Anda di halaman 1dari 4

Discussion Sesi 11 Aspek Hukum Dalam Bisnis

Nama : Harry Baisya Achmad

Nim : 2018116056 / Manajemen

Kelas : 7HRA

1. PKB sebagai perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat
buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2. Aturan Ketenagakerjaan menyebut fungsi PKB untuk mengatur baik hak dan kewajiban
pengusaha maupun hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/ buruh dalam
sebuah perusahan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena mereka-lah yang paling
mengerti kondisi dan kebutuhan perusahaan dalam menjalankan hubungan industrial. Hal ini
ditegaskan pula oleh Konvensi ILO No. 98 tahun 1949 tentang Dasar-dasar Hak untuk
Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama yang telah diratifikasi melalui Undang-undang No.
18 tahun 1956. Konvensi menyebut perlunya ada kejelasan yang menyeluruh mengenai hak dan
kewajiban antara pengusaha dan pekerja serta tata tertib dalam bekerja dan di lingkungan kerja.

3. Pasal 116 UU 13/2003 menyebut PKB dibuat atas kesepakatan serikat pekerja/serikat buruh
atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. Meski disebut
dengan beberapa serikat atau beberapa pengusaha namun hanya boleh ada 1 (satu) PKB untuk 1
(satu) perusahaan. Jika perusahaan berbentuk group atau memiliki cabang, maka PKB dari
perusahaan induk dapat diturunkan ke masing-masing cabang/unit kerja/perwakilan perusahaan
atau dapat dibuat PKB turunan yang berlaku di masing-masing cabang/unit kerja/perwakilan
perusahaan tersebut.

4. Berdasarkan Pasal 24 Permenaker 28/2014 menyebut PKB sekurang-kurangnya harus memuat


hal-hal berikut ini :

1. Nama, tempat kedudukan serta alamat serikat pekerja/serikat buruh

2. Nama, tempat kedudukan serta alamat perusahaan

3. Nomor serta tanggal pencatatan serikat pekerja/serikat buruh pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota

4. Hak dan kewajiban pengusaha


5. Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh

6. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB, dan

7. Tanda tangan para pihak pembuat PKB.

5. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam membuat PKB adalah :

1. Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB.

2. PKB harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.

3. Bila dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka PKB harus diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah.

4. Masa berlaku PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa berlakunya
paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh. Perundingan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Dalam hal perundingan PKB berikutnya tidak
mencapai kesepakatan maka PKB yang sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu)
tahun.

5. Penyusunan PKB dilaksanakan secara musyawarah. PKB tidak dapat diubah oleh salah satu
pihak. Dalam hal kedua belah pihak sepakat mengadakan perubahan PKB, maka perubahan
tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PKB yang sedang berlaku.

6. Ketentuan dalam PKB tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan.
Dalam hal PKB bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, maka PKB tersebut
batal demi hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang- undangan.

7. Kuantitas dan kualitasnya (isi PKB) dapat lebih baik dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku (pasal 124 ayat (2) dan penjelasannya UU Ketenagakerjaan). Dalam hal isi PKB
lebih baik dari peraturan perundang-undangan maka yang berlaku adalah PKB.

8. Bila isi perjanjian kerja dan/atau peraturan perusahaan bertentangan dengan PKB, maka
yang berlaku adalah ketentuan dalam PKB. Isi perjanjian kerja dan/atau peraturan perusahaan
batal demi hukum.

6. Pasal 123 UU 13/2003 menyatakan masa berlaku PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha
dengan serikat pekerja. Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3
(tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Apabila perundingan tidak
mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku, akan tetap berlaku untuk paling lama 1
(satu) tahun ke depan. Artinya sebuah PKB dapat saja berlaku hingga 4 (empat) tahun.
7. Manfaat PKB bagi perusahaan dan pekerja adalah :

1. Mempertegas dan memperjelas hak-hak dan kewajiban Pekerja dan Pengusaha secara setara
melalui sebuah kesepakatan

2. Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam perusahaan,


setidaknya meminimalisir konflik/perselisihan hubungan industrial.

3. Produktivitas meningkat oleh karena PKB yang baik dan dijalankan sesuai kesepakatan
bersama dapat memotivasi lingkungan kerja.

4. Serikat Pekerja/Serikat Buruh terorganisir (collective labour) dan meningkatkan


kepercayaan anggota pada Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

5. Menetapkan secara bersama syarat-syarat kerja yang :

1. Belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. Atau merinci pelaksanaan peraturan


perundang-undangan.

2. Kuantitas dan kualitasnya dapat lebih baik dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3. Diluar normatif atau diluar yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Karena
yang bersifat normatif pada prinsipnya tidak perlu dirundingkan atau diatur didalam PKB.

8. Serikat pekerja/serikat buruh yang dapat berunding dengan perusahaan adalah :

1. SP/SB yang memiliki anggota lebih dari 50% dari jumlah seluruh buruh yang ada di
perusahaan.

2. Apabila tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% maka SP/SB tersebut dapat mewakili
pekerja/buruh dalam perundingan PKB setelah mendapat dukungan dari pekerja/buruh lain di
luar anggota SB hingga memenuhi syarat lebih dari 50%, melalui sebuah pemungutan suara
(pasal 18 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2014 Tentang
Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama (Permenaker 28/2014).

3. Bila dalam perusahaan memiliki lebih dari 1 SP/SB, maka yang dapat berunding, adalah
maksimal 3 (tiga) SP/SB atau gabungan SP/SB yang jumlah anggotanya minimal 10% dari
seluruh buruh yang ada di perusahaan. 3 SP/SB yang dimaksud ditentukan sesuai peringkat
berdasarkan jumlah anggota yang terbanyak (Permenaker 28/2014).

Adapun aturan ini sebagaimana kita ketahui merupakan aturan yang menyelaraskan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 115/PUU-VII/2009 tanggal 10 November 2009. Pasal a quo yang
telah dicabut menyebutkan dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) SP/SB maka
yang berhak berunding adalah SP/SB yang jumlah anggotanya lebih dari 50% dari seluruh
jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai