HANAFI ARIEF
Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Sebagai Kejahatan
Kemanusiaan ............................................................................................... 1-16
LAURENSIUS ARLIMAN S.
Menjerat Pelaku Penyruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain Dengan
Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial ..................................................... 17-40
NAZARUDDIN LATHIF
Kewenangan Penyelenggaraan Program Pengurangan Penggunaan Kantong
Plastik Di Wilayah Kota Bogor .................................................................. 41-62
RIANTIKA PRATIWI
Pencantuman Komposisi Bahan Pada Label Makanan Sebagai Hak Hukum Di
Kota Pekanbaru .......................................................................................... 63-87
ZULKIFLI
Penegakan Hukum Penyalahgunaan Pengangkutan Bahan Bakar Minyak
Bersubsidi Di Provinsi Riau Berdasarkan Undang-Undang Minyak Dan Gas Bumi
..................................................................................................................... 130-145
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 (2019): 63-87
e-ISSN : 2714-8688
https://journal.unilak.ac.id/index.php/gh/
RIANTIKA PRATIWI
Universitas Lancang Kuning
ririntika27@gmail.com
Info Artikel:
Diterima: 15 Juni 2019 Disetujui: 28 Juli 2019 Dipublikasikan: 24 September 2019
ABSTRAK
Pelabelan produk makanan kemasan diatur dalam UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen, dan PP tentang
Label dan Iklan Pangan. Meskipun telah ada peraturan, masih ditemukan label yang tidak mencantumkan
informasi lengkap di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini hukum sosiologis, yaitu memperoleh data
langsung ke lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara. Tujuan penelitian mengetahui
pelaksanaan pelabelan dan menemukan solusi terhadap hambatan dalam pelaksanaan pelabelan. Hasil
penelitian banyak ditemukan makanan hasil produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) tidak
mencantumkan komposisi bahan pada label kemasan, hal ini merugikan konsumen terhadap hak atas
keamanan produk. Pelaku usaha tidak mengetahui peraturan tentang label dan tidak mendapat sosialisasi.
Pemerintah Kota Pekanbaru perlu melakukan pengawasan terhadap pencantuman komposisi bahan pada
label dan melakukan pembinaan kepada pelaku usaha mengenai pelaksanaan pelabelan sesuai peraturan
Perundang-Undangan.
ABSTRACT
Labeling of packaged food products is regulated in the Food Law, Consumer Protection Law, and
Government Regulation concerning Food Labels and Ads. Even though there are regulations, labels are
still found that do not include complete information in Pekanbaru City. This type of research is sociological
law, namely obtaining data directly into the field by conducting observations and interviews. The purpose
of the study is to know the implementation of labeling and find solutions to obstacles in the implementation
of labeling. The results of the study found that many food products produced by household industries (PIRT)
did not include the composition of the ingredients on the packaging label, this is detrimental to consumers
against the right to product safety. Business actors do not know the rules about labels and do not get
socialization. The Pekanbaru City Government needs to supervise the inclusion of ingredients in the label
and provide guidance to business actors regarding the implementation of labeling in accordance with
legislation.
63
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
3
A. PENDAHULUAN seseorang. Keadilan korektif/komutatif
Pada situasi ekonomi global dan memegang peranan dalam hal tukar menukar
menuju era perdagangan bebas, upaya pada peraturan barang dan jasa, dalam mana
mempertahankan pelanggan/konsumen atau sedapat mungkin terdapat persamaan antara
mempertahankan pasar atau memperoleh apa yang dipertukarkan. Sehingga keadilan
kawasan baru yang lebih luas, merupakan korektif/komutatif lebih menguasai
dambaan bagi setiap produsen, mengingat hubungan antara perseorangan, sedangkan
semakin ketatnya persaingan untuk berusaha. keadilan distributif terutama menguasai
Persaingan yang makin ketat ini juga dapat hubungan antara masyarakat khususnya
memberikan dampak negative terhadap negara dengan perseorangan. Perlindungan
1
konsumen pada umumnya. Kedudukan terhadap konsumen didasarkan pada keadilan
konsumen membutuhkan perlindungan komutatif yakni keadilan yang memberikan
hukum yang universal juga, kepada setiap orang sama banyaknya dengan
mengingat kedudukan konsumen lebih lemah tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.4
dibandingkan dengan kedudukan produsen Konsumen pada saat ini membutuhkan
yang lebih kuat dari banyak hal.2 lebih banyak informasi yang lebih relevan
Menurut Aristoteles pada dasarnya ada dibandingkan lima puluh tahun lalu, karena
2 (dua) teori tentang keadilan yaitu keadilan pada saat ini terdapat lebih banyak produk,
distributif dan keadilan korektif/komutatif. merek dan tentu saja penjualnya, daya beli
Keadilan distributif ialah keadilan yang konsumen makin meningkat, saat ini lebih
memberikan bagian kepada setiap orang banyak variasi merek yang beredar di
menurut jasanya, dan pembagian mana tidak pasaran, sehingga belum banyak diketahui
didasarkan bagian yang sama akan tetapi atas semua orang, saat ini model-model produk
keseimbangan. Sedangkan keadilan lebih cepat berubah, transportasi dan
korektif/komutatif adalah keadilan yang komunikasi lebih mudah sehingga akses yang
memberikan kepada setiap orang sama lebih besar kepada bermacam-macam
banyaknya dengan tidak mengingat jasa produsen atau penjua.5 Perkembangan zaman
1 3
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Ibid.
