Anda di halaman 1dari 8

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 3, No.

1, Juni 2019

Respon Genotipe Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur Terhadap Cekaman


Intensitas Cahaya Rendah
1
N.N Andayani, 2Roy Efendi, 2M. Aqil, dan 1M. Azrai
1
Pemuliaan tanaman, Balai Penelitian Serealia
Jl. DR. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan
2
Agronomi, Balai Penelitian Serealia
Email (ning02_iceri@yahoo.com)

Abstrak
Perhitungan kriteria toleran sangat berguna untuk menyeleksi suatu genotipe yang toleran pada kondisi
cekaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui respon genotipe jagung terhadap naungan
berdasarkan indikator indeks toleransi cekaman (ITC) dan kehilangan hasil (KH). Percobaan dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak kelompok dua lingkungan dengan tiga ulangan. Lingkungan pertama sebagai
kontrol yaitu tanpa ada perlakuan naungan (N0), sedangkan lingkungan kedua diberi perlakuan naungan
menggunakan paranet 30-40% (N1). Hasil penelitian menunjukkan adanya empat genotipe jagung hibrida
silang tiga jalur toleran naungan 30-40% dengan tingkat produktifitas tinggi yaitu STJ01, STJ02, STJ06 dan
STJ07 dengan hasil berkisar 5,60-6,55 t/ha. Genotipe dengan hasil dan nilai toleransi tertinggi dibanding
kedua varietas pembandingnya adalah B11209/MR14//G102612 (STJ02). Keempat genotipe tersebut
dapat diusulkan menjadi calon varietas jagung silang tiga jalur toleran naungan setelah melalui tahapan uji
multilokasi pada berbagai agroekosistem.
Kata kunci: Jagung, hibrida STJ, naungan, indeks toleran

Abstract
The tolerant of genotipes to shading or other abiotic stress can be estimated by using various indices. The
objective of this study was to determine the response of maize genotipe to shading stress based on indicators
stress tolerance index (STI) and yield loss. The experiment was conducted at the Indonesian Cereals Research
Experimntal Farm located at Maros, South Sulawesi. The experiment was arranged byusing a randomized
block design (RCBD) with two environments (shading and unshading stress) with three replications. The
first environment as a control is settled without shading stress (N0), while the second environment is treated
with shading by using 30-40% light absorbed paranet (N1). The results indicated that as many as four
genotypes of three-way cross hybrid maize perform good tolerant to the shading stress up to 30-40% with
high productivity viz., B11209/MR14//MAL03 (STJ01), B11209/MR14//G102612 (STJ02), CY7/MR14//
NEI9008 (STJ06) and B11209/MAL03//CLYN231 (STJ07) and yield about 5.60-6.55 t/ha. The genotype
showed the highest tolerance as compared to the check variety viz., B11209/MR14//G102612 (STJ02). The
four genotypes can be proposed to for release as shading tolerant variety after following a multilocation trial
at approximately eight diverse agroecosystems.
Keywords: Maize, three way cross, shading, tolerant index

Pendahuluan dengan satu hibrida silang tunggal. Hibrida silang


Jagung merupakan salah satu komoditas ganda adalah generasi pertama dari persilangan
strategis dan bernilai ekonomis tinggi karena antara dua hibrida silang tunggal.
selain sebagai sumber pangan utama karbohidrat Geleta dan Labuschagne (2004) menyebutkan
dan protein setelah beras. Jagung hibrida terdiri bahwa pembentukan varietas hibrida silang tiga
dari beberapa jenis diantaranya adalah jagung jalur lebih mudah daripada model hibrida yang
hibrida silang tunggal, hibrida silang tiga jalur, lain, karena pembentukan varietas hibrida
dan hibrida silang ganda. Hibrida silang tunggal tiga jalur bisa dilakukan dengan menggunakan
adalah generasi pertama persilangan antara dua varietas hibrida unggul yang banyak beredar di
inbrida. Hibrida silang tiga jalur adalah generasi pasaran sebagai salah satu tetuanya. Pemulia
pertama dari persilangan antara satu inbrida hanya perlu menyediakan satu galur murni

