Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Kurva Sigmoid

Disusun Oleh :

Muhammad Rifky Alfeni (196201516031)

Kelompok 2

- Hanifah Antasya Fitriana

- Rahma Putri Ekasari

- Muhammad Rifky Alfeni

- Putri Nilam Sari

LABORATORIUM BOTANI FAKULTAS BIOLOGI


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021 / 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri mendasar dari makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang, begitu
pula pada tumbuhan. Tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada setiap
waktu hingga titik tertentu. Pertumbuhan tumbuhan ini penting untuk dilihat dan diteliti
lebih detail untuk mengetahui bagaimana respon pertumbuhan tanaman terhadap kondisi
lingkungannya.
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal adalah kondisi lingkungan atau pencahyaan. Itu karena tumbuha n
berfotosintesis, dan laju fotosintesisnya terutama tergantung pada intensitas cahaya.
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi cahaya tinggi dan rendah menunjukkan adaptasi
yang berbeda untuk melakukan fotosintesis dan metabolisme pertumbuhan normal.
Contohnya adalah tanaman pada kondisi gelap yang memiliki panjang batang lebih tinggi
ketimbang pada kondisi terang (Joose & Halliday, 2008; Sawakinome, 2021).
Karena itulah, dibutuhkan suatu grafik atau kurva yang dapat memungkinkan untuk
melihat secara detail tingkat pertumbuhan tiap tanaman dalam satuan waktu. Apabila data
pertumbuhan dimasukan, seharusnya kurva yang akan dibentuk adalah kurva yang
berbentuk Sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan inilah yang akan menunujukan tahap
pertumbuhan tanaman dari fase logaritmik, linear, statik, hingga fase asymptotik dalam
suatu waktu. Terdapat 3 model kurva sigmoid pertumbuhan yang biasanya sering dipakai,
yaitu The logistic model, Gompertz model and Richards model. Kurva Sigmoid model
logistik yang menggambarkan pertumbuhan ukuran populasi atau organ, Gompertz model
adalah sebuah model yang menggunakan eksponensial fungsi untuk menggamba rka n
hubungan antara kenaikan tingkat kematian dan usia, Richards model adalah sebuah
model kurva yang memungkinkan fleksibilitas dalam asimetri dengan memasukka n
parameter tambahan, yang mengontrol asimtot mana yang paling dekat dengan titik belok.
Richards model inilah yang sering digunakan untuk megukur pertumbuhan kecambah
atau tanaman (Ukalska & Jastrzębowski, 2019)

B. Tujuan praktikum
Untuk membuat kurva pertumbuhan batang, akar, dan daun dalam hari.
BAB II
METODOLOGI

Bahan
- Biji dan kecambah P Vulgaris umur 1,2 dan 3 hari.

Alat
- Penggaris
- Pisau silet

Cara Kerja :
1. 10 biji P Vulgaris dan 10 kecambah yang berumur 1,2 dan 3 hari diambil.
2. Biji dibelah dengan silet dan ukur panjang daun Lembaga, kemudian menghitung
rata-rata untuk tiap kelompok
3. Untuk tanaman dalam pot yang berumur 4 hari, ambillah 2 pot dan memilih 10
tanaman yang cukup sehat dan batangnya lurus pada masing- masing pot (tanaman
yang tidak terpakai dicabut). Tanaman diberi tanda no 1 s/d 10.
4. Mengukur panjang batang, akar, dan jumlah daun
5. Meletakan satu pot di tempat terang dan satunya di tempat gelap
6. Pengukuran dilakukan panjang batang, akar, dan jumlah daun pada hari ke 0, 1, 3,
5,7,9,11, dan 21.
7. Menghitung rata-rata panjang batang, akar, dan jumlah daun tiap pengamatan dan
membuat grafik yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan batang, akar,
dan daun dan waktu.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah pengamatan selama 21 hari, didapatkan data pertumbuhan
batang, akar, dan daun sebagai berikut.
Tinggi Batang (cm)
Hari
Terang Gelap
0 0,02 0,02
1 0,5 1
2 0,6 0,5
3 1,10 4,40
5 1,20 17,90
7 5,40 29,80
9 12,70 36,20
11 14,00 39,10
21 14,90 38,10