4
Konsumen, (Sinar Grafika, Jakarta, 2011), hlm. 6 Ibid.
2 5
Yusuf Sofie, Kapita Selekta Hukum Pelindungan Erman Raja Guguk, et. All, Hukum Perlindungan
Konsumen di Indonesia, (Ghalia Indonesia, Jakarta: Konsumen, (Mandar Maju, Jakarta, 2003), hlm.2.
2007), hlm. 17.
64
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
65
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
9
kecurangan dapat terjadi. Menyangkut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 yang
penyimpangan terhadap peraturan pelabelan berbunyi: “Setiap orang yang memproduksi
yang paling banyak ditemui adalah: 10 (1) pangan di dalam negeri untuk
Penggunaan label tidak berbahasa Indonesia diperdagangkan wajib mencantumkan label
dan tidak menggunakan huruf latin, terutama di dalam/atau pada kemasan pangan.”
produk impor. (2) Label yang ditempel tidak Berdasarkan regulasi yang mengatur label
menyatu dengan kemasan. (3) Tidak tersebut, maka suatu kewajiban bagi pelaku
mencantumkan waktu kedaluarsa. (4) Tidak usaha untuk mencantumkan label terhadap
mencantumkan keterangan komposisi dan produk makanan kemasan agar memberikan
berat bersih. rasa aman kepada konsumen. Selain
Bagi konsumen produk makanan mencantumkan label, pelaku usaha juga
kemasan kelengkapan informasi dalam wajib memberikan informasi yang lengkap
pelabelan produk merupakan hal penting terhadap label makanan kemasan sebagai
yang harus diperhatikan. Informasi dapat mana diatur dalam Pasal 97 ayat (3) Undang-
memberikan dampak yang signifikan untuk Undang No. 18 Tahun 2012 yang
meningkatkan efisiensi konsumen dalam menyatakan pencantuman label di dalam
memilih produk serta meningkatkan dan/atau pada kemasan pangan ditulis atau
kesetiannya terhadap produk tertentu, dicetak dengan menggunakan bahasa
sehingga akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, serta memuat keterangan paling
perusahaan yang memenuhi kebutuhannya.11 sedikit keterangan mengenai: (1) Nama
Kewajiban dalam melengkapi produk, (2) Daftar bahan yang digunakan, (3)
informasi pada label produk makanan Berat bersih atau isi bersih, (4) Nama dan
kemasan telah diatur dalam Undang-Undang alamat pihak yang memproduksi, (5) Halal
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. bagi yang dipersyaratkan, (6) Tanggal dan
Pelaku usaha usaha produk makanan kode produksi, (7) Tanggal, bulan, dan tahun
kemasan wajib mencantumkan label kadaluarsa, (8) Nomor izin edar bagi pangan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 97 olahan, (9) Asal usul bahan pangan tertentu.
9
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan
Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Citra Aditya Bakti, Konsumen, (Pelangi Cendika, Jakarta, 2007), hlm.69.
11
Bandung, 2000), hlm. 15. James F. Enggel et al., Consumer Behavior
10
Yusuf sofie, Perlindungan Konsumen dan dalam Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
instrumen-instrumennya dalam John Pieris dan Wiwik Perlindungan Konsumen, (Rajawali Pers, Jakarta,
2004), hlm. 41
66
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
67
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
lengkap dalam label, khususnya informasi atau hukum yang berlaku saat ini kemudian
mengenai daftar bahan yang digunakan pada dihubungkan dengan praktek yang terjadi di
label kemasan sesuai dengan ketentuan Pasal lapangan. 15 Penelitian ini disebut sebagai
97 ayat (3) Undang-Undang Pangan. Pada penelitian hukum sosiologis (sosio legal
umumnya produk makanan kemasan yang research).16 Sedangkan jika dilihat dari sifat
banyak ditemui tidak mencantumkan penulisan, bersifat deskriptif analitis.
informasi daftar bahan yang digunakan pada Penelitian deskriptif analitis yaitu penelitian
label adalah makanan kemasan hasil dari mengambarkan dan melukiskan secara
Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) lengkap fakta-fakta dan objek yang diteliti
dengan skala modal yang relatif kecil. kemudian di analisis dan di tafsirkan untuk
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah dapat diambil suatu kesimpulan dalam hal
untuk mengetahui: (1) Pelaksanaan mengambarkan secara jelas menyeluruh.
pencantuman komposisi bahan pada label Lokasi penelitian ini adalah Kota Pekanbaru.
makanan sebagai hak hukum di kota Sebagai sumber data dalam penelitian
Pekanbaru, (2) Hambatan dalam ini adalah data primer dan data sekunder.