1
N.N Andayani et al.: Respon Genotipe Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur ...

sebagai tetua yang lain. Oleh karena itu, model demikian, adaptasi terhadap lingkungan cahaya
silang tiga jalur menjadi cukup menguntungkan harus menjadi target utama perakitan varietas
untuk membentuk varietas hibrida dibanding (Araki et al. 2014). Genotipe jagung yang dapat
dengan model silang tunggal, atau pun silang beradaptasi baik pada kondisi cahaya rendah
ganda yang membutuhkan 4 galur murni sekaligus dapat digunakan sebagai bahan dalam perakitan
untuk membentuk satu varietas hibrida. varietas. Adanya perubahan lingkungan tersebut,
Pembentukan hibrida silang tiga jalur menyebabkan tanaman mengubah fisiologi,
sebaiknya memiliki latar belakang tetua betina morfologi dan perkembangannya (Gao et al.
adalah jagung hibrida silang tunggal yang memiliki 2008).
produktivitas hasil yang tinggi untuk kemudian Penampilan hasil genotipe tanaman pada
disilangkan dengan tetua jagung inbrida yang kondisi naungan merupakan target utama
unggul. Selain itu, pemilihan tetua jagung hibrida kegiatan perakitan varietas. Indeks toleransi
juga perlu mempertimbangkan kemampuan daya naungan merupakan parameter penting untuk
gabung, jarak genetik, kemampuan adaptabilitas mengetahui penurunan hasil pada dua lingkungan
dan stabilitasnya (Ž� ivanović et al. 2004; Pabendon cekaman. Indikator lain dihitung berdasarkan
et al. 2010). ketahanan atau kerentanan genotipe terhadap
Preciado et al. (2001) menyatakan bahwa cekaman.
jagung hibrida silang tiga jalur mempunyai Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
kelebihan yaitu dapat beradaptasi luas pada respon genotipe jagung silang tiga jalur terhadap
berbagai kondisi lokasi baik di wilayah tropis naungan berdasarkan tujuh indikator cekaman
maupun wilayah sub tropis. Selain itu hibrida ini yaitu stress tolerance index (STI) dan kehilangan
sesuai untuk dikembangkan di negara tropis atau hasil (KH).
sub tropis dimana pengembangan hibrida silang
tunggal terkendala oleh harga yang tinggi dan Bahan dan Metode
ketersediaan benih sulit dijangkau oleh petani. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan
Peningkatan produksi melalui program Maros Balai Penelitian Tanaman Serealia
ekstensifikasi salah satunya adalah perluasan (Balitsereal) pada Bulai Juli-Oktober 2018.
areal tanam jagung dengan memanfaatkan lahan- Penelitian menggunakan rancangan acak
lahan marjinal. Pemanfaatan lahan perkebunan kelompok (RAK) pada dua kondisi lingkungan
yang masih luas merupakan alternatif untuk dengan masing-masing tiga ulangan. Penelitian
dijadikan area produksi jagung sebagai tanaman menggunakan sembilan genotype jagung hibrida
sela. Intensitas cahaya dan lama penaungan silang tiga jalur (STJ01- STJ09) dan dua varietas
merupakan faktor pembatas optimalisasi produksi cek (Bima 18 dan P35). Semua genotipe diuji
pada lahan perkebunan. Cekaman naungan pada dua lingkungan yaitu kondisi naungan
berpotensi mengakibatkan tanaman jagung di rumah kawat menggunakan paranet serta
menjadi tinggi kurus, jumlah daun berkurang kondisi tanpa naungan. Naungan di rumah kawat
serta tongkol mengecil (Syafruddin, 2014). disiapkan sebelum tanam dengan memasang
Selain itu, penaungan dapat pula mengakibatkan paranet dengan naungan antara 30-40% pada
terjadinya perubahan terhadap radiasi matahari ketinggian empat meter di atas permukaan tanah.
yang diterima oleh tanaman baik intensitas Intensitas cahaya selama fase pertumbuhan
maupun kualitasnya sehingga berpengaruh tanaman dimonitor tiga kali sehari yaitu pukul
terhadap fotosintesis tanaman. 09.00, pukul 12.00 dan pukul 15.00 dengan
Perakitan varietas unggul jagung dengan menggunakan Lux meter.
tingkat adaptabilitas tinggi pada lingkungan Benih masing-masing genotipe ditanam pada
naungan membutuhkan genotipe dengan jarak tanam 70x20 cm dengan 1 biji per lubang.
kemampuan adaptasi fisiologis yang baik dalam Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak dua kali
memanfaatkan cahaya yang terbatas. Dengan yaitu pada umur 7 hst dengan takaran 150 kg/ha

2
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 3, No. 1, Juni 2019

urea dan 200 kg/ha phonska, dan pemupukan


kedua pada 35 hst dengan pemberian urea 150
ITC =
kg/ha. Pemeliharaan tanaman serta pengendalian
hama dan penyakit dilakukan dengan mengacu
Pengelompokan toleransi genotipe jagung
pada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Balai
terhadap naungan, dengan kriteria:
Penelitian Tanaman Serealia.
Pengamatan dilakukan terhadap parameter 1. Toleran (T) = ITC≥1.0
bobot tongkol kupasan, panjang tongkol, bobot 2. Medium toleran (MT) = 0.5 ITC≤1.0
1000 biji, rendemen, Panjang tongkol, diameter 3. Peka (P) = ITC≤0.5
tongkol, hasil dan indeks toleransi terhadap
cekaman. Hasil biji dikonversi dari luas panen Indeks toleran setiap genotipe diperoleh
dan petak plot ke hektar pada kadar air biji 15% dengan membandingkan perlakuan yang
dengan menggunakan formula: mendapatkan cekaman naungan dengan
perlakuan tanpa naungan. Data dari masing-
masing perlakuan dianalisis dengan rancangan
10000 100–KA
acak kelompok dan uji beda nyata dua nilai tengah
Hasil (kg/ha) = ----------- x ----------- x B x 0.80
dilakukan menggunakan LSD 5%.
LP 100–15

KA = Kadar air biji waktu panen Hasil dan Pembahasan


LP = Luas panen (m2) Kondisi Iklim dan Intensitas Cahaya
B = Bobot tongkol kupasan (kg) Pengukuran data cuaca/iklim dilakukan dua
0.80 = Rata-rata ‘shelling percentage/rendemen’ minggu sekali sesuai dengan umur pertumbuhan
Toleransi terhadap cekaman naungan dinilai tanaman. Tabulasi data cuaca pada periode
dengan mengukur perbedaan hasil antara kondisi Juli - Oktober 2018 disajikan pada Tabel 1.
lingkungan normal atau tanpa naungan dengan Terdapat kecenderungan kenaikan suhu seiring
kondisi lingkungan naungan, untuk menilai pertumbuhan tanaman dimana suhu pada
produktivitas rata-rata pada kondisi normal dan pertumbuhan awal (rata-rata 27,1oC) lebih rendah
naungan dengan menggunakan indeks kepekaan dibandingkan fase masak fisiologis (28,1 oC).
terhadap naungan. Analisis karakter toleransi Intensitas radiasi matahari juga terus meningkat
hanya dilakukan terhadap karakter hasil per dari 380,8% pada fase awal menjadi 499,6%
hektar dengan menggunakan indeks toleransi pada fase masak fisiologis. Walaupun terjadi
cekaman (ITC) dan kehilangan hasil (KH). kecenderungan kenaikan curah hujan pada bulan
Oktober namun rata-rata suhu dan intensitas
ITC (Indeks toleransi cekaman) berdasarkan
penyinaran tetap tinggi.
persamaan (Fernandez, 1992):

Tabel 1. Informasi iklim/cuaca selama pertumbuhan tanaman


Rata-rata Intensitas Rata-rata
Jumlah Curah
Bulan Temperatur Radiasi Matahari Kelembaban
Hujan (mm)
(0C) (%) (RH) (%)
1-15 Juli 2018 27,1 30,0 380,8 79
15-30 Juli 2018 26,6 21,0 388.5 78
1-15 Agustus 2018 27,1 1,0 430,6 74
15-30 Agustus 2018 27,1 0,0 463.8 72
1-15 September 2018 27,5 3,0 471,9 68
15-30 September 2018 27,9 5,0 476.1 65

3
N.N Andayani et al.: Respon Genotipe Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur ...

Rata-rata Intensitas Rata-rata


Jumlah Curah
Bulan Temperatur Radiasi Matahari Kelembaban
Hujan (mm)
(0C) (%) (RH) (%)
1-15 Oktober 2018 27,8 35,0 484,3 69
15-30 Oktober 2018 28,1 81,0 499.6 71
Rata-rata 27,4 22,0 449,45 72,0
Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Maros, Sulawesi Selatan (2018).

Sementara itu, hasil pengukuran suhu lebih rendah yaitu 24,57oC dengan kelembaban
pada perlakuan naungan nilainya menurun udara lebih tinggi yaitu 68,38% dibanding tanpa
seiring peningkatan umur tanaman. Naungan naungan. Li et al (2010) melaporkan bahwa
menyebabkan pengurangan intensitas cahaya akumulasi suhu efektif kanopi jagung pada
yang berdampak terhadap perubahan iklim mikro perlakuan naungan menurun seiring peningkatan
di bawah naungan. Suhu udara dibawah naungan intensitas naungan.

800

700 Tanpa naungan Naungan


Intensitas cahaya (Lux)

600

500

400

300

200

100

0
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100

Umur tanaman (hst)

800
Tanpa naungan Naungan
700
Intensitas cahaya (Lux)

600

500

400

300

200

100

0
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100

Umur tanaman (hst)

700
Tanpa naungan Naungan
600
Intensitas cahaya (Lux)

500

400

300

200

100

0
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100

Umur tanaman (hst)

Gambar 1. Variasi intensitas cahaya (Lux) pada kondisi naungan dan tanpa naungan pada pengamatan pukul (a) 09.00,
(b) 12.00, dan (c) 15.00.

4
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 3, No. 1, Juni 2019

Variasi intensitas cahaya (Lux) pada pada pengamatan pukul 12.00 dimana pada
kondisi naungan dan tanpa naungan pada kondisi tanpa naungan lebih tinggi dibandingkan
pengamatan pukul (a) 09.00, (b) 12.00, dan naungan 63%. Kondisi tersebut menyebabkan
(c) 15.00. disajikan pada Gambar 1. Naungan lingkungan di bawah naungan lebih teduh, yang
menyebabkan pengurangan intensitas cahaya ditunjukkan oleh suhu dan intensitas cahaya
yang berdampak terhadap perubahan iklim yang lebih rendah. Pengamatan antar waktu
mikro di bawah naungan.Hal ini ditandai oleh juga menunjukkan intensitas cahaya lebih tinggi
dinamika perubahan intensitas cahaya yang pada pengamatan pukul 12.00 dibandingkan
cukup tinggi antara pertanaman jagung pada pengamatan pukul 09.00 dan 15.00. Tracewicz
kondisi naungan dengan tanpa naungan. Rata- et al., (2011) menyatakan naungan 30% akan
rata intensitas cahaya pada pengamatan pukul menurunkan hasil biji tanaman akibat penurunan
09.00 pada kondisi naungan adalah 305 lux. akumulasi biomas sebagai ekspresi dari respon
Sementara itu pada kondisi tanpa naungan kisaran penghindaran terhadap naungan. Penurunan hasil
intensitas cahaya matahari nilai lebih tinggi akan lebih besar seiring bertambahnya populasi
yaitu 528 lux. Fenomena yang sama di dapatkan tanaman atau durasi cekaman (Liu et al., 2010).

