BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,dll. Stress terjadi
jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau
psikologisnya. Peristiwanya di sebut stressor. Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut
dinamakan respon stress.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi. Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti
demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi
optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan
atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
1.2 Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi salah satu tugas
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep stress adaptasi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan konsep stress adaptasi pada manusia
2. Untuk menjelaskan keterkaitan antara stress dan gangguan jiwa
1.3 Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuska masalah-masalah sebagai berikut:
a. Stress dan stressor
b. Pandangan stress
c. Macam-macam stress
d. Sumber stress
e. Model stress kesehatan dan faktor pengaruh respon terhadap stress
f. Tahapan stress
g. Reaksi tubuh terhadap stress
h. Cara menilai stress
i. Manajemen stress dan homeostatis
j. Konsep adaptasi
k. Macam-macam adptasi
BAB II
PEMBAHASAN
Stress dan Stressor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress:
Gangguan atau kekacauan mental dan emosional
Tekanan.
Secara teknis psikologik, highlight didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang
terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang
bersangkutan. Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap Stressor,
hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis),
baik inner maupun eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa highlight bersifat
subjektifm sesuai perspsi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang
mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
Di sisi lain, ‘stressor’ adalah Sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi
tekanan atau cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress,
yaitu :
Lingkungan
Fisiologik ~ dari tubuh kita
Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Menurut Selye (1984), highlight bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa
negative, disebut “Distress“, tetapi bisa juga highlight diakibatkan peristiwa positif, misalnya
tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini
stressnya disebut “Eustress“.
Lebih lanjut, sumber stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang
penanganannya, yakni :
Stressor yang penanganannya hanya membutuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan
belajar; waktu bangun pagi, diet, dst dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah
kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah.
Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti
contohnya soal kepercayaan diri, persoalan hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal
untuk menanganinya, seperti ‘percakapan kalbu’, ability komunikasi, manajemen konflik, dst.
Stressor yang memang tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka
penanganannya, perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi
dengan relaksasi, dan upaya spiritual.
Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa setiap orang bisa mengalami stress, sesekali highlight
dalam kehidupan merupakan “bumbu” hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi highlight yang
sering dengan fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah
perlu lebih serius menanganinya.
Pandangan Stress
Dalam memahami tentang sterss, para ahli berbada-beda mendefinisikanya karena memiliki
pandangan teori yng tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stress sebenarnya, maka dapat di
ketahui beberapa pandangan diantaranya:
1. Pandangan stress sebagai stimulus
Pandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut, di mana semakin tinggi
basar tekanan yang di alami seseorang, maka semakin besar pula stress yang dialami. Pandangin
ini di dasari hukun elastisitas Hooke yang menjelaskan semakin berat satu logam, makam
semakin besar pula stress yang dialami, melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia
apabila semakin besar tekanan yang dialami, semakin besar pula sterss yang dialaminya.
2. Pandangan stress sebagai respons
Mengidentifikasikan sterss sebebagai respons individu terhadap stresor yang diterima, dimana ini
sebagai akibat respons fisiologis dan emosional/ juga sebagai respons yang nonspesifik tuhuh
terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
3. Pandangan stress sebagai transaksional
Pandangan ini merupakan suatu intraksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari
kemampuan indiviu dalam megatasi masalah dan tebentuknya sebuah koping. Dalam interaksi
dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang potensial mengandung sterss dengan mengukur
dari persepsi individu terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang/sumber-sumber yang
tersedia yang diarahkan mengatasi masalah.
Macam-Macam Stress
Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress proses psikologis atau emosional
Sumber Stress
Stres dapat bersumber dari berbagai hal, seringkali disebut stressors. Girdano (2005)
membagi stressors manusia ke dalam beberapa bagian:
1. Bioecological Stress (sumber stres bioekologikal)
2. Psychosocial Stress (sumber stres psikososial)
3. Job Stress (sumber stres pekerjaan)
4. Tipe kepribadian dan cara berpikir
Berikut penjelasan lebih detil dari masing-masing sumber stres tersebut di atas.
I. Bioecological Stress
1.Waktu dan ritme tubuh (Time and Body Rhtyms)
Time-related stress: deadline, natural world time (solar time, lunar time etc), hormonal time,
metabolic time.
Jet lag
2.Kebiasaan makan dan minum (Eating and Drinking Habits)
Sympathomimetic agents
Hypoglicemics
Sodium intake
Drugs, alcohol and tobacco
Overnutrition
3.Polusi suara
Suara dapat menimbulkan stres dengan 3 cara:
Menstimulasi sympathetic nervous system
Membuat gangguan yang tidak menyenangkan.
Menginterupsi kegiatan-kegiatan
4.Iklim dan ketinggian
Prolonged climatic or altitude stress may result in diminished function leading toward death.
II.Stres psikososial
5 Masalah stres psikososial:
1. Perubahan – Change
2. Frustrasi
3. Overload
4. Boredom and loneliness
5. Dinamika hubungan antar ke empat masalah di atas.
1.Perubahan - change
Bagaimana membuat proses perubahan hidup lebih mudah?
