Anda di halaman 1dari 7

TUGAS II BIOGEOGRAFI

HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN SPESIES TUMBUHAN


DAN HEWAN YANG ADA DI EKOSISTEM INDONESIA
DENGAN PEMENCARANYA

Disusun oleh : Maswanih


NIM : 41204620119004
Dosen Pengampu : Ade Ayu Oksari, S.Si., M.Si.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
2021
Pendahuluan:
Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya yang saling
berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem yang kompleks disebut ekosistem,
sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi dapat
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk hidup (organisme)
dengan lingkungannya (Sumarto&Roni, 2016).
Ekosistem tersusun atas dua macam komponen, yaitu komponen makhluk
hidup (biotik) dan komponen makhluk tak hidup (abiotik). Komponen biotik terdiri
dari komponen hidup seperti hewan, tumbuhan, mikroba sedangkan komponen
abiotik terdiri dari komponen benda mati seperti batu, udara, sinar matahari, dan
air; serta komponen kimia-fisik seperti gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas
(Sumarto&Roni, 2016).
Pembahasan:
Secara umum terdapat 3 tipe ekosistem, yakni ekosistem air, ekosistem
darat, dan ekosistem buatan:
1. Ekosistem Air (Akuatik)
a. Ekosistem Air Tawar, memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak
menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Jenis tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang dan tumbuhan biji.
Organisme yang hidup di air tawar kebanyakan telah beradaptasi. Ekosistem
air tawar dibagi menjadi 2, yaitu (Aryulina,et.al., 2004):
1) Ekosistem Air Tawar Lotik, memiliki ciri airnya berarus, contohnya
ekosistem sungai. Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat
menyesuaikan diri dengan arus air. Contohnya ikan belida, serangga air,
dan diatom yang dapat menempel pada batu. Produsen utama pada
ekosistem ini adalah ganggang. Akan tetapi, umumnya organisme lotik
memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat dan sekitarnya.
2) Ekosistem Air Tawar Lentik, memiliki ciri airnya tidak berarus,
contohnya ekosistem rawa air tawar, rawa gambut, padang rumput rawa,
kolam, dan danau. Rawa didominasi oleh tumbuhan berkayu, rawa
gambut didominasi oleh lumut Sphagnum. Ekosistem danau dan kolam
terdiri dari tiga wilayah, yaitu litoral, limnetik, dan profundal. Wilayah
litoral adalah wilayah tepi danau dan kolam. Organisme litoral antara
lain teratai, Hydrilla, Hydra, capung, katak, burung, dan tikus. Vegetasi
pada wilayah litoral didominasi oleh tumbuhan yang mengapung atau
tenggelam. Wilayah limnetik adalah wilayah perairan terbuka yang
masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada wilayah ini banyak
mengandung fitoplankton dan zooplankton. Di bagian bawah wilayah
limnetik terdapat wilayah profundal, yaitu wilayah yang dalam dengan
berbagai jenis dekomposer pada bagian dasarnya.
b. Ekosistem Laut, dibagi menjadi 3 zona (Campbell, 2009):
1) Zona Litoral, meliputi:
a) Ekosistem Estuari, terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai
dan laut atau disebut muara sungai/pantai lumpur. Cirinya berupa
perairan payau dan vegetasinya didominasi oleh tumbuhan bakau.
Ikan, udang, dan moluska melakukan perkembangbiakan di daerah
ini.
b) Ekosistem Pantai Pasir, cirinya intensitas cahaya matahari yang
dipaparkan selama 12 jam dan deburan ombak yang terus-menerus.
Vegetasi ada yang membentuk terna (formasi pescaprae) atau
membentuk perdu dan pohon (formasi barringtonia). Terna adalah
tumbuhan berbiji yang memiliki batanglunak dan tidak berkayu
(misalnya rumput, kangkung, dan pisang). Hewan pada ekosistem
pasir pantai kebanyakan hidup di dalam pasir. Organisme tersebut
aktif jika air pasang dan membenamkan diri di pasir saat air surut,
misalnya kepiting kecil.