pencantuman komposisi bahan pada label Data primer adalah data utama yang
makanan sebagai hak hukum di Kota diperoleh peneliti melalui responden atau
Pekanbaru. (3) Upaya dalam pencantuman sampel, data ini berasal dari pelaku usaha
komposisi bahan pada label makanan sebagai produk Pangan Industri Rumah Tangga,
hak hukum di kota Pekanbaru. Konsumen, Badan Pengawas Obat dan
B. METODE PENELITIAN Makanan Propinsi Riau, dan Dinas
Penelitian ini menggunakan metode Perindustrian dan Perdagangan Kota
sosiologis empiris yaitu penelitian observasi Pekanbaru. Data sekunder adalah data yang
(observational research) dengan cara survey, diperoleh dari buku-buku literatur yang
penelitian yang mengambil sampel dari satu mendukung dengan pokok masalah yang
populasi dan menggunakan teknik dibahas. Adapun data sekunder dalam
wawancara sebagai alat pengumpulan data penelitian ini adalah (1) Undang-Undang No.
yang pokok. Penelitian ini berhubungan dan 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
bertitik tolak pada segi-segi hukum positif Konsumen, (2) Undang-Undang No. 18
15 16
Masri Singarimbun dan sofyan Effendi, Metode Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian
Penelitian Survei. (Jakarta : LP3S, 1989), hlm. 2. Hukum, (Jakarta : UI PRESS, 1986), hlm. 51
68
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
17
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan 18
Asril, “Perlindungan Hukum Bagi.....” Op.Cit.
Konsumen di Indonesia, (Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 5.
2006), hlm. 83.
69
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
70
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
- Komposisi bahan
- Berat bersih
11. Kerupuk Leona Snack - Komposisi bahan
- Berat Bersih
12. Keripik pisang Shofi - Tanggal kadaluarsa
- Komposisi bahan
- Berat bersih
71
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
bahan wajib dicantumkan sangat kurang. 19 jaminan barang dan/jasa serta memberi
Dengan demikian pelaksanaan pencantuman penjelasan penggunaan, perbaikan dan
komposisi bahan pada label di kota pemeliharaan. Terkait makanan kemasan,
pekanbaru masih belum terlaksana secara pelaku usaha wajib memberikan informasi
maksimal sesuai dengan ketentuan Peraturan dalam pencantuman label.
Perundang-undangan. Makna label menurut Peraturan
2. Regulasi Pencantuman Label Makanan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69
Kemasan Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan
Kewajiban pelaku usaha untuk adalah setiap keterangan mengenai pangan
beritikad baik dalam melakukan kegiatan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
usahanya yang merupakan tanggung jawab keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
publik yang diemban oleh pelaku usaha. pada pangan, dimasukkan kedalam,
Semua ketentuan di dalam Undang-Undang ditempelkan pada, atau merupakan bagian
No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan kemasan pangan. Salah satu bentuk tanggung
Konsumen bertujuan mengarahkan setiap jawab yang diberikan pelaku usaha yaitu
pelaku usaha untuk berperilaku sesuai dengan memberikan label pada produk
ketentuan undang-undang untuk makanan kemasan yang mereka produksi.
menyukseskan pembangunan Melalui label tersebut pelaku usaha wajib
ekonomi nasional di Indonesia, khususnya mencantumkan informasi yang benar dan
20
dalam bidang usaha perdagangan. jujur terhadap jaminan keamanan dan mutu
Pencantuman informasi merupakan dari produk makanan tersebut. Pentingnya
kewajiban pelaku usaha yang diatur dalam penyampaian informasi yang benar terhadap
Pasal 7 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 konsumen mengenai suatu produk, agar
tentang Perlindungan Konsumen yaitu pelaku konsumen tidak salah terhadap gambaran
usaha wajib memberikan informasi yang mengenai suatu produk tertentu.21
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
19
Wawancara dengan suyatno selaku pelaku usaha Provinsi Riau”. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
pada tanggal 15 April 2019, pukul 14.30 WIB., di Jl Fakultas Hukum, Vol. IV, No. 1, Februari 2017,
Hangtuah Pekanbaru. hlm.1-15.
20
Suryadiansyah.S, “Perlindungan Hukum
Terhadap Produk Pangan Yang Tidak Memenuhi 21
Agnes M Toar, Tanggung Jawab Produk,
Syarat Label Berdasarkan Undang-Undang No.8 Sejarah, dan Perkembangannya, (Bandung: Citra
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Aditya Bakti, 2000), hlm. 55.
72
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
Kewajiban pencantuman label Berat bersih atau isi bersih, (4) Nama dan
makanan kemasan diatur jelas dalam alamat pihak yang memproduksi, (5) Halal
Undang-Undang Pangan yakni pada Pasal 97 bagi yang dipersyaratkan, (6) Tanggal dan
yang berbunyi : (1) Setiap orang yang kode produksi, (7) Tanggal, bulan, dan tahun
memproduksi pangan di dalam negeri untuk kadaluarsa, (8) Nomor izin edar bagi pangan
diperdagangkan wajib mencantumkan label olahan, (9) Asal usul bahan pangan tertentu.
di dalam/atau pada kemasan pangan, (2) Kewajiban memuat informasi pada label
Setiap orang yang mengimpor pangan untuk makanan juga diatur dalam Pasal 3 Peraturan
diperdagangkan wajib mencantumkan label Pemerintah No. 69 Tahun 1999 yang
di dalam/atau pada kemasan pangan saat menyatakan bahwa keterangan-keterangan
memasuki wilayah Negara Kesatuan yang dicantumkan dalam label harus memuat
Republik Indonesia. Pengaturan mengenai sekurang-kurangnya: nama produk, daftar
label ini juga diperkuat melalui Pasal 2 bahan yang digunakan, berat bersih atau isi
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 bersih, nama atau alamat pihak yang
yang menyatakan, “setiap orang yang memprodukasi atau memasukkan pangan ke
memproduksi atau memasukkan pangan yang dalam wilayah Indonesia, tanggal, bulan dan
dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk tahun kadaluarsa.
diperdagangkan wajib mencantumkan label Regulasi yang terkait dengan
pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan”. kewajiban pelaku usaha dalam
Berdasarkan regulasi tesebut jelas bahwa mencantumkan informasi pada label juga
pencantuman label pada makanan kemasan diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU
merupakan kewajiban pelaku usaha yang Perlindungan Konsumen yang menetapkan
harus dipenuhi dalam memperdagangkan sejumlah larangan kepada pelaku usaha untuk
hasil produksinya. : (1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai
Pelaku usaha dalam mencantumkan dengan standar yang dipersyaratkan dan
label wajib memberikan informasi yang jelas ketentuan peraturan perundang-undangan, (2)
kepada konsumen mengenai kondisi Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih,
makanan yang diperdagankan. Adapun atau netto, dan jumlah dalam hitungan
informasi yang wajib dicantumkan menurut sebagaimana yang dinyatakan dalam label
Undang-Undang Pangan adalah : (1) Nama atau etiket barang tertentu, (3) Tidak sesuai
produk, (2) Daftar bahan yang digunakan, (3) dengan ukuran, takaran, timbangan, dan
73
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
sebenarnya, (4) Tidak sesuai dengan kondisi, perundang-undangan yang berlaku.
jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran Pada intinya substansi pasal ini tertuju
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, pada dua hal, yaitu larangan memproduksi
keterangan barang dan/jasa tersebut, (5) barang dan atau jasa yang dimaksud.
Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, Larangan-larangan yang dimaksud ini
komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, hakikatnya untuk mengupayakan agar barang
atau penggunaan tertentu sebagaimana dan/jasa yang beredar di masyarakat
dinyatakan dalam label atau keterangan merupakan produk yang layak edar, antara
barang dan atau jasa tersebut, (6) Tidak sesuai lain asal-usul, kualitas sesuai dengan
dengan janji yang dinyatakan dalam label, informasi pengusaha baik melalui label,
22
etiket, keterangan, iklan, atau promosi etiket. Iklan, dan lain sebagainya.
penjualan barang dan atau jasa tersebut (7) Berdasarkan peraturan tersebut, terlihat jelas
Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau bahwa pencantuman label dalam produk
jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan makanan kemasan merupakan suatu hal yang
yang paling baik atas barang tertentu, (8) sangat penting bagi konsumen untuk memilih
Tidak mengikuti ketentuanberproduksi produk makanan kemasan yang tepat. Selain
secara halal, sebagaimana pernyataan halal itu pencantuman label produk makanan
yang dicantumkan dalam label; i. Tidak kemasan juga merupakan kewajiban pelaku
memasang label atau membuat penjelasan usaha untuk memberikan informasi kepada
barang yang memuat nama barang, ukuran, konsumen.
berat atau isi bersih atau netto, komposisi,
aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat 3. Pencantuman Komposisi Bahan
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, Sebagai Hak Konsumen
serta keterangan lain untuk penggunaan yang Demi tercapainya keamanan dan
menurut ketentuan harus dipasang atau jaminan produk, Undang-Undang
dibuat, (9) Tidak mencantumkan informasi Perlindungan Konsumen telah mengatur
dan atau petunjuk penggunaan barang dalam mengenai tanggung jawab pelaku usaha
dalam melakukan kegiatan usaha
22
Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum
Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju,
2000), hlm. 18.