Tinggi Akar (cm)


Hari
Terang Gelap
0 0,50 0,5
1 1,20 1,70
2 5,10 4,00
3 7,60 7,50

Jumlah daun
Hari
Terang Gelap
0 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 1
7 2 3
9 4 5
11 4 5
21 5 2
Logaritmik

Setelah itu, untuk melihat pengaruh antara variable bebas (hari) dan terikat (kondisi
gelap dan terang) dilakukan analisis menggunakan regresi. Analisis dilukan dengan
memakai beberapa model yaitu linear, logaritmik, serta kuadratik, berikut adalah hasilnya:
 Pengaruh hari terhadap pertumbuhan tinggi batang tanaman terang

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.890 .791 .761 3.204
The independent variable is Tinggi batang terang .

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Tinggi batang terang .910 .177 .890 5.151 .001
(Constant) 1.460 1.456 1.003 .349

Nilai regresi yang didapat Y = 0,910X + 1,460 = 0,791 dari model linear
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada pertumbuha n
batang kondisi terang secara linear, jadi seiring pertambahan hari menyebabkan peningka ta n
pertumbuhan tinggi batang pada kondisi terang dengan pengaruh sebesar 79,1%
 Pengaruh hari terhadap pertumbuhan batang tanaman gelap

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.850 .722 .682 3.698
The independent variable is Tinggi batang gelap.

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Tinggi batang gelap .323 .076 .850 4.262 .004
(Constant) .530 1.876 .283 .786

Nilai regresi yang didapat Y = 0,323X + 0,530 = 0,722 dari model linear
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada pertumbuha n
batang kondisi gelap secara linear, jadi seiring pertambahan hari menyebabkan peningka ta n
pertumbuhan tinggi batang pada kondisi gelap dengan pengaruh sebesar 72,2%
 Pengaruh hari terhadap pertumbuhan tinggi akar tanaman terang

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.980 .961 .941 .313
The independent variable is Tinggi akar terang.

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
ln(Tinggi akar terang) 1.000 .143 .980 7.011 .020
(Constant) .714 .192 3.708 .066

Nilai regresi yang didapat Y = 1,000 inX + 0,714 = 0,961 dari model logaritmik
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan
akar kondisi terang secara logaritmik, jadi seiring pertambahan hari menyebabkan
peningkatan pertumbuhan tinggi akar pada kondsi terang dengan pengaruh sebesar 96,1%.

 Pengaruh hari terhadap pertumbuhan tinggi akar tanaman gelap

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.989 .978 .967 .233
The independent variable is Tinggi akar gelap.

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
ln(Tinggi akar gelap) 1.089 .115 .989 9.489 .011
(Constant) .618 .149 4.145 .054

Nilai regresi yang didapat Y = 1,089 inX + 0,618 = 0,978 dari model logaritmik
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan
akar kondisi gelap secara logaritmik, jadi seiring pertambahan hari menyebabkan
peningkatan pertumbuhan tinggi akar pada kondisi gelap dengan pengaruh sebesar 97,8%.
 Pengaruh hari terhadap jumlah daun tanaman terang

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.904 .818 .792 2.994
The independent variable is Jumlah daun terang .

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Jumlah daun terang 2.796 .499 .904 5.605 .001
(Constant) 1.895 1.299 1.459 .188

Nilai regresi yang didapat Y = 2,796 + 1,895 = 0,818 dari model linear
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada penambahan
jumlah daun kondisi terang secara linear, jadi seiring pertambahan hari menyebabkan
peningkatan pertumbuhan jumlah daun dalam kondisi terang dengan pengaruh sebesar
81,8%.

 Pengaruh hari terhadap jumlah daun tanaman gelap

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
.769 .591 .455 4.844
The independent variable is Jumah daun gelap.

Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Jumah daun gelap 7.821 3.169 2.513 2.468 .049
Jumah daun gelap ** 2 -1.248 .632 -2.010 -1.974 .096
(Constant) 1.528 2.365 .646 .542

Nilai regresi yang didapat Y = 7,821X ‒ 1,248X2 + 1528= 0,818 dari model kuadratic
Dengan begitu maka dikatakan bahwa hari memiliki pengaruh positif pada penambahan
jumlah daun kondisi gelap secara kuadratic (laju pertumbuhan cenderung kembali ke 0),
jadi seiring pertambahan hari menyebabkan peningkatan pertumbuhan jumlah daun pada
kondisi gelap hingga pada titik tertentu dengan pengaruh sebesar 59,1%.
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil setelah tanaman ditumbuhkan selama 21 hari, menunjuk a n


bahwasannya terdapat perbedaan antara pertumbuhan pada kondisi terang dengan kondisi
gelap. Setelah data pertumbuhan tersebut dimasukkan dalam suatu grafik, maka akan
membentuk sebuh kurva berbentuk huruf S atau disebut sebagai kurva sigmoid. Pada
pertumbuhan batang, pertumbuhan batang lebih cepat dalam kondisi gelap dibanding
dengan kondisi terang. Hal ini dikarenakan tanaman pada kondisi gelap mengala mi
pertumbuhan secara skotomorphogenic, skotomorphogenic adalah suatu program
pertumbuhan yang dilakukan oleh tanaman ketika kondisi perkecambahaan dalam keadaan
gelap atau tanpa adanya penyinaran. Pada kondisi skotomorphogenic, pertumbuha n
hipokotil/batang akan berlangsung secara cepat, hal ini dikarenakan nutrisi pada kecambah
dialokasikan pada bagian hipokotil untu melakukan pemanjangan, pemanjangan hipokotil
ini merupakan respon tanaman untuk mendapatkan cahaya agar pertumbuhan kembali
menjadi pertumbuhan photomorphogenic (Joose & Halliday, 2008). Berdasarkan Kurva
pertumbuhan diatas, tanaman pada kondisi gelap mulai mengalami fase asimptotik atau
kematian setalah fase puncak pertumbuhan pada hari ke 21 dengan tinggi 38,10, dimana
puncak dari pertumbuhan terdapat pada hari ke 11 dengan tinggi 39,10 cm. Selain itu fase
puncak logartimik (penambahan yang signifikan) terdapat pada hari ke 3, setelah hari ke 3,
pertumbuhan dalam fase linear. Dalam kondisi terang, fase puncak logaritmik terdapat pada
hari ke 7 dan dari hari ke 7 pertumbuhan berada dalam fase linear. Pada pertumbuhan batang
dalam kondisi terang selama 21 hari belum mengalami fase asimptotik atau senesscene
(penuaan).
Pada pertumbuhan akar, pertumbuhan radikula/akar lebih cepat pada kondisi terang,
hal ini juga didasari oleh adanya skotomorphogenic yang menyebabkan nutrisi di
radikula/akar menjadi berkurang karena kebanyakan nutrisi dialokasikan pada
hipokotil/batang (Joose & Halliday, 2008). Pengukuran radikula/akar pada tanaman yang
hidup dikondisi gelap dan terang hanya diukur sampai hari 3 karena dihari-hari selanjutnya
akar sudah tidak bisa dicabut dan diukur, bila akar dicabut dikhawatirkan akan mengga ngu
penyerapan nutrisi tanaman dimasa awal pertumbuhan. Akibat hal tersebut, grafik yang
dihasilkan belum membentuk kurva S, baik tanaman pada kondisi gelap atau terang
pertumbuhan akar baru memasuki fase logaritmik dimana pertumbuhan berlangsung secara
cepat dan drastis, hal ini juga telah terbukti dengan analisis menggunakan regresi, dimana
pertumbuhan akar baik pada kondisi gelap atau terang akan dipengaruhi oleh pertambahan
hari secara logaritmik.
Pada pertumbuhan daun, daun yang tumbuh pada kondisi gelap lebih cepat dibanding
dengan kondisi terang, namun daun terlihat pucat dan lesu. Hal ini dikarenakan adanya
etiolasi yang juga merupakan bagian dari program pertumbuhan skotomorphogenic. Etiloas i
adalah suatu kejadian dimana proplastid yang merupakan bentuk muda dari organel plastid
berkembang menjadi etioplast daripada menjadi kloroplast, hal ini dikarenakan tidak adanya
kehadiran cahaya sehingga hormone sitokinin tidak dapat aktif, dimana hormone sitokin in
merupakan penstimulasi dalam pembentukan klorofil. Tidak adanya pembentukan klorofil
ini berimbas pada tidak berkembangnya proplastid menjadi kloroplas, sehingga proplastid
berubah menjadi etiolasi yang merupakan plastid tanpam pigmen warna (Marriott et.al,
2020; Biologyonline, 2021). Setelah diamati selama 21 hari dan setelah dibuat grafik, pada
kondisi gelap daun mulai muncul pada akhir fase logartimik yaitu pada hari ke 5 dengan
jumlah 1 daun. Setelah hari ke lima, tanaman memasuki fase linear hingga hari ke 9 yaitu
dengan jumlah 5 daun. Dari hari ke 9 sampai hari ke 10 tanaman mengalami fase statis
pertumbuhan daun dimana jumlah daun masih sama. Barulah setelah hari 21 tanaman
mengalami fase asimptotik atau fase senesscene (gugur) dimana jumlah daun berkurang
menjadi 2 daun. Karena gugurnya daun tersebut, saat dianalisis menggunakan regresi
menunjukan bahwasannya pertambahan hari memiliki pengaruh secara kuadratik terhadap
pertumbuhan/penambahan jumlah daun, yang berarti seiring penambahan hari maka
penambahan jumlah daun akan naik hingga titik tertentu sebelum kembali pada titik awal
(0/daun gugur semua). Gugurnya daun ini menandakan bahwa tanaman sudah memas uk i
masa senesscene atau penuaan. Sedangkan pada kondisi terang, daun lebih lama muncul
yaitu pada hari ke 7 dengan jumlah 2 daun, hingga gari ke 21 daun masih tetap tumbuh dan
masih dalam fase linear.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Pertumbuhan batang pada kondisi gelap lebih cepat dibanding dengan kondisi
terang
2. Pertumbuhan akar pada kondisi terang lebih cepat dibanding dengan kondisi
gelap .
3. Pertumbuhan pada kondisi gelap adalah pertumbuhan skotomorphogenic
4. Pertumbuhan pada kondisi gelap adalah pertumbuhan photomorphogenic
5. Hari ke 21 merupakan fase senesscene dalam pertumbuhan daun serta batang
tanaman pada kondisi gelap.
DAFTAR PUSTAKA

