Anda di halaman 1dari 52

Kelompok 1 Kelas C

Ratna Salsa Nurahmah 3311191086


Nisha Novianty 3311191087
Muhammad Raihan M. 3311191088
Dwi Fahmiarti 3311191089
Rayhan Daffa Jiyad F. 3311191090
Salma Alifia Nur Fauziyyah 3311191091
Gilang Wahyu M. 3311191092
Harry Pratama 3311191093
Dita Aulia Azzahra 3311191094
Dea Hasri Arafah 3311191095
Pengambilan sampel (Sampling), penetapan
kadar abu
Lembar Kerja 1
PENDAHULUAN
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk
kesehatan. Pengertian jamu dalam Permenkes No.
003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sebagian besar masyarakat
mengkonsumsi jamu karena percaya memberikan manfaat yang cukup
besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap
suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran dan kecantikan dan
meningkatkan stamina tubuh. Sampai saat ini keberadaan jamu terus
berkembang. Hal ini terlihat pada permintaan terhadap jamu yang terus
mengalami peningkatan.
PENDAHULUAN
● Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan ataumineral. Standarisasi adalah proses
dalam penetapan atau merumuskan standar yang dilaksanakansesuai prosedur
yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan memperhatikan syarat-
syaratkesehatan, keamanan, keselamatan lingkungan, berdasarkan pengalaman,
perkembangan masakini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat.
Tujuan dari standarisasi simplisia antara lain mempertahankan konsistensi
kandungan senyawaaktif yang terkandung dalam simplisia. Parameter yang
ditetapkan dalam standarisasi simplisia antara lain:
● parameter non spesifik dan parameter spesifik. Daun jambu biji (Psidium guajava)
banyak digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Dalam masyarakat sering
digunakan untuk mengatasi sakit perut dan diare. Digunakan dengan caravmerebus
daun biji dan kemudian air rebusan tersebut diminum. Oleh karena banyaknya
penggunaan daun jambu biji sebagai obat tradisional maka dari itu perlu dikaji
mengenai kejelasan dan kebenaran bahan dan untuk memenuhi persyaratan yang
berlaku. Dalam bentuk simplisia, perlu dilakukan standarisasi untuk menjaga
kualitas dan efikasi bahan obat herbal.
Prinsip Percobaan
Prinsip sampling
● Berdasarkan pengambilan sampel yang
representatif dan bebas dari cemaran.
● Berdasarkan pengujian makroskopik dan
mikroskopik

Prinsip penetapan kadar abu


● Berdasarkan jumlah total zat yang tersisa
setelah pemijaran yang meliputi abu
fisiologis dan abu non fisiologis nya.
Pengambilan Sampel

1 2 3
Penandaan
obat Penentuan
tradisional penyimpanga Penentuan
golongan n bobot benda asing
jamu

6 5 4
KLT Jamu Mikroskopik mikrosublim
jamu asi
Penandaan Jamu
● Kelompok jamu harus mencantumkan
logo dan tulisan “JAMU”
● Logo berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah
kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
● Logo (ranting daun dalam lingkaran)
dicetak dengan warna hijau di atas
dasar warna putih atau warna lain
yang menyolok kontras dengan warna
logo
● Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di
atas dasar warna putih atau warna
lain yang menyolok kontras dengan
tulisan “JAMU”
Hasil Identifikasi
No Penandaan Keterangan
1 Nama obat tradisional atau nama JAK-BAN plus
dagang

2 Komposisi Ekstrak Miristica Fragrans 5%


Ekstrak Yohimbin 10%
Ekstrak Euryooma Longifolia Radix
15% Ekstrak Ginseng 10%
Zingiber Rhizoma 15%
Curcuma Rhizoma 20%
Bahan bahan lain sampel 10%

3 Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah; Berat bersih 15g
wadah
4 Kontraindikasi -
5 Kedaluwarsa -

6 Dosis pemakaian 1 bungkus satu kali minum selama 7


hari selanjutnya 3-4 kali seminggu

7 Khasiat & kegunaan Jamu ini diramu khusus dari bahan


bahan yang bersifat aphrodisiac
untuk memberikan kekuatan dan
daya tahan yang luar biasa bagi
penderita impotensi atau ejakulasi
dini. Diramu dengan formulasi bahan
bahan yang bermutu tinggi dan
diolah secara higienis.