74
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 7 yaitu: karena meliputi semua tahapan dalam
(1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan melakukan kegiatan usahanya, sehingga
usahanya, (2) Memberikan informasi yang dapat diartikan bahwa kewajiban pelaku
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan usaha untuk beriktikad baik dimulai sejak
jaminan barang dan atau jasa serta memberi barang dirancang atau diproduksi sampai
penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pada tahap purna penjualan. Itikad baik dalam
pemeliharaan, (3) Memperlakukan atau penjualan produk makanan kemasan dapat
melayani konsumen secara benar dan jujur dilihat dari informasi yang dicantumkan
serta tidak diskriminatif, (4) Menjamin mutu pelaku usaha dalam label makanan tersebut.
barang dan atau jasa yang diproduksi Tujuan dari penggunaan label adalah
dan/atau diperdagangkan berdasarkan untuk memberikan suatu informasi kepada
ketentuan standar mutu barang dan atau jasa konsumen terhadap produk pangan yang
yang berlaku, (5) Memberi kesempatan telah dipasarkan kepada pemasaran bahwa
kepada konsumen untuk menguji dan atau informasi yang tertera pada kemasan produk
mencoba barang dan atau jasa tertentu serta pangan tersebut adalah yang sebenarnya,
member jaminan dan atau garansi atas barang tetapi banyak produsen yang nakal yang
yang dibuat dan atau diperdagangkan, (6) membuat label pada kemasannya tidak sesuai
Memberi kompensasi, ganti rugi, dan atau dengan sebenarnya, hal ini tentu merugikan
penggantian apabila barang dan atau jasa bagi konsumen yang membeli produk pelaku
yang diterima atau dimanfaatkan konsumen usaha yang berbuat curang. Dalam Undang-
tidak sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan Undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan
ketentuan Pasal 7 tersebut pelaku usaha wajib pada Pasal 96 ayat 1 yang berbunyi
beritikad baik dalam kegiatan usaha serta “Pemberian label pangan bertujuan untuk
memberikan informasi yang benar dan jujur memberikan informasi yang benar dan jelas
terhadap suatu produk, hal ini dapat dilihat kepada masyarakat tentang setiap produk
dari label yang dicantumkan di kemasan. pangan yang dikemas sebelum membeli dan
Pada Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan atau mengonsumsi pangan.”23 Produsen atau
Konsumen tersebut tampak bahwa iktikad pelaku usaha merupakan salah satu
baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, komponen yang turut bertanggung jawab
23
Suryadiansyah.S, “Perlindungan Hukum
Terhadap.....” Op.Cit. hlm. 9.
75
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
24 26
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Wawancara dengan Hartono selaku konsumen,
Konsumen..... Op.Cit, hlm. 83. tanggal 1 April 2019, pukul 16.00 WIB., di Jl
25
Chandra Dewi Puspitasari, “Peningkatan Sudirman Pekanbaru.
27
Kesadaran Hak-Hak Konsumen Produk Pangan Ibid. hlm. 93.
28
sebagai Upaya Mewujudkan Kemandirian Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
Konsumen”. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 15, Konsumen..... Op.Cit, hlm. 37.
No.1, April 2010, hlm. 89-112.
76
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
barang dan jasa serta mendapatkan barang bahagia sejahtera lahir batin, hak untuk
dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai meningkatkan taraf hidup, dan hak atas
tukar dan kondisi serta jaminan yang lingkungan hidup yang baik dan sehat, (2)
dijanjikan, (3) Hak atas informasi yang benar, Hak mengembangkan diri (Pasal 11 sampai
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan dengan Pasal 16 Undang-Undang Hak Asasi
barang dan atau jasa, (4) Hak untuk didengar Manusia), yang menyangkut hak atas
pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa pemenuhan kebutuhan dasar, hak untuk
yang digunakan, (5) Hak untuk mendapatkan meningkatkan kualitas hidup, hak untuk
advokasi, perlindungan, dan upaya memperoleh informasi, (3) Hak untuk
penyelesaian sengketa perlindungan memperoleh keadilan (Pasal 17 samapai
konsumen secara patut; (6) Hak untuk dengan Pasal 19 Undang-Undang Hak Asasi
mendapatkan pembinaan dan pendidikan Manusia), dalam hal ini menyangkut hak
konsumen, (7) Hak untuk diperlakukan atau untuk mengajukan permohonan, pengaduan,
dilayani secara benar dan jujur serta tidak dan gugatan dalam perkara pidana, perdata
diskriminatif (8) Hak untuk mendapatkan dan administrasi, (4) Hak untuk kesejahteraan
kompensasi, ganti rugi atau penggantian (Pasal 36 sampai dengan Pasal 42 Undang-
apabila barang dan atau jasa yang diterima Undang Hak Asasi Manusia), yang
tidak sesuai dengan perjnajian atau tidak menyangkut hak untuk mempunyai hak
sebagaimana mestinya (9) Hak-hak yang memiliki atas suatu benda yang tidak boleh
diatur dalam ketentuan peraturan perundang- dirampas sewenang-wenang dan melanggar
undangan lainnya. hukum, hak untuk berkehidupan yang layak.
Menurut Yusuf Sofie dalam buku Secara garis besar dapat dibagi dalam
Zaeni Aasyhadie yang berjudul ‘Hukum tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu :30
Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di (1) Hak yang dimaksudkan untuk
Indonesia’, hak-hak konsumen diatas secara mencegahkan konsumen dari kerugian, baik
hipotesis sudah tersirat dalam Undang- kerugian personal, maupun kerugian harta
Undang Hak Asasi Manusia, yaitu:29 (1) Hak kekayaan, (2) Hak untuk memperoleh barang
untuk hidup (Pasal 9 Undang-Undang Hak dan atau jasa dengan harga yang wajar; dan
Asasi Manusia), dalam hal ini untuk hidup (3) Hak untuk memperoleh penyelesaian
29 30
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Ahamadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), hlm. 195. Persada, 2004). hlm. 46.