Tabel 2. Hasil (t/ha) berbagai genotipe jagung silang tiga jalur pada kondisi lingkungan normal
(N0) dan naungan (N1).
Bobot
Panjang Diameter Bobot 1000 Rendemen
tongkol Hasil
Genotipe tongkol (cm) tongkol (cm) biji (g) (%)
kupasan
N0 N1 N0 N1 N0 N1 N0 N1 N0 N1 N0 N1
STJ01 B11209/MR14//MAL03 5.31 2.92 18.99 14.71 4.79 4.15 312.10 213.82 76.23 76.48 9.19 5.61
STJ02 B11209/MR14//G102612 5.42 3.39 22.02 16.79 4.71 4.34 329.83 198.64 77.87 78.21 9.77 6.54
STJ03 CLYN231/B11209//MAL03 5.22 2.71 18.78 15.31 4.73 4.16 320.57 236.89 78.34 77.98 9.45 5.33
STJ04 CLYN231/B11209//G102612 5.41 2.70 19.62 15.09 4.65 4.35 298.07 206.40 78.23 75.40 9.22 4.94
STJ05 CY7/MR14//MAL03 5.53 2.25 19.84 14.35 4.71 4.17 315.80 198.95 77.05 75.76 9.90 4.33
STJ06 CY7/MR14//NEI9008 5.05 2.91 17.74 14.76 4.69 4.11 311.50 198.12 74.49 80.71 8.90 5.87
STJ07 B11209/MAL03//CLYN231 5.46 3.04 19.27 15.26 4.84 4.24 268.93 227.32 79.84 78.35 10.10 6.15
STJ08 B11209/MAL03//G102612 5.48 2.87 21.34 16.71 4.58 4.09 284.80 199.30 76.85 76.51 9.38 5.39
STJ09 1044-14/NEI9008//CLYN231 5.22 2.34 19.15 12.55 4.87 4.24 264.30 171.17 77.69 78.87 9.19 4.79
STJ10 BIMA19 (a) 4.86 3.57 19.19 16.20 4.72 4.47 290.70 247.40 74.3 74.71 7.72 6.32
STJ11 P35 (b) 5.52 3.12 20.71 15.54 4.80 4.32 315.07 216.78 78.51 78.27 10.09 6.23
Rata-rata 5.32 2.89 19.70 15.21 4.74 4.24 301.06 210.44 77.22 77.39 9.36 5.59
BNT 5% 1.17  1.39 0.28 57.58 0.04 1.97

Hasil analisis statistik menunjukkan 14/NEI9008//CLYN231) dengan nilai rata-rata


bahwa perlakuan lingkungan berbeda nyata, 6.99 t/ha.
sedangkan perlakuan genotipe dan interaksi
antara lingkungan dengan genotipe tidak berbeda Indeks Toleransi Cekaman Naungan (ITC)
nyata terhadap hasil tanaman jagung. Uji BNT Toleransi tanaman adalah kemampuan
5% menunjukkan bahwa semua genotipe yang suatu tanaman untuk bertahan hidup dan
diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda berproduksi pada kondisi atau lingkungan
nyata dengan varietas pembanding Bima-19 yang tercekam (Simms 2000). Tanaman yang
(a) dan P-35 (a). Hasil tertinggi terdapat pada mengalami cekaman umumnya akan mengalami
genotipe STJ02 (B11209/MR14//G102612) dan penurunan hasil, dimana tingkat penurunan
STJ11 (P-35) dengan nilai rata-rata 8.16 t/ha dan hasil tiap genotipe tanaman akan berbeda-beda
terendah terdapat pada genotipe STJ09 (1044- tergantung kemampuan adaptasi dari setiap

5
N.N Andayani et al.: Respon Genotipe Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur ...

genotipe pada kondisi cekaman. Tingkat toleran 18.13 dan 38.16%. Disamping penurunan
suatu genotipe jagung pada lingkungan cekaman hasil, naungan juga menyebabkan penurunan
(naungan atau intensitas cahaya rendah) dapat bobot kupasan sebesar 46%, panjang tongkol
ditentukan berdasarkan nilai indeks cekaman 23%, diameter tongkol 10%, dan bobot biji
yang dihitung berdasarkan perbandingan hasil 30% (Tabel 3). Reed et al., (1988) melaporkan
pada kondisi cekaman dan optimum. bahwa cekaman pada fase pembungaan akan
Potensi hasil sembilan genotipe jagung silang mengganggu aktifitas fotosintesis tanaman
tiga jalur dan kedua tetuanya berkisar antara sehingga mempengaruhi pembentukan formasi
7.72-10.10 t/ha di kondisi lingkungan normal, biji. Naungan juga menurunkan berat 1000 biji
sedangkan pada kondisi lingkungan naungan dan rendemen biji serta menurunkan ketebalan
potensi hasil berkisar antara 4.33-6.54 t/ha, daun (Kiniry et al.1985; Setter et al. 2001; Struik
dengan persentase penurunan hasil berkisar 1983).
antara 18.13-56.26%. Varietas pembanding Bima- Nilai indeks cekaman untuk menentukan
19 dan P-35, masing-masing mempunyai potensi tingkat toleransi genotipe tanaman yaitu indeks
hasil 7.72-10.09 t/ha di kondisi lingkungan toleransi cekaman (ITC) terhadap hasil biji (t/ha)
normal. Pada kondisi lingkungan naungan potensi dan terhadap persentase kehilangan hasil (KH)
hasil menurun, masing-masing 6.32 dan 6.24 t/ dapat dilihat pada Tabel 3.
ha, dengan persentase penurunan hasil sebesar

