operasi sudah tidak O : tampak tiidak kemrahan pada
± 15 cm terlalu kemerahan luka
- Terdapat nyeri tekan pada A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi
perut bagian bawah di daerah P : Lanjutkan intervensi: P : Pertahankan intervensi:
bekas operasi 1) Monitor tanda dan gejala
A : Masalah belum teratasi infeksi
P : Lanjutkan intervensi: 2) Berikan perawatan kulit pada
1. Monitor tanda dan gejala area kulit
infeksi 3) Kolaborasi pemberian
2. Berikan perawatan kulit pada antibiotik
area luka
3. Kolaborasi pemberian
antibiotik

69
B. PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara konsep dan hasil

tinjauan kasus yang di temukan pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan klien

Ny”J” dengan kasus Post Op Kista Ovarium Di Ruang Perawatan Nuri

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Untuk memudahkan pembahasan maka akan di bahas berdasarkan

pendekatan proses keperawatan yang di mulai dari pengkajian,

perencanaan,perumusan diagnosa, pelaksanaan dan evaluasi

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses

keperawatan,untuk kemudian merumuskan diagnosa keperawatan

berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan pengkajian pada Ny “J”

dengan kasus Post Op Kista Ovarium yang di rawat di ruang perawatan

Nuri Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, pada tanggal .Menurut teori

Jauhar & Taqiyyah (2013) mengatakan anamneses yang dilakukan pada

klien Post Op Kista Ovarium yaitu :

a) ketidakteraturan menstruasi

b) nyeri pada perut bawah

c) rasa sebah pada perut

d) timbul benjolan pada perut.

Sedangkan pada kasus yang di dapatkan pada Ny “J” selama 3 hari

penelitian,ditemukan yaitu, klien tampak meringis saat mencoba untuk

bergerak dengan skala 4 dan dirasakan seperti tertusuk-tusuk, tampak

luka operasi memanjang ±15 cm, terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah, klien tampak cemas, khawatir dan sering menanyakan

keadaannya.

Dengan demikian terdapat kesenjangan data pengkajian antara teori

dan kasus yaitu :

a) Data yang ditemukan pada teori tapi tidak terdapat pada kasus yaitu

ketidakteraturan menstruasi, rasa sebah pada perut, timbul benjolan

pada perut tidak ditemukan pada kasus Ny “J”

b) Data yang ditemukan pada kasus tapi tidak terdapat pada teori yaitu

klien tampak meringis saat mencoba untuk bergerak dengan skala 4

dan dirasakan seperti tertusuk-tusuk.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan teori kemungkinan diagnosa yang muncul menurut

Nurarif Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) yaitu :

a) Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post operasi)

b) Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi

peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan histerektomi

c) Konstipasi b.d penurunan peristaltic usus

d) Resiko infeksi b.d poste de entry kuman, trauma jaringan (luka

operasi)

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny “ J” adalah:

a) Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post operasi)

Diagnosa ini muncul pada kasus Ny”J” karena dilakukan

pembedahan dengan sayatan dinding abdomen untuk pengangkatan

kista ovarium.
b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.

Diagnosa ini muncul pada kasus Ny “J” karena operasi yang telah

dilakukan mempengaruhi kondisi klien mengakibatkan timbulnya

rasa nyeri sehingga menimbulkan respon psikologis yang melebihi

kemampuan klien dalam mengadaptasikannya sehingga timbul

kecemasan.

c) Resiko infeksi b.d poste de entry kuman, trauma jaringan (luka

operasi) Diagnosa ini muncul pada kasus Ny “J” karena luka bekas

operasi Ny“J” terasa panas dan terdapat pemanjangan luka pada

perut bagian bawah di daerah bekas operasi.

Berdasarkan teori terdapat 4 diagnosa keperawatan sedangkan pada

kasus hanya di temukan 2 diagnosa keperawatan yang berdasarkan teori

dan 1 diagnosa keperawatan tambahan. Dengan demikian terdapat

kesenjangan diagnosa keperawatan yang terdapat dalam konsep teori dan

praktek pada kasus yaitu:

a) Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi

peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan histerektomi

Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak di temukannya tanda dan

gejala dari perdarahan tersebut

b) Konstipasi b.d penurunan peristaltic usus

Diagnosa ini tidak di angkat karena tidak ditemukan data yang

mendukung konstipasi seperti pengeluaran feses yang lama dan sulit,

juga tidak teraba massa pada rektal.


3. Perencanaan

Berdasarkan teori yang dikemukakan Nurarif Amin Huda & Hardi

Kusuma (2015) intervensi keperawatan pada diagnosa Nyeri akut b.d

agen cidera fisik (luka post operasi)

Pain management

a) lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b) observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) gunakan tekhnik komunikasi terapeutik

d) untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

e) kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

f) evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

g) evaluasi bersama pasien dan tim keseshatan lain tentang

ketidakefektifan control nyeri masa lampau

h) bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

i) control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

j) kurangi faktor presipitasi nyeri

k) pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, dan non

farmakologi dan interpersonal)

l) kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

m) ajarkan tentang tekhnik non farmakologi

n) berikan analgetik untuk mengurangi nyeri\

o) evaluasi keefektifan control nyeri


p) tingkatkan istirahat

q) kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil

r) monitor penerimaan pasien tentang penerimaan nyeri

Analgetik Administration

a) tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

b) cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

c) cek riwayat alergi

d) pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika

pemberian lebih dari satu

e) tentukan pilihan anlagesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

f) tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

g) pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara

teratur

h) monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic tepat

waktu terutama saat nyeri hebat evaluasi efektivitas analgesic

Sedangkan berdasarkan kasus pada kien Ny “J” intervensi

keperawatan yang peneliti lakukan yakni :

a) Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post operasi)

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

kualitas, dan faktor prespitasi

2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien


3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam ( non farmakologi)

4) Anjurkan klien banyak istirahat

5) Kolaborasi pemberian obat/ terapi farmakologi

Berdasarkan teori yang dikemukakan Nurarif Amin Huda &

Hardi Kusuma (2015) intervensi keperawatan pada diagnosa resiko

infeksi berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit yaitu :

Infection control (control infeksi )

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

1) Pertahankan teknik isolasi

2) Batasi pengunjung bila perlu

3) Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

4) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

6) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

7) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat

8) Ganti letak IV perifer dan line sentral dan dressing sesuai

dengan petunjuk umum

9) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung

kencing

10) Tingkatkan intake nutrisi

11) Berikan terapi antibiotic bila perlu

12) Monitor tanda dan gejal iinfeksi sistemik dan local

13) Monitor hitung granulosit, WBC


14) Monitor kerentangan terhadap infeksi

15) Batasi pengunjung

16) Sering pengunjung terhadap penyakit menular

17) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko

18) Pertahankan teknik isolasi k/p

19) Berikan perawatan kuliat pada area epidema

20) Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,

panas, drenase

21) Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

22) Dorong masukan nutrisi yang cukup

23) Dorong masukan cairan

24) Dorong istirahat

25) Intruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep

26) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

27) Ajarkan cara menghindari infeksi

28) Laporkan kecurigaan infeksi

29) Laporkan kultur positif

Sedangkan berdasarkan kasus pada kien Ny “J” intervensi

keperawatan yang peneliti lakukan yakni :

b) Ansietas berhubungan dengan

1) Identifikasi tingkat kecemasan

2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan

3) Berikan informasi tentang penyakitnya dan pengobatan secara

prosedur secara jelas dan akurat


Berdasarkan kasus pada kien Ny “J” intervensi keperawatan

yang peneliti lakukan yakni :

c) resiko infeksi berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit.

1) Monitor tanda dan gejala infeksi

2) Berikan perawatan kulit pada area luka

3) Kolaborasi pemberian antibiotic

4. Implementasi

Pada pelaksanaan tindakan Asuhan Keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan rencana yang sudah disusun pada kasus yang mengarah

pada tujuan Asuhan Keperawatan yang dilakukan selama tiga hari

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

1) Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2) Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

3) Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam (non farmakologi)

4) Menganjurkan klien banyak istrahat

5) Mengkolaborasikan pemberian obat/ terapi farmakologi

b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.

1) Mengdentifikasi tingkat kecemasan

2) Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan

3) Memberikan informasi tentang penyakitnya dan pengobatansecara

prosedur secara jelas dan akurat.


c) Resiko infeksi berhubungan dengan poste de entry kuman, trauma

jaringan (luka operasi)

1) Memonitor tanda dan gejala infeksi

2) Memberikan perawatan kulit pada area luka

3) Mengkolaborasikan pemberian antibiotic

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

dilakukan untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan dalam rencana

keperawatan tercapai atau tidak, apakah masalah keperawatan yang

dialami klien teratasi atau tidak. Hasil evaluasi pada kasus Ny “J” selama

3 hari yaitu :

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Teratasi tanggal 14 Juli 2020, hal ini dapat dilihat dari data klien

sudah tidak meringis lagi dan sudah tidak nyeri lagi.

b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi terkait penyakit

Masalah ini teratasi, hal ini dapat dilihat dari data klien mengatakan

sudah memahami tentang penyakitnya, dan klien tampak sudah tidak

cemas lagi.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan poste de entry kuman, trauma

jaringan (luka operasi).

Masalah ini teratasi, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh

dimana klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada luka bekas

operasi dan sudah tidak tampak kemerahan lagi pada luka


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan pembahasan kasus Ny. J Post Op Kista

Ovarium di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 11-13 Juli 2020, maka

penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian dengan Post Op Kista Ovarium penulis melakukan

pengkajian dengan observasi pada klien dan melakukan wawancara

dengan klien, keluarga klien, dan petugas kesehatan lainnya.

2. Pada diagnosa keperawatan terdapat 3 diagnosa yang di temukan pada

kasus nyata dan terdapat pula dalam teori yaitu, Nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, Ansietas berhubungan dengan kurangnya

informasi terkait penyakit, Resiko infeksi berhubungan dengan poste de

entry kuman, trauma jaringan (luka operasi).

3. Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan untuk memenuhi

kebutuhan klien dan masalah diagnosa yang telah dirumuskan.

4. Pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien Ny.J di sesuaikan

dengan rencana tindakan yang telah di tentukan agar masalah keperawatan

yang dihadapi klien dapat diatasi atau dicegah.

5. Dari evaluasi keperawatan, semua masalah yang muncul dapat teratasi.


B. Saran

Adapun saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada akademik agar tetap memperhatikan Karya Tulis

Ilmiah untuk di jadikan sumber bacaan di perpustakaan Akper

Mappaoudang Makassar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

Keperawatan pada mahasiswa yang akan datang.

2. Diharapkan kepada Rumah Sakit Bhayangkara makassar, untuk menganbil

langkah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan pada

klien Kista Ovarium ruang Nuri Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

3. Diharapkan kepada perawat agar tetap memperhatikan respon klien yang

berbeda –beda terhadap masalah kesehatan melalui pengkajian

biopsikososial – spritual yang komperhensif.

4. Diharapkan kepada klien dan keluarga dan pemberi Asuhan Keperawatan

dan Penyuluh dapat menambah pengetahuan tentang perawatan,

pencegahan, dan penangganan pada klien Kista Ovarium dalam

memberikan perencanaan, tindakan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi klien, sehingga implementasi dapat terlaksana dengan baik.

5. Diharapkan pada penulisan dalam pelaksanaan studi kasus harus mengacu

pada teori dan di sesuaikan dengan kondisi klien sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan Asuhan Keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Devi, A. K. (2017). Anatomi fisiologi & Biokimia keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Dharma, K.K (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan:Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta Timur. CV. Trans Info Media.

Fatkhiyah,N.2019.Faktor Resiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia


Reproduksi.Tegal:http://sholar.google.co.id/sholar?hl=id&as_sdt=0%2C5
&q=faktor+resiko+kejadian+kista+ovarium+pada+wanita+usia+reproduks
i+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DrTPNoBFfKogJ.

Herawati, dkk.2019. Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Angka Kista Ovarium.


Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1

Hidayat,A.A.(2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta.


Salemba Medika

J.Corwin, E. (2009 edisi 3 ). Buku saku patofisiologi . Jakarta: EGC.

Jauhar & Taqiyyah.(2013). Asuhan Keperawatan: Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional.Jakarta: Prestasi Pustaka karya.

Karjatin,A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.

Kurniawaty.2019. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur


Dengan Pencegahan Kista Ovarium.Palembang.Jurnal Aisyah Medika Vol
3 (1)

Nurarif A., & Kusuma H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction

Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Tim Pokja SDKI PPNI.(2015). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


Defiinisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat, Jakarta
Selatan
Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prayitno,S. (2014).Kesehatan Organ Reproduksi Wanita. Jogjakarta. Saufa.

Hollingworth.T (2014). Diagnosa Banding Dalam Obstetri & Ginekologi.

Jakarta.EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

OLEH :

NAMA : ZULFADHILAH DJODDING

NIM 1711016

DEPARTEMEN : Maternitas

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR TAHUN

AJARAN 2019/2020
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Topik : Manajemen Nyeri

Pokok bahasan : Manajemen Nyeri pada luka post Operasi

Sub pokok Bahasan : 1. Pengertian Nyeri


2. faktor faktor yang mempengaruhi Nyeri
3.Mengkaji persepsi Nyeri
4.Cara mengatasi Nyeri pada Luka Post Operasi
Sasaran : pasien dan keluarga

Penyuluh :Zulfadhilah Djodding

Hari/ tanggal : Rabu, 16 Juli 2020

Waktu : ± 20 Menit

Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

A. Tujuan

1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan Penyuluhan kesehatan tentang Nyeri post Operasi selama 20

Menit, diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen

nyeri pada luka post operasi.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian nyeri
b. Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri
c. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
d. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri
e. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post operasi
B. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Nyeri
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri
3. Mengkaji persepsi nyeri
4. Cara-cara mengatasi nyeri pada luka Post Operasi
(Materi Terlampir)

C. Media

1. Leaflet
2. Flip chart

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

E. Kegiatan

TAHAP KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN WAKTU

KEGIATAN KLIEN

1 Memberikan Salam 1 Menjawab 3 Menit

Pendahuluan 2 Memperkenalkan diri 2 Menyimak

3 Menyampaikan maksud dan 3 Menyimak

tujuan 4 Menyimak

4 Menyampaikan waktu kontrak

waktu yang akan digunakan dan

mendiskusikannya
Inti  Menjelaskn tentang 1 Memperhatikan 10
Menit
pengertian, faktor-faktor dan

yang mempengaruhi mendengarkan

nyeri, cara mengkaji secara seksama.

persepsi nyeri, cara-cara 2 Mengajukan

mengatasi nyeri pada luka pertanyaan.

post operasi. 3 Memperhatikan

 Memberi kesempatan 4 Menjawab

pada pasien dan keluarga pertanyaan

untuk menanyakan hal-hal

yang kurang jelas

Penutup 1 Menyimpulkan hasil 1 Memperhatikan 2 Menit

penyuluhan 2 Memperhatikan

2 Harapan penyuluhan
F. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga mampu

menjawab pertanyaan berikut :

1. Apa pengertian dari nyeri ?

2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?

3. Sebutkan cara mengkaji persepsi nyeri ?

4. Sebutkan cara-cara mengatasi nyeri pada luka post operasi?

84
MATERI

A. PENGERTIAN NYERI

Nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman,baik ringan maupun berat.

(Tamsuri, 2007) nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan

mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.(Alimul,2006)

Nyeri adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan. ( SDKI PPNI 2016)

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI

1. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai

contoh anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan

mengekspresikan rasa nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan

melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang

harus mereka terima (Potter & Perry, 2006).

2. Jenis kelamin

85
Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan

mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa

seorang anak laki-laki harus 22 berani dan tidak boleh menangis

sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi

yang sama (Rahadhanie dalam Andari, 2015)

3. Kebudayaan

mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang diterima oleh

kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

4. Perhatian

nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini

merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai

terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi

terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan memfokuskan

perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, misalnya

pengalihan pada distraksi (Fatmawati, 2011).

5. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun nyeri

juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan

86
bagian system limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang

khususnya ansietas

6. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping

7. Pengalaman sebelumnya

`Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri.

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode

nyeri tanpa pernah sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat

muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang sama

berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan

akan lebih mudah individu tersebut menginterpretasikan sensasi

nyeri (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

8. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.

Sumber koping individu diantaranya komunikasi dengan keluarga,

atau melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).

9. Dukungan keluarga dan social

87
Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat berpengaruh

untuk dapat memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan

meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan, contohnya

dukungan keluarga (suami) dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini

dikarenakan ibu merasa tidak sendiri, diperhatikan dan mempunyai

semangat yang tinggi (Widjanarko, 2012).

10. Makna nyeri

Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan

hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin

akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan wanita yang

mengalami nyeri cidera kepala akibat dipukul pasangannya. Derajat

dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan

makna nyeri (Potter & Perry, 2006).

