Sisa-sisa zat logam bekas penambangan atau disebut sebagai mine tailing
di dalam tanah yang mengandung Hg, Au, dan Ag sering kali menjadi
polutan/kontaminan yang menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusia.
Salah satu contohnya adalah paada pertambangan emas yang masih mengandung
Au sebagai residu pada tailingnya. Namun karena konsentrasi zat logam pada
residu/tailing tersebut terlalu sedikit, maka metode konvensional untuk
mengekstrak zat logam tersebut sulit untuk dilakukan. Karena hal itulah
dibutuhkan suatu metode atau cara yang untuk mengekstraksi zat-zat metal
tersebut dari tanah, dengan cara yang mudah dan murah agar masyarakat dapat
menerapkannya. Salah satu cara yang pada beberapa tahun ini sedang
dikembangkan adalah dengan menggunakan tanaman sebagai pengekstrak zat
logam tersebut, tanaman yang digunakan meruapakan tanaman yang memiliki
kemampuan hyperaccumulating metals yaitu kemampuan untuk meninmbun zat
logam dalam jumlah yang besar. Pengembangan metode menggunakan tanaman
ini, terutama sebagai penimbun Au dan Hg akan menjadikan metode ini sebagai
metode yang terjangkau serta memiliki efek remediasi tanah dan pengambilan
(pengekstrakan) bahan-bahan berharga yang ada di tanah. Metode ekstraksi
menggunakan tanaman disebut sebagai phytoextraction, proses phytoextraction
pada ekstraksi logam ini merujuk pada proses ekstraksi atau pemulihan logam
yang ada didalam tanah dengan menggunakan suatu tanaman yang ditanam
diatasnya, tanaman tersebut memiliki bagian yang memiliki kemampuan
hyperaccumulating dan kemampuan untuk dapat toleran dengan konsentrasi
logam yang tinggi serta memiliki kemampuan untuk mengorganisir penyimpanan
logam tersebut pada jaringan atau suatu organel yang dapat mengatasi efek toksik
yang biasanya ditimbulkan oleh logam.