Tabel 3. Karakter toleransi pada kondisi optimum dan cekaman naungan serta nilai indeks
toleransi cekaman.
Kode Genotipe Yo Ys STI KH
STJ01 B11209/MR14//MAL03 9.19 5.61 1.00 39.13
STJ02 B11209/MR14//G102612 9.77 6.54 1.24 32.96
STJ03 CLYN231/B11209//MAL03 9.45 5.33 0.98 43.60
STJ04 CLYN231/B11209//G102612 9.22 4.94 0.88 46.53
STJ05 CY7/MR14//MAL03 9.90 4.33 0.83 56.26
STJ06 CY7/MR14//NEI9008 8.90 5.87 1.01 34.04
STJ07 B11209/MAL03//CLYN231 10.10 6.15 1.20 39.11
STJ08 B11209/MAL03//G102612 9.38 5.39 0.98 42.60
STJ09 1044-14/NEI9008//CLYN231 9.19 4.79 0.89 38.66
STJ10 BIMA19 7.72 6.32 0.95 18.13
STJ11 P35 10.09 6.23 1.22 38.16
Rata-rata 9.36 5.59
Ragam (σ ) 2
0.50 0.45
Simpangan baku (std) 0.71 0.67
Keterangan: Yo = Hasil produksi jagung pada lingkungan optimal (t/ha)
Ys = Hasil produksi jagung pada lingkungan sub optimal (t/ha)
ITC (Indeks toleransi cekaman) = Yo.Ys/Yo’.Ys’
KH (Kehilangan hasil) = (1-Ys/Yo).100

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kondisi Kriteria tingkat toleransi tanaman pada kondisi
cekaman naungan genotipe jagung hibrida silang cekaman naungan berdasarkan nilai indeks
tiga jalur STJ01, STJ02, STJ06 dan STJ07 masing- toleran cekaman berkaitan dengan kemampuan
masing memiliki hasil sebesar 5.60, 6.55, 5.87 genotipe jagung menekan kehilangan hasil.
dan 6.15 t/ha dengan nilai STI masing-masing Kriteria STI menunjukkan genotipe terbaik adalah
1.00, 1.24, 1.01 dan 1.20 dengan kriteria toleran. STJ02, STJ07, dan STJ06.

6
Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 3, No. 1, Juni 2019

Tabel 4. Pengelompokan genotipe terbaik berdasarkan parameter indeks toleransi cekaman


Kriteria Genotipe terseleksi
Hasil pada lingkungan B11209/MAL03//CLYN231 (STJ07), CY7/MR14//MAL03 (STJ05),
optimal (Yo) B11209/MR14//G102612 (STJ02)
Hasil pada lingkungan B11209/MR14//G102612 (STJ02), B11209/MAL03//CLYN231
naungan (Ys) (STJ07), B11209/MR14//MAL03 (STJ01)
Indeks toleransi cekaman B11209/MR14//G102612 (STJ02), B11209/MAL03//CLYN231
(ITC) (STJ07), CY7/MR14//NEI9008 (STJ06)
Kehilangan hasil (KH) B11209/MR14//G102612 (STJ02), CY7/MR14//NEI9008 (STJ06),
1044-14/NEI9008//CLYN231 (STJ09)

