Anda di halaman 1dari 2

FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN TANAMAN EKOR KUCING

(Typha latifoliai)
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah
atau perairan yang terkontaminasi. fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena
terbukti lebih murah dibandingkan metode lainnya, Fitoremediator tersebut dapat berupa
herba, semak bahkan pohon, Kemampuan tumbuhan untuk menyerap limbah sangat
bervariasi sehingga hanya tumbuhan yang memiliki sifat hiperakumulator pada logam berat
spesifik yang digunakan untuk fitoremediasi. Hiperakumulator adalah kemampuan tanaman
menyerap logam melalui akar, kemudian diakumulasi di dalam tubuhnya untuk diolah
kembali atau dibuang saat panen. Sehingga tanaman dipanen secara berkala untuk kemudian
dimusnahkan.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai fitoremediasi adalah tanaman yang
mempunyai beberapa sifat seperti: mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak
pada waktu yang singkat, mampu meremediasi lebih dari satu polutan, toleran terhadap
polutan serta mempunyai pertumbuhan yang cepat. Adapun jenis tanaman yang dapat
digunakan salah satunya adalah tanaman ekor kucing (Typha latifolia) tanaman dari suku
Typhaceae dan bangsa Typhales yang mempunyai rizoma, beramilum, sering membentuk
koloni padat, menjulang dari air dangkal atau tumbuh di tempat yang basah, sel-sel bertanin
tersebar, batang tegak, serta berakhir dengan pembungaan. Daun berbentuk dua garis,
kebanyakan di dasar, pelepah laminalinearis. Habitat dari Typha latifolia ini adalah
lingkungan yang mempunyai nilai pH 4 – 10 dan temperatur 10 – 30o C. Tanaman Typha
latifolia dapat ditemukan di rawa dan wetland yang terdapat di hampir setiap benua..
Sementara logam berat yang bisa diakumulasi adalah Cs, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn.
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa macam dalam mereduksi berbagai
zat pencemar/polutan, mekanisme pada tanaman ekor kucing adalah Phytoacumulation
(phytoextraction) yang merupakan proses tumbuhan/tanaman dalam menarik zat kontaminan
dalam tanah dan diakumulasikan di sekitar akar tumbuhan kemudian meneruskan senyawa
tersebut ke bagian tumbuhan seperti, akar, batang dan daun tanaman. Kontaminan
dihilangkan dengan cara memanen tanaman.

Mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1. Penyerapan oleh akar tanaman
Dalam proses penyerapan polutan oleh tanaman, polutan-polutan tersebut harus
berbentuk larutan agar dapat diserap oleh akar tanaman. Senyawa-senyawa yang
dapat larut dalam air akan diserap oleh akar bersama dengan air sedangkan senyawa-
senyawa yang bersifat hidrofobik diserap oleh permukaan tanaman itu sendiri.
2. Translokasi logam dari akar ke bagian tanaman lain.
Dalam proses ini, setelah polutan menembus lapisan endodermis akar tanaman
kemudian diteruskan ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem dan
floem) ke bagian tanaman lainnya.
3. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan
Dalam proses ini tanaman berusaha untuk mencegah keracunan logam terhadap
selnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti pada akar agar tidak
menghambat proses metabolisme tanaman (Setyaningsih dalam Handayani, dkk,
2013: 4).

Penelitian Haryati et al, (2012), menyatakan bahwa prinsip penyerapan logam berat
oleh tumbuhan adalah semakin besar konsentrasi pada media tanam tanaman akan
menyebabkan semakin besar pula logam yang diserap. Berikut merupakan Kandungan Fe
dalam air berdasarkan waktu tinggal pada berbagai perlakuan

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman ekor kucing efektif mengurangi
kandungan Fe dalam air. (Muhammad Sulthon, Badruzsaufari, Fadly H. Yusran, Eny Dwi Pujawati :
2014)

Keunggulan menggunakan tanaman dalam fitoremediasi adalah tanaman lebih tahan


lama dibandingkan mikroorganisme pada konsentrasi dan kontaminan yang cukup tinggi dan
mampu menyerap serta mengurangi toksitas logam berat jauh lebih cepat tanpa merusak
pertumbuhan dari tanamn.

Fakta seputar tanaman ekor kucing sebagai fitoremediasi


 Pada kasus lumpur lapindo tahun 2006. Fenomena luar biasa yang terjadi di wilayah
Porong, Sidoarjo ini, mengakibatkan semburan lumpur panas menggenangi areal
jalan raya, sekolahan, persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industri, serta
fasilitas umum lainnya, yang berdampak pada pencemaran tanah di lingkungan
sekitar. Berdasarkan kajian ejurnal LenteraBio, Universitas Negeri Surabaya (2013)
bahwa kandungan bahan kimia lumpur yang menyembur di Porong Sidoarjo antara
lain fenol, logam berat seperti Hg, Cr, Cd, dan Pb. Upaya dalam menanggulangi
pencemaran yang diakibatkan dari lumpur Lapindo yaitu melalui fitoremediasi
dengan menggunakan tanaman ekor kucing. Diketahui tanaman ekor kucing dapat
mengabsorpsi logam berat Timbal (Pb) di genangan air lumpur lapindo Sidoarjo.

 tanaman ekor kucing digunakan sebagai biofilter pengolahan limbah batubara. Pada
tulisan M. Sulthoni, et al yang dikutip dari jurnal ilmiah EnviroScienteae (2014),
bahwa tanaman ekor kucing mempunyai kemampuan bertahan hidup (adaptasi)
dengan tingkat keasaman yang rendah dan mendominasi di area settling pond (kolam
pengendapan)

Anda mungkin juga menyukai