1 2 3
Penandaan
obat Penentuan
tradisional penyimpanga Penentuan
golongan n bobot benda asing
jamu
6 5 4
KLT Jamu Mikroskopik mikrosublim
jamu asi
Penandaan Jamu
● Kelompok jamu harus mencantumkan
logo dan tulisan “JAMU”
● Logo berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah
kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
● Logo (ranting daun dalam lingkaran)
dicetak dengan warna hijau di atas
dasar warna putih atau warna lain
yang menyolok kontras dengan warna
logo
● Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di
atas dasar warna putih atau warna
lain yang menyolok kontras dengan
tulisan “JAMU”
Hasil Identifikasi
No Penandaan Keterangan
1 Nama obat tradisional atau nama JAK-BAN plus
dagang
3 Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah; Berat bersih 15g
wadah
4 Kontraindikasi -
5 Kedaluwarsa -
10 Nama industri atau alamat sekurang- PD.JAMU MORO SEHAT Jawa Tengah-
kurangnya nama kota dan kata Indonesia
“INDONESIA"
11 Untuk Obat Tradisional Lisensi harus -
dicantumkan juga nama dan alamat
industri pemberi lisensi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi kemasan
obat tradisional golongan jamu diatas dapat
disimpulkan bahwa, jamu tersebut belum
memenuhi kelengkapan persyaratan yang
harus dipenuhi karena tidak tercantum
tanggal kedaluwarsa, kontra indikasi dan
nomor pendaftaran.
Referensi :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 Tahun 1990 tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
2. 2. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia.
Penentuan penyimpangan
bobot
Penentuan penyimpangan Bobot
Diketahui berat bersih yang tertera pada kemasan suatu jamu adalah 15 g
dan
berat 10 serbuk jamu yang telah dikeluarkan dari kemasan adalah :
1. 14.7 g
2. 13.8 g
3. 12.8 g
4. 14,6 g
5. 13,8 g
6. 14.3 g
7. 12,5 g
8. 13,5 g
9. 14,7 g
10. 12,7 g
Hitunglah rata-rata persen penyimpangan bobot pada 10 kemasan jamu
tersebut
dengan rumus : berat bersih – berat sebenarnya / berat bersih x 100 % =
.......... %
15 𝑔 ;14,7 𝑔
1. % penyimpangan bobot = x 100% = 2 %
15 𝑔
15 𝑔 ;13,8 𝑔
2. % penyimpangan bobot = x 100% = 8 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,8 𝑔
3. % penyimpangan bobot = x 100% = 14,67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,6 𝑔
4. % penyimpangan bobot = x 100% = 2, 67%
15 𝑔
15 𝑔 ;13,8 𝑔
5. % penyimpangan bobot = x 100% = 8 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,3 𝑔
6. % penyimpangan bobot = x 100% = 4, 67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,5 𝑔
7. % penyimpangan bobot = x 100% = 16,67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;13,5 𝑔
8. % penyimpangan bobot = x 100% = 10 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,7 𝑔
9. % penyimpangan bobot = x 100% = 2 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,7 𝑔
10. % penyimpangan bobot = x 100% = 15, 33 %
15 𝑔
2:8:16,67:2,67:8:4,67:16,67:10:2:15,33
% rata – rata penyimpangan bobot = = 8, 401 %
10
Penentuan benda asing
Benda asing yang ditemukan berupa: Fragmen tumbuhan dan serpihan batu.
Hitunglah % persentase Benda asing dari Final Sampel. Bila diketahui data awal
sebagai berikut :
Bobot benda asing : 5 mg
Bobot final sampel : 20 g
• Diketahui :
Bobot benda asing = 5 mg = 0, 005 g
Bobot final sampel = 20 g
• Ditanya :
% benda asing dari final sampel ?
• Jawab :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔
% benda asing = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,005 𝑔
% benda asing = x 100%
20 𝑔
% benda asing = 0, 025 %
Mikrosublimasi
1. Jelaskan apa tujuan melakukan pengamatan kristal hasil mikrosublimasi dari suatu
sediaan jamu atau bahan obat tradisional.