c) Ekosistem Pantai Batu, cirinya tersusun dari batu-batuan kecil dan
bongkahan batu yang besar. Organisme yang ada adalah Eucheuma
dan Sargassum, serta beerapa jenis moluska yang dapat melekat di
batu.
2) Zona Laut Dangkal meliputi Ekosistem Terumbu Karang. Ekosistem ini
hanya dapat tumbuh di dasar perairan yang jernih. Terumbu karang
terbentuk dari rangka hewan kelompok Coelenterata. Pada ekosistem ini
terdapat berbagai jenis organisme laut dari kelompok Porifera,
Coelenterata, ganggang, berbagai jenis ikan, serta udang.
3) Zona Pelagik meliputi Ekosistem Laut Dalam. Ekosistem ini berada
pada kedalaman 76.000 m dari permukaan laut, sehingga tidak ada lagi
cahaya matahari.
2. Ekosistem Darat (Terestrial) dalam skala luas memiliki tipe struktur vegetasi
tumbuhan dominan disebut bioma. Vegetasi suatu jenis bioma memiliki
penampakan yang sama dimanapun bioma tersebut ditemukan. Penyebaran
jenis-jenis bioma dipengaruhi oleh iklim. Bioma di dunia dikelompokkan
menjadi 7 kategori, yaitu (Aryulina,et.al., 2004):
a. Hutan Hujan Tropis, terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur
tinggi (rata-rata 250C) dan curah hujan yang tinggi (200-450 cm per tahun).
Memiliki ciri pohonnya tinggi dan rimbun, dengan jenis tumbuhan yang
sangat beragam. Hewannya meliputi berbagai jenis serangga dan burung,
monyet, orang utan, dan harimau.
b. Savana, terdapat di wilayah sekitar khatulistiwa dengan curah hujan lebih
rendah daripada hutan hujan tropis (sekitar 90-150 cm per tahun). Vegetasi
savana didominasi oleh rumput dengan semak dan pohon yang tumbuh
terpencar. Hewan yang hidup yakni berbagai jenis serangga seperti
belalang, kumbang, rayap, herbivora dan karnivora.
c. Padang Rumput, terdapat pada wilayah dengan temperatur sedang. Curah
hujan di padang rumput lebih rendah daripada di savana (25-27 cm per
tahun). Vegetasi yang dominan adalah rumput dan hewan yang ada adalah
kelinci, tupai tanah, dan serigala.
d. Gurun, terdapat di belahan bumi sekitar 200 -300 lintang utara dan lintang
selatan. Curah hujan rendah yaitu kurang dari 25 cm per tahun. Vegetasinya
terdiri dari berbagai belukar akasia dan kaktus, sedangkan hewan yang ada
yaitu belalang, burung pemangsaserangga, dan kadal. Hewan-hewan gurun
melakukan kegiatan pada malam hari (nokturnal).
e. Hutan Gugur, terdapat di pegunungan wilayah tropis dan di wilayah
subtropis yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Curah hujan
sedang, yaitu 75-150 cm per tahun. Pohon pada hutan gugur memiliki ciri
menggugurkan daunnya menjelang musim gugur dan menjadi dorman
(hidup, tetapi dengan metabolisme yang relatif tidak aktif dan penghentian
pertumbuhan) pada musim dingin. Pohon di hutan gugur antara lain maple
dan birkin. Contohnya hutan jati.
f. Taiga, terdapat di wilayah utara hutan gugur subtropis dan di pegunungan
tropis. Cirinya hujan turun hanya pada musim panas dan musim dingin
berlangsung secara berkepanjangan. Hewan yang hidup antara lain rusa,
bajing, burung gagak hitam, bermacam burung berkicau, serigala, dan
beruang. Contohnya hutan pinus.
g. Tundra, terdapat di dekat kutub utara, yaitu pada 600 lintang utara, disebut
tundra artik. Sedangkan tundra yang terdapat di puncak gunung disebut
tundra alpin. Ciri bioma tundra adalah musim dingin terjadi setiap waktu
sepanjang tahun. Vegetasi tundra didominasi oleh rumput alang-alang
lumut daun, dan perdu. Tidak terdapat pohon. Hewan yang ada kelinci,
burung hantu, serigala, rusa, dan domba.
3. Ekosistem Buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya bendungan, hutan tanaman produksi (seperti jati dan
pinus), agroekosistem berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi, perkebunan
sawit dan perkebunan kopi, ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
ekosistem ruang angkasa (Hutagalung, 2010).
Habitat (bahasa Latin untuk "it inhabits") atau tempat tinggal makhluk
hidup merupakan unit geografi yang secara efektif mendukung keberlangsungan
hidup dan reproduksi suatu spesies atau individu suatu spesies. Di dalam habitat
tersebut, makhluk hidup lainnya serta faktor-faktor abiotik yang satu dengan
lainnya saling berinteraksi secara kompleks membentuk satu kesatuan yang disebut
habitat di atas. Organisme lainnya antara lain individu lain dari spesies yang sama,
atau populasi lainnya yang bisa terdiri dari virus, bakteri, jamur, protozoa,
tumbuhan, dan hewan lain (Sumarto&Roni, 2016).
Niche (relung ekologi) sering diartikan sebagai kedudukan fungsional suatu
populasi dalam habitatnya atau menunjukkan kedudukan pada parameter
multidimensi atau peran dalam ekosistemnya. Sebagai contohnya relung ekologi
termal untuk spesies yang memiliki keterbatasan hidup pada suhu tertentu; atau
kedudukan suatu spesies sesuai dengan rantai makanan (piramida makanan).
Karena tidak ada organisme yang hidup secara absolut pada satu faktor tertentu,
maka istilah rentang atau kisaran (range) lebih sering digunakan, misalnya hewan
spesies A hidup pada rentang suhu 10-25℃ (Sumarto&Roni, 2016).
Profesi organisme menunjukan fungsi organisme dalam habitatnya.
Berbagai organisme dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan tetapi, jika dua
atau lebih organisme mempunyai relung yang sama dalam satu habitat, maka akan
terjadi persaingan. Makin besar kesamaan relung dari organisme - organisme yang
hidup bersama dalam satu habitat, maka makin intensif persaingannya (Hutasuhut,
2020).
Respon hewan dan tumbuhan terhadap perubahan faktor lingkungan
dianggap sebagai strategi untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya.
Lingkungan berperan sebagai kekuatan untuk menyeleksi bagi populasi yang hidup
di dalamnya. Hanya populasi yang mampu beradaptasi, baik adaptasi morfolofi,
fisiologi, maupun perilaku, akan lestari; sedangkan yang tidak mampu beradaptasi
harus pindah ke lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya atau jika tidak
pindah, mereka akan mati. Faktor-faktor lingkungan yang membatasi hidup
organisme selanjutnya disebut sebagai faktor pembatas, seperti suhu lingkungan,
kadar garam, kelembaban, pH dan sebagainya (Sumarto&Roni, 2016).
Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah
ekofisiologi dan bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Misalnya satu
organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu yang sempit, sementara organisme
lainnya dapat hidup pada kisaran suhu yang lebih lebar. Di luar kisaran suhu
tertentu, suatu organisme tidak dapat hidup atau hidup dengan fungsi tubuh yang
tidak optimal. Istilah lainnya untuk menyatakan rentang/kisaran suatu faktor
pembatas lingkungan ialah toleransi pada kisaran faktor tertentu (Sumarto&Roni,
2016).
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa sebaran spesies
tumbuhan dan hewan pada masing-masing ekosistem tergantung pada kemampuan
organisme itu sendiri dalam beradaptasi di tempat sebaran yang baru dengan
berbagai faktor pembatas yang ada. Populasi yang mampu beradaptasi, baik
adaptasi morfolofi, fisiologi, maupun perilaku dapat melanjutkan hidupnya,
sedangkan yang tidak mampu beradaptasi harus pindah ke lingkungan atau habitat
yang sesuai dengan kebutuhannya atau jika tidak pindah, maka organisme tersebut
akan mati.

Daftar Pustaka:
Aryulina D, et al. 2004. Buku Ajar: Biologi. Jakarta: Esis.
Campbell NA, Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin Cummings.
Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta.
Hutasuhut, M.A. 2020. Ekologi Tumbuhan. Diktat. UIN Sumatra Utara, Medan.
Sumarto,S. dan Roni Koneri. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: Luhut Siahaan (CV.
Patra Media Grafindo).

Anda mungkin juga menyukai