8 Nomer pendaftaran wadah; Berat bersih 15g

9 Nomer kode produksi POM TR 103 216 168

10 Nama industri atau alamat sekurang- PD.JAMU MORO SEHAT Jawa Tengah-
kurangnya nama kota dan kata Indonesia
“INDONESIA"
11 Untuk Obat Tradisional Lisensi harus -
dicantumkan juga nama dan alamat
industri pemberi lisensi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi kemasan
obat tradisional golongan jamu diatas dapat
disimpulkan bahwa, jamu tersebut belum
memenuhi kelengkapan persyaratan yang
harus dipenuhi karena tidak tercantum
tanggal kedaluwarsa, kontra indikasi dan
nomor pendaftaran.

Referensi :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 Tahun 1990 tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
2. 2. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia.
Penentuan penyimpangan
bobot
Penentuan penyimpangan Bobot
Diketahui berat bersih yang tertera pada kemasan suatu jamu adalah 15 g
dan
berat 10 serbuk jamu yang telah dikeluarkan dari kemasan adalah :
1. 14.7 g
2. 13.8 g
3. 12.8 g
4. 14,6 g
5. 13,8 g
6. 14.3 g
7. 12,5 g
8. 13,5 g
9. 14,7 g
10. 12,7 g
Hitunglah rata-rata persen penyimpangan bobot pada 10 kemasan jamu
tersebut
dengan rumus : berat bersih – berat sebenarnya / berat bersih x 100 % =
.......... %
15 𝑔 ;14,7 𝑔
1. % penyimpangan bobot = x 100% = 2 %
15 𝑔
15 𝑔 ;13,8 𝑔
2. % penyimpangan bobot = x 100% = 8 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,8 𝑔
3. % penyimpangan bobot = x 100% = 14,67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,6 𝑔
4. % penyimpangan bobot = x 100% = 2, 67%
15 𝑔
15 𝑔 ;13,8 𝑔
5. % penyimpangan bobot = x 100% = 8 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,3 𝑔
6. % penyimpangan bobot = x 100% = 4, 67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,5 𝑔
7. % penyimpangan bobot = x 100% = 16,67 %
15 𝑔
15 𝑔 ;13,5 𝑔
8. % penyimpangan bobot = x 100% = 10 %
15 𝑔
15 𝑔 ;14,7 𝑔
9. % penyimpangan bobot = x 100% = 2 %
15 𝑔
15 𝑔 ;12,7 𝑔
10. % penyimpangan bobot = x 100% = 15, 33 %
15 𝑔

2:8:16,67:2,67:8:4,67:16,67:10:2:15,33
% rata – rata penyimpangan bobot = = 8, 401 %
10
Penentuan benda asing
Benda asing yang ditemukan berupa: Fragmen tumbuhan dan serpihan batu.
Hitunglah % persentase Benda asing dari Final Sampel. Bila diketahui data awal
sebagai berikut :
Bobot benda asing : 5 mg
Bobot final sampel : 20 g

• Diketahui :
Bobot benda asing = 5 mg = 0, 005 g
Bobot final sampel = 20 g
• Ditanya :
% benda asing dari final sampel ?
• Jawab :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔
% benda asing = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,005 𝑔
% benda asing = x 100%
20 𝑔
% benda asing = 0, 025 %
Mikrosublimasi
1. Jelaskan apa tujuan melakukan pengamatan kristal hasil mikrosublimasi dari suatu
sediaan jamu atau bahan obat tradisional.
2. Gambarkan salah satu kristal obat sintetik yang anda ketahui
Catatan :
- silahkan cari gambar kristal obat – obatan sintetik pada media atau situs online
ilmiah
- Gambar dengan tulisan tangan lalu hasilnya difoto dan tempel / paste pada
kolom di bawah ini
- Disarankan tidak cropping / copy foto lalu paste
Papaverin HCl
Kristal berbentuk
kotak seperti
amplop
Mikroskopik jamu
Komposisi bahan jamu X yang beredar di pasaran adalah sebagai berikut :
1. Zingiber Rhizoma
2. Curcuma Rhizoma
3. Curcuma Domesticae Rhizoma
Sebagai seorang apoteker yang bertugas dalam hal kontrol kualitas jamu yang beredar di
pasaran anda ditugaskan untuk memeriksa identitas atau kesesuaian antara bahan yang
tercantum di kemasan dengan bahan / serbuk aslinya. Salah satu cara / langkah awalnya
denga identifikasi mikroskopis.

Tugas :
Gambarkan fragmen – fragmen pengenal spesifik untuk bahan – bahan yang tertera pada
komposisi tersebut
Catatan :
- silahkan cari gambar fragmen pengenal spesifik pada media atau situs online ilmiah atau
pada acuan resmi yang sudah ada dalam bentuk ebook seperti Farmakope Herbal
Indonesia
- Gambar dengan tulisan tangan lalu hasilnya difoto dan tempel / paste pada kolom di
bawah ini
- Disarankan tidak cropping / copy foto lalu paste
Gambar Fragmen Spesifik Keterangan
A. Fragmen spesifik zingiber
rhizoma
Amilum

Periderm

Jaringan gabus tangensial

Berkas pengangkut dengan


penebalan tipe tangga
Serabut

B. Fragmen spesifik curcuma


rhizoma
Amilum

Parenkim korteks

Sklerenkim
Berkas pengangkut
dengan penebal tipe
tangga

Jaringan gabus
C. Fragmen spesifik
domestica rhizoma
Amilum

Parenkim korteks berisi


bahan berwarna kuning
Berkas pengangkut
dengan penebalan tipe
serangga

Rambut penutup

Periderm

Parenkim palisade
KLT Jamu
Pada gambar di samping adalah KLT
jamu Y yang salah satu bahannya
mengandung daun kumis
kucing. Senyawa metabolit sekunder
utama / marker pada kumis kucing
adalah sinensetin
dan asam rosmarinat.
Tugas ;
1. Identifikasi jumlah spot yang
terdeteksi pada SJ meliputi nilai Rf dan
warna
2. Berdasarkan hasil analisa KLT di atas
jelaskan apakah benar terdapat simplisia
kumis
Catatan = S : Pembandimg
kucing pada jamu Y
Sinensetin, Ar : Pembanding Asam
Rosmarinat, SJ : Sampel Jamu
1. Terdapat 2 spot yang terdeteksi pada SJ dengan nilai Rf 0 dan
0,6 , memiliki warna yang sama yaitu biru muda.
2. Diketahuai :
Floresensi S = biru muda terang
AR = Biru muda
Berdasarkan hasil analisa KLT diatas terlihat bahwa SJ (sampel
jamu) tidak mengandung daun kumis kucing, karena hanya
memiliki satu spot (spot 1) dengan nilai Rf yang sama dengan
pembanding yaitu 0,6 tetapi warna berbeda dengan S (pembanding
sinensetin) dimana floresensi SJ tidak berwana biru muda terang
seperti pada S (pembanding sinensetin), kemungkinan komposisi
sinensetin pada SJ (sampel jamu) lemah. Kemudian spot 2 SJ
(sampel jamu) terletak pada batas bawah, S AR SJ kemungkinan
fase gerak yang digunakan tidak cocok dengan sampel, dan SJ
(sampel jamu) tidak memiliki spot pada nilai Rf 0,4 , yang berararti
SJ (sampel jamu) tidak mengandung senyawa asam rosmarinat.
Penetapan Kadar Abu
Apoteker bagian QC akan menetapkan kadar abu dari simplisia rimpang jahe merah
sebelum digunakan untuk proses produksi ekstrak terstandar jahe merah. Sebanyak
2,475 g simplisia dimasukan ke dalam krus porslen yang memiliki bobot 45,725 g.
Setelah proses pemijaran dan berubah menjadi abu, diperoleh data penimbangan
sebagai berikut:
Penimbangan jam ke-1: 47,425 g
Penimbangan jam ke-2: 47, 220 g
Penimbangan jam ke-3: 47,190 g
Penimbangan jam ke-4: 47,099 g
Penimbangan jam ke-5: 47,097 g
Penimbangan jam ke-6: 47,096 g
Penimbangan jam ke-7: 47,095 g.
Tugas:
a. Tentukanlah patokan bobot tetapnya dari sampel diatas
b. Tentukan pada jam ke-berapa telah tercapai bobot tetapnya?
c. Tentukanlah kadar abu total dari simplisia rimpang jahe merah tersebut.

Berat abu / berat simplisia awal X 100 % =


0,5 𝑚𝑔 0,5 𝑚𝑔
• Bobot tetap = 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑥 2, 475 𝑔𝑟 = 1, 24 𝑚𝑔 = 0, 00124 𝑔𝑟
𝑔𝑟 𝑔𝑟
• Selisih jam ke 1 dan 2 47,425 – 47, 320 = 0,205 gr = 250 mg
Selisih jam ke 2 dan 3 47,200 – 47, 190 = 0, 03 gr = 30 mg
Selisih jam ke 3 dan 4 47, 190 – 47,099 = 0, 091 gr = 91 mg
Selisih jam ke 4 dan 5 47,099 – 47,097 = 0, 002 gr = 2 mg
Selisih jam ke 5 dan 6 47,097 – 47,096 = 0,001 gr = 1 mg
Selisih jam ke 6 dan 7 47,096 – 47,095 = 0,0001 gr = 1 mg
tercapai bobot tetap pada jam ke – 6
• Kadur abu total
𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑏𝑢 ;𝑘𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
47,096 𝑔𝑟 ;45,725 𝑔𝑟
2,475 𝑔𝑟
𝑥 100% = 55, 39%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1,371 𝑔𝑟
2,475 𝑔𝑟
𝑥 100% = 55, 39%
Jika diketahui berat abu total dalam 2,455 g sampel rimpang temu lawak
sebesar
1,852 g dan berat krus porslen kosong sebesar 45,725 g. Setelah dipijarkan,
kemudian
ditimbang diperoleh data penimbangan:
Jam ke-1: 47,4450 g
Jam ke-2: 47,4305 g
Jam ke-3: 47,4289 g
Jam ke-4: 47,4278 g
Jam ke-5: 47,4276 g
Tugas:
a. Tentukanlah patokan bobot tetapnya dari sampel tersebut
b. Tentukan pada jam ke berapa telah tercapai bobot tetapnya?
c. Tentukanlah kadar abu larut air dengan data di atas
d. Tentukanlah kadar abu tidak larut asam menggunakan data di atas.
Berat abu total – berat abu larut air / simplisia x 100 % =
Kadar abu tidak larut asam = berat abu tidak larut asam / berat simplisia x
100 % =
• Patokan bobot tetap dari sampel
0,5 𝑚𝑔
bobot tetap = 𝑔 𝑥 2, 455 𝑔
= 1, 2275 mg
• Padaa jam ke berapa telah tercapai bobot tetapnya
Selisih jam ke 1 dan 2 = 0,0145 g = 14, 5 mg
Selisih jam ke 2 dan 3 = 0,0016 g = 1, 6 mg
Selisih jam ke 3 dan 4 = 0,0011 g = 1,1 mg (kurang dari bobot tetap)
Selisih jam ke 4 dan 5 = 0,0002 g = 0, 2 mg
pada jam ke 4 telah tercapai, karena hasil selisih kurnag dari bobot tetap
• Kadar abu larut air dengan data diatas
0,(45,725:1,852 )
kadar abu larut air = 𝑥 100%
2,455
0, 492 𝑚𝑔
= 2,455
𝑥 100%
= 6, 08%
PENGUKURAN KADAR AIR, SUSUT
LK 3 PENGERINGAN DAN MINYAK ATSIRI
Tujuan Percobaan
1. Menetapkan kadar susut pengeringan pada simplisia
2. Menentukan kadar air dan minyak atsiri dengan metode destilasi azeotropik
dan titrasi Karl FIscher

Pendahuluan
Adanya air pada simplisia dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba, jamur,
serangga & hidrolisis. Oleh karena itu maka persyaratan kadar air perlu
ditetapkan terutama untuk simplisia yang mudah menyerap air & mudah rusak
oleh adanya air. Persyaratan kadar air untuk simplisia adalah < 10 %.