- Biologyonline. (2021). Etioplast. https://www.biologyonline.com/dictionary/etioplast.


Diakses pada tanggal 17 Desember 2021.

- Josse, E.-M., & Halliday, K. J. (2008). Skotomorphogenesis: The Dark Side of Light
Signalling. Current Biology, 18(24), R1144–R1146. doi:10.1016/j.cub.2008.10.034.

- Marriott, A. T, Ibañez, S. O, Kowalewska, L. (2019). Beyond the darkness: recent


lessons from etiolation and de-etiolation studies. Journal of Experimental Botany, 71 (4),
1215–1225. doi:10.1093/jxb/erz496.

- Sawakinome. (2021). Perbedaan Antara Tanaman Ditumbuhkan dalam Terang dan


Gelap. https://id.sawakinome.com/articles/science--nature/difference-between-plants-
grown-in-light-and-dark-2.html. Diakses pada tanggal 17 Desember 2021.

- Ukalska, J, & Jastrzębowski, S. (2019). Sigmoid growth curves, a new approach to study
the dynamics of the epicotyl emergence of oak. Folia Forestalia Polonica, Series A –
Forestry, Vol. 61 (1), 30–41. doi: 10.2478/ffp-2019-0003.

LAMPIRAN

Hari ke 0

Anda mungkin juga menyukai