Pengelompokan genotipe terbaik berdasarkan Gao, W.R., X.S.H. Wang, P. Liu, Ch. Chen, J.G.Li,
parameter toleransi cekaman dapat dilihat pada J.S. Zhang, and H. Ma. 2008. Comparative
Tabel 4. Berdasarkan kriteria hasil tertinggi analysis of ESTs in response to drought stress
pada kondisi normal genotipe terbaik adalah in chickpea (Cicer arietinum L.). Biochemical
STJ07, STJ05, dan STJ02. Namun demikian and Biophysical Research Communications.
pada kondisi naungan, ketiga genotipe tersebut 376: 578-583.
menjadi peka dengan hasil dibawah rata-rata. Geleta, L.F. and M.T. Labuschagne. 2004.
Genotipe terbaik pada kondisi cekaman naungan Comparative performance and heterosis in
adalah STJ02, STJ07, dan STJ01. Moradi et al. single, three-way, and double cross pepper
(2012) menyatakan bahwa pemilihan genotipe hybrids. Journal of Agricultural Science 142:
jagung toleran cekaman berdasarkan ITC dapat 659-663.
menyaring genotipe yang toleran dengan potensi Kiniry, J.R., J. Ritchie. 1985. Shade-sensitive
hasil tinggi. Nilai ITC yang tinggi juga memberikan interval of kernel number of maize. Agron. J.
petunjuk meningkatnya tingkat toleransi genotipe 77:711–715.
terhadap cekaman naungan (Fernandez 1992). Li, H., D. Jiang, B. Wollenweber, T. Dai, and W.
Cao. 2010 Effects of shading on morphology,
Kesimpulan physiology and grain yield of winter wheat.
1. Berdasarkan nilai indeks toleran cekaman Europ. J. Agronomy 33: 267-275.
diperoleh genotipe terbaik pada kondisi ceka- Liu, B., X.B. Liu, C. Wang, Y.S. Li, J. Jin, and S.J.
man naungan adalah STJ02, STJ07, dan STJ01. Herbert. 2010. Soybean yield and yield
2. Berdasarkan indeks toleran cekaman (ITC) component distribution across the main axis
terhadap persentase kehilangan hasil (KH) di- in responseto light enrichment and shading
peroleh nilai indeks toleran cekaman tertinggi under different densities. Plant Soil Environ.
(1.24) dengan nilai penurunan hasil terendah 56 (8): 384-392.
(32.96 %). Moradi, H., G. A. Akbari, S. K. Khorasani, and H.
A. Ramshini. 2012. Evaluation of drought
Daftar Pustaka tolerance in corn (Zea mays L.) new hybrids
Araki, T.T.T.O. and Kubota, F. 2014. Effects of with using stress tolerance indices. European
Shading on Growth and Photosynthetic Journal of Sustainable Development 1: 543-
Potential of Greengram (Vigna radiata L. 559.
Wilczek) Cultivars. Environment Control Pabendon, M.B., M.J. Mejaya, J. Koswara, and H.
Biology, 52 (4): 227-231. Aswidinnoor. 2010. Korelasi jarak genetik
Fernandez, G. C. J. 1992. Effective selection criteria berbasis marka mikrosatelit inbrida jagung
for assessing stress tolerance. Tainan. Taiwan.

7
N.N Andayani et al.: Respon Genotipe Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur ...

dengan bobot biji F1. Penelitian Pertanian Simms. 2000. Defining tolerance as a norm of
Tanaman Pangan 29(1):11-17 reaction. Evolutionary Ecology 14: 563-570.
Preciado, E., H. Cordova, A. Terron, E. Cervantes, Struik, P.C.1983. The effects of short and long
E. Betanzos, A. Ortega, N. Gomez, C. Reyes, shading, applied during different stages of
H. Vallejo, and M. Erazo. 2001. Adaptation growth, on the development, productivity,
and yield of high quality protein hybrids in and quality of forage maize (Zea mays L.).
tropical and subtropical regions of Mexico. Neth. J. Agric. Sci. 31: 101–124.
Agronomia Mesoamericana. 12(1): 33-39. Syafruddin, Suwarti, dan M. Azrai, 2014.
Reed, G.H., J. O. Kent, C. T. Wittwer. 1998. High- Penyaringan Cepat dan Toleransi Tanaman
Resolution DNA Melting Analysis for Jagung terhadap Intensitas Cahaya Rendah.
Simple and Efficient Molecular Diagnostics. Penelitian pertanian tanaman pangan vol. 33
Pharmacogenomics 8(6):597–608. no. 1 2014.
Setter, T. L., B.A. Flannigan, J. Melkonian. 2001. Ž� ivanović, T., M. Vračarević, S. Krstanović, and G.Š� .
Loss of kernel set due to water deficit and Momirović. 2004. Selection on uniformity and
shade in maize: carbohydrate supplies, yield stability in maize. Journal of Agricultural
abscisic acid, and cytokinins. Crop Sci. 41: Sciences 49:117-130.
1530–1540.

Anda mungkin juga menyukai