Destilasi azaeotrop digunakan untuk campuran yang sulit dipisahkan melalui


proses destilasi biasa, karena membentuk azeotrop, dimana komposisi komponen
di fasa uap maupun cair tidak berubah lagi oleh pemanasan
Azeotrop merupakan campuran dari dua atau lebih larutan (kimia) dengan
perbandingan tertentu, dimana komposisi ini tetap/ tidak bisa diubah lagi dengan
cara destilasi sederhana
Prinsip Percobaan
Kadar Air
mencampurkan dua pelarut yang memiliki titik didih berbeda memiliki sifat
kepolaran yang berbeda sehingga tidak saling bercampur namun menguap
bersamaan pada titik didih yang sama yaitu dibawah titik didih kedua pelarut
tersebut
Susut Pengeringan
- Berdasarkan metode gravimetric pemanas pada suhu 100-105 C
- Berdasarkan besarnya senyawa yang hilang selama pemanasan dihitung
terhadap bobot awal sampel
- Berdasarkan pengaturan bobot dihitung hingga tercapai bobot tetap
Kadar Minyak Atsiri
Berdasarkan penetapan dengan destilasi air karena minyak atsiri tidak dapat
bercampur dengan air, maka diukur banyak kadar minyak atsiri dengan cara
menguapkan atau mengisolasi minyak atsiri dengan merebus tanaman dalam
air dimana metode ini digunakan untuk karakteristik tanaman yang memiliki
minyak atsiri sebab minyak atsiri dapat mudah rusak oleh perlakuan metode
panas kering.
Pembahasan
1. Anda sebagai Manager quality control disuatu industri obat tradisional akan
melakukan penentuan susut pengeringan simplisia daun bungur. Sebanyak
4,575 g simplisia dimasukkan dalam botol timbang (dengan bobot botol
timbang kosong adalah 66,655 g). Setelah itu dimasukan ke dalam oven suhu
105oC diperoleh data penimbangan pada jam ke-1: 67,4300 g; jam ke-2:
67,4201 g; jam ke-3 67,4200 g; dan jam ke-4: 67,4191 g.

Diketahui : Ditanyakan :
Bobot awal simplisia = 4,575 gram a. Patokan bobot tetap
Bobot botol timbang kosong = 66,655 b. Jam keberapa tercapai bobot tetap
gram c. Presentase susut pengetringan
Penimbangan jam ke-1 = 67,4300 gram
Penimbangan jam ke-2 = 67,4201 gram
Penimbangan jam ke-1 = 67,4200 gram
Penimbangan jam ke-1 = 67,4191 gram
a. Patokan bobot tetap Maka kriteria bobot tetap
adalah 0,0022875 gram

b. Jam tercapai bobot tetap


Selisih penimbangan jam ke-1 dengan jam ke-2 = 67,4300 g - 67,4201 g = 0,0099 g
Selisih penimbangan jam ke-2 dengan jam ke-3 = 67,4201 g - 67,4200 g = 0,0001
g
∴ 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒 − 3 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎p, karea selisih kurang dari kriteria
bobot tetap yaitu 0,0022875 gram
c. Presentase susut pengeringan
d. Apakah metoda penentuan susut pengeringan dapat secara akurat
menentukan kadar air ?
Metode susut pengeringan tidak dapat menentukan kadar air secara
akurat. Karena menurut Farmakope Indonesia Edisi V, susut pengeringan
merupakan prosedur yang digunakan untuk melakukan penetapan jumlah semua
jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu. Pada metode
susut pengeringan ini yang terukur bukan hanya air tetapi juga senyawa yang
mudah menguap, sehingga biasanya diperoleh kadar air palsu yang mengandung
senyawa lain yang mudah menguap selain air. Hal ini akan sangat berpengaruh
ketika simplisia yang kita analisis mengandung minyak atsiri, karena minyak atsiri
adalah senyawa yang mudah menguap bahkan pada suhu kamar. Sehingga dalam
penetapan kadar air lebih tepat menggunakan metode destilasi azeotrop dimana
pada destilat yang dihasilkan minyak atsiri yang menguap tidak akan bercampur
dengan air disebabkan memiliki kepolaran dan bobot jenis yang berbeda. Biasanya
nilai susut pengeringan akan lebih besar daripada nilai kadar air sebenarnya.
Karena pada penetapan kadar air hanya persentase kadar air saja yang terhitung,
sedangkan pada penetapan susut pengeringan yang terhitung adalah air serta
senyawa-senyawa lain yang mudah menguap. Oleh karena itu, penentuan susut
pengeringannn tidak serta dapat dogunakan untuk menetapkan kadar air karena
tidak dapat dipastikan bahwa hanya air yanng menguap dan dapat diukur. Metode
penetapan kadar air harus dipastikan bahwa yang terukur benar-benar hanya air,
conntohnya metode destilasi sterling bidwell, destilasi azeotropik, titrasi karl
fischer.
2. a. Jelaskan prinsip penentuan kadar air dengan menggunakan destilasi azeotropik
Jawab : Menggunakan metode azeotroph yaitu dengan mencampurkan dua pelarut
yang memiliki titik didih berbeda memiliki sifat kepolaran yang berbeda sehingga
tidak saling bercampur namun menguap bersamaan pada titik didih yang sama yaitu
dibawah titik didih kedua pelarut tersebut. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain
adalah toluena, xylena, benzena, tetrakhlorethilen dan xylol.

b. jelaskan syarat dan contoh pelarut yang bisa kita gunakan dalam penentuan kadar
air dengan metoda destilasi azeotropik
Jawab :
1. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut immiscible.
Pelarut immiscible merupakan cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain,
sehingga bisa di dapat volume air akhir.
2. Memiliki berat jenis yang lebih kecil dari berat jenis air. \
Berat jenis pelarut harus lebih kecil dari pada air agar pada saat air dan pelarut
terkondensasi dan tertampung dalam gelas penampung, air akan berada di bagian
bawah dan pelarut berada di bagian atas sehingga akan dengan mudah pengukuran
volumenya dengan melihat miniskusnya. Selain itu jika pada gelas penampung sudah
melampaui batas atas maka pelarut akan kembali lagi ke labu yang berisi sampel.
3. Memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air.
Titik didih pelarut harus lebih besar dari titik didih air agar membentuk campuran
azeotrop. Campuran azeotrop merupakan campuran biner yang memiliki
komposisi yang sama dalam fase cair dan uap yang mendidih pada suhu yang
konstan. Sehingga pelarut dan air akan saling menurunkan titik didihnya dan akan
menguap serta terkondensasi pada secara bersamaan pada suhu yang berdekatan.
4. Pelarut yang digunakan harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu
dengan air.
Penjenuhan dilakukan bertujuan agar pelarut hanya akan membentuk campuran
azeotrop dengan air yang ada di dalam sampel saja.

Terdapat tiga jenis pelarut yang sering digunakan pada destilasi azeotrop yaitu
toluena, xilena dan tetrakloroetilena.