77
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
31
Ibid. hlm. 47. 32
Chandra Dewi Puspitasari, “Peningkatan
Kesadaran Hak.....” Op.Cit. hlm. 91.
78
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
33 34
Wawancara dengan Munawaroh, selaku pelaku Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jilid 2,
usaha, tanggal 15 April 2019, pukul 10.30 WIB., di Jakarta: Prenhallindo, 2000), hlm. 477.
Jl Delima Pekanbaru.
79
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
apa isinya, bagaimana dan bagaimana cara pencantuman label yang sesuai dengan
menggunakan secara aman), (4) Label ketentuan yang berlaku. Pembinaan
mempromosikan produk lewat aneka gambar mengenai label yang dilakukan pihak BPOM
yang menarik. Sebagian besar pelaku usaha kepada pelaku usaha diberikan secara
hanya mengetahui fungsi label sebagai tanda langsung kepada pelaku usaha yang
pengenal suatu produk. Pelaku usaha tidak mendaftarkan produknya ke BPOM baik
memahami hal-hal apa saja yang wajib berupa makanan maupun obat-obatan.
dicantumkan dalam label. Hambatan ketiga Pembinaan mengenai label ini tidak
adalah pelaku usaha tidak mengetahui hanya diberikan kepada pelaku usaha saja,
informasi mengenai komposisi bahan yang tetapi juga dilakukan kepada konsumen,
digunakan wajib dicantumkan dalam label dalam hal ini BPOM memberikan sosialisasi
sebagai pemenuhan hak konsumen. Keadaan mengenai label ke sekolah-sekolah seperti
ini disebabkan pelaku usaha tidak pernah sekolah dasar dengan tujuan agar sejak dini
mendapat pembinaan mengenai keharusan konsumen sudah bisa mempelajari mengenai
mencantumkan komposisi bahan, serta tidak label. Pihak lain yang mendapatkan
mengetahui indikator-indikator yang menjadi sosialisasi mengenai label adalah pemilik
hak konsumen. Pembinaan mengenai swalayan atau toko-toko makanan, dalam hal
keharusan dalam pencantuman komposisi ini mereka dilarang meneriman produk
bahan pada label kurang menjadi perhatian makanan kemasan yang tidak memiliki label.
pemerintah kota Pekanbaru. hal ini Pembinaan yang dilakukan oleh pihak BPOM
dibuktikan dengan hasil wawancara penulis kepada pelaku usaha hanya dilakukan kepada
kepada pihak Badan Pengawas Obat dan pelaku usaha yang mendaftarkan produk
Makanan (BPOM) Provinsi Riau. Pembinaan mereka saja. Hal ini tentu sangat tidak efisien,
yang dilakukan oleh pihak BPOM kepada pembinaan yang dilakukan hanyalah
pelaku usaha yaitu, dalam bentuk pemberian mengharapkan kesadaran dari pelaku usaha
informasi kepada pelaku usaha mengenai saja, dalam hal ini pihak BPOM tidak
bahan-bahan berbahaya yang tidak boleh
digunakan dalam memproduksi makanan
kemasan. Selain memberi informasi
menganai bahan berbahaya, pihak BPOM
juga memberikan informasi menganai tata
80
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
35 37
Wawancara dengan informan, selaku pihak Wawancara dengan informan, selaku pihak
BBPOM, tanggal 30 April 2019, pukul 10.30 WIB., di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Kantor BBPOM Provinsi Riau. Pekanbaru, Tanggal 29 April 2019, pukul 10.00
36
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum WIB., di kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Perlindungan Konsumen..... Op.Cit, hlm. 182. Kota Pekanbaru.
81
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; dengan maksimal, karena kuranganya sikap
d. Penghentian produksi untuk sementara tegas pemerintah terhadap pelaku usaha yang
waktu; e. Pengenaan denda paling tinggi Rp melanggar ketentuan pelabelan produk
50.000.000 (lima puluh juta rupiah); dan atau; makanan kemasan. Hal ini tentu akan
f. Pencabutan izin produksi atai izin usaha. merugikan konsumen dalam pemenuhan hak-
(3) Pengenaan tindakan administrative haknya atas keamanan suatu produk makanan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf kemasan.