2. Gambarkan salah satu kristal obat sintetik yang anda ketahui
Catatan :
- silahkan cari gambar kristal obat – obatan sintetik pada media atau situs online
ilmiah
- Gambar dengan tulisan tangan lalu hasilnya difoto dan tempel / paste pada
kolom di bawah ini
- Disarankan tidak cropping / copy foto lalu paste
Papaverin HCl
Kristal berbentuk
kotak seperti
amplop
Mikroskopik jamu
Komposisi bahan jamu X yang beredar di pasaran adalah sebagai berikut :
1. Zingiber Rhizoma
2. Curcuma Rhizoma
3. Curcuma Domesticae Rhizoma
Sebagai seorang apoteker yang bertugas dalam hal kontrol kualitas jamu yang beredar di
pasaran anda ditugaskan untuk memeriksa identitas atau kesesuaian antara bahan yang
tercantum di kemasan dengan bahan / serbuk aslinya. Salah satu cara / langkah awalnya
denga identifikasi mikroskopis.
Tugas :
Gambarkan fragmen – fragmen pengenal spesifik untuk bahan – bahan yang tertera pada
komposisi tersebut
Catatan :
- silahkan cari gambar fragmen pengenal spesifik pada media atau situs online ilmiah atau
pada acuan resmi yang sudah ada dalam bentuk ebook seperti Farmakope Herbal
Indonesia
- Gambar dengan tulisan tangan lalu hasilnya difoto dan tempel / paste pada kolom di
bawah ini
- Disarankan tidak cropping / copy foto lalu paste
Gambar Fragmen Spesifik Keterangan
A. Fragmen spesifik zingiber
rhizoma
Amilum
Periderm
Parenkim korteks
Sklerenkim
Berkas pengangkut
dengan penebal tipe
tangga
Jaringan gabus
C. Fragmen spesifik
domestica rhizoma
Amilum
Rambut penutup
Periderm
Parenkim palisade
KLT Jamu
Pada gambar di samping adalah KLT
jamu Y yang salah satu bahannya
mengandung daun kumis
kucing. Senyawa metabolit sekunder
utama / marker pada kumis kucing
adalah sinensetin
dan asam rosmarinat.
Tugas ;
1. Identifikasi jumlah spot yang
terdeteksi pada SJ meliputi nilai Rf dan
warna
2. Berdasarkan hasil analisa KLT di atas
jelaskan apakah benar terdapat simplisia
kumis
Catatan = S : Pembandimg
kucing pada jamu Y
Sinensetin, Ar : Pembanding Asam
Rosmarinat, SJ : Sampel Jamu
1. Terdapat 2 spot yang terdeteksi pada SJ dengan nilai Rf 0 dan
0,6 , memiliki warna yang sama yaitu biru muda.
2. Diketahuai :
Floresensi S = biru muda terang
AR = Biru muda
Berdasarkan hasil analisa KLT diatas terlihat bahwa SJ (sampel
jamu) tidak mengandung daun kumis kucing, karena hanya
memiliki satu spot (spot 1) dengan nilai Rf yang sama dengan
pembanding yaitu 0,6 tetapi warna berbeda dengan S (pembanding
sinensetin) dimana floresensi SJ tidak berwana biru muda terang
seperti pada S (pembanding sinensetin), kemungkinan komposisi
sinensetin pada SJ (sampel jamu) lemah. Kemudian spot 2 SJ
(sampel jamu) terletak pada batas bawah, S AR SJ kemungkinan
fase gerak yang digunakan tidak cocok dengan sampel, dan SJ
(sampel jamu) tidak memiliki spot pada nilai Rf 0,4 , yang berararti
SJ (sampel jamu) tidak mengandung senyawa asam rosmarinat.
Penetapan Kadar Abu
Apoteker bagian QC akan menetapkan kadar abu dari simplisia rimpang jahe merah
sebelum digunakan untuk proses produksi ekstrak terstandar jahe merah. Sebanyak
2,475 g simplisia dimasukan ke dalam krus porslen yang memiliki bobot 45,725 g.
Setelah proses pemijaran dan berubah menjadi abu, diperoleh data penimbangan
sebagai berikut:
Penimbangan jam ke-1: 47,425 g
Penimbangan jam ke-2: 47, 220 g
Penimbangan jam ke-3: 47,190 g
Penimbangan jam ke-4: 47,099 g
Penimbangan jam ke-5: 47,097 g
Penimbangan jam ke-6: 47,096 g
Penimbangan jam ke-7: 47,095 g.
Tugas:
a. Tentukanlah patokan bobot tetapnya dari sampel diatas
b. Tentukan pada jam ke-berapa telah tercapai bobot tetapnya?
c. Tentukanlah kadar abu total dari simplisia rimpang jahe merah tersebut.
Pendahuluan
Adanya air pada simplisia dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba, jamur,
serangga & hidrolisis. Oleh karena itu maka persyaratan kadar air perlu
ditetapkan terutama untuk simplisia yang mudah menyerap air & mudah rusak
oleh adanya air. Persyaratan kadar air untuk simplisia adalah < 10 %.
Diketahui : Ditanyakan :
Bobot awal simplisia = 4,575 gram a. Patokan bobot tetap
Bobot botol timbang kosong = 66,655 b. Jam keberapa tercapai bobot tetap
gram c. Presentase susut pengetringan
Penimbangan jam ke-1 = 67,4300 gram
Penimbangan jam ke-2 = 67,4201 gram
Penimbangan jam ke-1 = 67,4200 gram
Penimbangan jam ke-1 = 67,4191 gram
a. Patokan bobot tetap Maka kriteria bobot tetap
adalah 0,0022875 gram
b. jelaskan syarat dan contoh pelarut yang bisa kita gunakan dalam penentuan kadar
air dengan metoda destilasi azeotropik
Jawab :
1. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut immiscible.
Pelarut immiscible merupakan cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain,
sehingga bisa di dapat volume air akhir.
2. Memiliki berat jenis yang lebih kecil dari berat jenis air. \
Berat jenis pelarut harus lebih kecil dari pada air agar pada saat air dan pelarut
terkondensasi dan tertampung dalam gelas penampung, air akan berada di bagian
bawah dan pelarut berada di bagian atas sehingga akan dengan mudah pengukuran
volumenya dengan melihat miniskusnya. Selain itu jika pada gelas penampung sudah
melampaui batas atas maka pelarut akan kembali lagi ke labu yang berisi sampel.
3. Memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air.
Titik didih pelarut harus lebih besar dari titik didih air agar membentuk campuran
azeotrop. Campuran azeotrop merupakan campuran biner yang memiliki
komposisi yang sama dalam fase cair dan uap yang mendidih pada suhu yang
konstan. Sehingga pelarut dan air akan saling menurunkan titik didihnya dan akan
menguap serta terkondensasi pada secara bersamaan pada suhu yang berdekatan.
4. Pelarut yang digunakan harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu
dengan air.
Penjenuhan dilakukan bertujuan agar pelarut hanya akan membentuk campuran
azeotrop dengan air yang ada di dalam sampel saja.
Terdapat tiga jenis pelarut yang sering digunakan pada destilasi azeotrop yaitu
toluena, xilena dan tetrakloroetilena.
Kadar air pada simplisia tanaman kumis kucing tidak memenuhi peryaratan
kadar air simplisia karena >10%.
3. a. Sebutkan tumbuhan yang merupakan sumber penghasil minyak atsiri
Jawab :
• Metode penyulingan
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
• Metode pengepresan
Pengepresan adalah proses pengambilan minyak atsiri dengan cara pengepresan
yang dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit luar yang dihasilkan
dari tanaman yang termasuk famili citrus.
• Metode ekstraksi pelarut penguap
Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak
atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang dapat
digunakan di antaranya alkohol, heksana, benzena, dan toluena. Selain itu, dapat
juga menggunakan pelarut non-polar seperti metanol, etanol, kloroform, aseton,
petroleum eter, dan etilasetat dengan kadar 96%.
c. Berikan 3 contoh minyak atsiri berikut dengan khasiat atau efek
farmakologinya