Pelarut Toluena Pelarut Xilena Pelarut


Berat jenis : 0,866 g/ml Berat jenis : 0.865 g/ml tetrakloroetilena
Titik didih : 110,6°C Titik didh : 140°C Berat jenis : 1,62 g/ml
Bersifat non polar Bersifat non polar Titik didih : 121,1°C
Bersifat non polar
c. Apa pentingnya menentukan kadar air pada standardisasi simplisia
Jawab : Penetapan kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan batasan
maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat
menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang
terkandung di dalam simplisia. Persyaratan kadar air untuk simplisia adalah < 10
%.
d. Pada penentuan kadar air simplisia tanaman kumis kucing dengan metoda
destilasi azeotropik, data volume air yang terukur pada penampung adalah 0,8 mL
dan diketahui berat simplisia awal adalah 2 gram berapakah kadar air pada
simplisia tersebut
Diketahui : Volume air terukur = 0,8 mL
Berat Simplisia = 2 gram
Ditanya : Kadar Air simplisia?
Jawab :

Kadar air pada simplisia tanaman kumis kucing tidak memenuhi peryaratan
kadar air simplisia karena >10%.
3. a. Sebutkan tumbuhan yang merupakan sumber penghasil minyak atsiri
Jawab :

Nama minyak : Nama Minyak : Nama Minyak :


Minyak kayu putih Minyak Kayu Manis Daun Sereh ( Minyak
Nama Latin : Melaleuca Nama Latin : Daun Sereh)
leucadendra Cinnamomum verum Nama Latin :
Tanaman Penghasil : Tanaman Penghasil : Cymbopogon citratus
Melaleuca cajuputi C.burmannii Tanaman Penghasil :
Famili : Myrtaceae Famili : Lauraceae Cymbopogon citratus
Cara memperoleh : Cara memperoleh : Famili : Poaceae
Penyulingan dengan uap Metode maserasi Cara memperoleh :
Berasal dari daun dan Berasal dari kulit kayu Penyulingan
rantingnya manis Diperoleh dari kulit
batang, daun, bunga dan
biji
b. Sebutkan metode ekstraksi yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri
dari tumbuhan

• Metode penyulingan
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
• Metode pengepresan
Pengepresan adalah proses pengambilan minyak atsiri dengan cara pengepresan
yang dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit luar yang dihasilkan
dari tanaman yang termasuk famili citrus.
• Metode ekstraksi pelarut penguap
Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak
atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang dapat
digunakan di antaranya alkohol, heksana, benzena, dan toluena. Selain itu, dapat
juga menggunakan pelarut non-polar seperti metanol, etanol, kloroform, aseton,
petroleum eter, dan etilasetat dengan kadar 96%.
c. Berikan 3 contoh minyak atsiri berikut dengan khasiat atau efek
farmakologinya

Nama Minyak Zat Berkhasiat Kegunaan


Minyak Kayu Putih mengandung zat Berguna sebagai obat
Nama Latin : Oleum berkhasiat yang terdiri gosok pada sakit encok
Cajuputi dari sineol 50-65% dan nyeri, sebagai
Tanaman Penghasil : (kayuputol), terpineol antiiritan, dan
Melaleuca leucadendra bebas atau sebagai ester kadangkadang digunakan
L. Keluarga : Myrtaceae dengan asam asetat, asam untuk obat batuk
mentega, dan asam
valerant
Nama Minyak : Minyak Mengandung zat Berguna sebagai Obat
Kayu Manis berkhasiat yang umum gosok, obat mulas,
Nama Latin : Oleum ditemukan antara lain pengawet sirop
Cinnamon sinamaldehid, eugenol,
Nama Tanaman safrol, kumarin dan
Penghasil : kamfor.
Cinnamomum
burmannii
Keluarga : Lauraceae
Nama Minyak Zat Berkhasiat Kegunaan
Minyak Lavender Mengandung zat Berguna sebagai
Nama Latin : Lavandula berkhasiat linalyl acetate aromaterapi untuk
angustifolia (40,76%), linalool menangani kecemasan,
Tanaman Penghasil : (24,60%), cis-βOcimene nervous, stres mental,
Labiatae (4,85%), β-caryophyllene insomnia dan kelelahan.
Keluarga : Lamiacae (4,40%), lavendulyl Minyak bunga lavender
acetate (3,83%), trans juga merupakan
βOcimene (3,64%), antiseptik dan dapat
terpinen-4-ol (3,57%), 1.8 digunakan untuk
cineole (0,71), lavandulol desinfeksi luka.
(0,71%),
dan camphor (0,30%)

Anda mungkin juga menyukai