b, c, d, e, dan f, hanya dapat dilakukan setelah
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud 5. Upaya Dalam Pelaksanaan
pada (2) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) Pencantuman Komposisi Bahan Pada
kali. Label Makanan di Kota Pekanbaru
Secara teoritis instrumen hukum sanksi Kondisi konsumen yang banyak
administrasi ini cukup efektif, namun dalam dirugikan, memerlukan peningkatan upaya
penerapannya terdapat kendala, dimana untuk melindunginya, hal ini dimaksudkan
sanksi administrasi ini sangat jarang agar tercipta keseimbangan posisi konsumen
dijatuhkan pemerintah terhadap pelaku dan pelaku. Perlu diperhatikan bahwa
usaha, khususnya pemerintah kota dalam memberikan perlindungan kepada
Pekanbaru. Pemerintah hanya menjadikan konsumen, tidak boleh justru mematikan
sanksi administrasi ini sebagai ultimum usaha-usaha pelaku usaha, karena keberadaan
remedium, karena dikaitkan dengan pelaku usaha merupakan suatu yang esensial
pertimbangan tenaga kerja yang berpengaruh dalam perekonomian Negara.38
dengan peningkatan perekonomian rakyat. Pada zaman sekarang ini konsumen
Pertimbangan ini seharusnya tidak menjadi dihadapkan dengan consumer ignorance
alasan pemaaf bagi pemerintah kepada yaitu ketidak mampuan konsumen
pelaku usaha yang merugikan konsumen menyeleksi informasi akibat kemajuan
sepanjang didukung oleh bukti-bukti yang teknologi dan keragaman produk yang
cukup. Dengan demikian pemerintah dalam dipasarkan, sehingga hal ini disalahgunakan
melakukan pengawasan terhadap label oleh pelaku usaha. Oleh karena itu,
produk makanan kemasan belum berjalan konsumen harus diberi rasa aman dalam
38
Dharu Triasih, B.Rini Heryanti dan Doddy Bersetifikat Halal”, Jurnal Dinamika Sosial Budaya,
Kridasaksana, “Kajian Tentang Perlindungan Hukum Vol. 18, No. 2, Desember 2016, hlm. 214-225.
Bagi Konsumen Terhadap Produk Makanan
82
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
mendapatkan suatu informasi yang jujur dan dalam hidup bermasyarakat menginginkan
bertanggung-jawab. Kemajuan teknologi terpenuhinya kepentingan-kepentingan
serta perkembangan sistem perekonomian tersebut. Namun dilain pihak pemenuhan
berdampak pada perubahan konstruksi kepentingan-kepentingan tersebut tidak boleh
hukum antara hubungan produsen dan merugikan kepentingan-kepentingan
konsumen. Perubahan konstruksi hukum individu lainnya. Dalam hal inilah Negara
diawali dengan perubahan paradigma berperan untuk menetapkan peraturan-
hubungan produsen dan konsumen. peraturan sebagai instrument untuk
Hubungan yang diawali dengan prinsip menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam
caveat emptor yakni konsumen harus berhati- masyarakat. 41 Hal ini menunjukan bahwa
hati dengan produsen dalam transaksi hukum berperan dalam pembangunan
sehingga berubah menjadi caveat venditor ekonomi melalui negara. Hukum sangat
yakni menuntut kesadaran dari produsen diperlukan untuk menghindari konflik dalam
untuk melindungi konsumen. Hal tersebut memperebutkan sumber-sumber pemenuhan
dapat diwujudkan dengan pengawasan dan kebutuhan manusia yang terbatas, sebagai
perlindungan ekstra dari pemerintah maupun akibat permintaan akan kebutuhan itu yang
pelaku usaha kepada konsumen terhadap tidak terbatas.42
resiko-resiko yang mungkin akan timbul Pemerintah memegang peranan penting
akibat penggunaan produk tertentu dari hasil dalam upaya mewujudkan perlindungan
produksi.39 hukum atas hak-hak konsumen. Peranan itu
Hakikatnya hukum merupakan salah dapat berbentuk dalam tiga hal, yaitu
satu kaedah sosial yang ditujukan untuk regulasi, kontrol penaatan hukum atau
mempertahankan ketertiban dalam peraturan, dan social engineering.
masyarakat. Untuk mempertahankan Pemerintah dalam permasalaah konsumen
kepentingan tersebut hukum harus seimbang tidak bisa lepas tangan, dimana telah menjadi
melindungi kepentingan-kepentingan yang kewajiban pemerintah untuk
40
ada dalam masyarakat. Setiap individu memperhatikannya sesuai dengan tujuan
83
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
negara yang tercantum dalam konstitusi sehat dan tumbuhnya hubungan yang sehat
Undang-Undang Dasar 1945. Negara wajib antara produsen dan konsumen. Kemudian
melindungi segenap bangsa Indonesia, dan melalui pembinaan ini dapat dicapai tingkat
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk kualitas sumber daya manusia yang memadai
memajukan kesejahteraan umum, sebagai pelaksana kegiatan usaha.44
perlindungan konsumen dan penanganan Pembinaan mengandung makna
masalah konsumen merupakan bagian dari pendampingan, bimbingan, dan bantuan bagi
tugas dari memajukan kesejahteraan umum pelaku usaha dan maysarakat konsumen
secara luas.43 sehingga ia dapat bertahan dan senantiasa
Salah satu upaya yang dapat dilakukan tumbuh berkembang kearah yang lebih baik
dalam pencantuman komposisi bahan pada melalui pencapaian performance yang baik.