C. Mengkaji Persepsi Nyeri

Alat alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan untuk

mengkaji persepsi nyeri seseoang. Agar alat-alat pengkajian nyeri

dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut :

a. Mudah dimengerti dan digunakan

b. Memerlukan sedikit upaya pada pihak pasien

88
c. Mudah dinilai

d. Sensitive terhadap perubahan kecil terhadap intensitas nyeri

Deskripsi verbal tentang nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyerinya yang

dialamnya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan

membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus

menggambarkan nyeri individual dalaam beberapa cara antara lain :

1) Intensitas nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada

skala verbal (misalnya tidak ada nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat,

atau sangat hebat, atau 0-10, 0=tidak ada nyeri, 10= nyeri

sangat hebat)

2) Karakteristik nyeri, termasuk letak (untuk area dimana nyeri

pada berbagai organ ) durasi (menit,jam,hari,bulan,) irama (terus

menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya

intensitas atau keberadaan dari nyeri ), dan kualitas (nyeri

seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti digencet.

3) Faktor faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang

bergerak, pengerahan tenaga, istrahat, obat-obat bebas) dan apa

yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.

4) Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari (misalnya

tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain,

89
gerakaan fisik, bekerja, dan aktifitas- aktifitas santai). Nyeri akut

sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis dengan

depresi.

5) Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh

terhadap peran dan perubahan citra diri.

6) Skala analogi visual (VAS). Skala analogi visual sangat berguna

dalam mengkaji intensitas nyeri. Skala tersebut adalah

berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya

mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk

menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi

disepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan

‘tidak ada’ atau ‘tidak nyeri’ sedangkan ujung kanan biasa

menandakan ‘berat’ atau ‘nyeri yang paling buruk’ untuk menilai

hasil sebuah penggaris diletakkan disepanjang garis dan jarak

yang dibuat pasien pada garis dari ‘tidak ada nyeri’ diukur dan

ditulis dalam centimeter.

7) Numeric Rating Scale

Metode NRS didasari pada skala angka 1-10 untuk

menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien NRS

diklaim lebih mudah dipahami lebih sensitive terhadap jenis

90
kelamin, etnis, hingga dosis NRS juga lebih efektif untuk

mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS

NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya

pernyataan spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah

nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

8) Wong-Baker Pain Rating Scale

Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan

skala nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna

Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan

metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah

dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa nyeri.

sumber: wongbakerfaces.org

91
Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih wajah

yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka alami.

Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:

 Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan

 Raut wajah 2, sedikit nyeri

 Raut wajah 3, nyeri

 Raut wajah 4, nyeri lumayan parah

 Raut wajah 5, nyeri parah

 Raut wajah 6, nyeri sangat parah

D. Cara-cara Mengatasi Nyeri pada Luka Post Operasi

a. Pendekatan farmakologi

Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri

terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama

berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Metode yang paling umum

digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesic. Menurut Smeltzer &

Bare (2002), ada tiga jenis analgesik yakni:

a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan

nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang

rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.

92
b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan

untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.

Efek samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan,

sedasi, konstipasi, mual muntah.

c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative,

anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau

menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan

mual (Potter & Perry, 2006).

b. Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)

Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni

(2013), merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat

secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam

pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang

obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun

banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu

menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki

resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan

pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Distraksi (penglihatan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri

yang sedang dirasakan)

Contoh : membayangkan hal hal yg indah

93
Membaca buku, koran sesuai yang di sukai

Mendengarkan musik, radio, dan lain lain

b. Relaksasi

Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :

 Posisi yang tepat

 Pikiran tenang

 Lingkungan tenang

Teknik relaksasi

1) Menarik nafas dalam

2) Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan

3) Nafas beberapa kali dengan irama yang normal

4) Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran

5) Setelah rileks, nafas pelan

c. Stimulasi Kulit

strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu

dengan menggosok kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh

secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase

dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membantu

relaksasi otot.

d. Terapi Musik

94
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental

dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,

bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta

musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental Perawat

dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik,

pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan

memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik.

Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu, merupakan

pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi, 2015). Musik

menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian,

ruang dan waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya

dapat memberikan efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut,

mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif

dalam upaya mengurangi nyeri, GIM (Guided Imagery Music) GIM

(Guided Imagery Music) merupakan intervensi yang digunakan untuk

mengurangi nyeri. GIM mengombinasikan intervensi bimbingan

imajinasi dan terapi musik. GIM dilakukan dengan memfokuskan

imajinasi pasien. Musik digunakan untuk memperkuat relaksasi.

Keadaan relaksasi membuat tubuh lebih berespons terhadap bayangan

dan sugesti yang diberikan sehingga pasien tidak berfokus pada nyeri.

95
96

Anda mungkin juga menyukai