label makanan kemasan dengan dilakukan Dalam kondisi itulah pelaku usaha dapat
pembinaan kepada para pelaku usaha memenuhi kewajibannya dengan baik pula.
khususnya pelaku usaha industry rumah Dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang
tangga yang dominan memiliki pengetahuan Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa
yang rendah dan skala modal yang relatif pembinaan dan penyelenggaraan konsumen
kecil. Pembinaan terhadap pelaku usaha dimaksudkan untuk : 45 (1) Terciptanya iklim
(produsen) mengandung makna mendorong usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat
pelaku usaha supaya bertindak sesuai dengan antara pelaku usaha dan konsumen, (2)
aturan yang berlaku, baik aturan yang Berkembangnya lembaga perlindungan
diharuskan oleh Undang-Undang, kebiasaan, konsumen swadaya masyarakat, (3)
maupun kepatutan. Dengan demikian, pelaku Meningkatnya kualitas sumber daya manusia
usaha akan bertingkah laku sepantasnya serta meningkatnya kegiatan penelitian dan
dalam memproduksi dan mengedarkan pengembangan di bidang perlindungan
produknya. Dalam pembinaan terkandung konsumen. Bentuk pembinaan yang
unsur bantuan, yaitu membantu pelaku usaha dilakukan pemerintah bisa dalam bentuk
supaya sedapat mungkin memenuhi sosialisasi kepada pelaku usaha mengenai
kewajibananya melalui ketangguhan dalam kewajiban pencantuman komposisi bahan
berusaha sehingga tercipta iklim usaha yang pada label makanan. Selain itu, pelaku usaha
43 44
Muhammad Djumhana, Hukum Ekonomi Sosial Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), Konsumen..... Op.Cit. hlm. 177.
45
hlm. 345. Ibid. hlm.179.
84
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
85
Pencantuman Komposisi Bahan....
Riantika Pratiwi
usaha mengenai kewajiban pelaku usaha Effendi, Masri Singarimbun; sofyan. 1989.
Metode Penelitian Survei. Jakarta:
dalam pencantuman komposisi bahan sebagai
LP3S.
hak konsumen. Selain pelaku usaha, Fadhly, Fabian. 2013. “Ganti Rugi Sebagai
konsumen juga perlu diberi pembinaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Sebagai Akibat Produk Cacat.” ARENA
mengenai hak-hak yang mereka miliki dalam HUKUM 6 (2).
mengkonsumsi produk makanan kemasan. http://arenahukum.ub.ac.id/index.php/ar
ena/article/view/2. Hukum Perlindungan
Pemerintah juga perlu memberikan sanksi Konsumen
yang tegas kepada pelaku usaha yang tidak Guguk, Erman Raja. 2003. Kapita Selekta
mencantumkan komposisi bahan pada label Hukum Pelindungan Konsumen Di
Indonesia. Jakarta: Mandar Maju.
makanan kemasan, sehingga memberi efek
Hermansyah. 2008. Pokok-Pokok Hukum
jera kepada pelaku usaha yang tidak Persaingan Usaha Di Indonesia.
memenuhi ketentuan dalam pencantuman Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
komposisi bahan pada label makanan
Imaniyati, Husni Syawali; Neni Sri. 2000.
kemasan di Kota Pekanbaru. Hukum Perlindungan
Konsumen,Mandar Maju. Bandung:
Mandar Maju.
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2000. Manajemen
Asril. 2016. “Perlindungan Hukum Bagi Pemasaran. 2nd ed. Jakarta:
Konsumen Terhadap Produk Pangan Prenhallindo.
Yang Tidak Bersertifikat Halal.” Jurnal Kridasaksana, Dharu Triasih; B.Rini
IUS 2 (1). Heryanti; Doddy. 2016. “Kajian
http://www.academia.edu/download/50 Tentang Perlindungan Hukum Bagi
490320/Asri.pdf. Konsumen Terhadap Produk Makanan
Asyhadie, Zaeni. 2012. Hukum Bisnis Bersetifikat Halal.” Jurnal Dinamika
Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Sosial Budaya 16 (2).
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
Persada. /article/view/571.
Azizah, Ninik. 2015. “Keharusan Pelaku Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2011. Hukum
Usaha Memberikan Informasi Yang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar
Benar Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Grafika.
Undang-Undang Perlindungan Miru, Ahamadi; Yodo, Sutarman. n.d.
Konsumen.” Irtifaq 2 (1). Hukum Perlindungan Konsumen.
http://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/ir Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
tifaq/article/view/88.
Nasution, A.Z. 1995. Konsumen Dan
Djumhana, Muhammad. 1994. Hukum Hukum. Jakarta: Sinar Harapan.
Ekonomi Sosial Indonesia. Bandung:
Puspitasari, Chandra Dewi. 2010.
PT Citra Aditya Bakti.
“Peningkatan Kesadaran Hak-Hak
86
Gagasan Hukum Vol. 1 No. 1 Juni 2019
87