Control
Challenge
Commitment
Flannery (1993):
Take personal control in their lives
Are task oriented dan focused
Consume few dietary stimulants
Exercise aerobically
Practice relaxation
Seek social support
Have a sense of humor
Claim religious value
2. Frustrasi
Overcrowding
Diskriminasi
Faktor-faktor sosial ekonomi
Birokrasi
3. Overload
Urban Overload
Occupational Overload
Academic Overload
Domestic Overload
4. Boredom and loneliness
Deprivational Stress:
the psychological stress response caused by states of boredom and/or loneliness
(Girdano et al.,2005).
III. Job Stress
Sumber-sumber stres dari dunia kerja adalah:
1.Organizational Stressors
Lack of financial rewards
Lack of career guidance
Overspecialization
Work overload
Decision making
2. Individual Stressors
Occupational frustration
Job ambiguity and role conflict
Stifled communication
Discrimination
Bureaucracy
Inactivity and boredom
3. Stresor lingkungan kerja (environmental stressors)
Change and adaptation
a. Technology change
b. Relocation
c. Promotion
d. Reorganization and downsizing
Violence in workplace
Retirement
4. Biological factors in workplace
Time change
Noise
Lighting
Computers and eyestrain
Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Temperature
Physical Posture
5. Compassion Fatique
Compassion fatigue: stress of helping individuals after traumatic events, or serious life events.
IV. Stres, proses kognitif dan tipe kepribadian anda.
Pilihan alur kognitif anda, yang membuat anda stres dan tidak stres:
Interpretation of the Event:
1. Catastrophic Meaning
“I’m not smart enough
to be in college”.
2. Emotional Reaction: Anger,
Depression, fear
3. Hypothalamus:
Excessive stress response as an uncontrolled and debilitating force
4. Excessive stress-related symptoms
Or
1. Emotional Reaction
2. Neutral
3. No Stress Response
Or
1. Constructive Meaning
“I Need to study harder next time”
2. Emotional Reaction
Disappointed, but now more Determined
3. Hypothalamus:
Controlled stress response Acting as a positive, motivating forceMobilization of bodily reserves
to assist you
Model Stress Kesehatan dan Faktor Pengaruh Respon terhadap Stress
model sterss kesehatan merupakan suatu model di mana stress dapat mempengaruhi status
kesehatan seseorang, model ini terdiri dari beberapa unsur di antaranya :
unsur langsung di mana stress dapat mengasilkan / mempengaruhi secara langsung dari
perubahan fisiologi dan psikologis, seperti adanya ketegangan ( stress) akan menyebankan
terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung yaitu hormon katekolamin dan
kortikosteroid yang kondisi berdebar-debar, denyut nadi cepat dan lain-lain.
1. Unsur kepribadian, bahwa stress dapat di pengaruhi karena adanya tipe kepribadian yang
memudahkan timbulnya kesakitan.
2. Unsur interaktif, sterss dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan menjadi
mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis maupun psikologis. Proses ini dikarenakan
adanya interaksi antara faktor dari luar dan faktor dari dalam untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
3. Unsur prilaku sehat, stress dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan akan etapi dapat
merubah prilaku terlebih dahulu seperti adanya penigkatan konsumsi alkohol, rokok dan lain-
lain.
4. Unsur prilaku sakit, stress dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kesakitan tanpa
menyebabkan adanya prilahiu sakit seperti mencari bantuan pengobatan.
Tahapan Stress
Kehidupan seharian memang terdedah kepada stress, jalanraya yang sesak, anak-anak yang degil
dan nakal, kos sara diri yang semakin meningkat, cuaca yang semakin panas dan tidak menentu
semuanya boleh menyumbang kepada pembentukan stress. Kita perlu menyedari tahap stress
dalam diri. Jika kita sentiasa mengabaikan dan memberi penyembuhan yang betul, tahap stress
ini akan meningkat perlahan-lahan dan boleh mengakibatkan penyakit hingga ke tahap stress
tidak terkawal seperti amuk, masalah mental dll.
Terdapat tiga peringkat stress yang perlu dikenalpasti iaitu:
1. Tahap bersiap sedia dan berjaga-jaga
Simptom-simptomnya seperti kegelisahan, mudah berasa bimbang, ketakutan, marah dan
murung
2. Tahap penentangan
Simptom-simptomnya seperti penafian, mengasingkan perasaan kecewa iaitu tidak merasa sedih
memikirkan kekecewaan lalu dan kurang minat kepada hobi terdahulu
3. Tahap kelesuan
Simptom-simptomnya hilang keyakinan diri, hilang rasa harga diri, sukar untuk tidur, terlalu
mudah marah, kebimbangan tidak bertempat, masalah gangguan fizikal seperti mendapat
penyakit yang berpunca dari stress seperti darah tinggi, migraine, ulser dll
Apabila kita stress, otak akan memberi isyarat untuk berjaga-jaga bagi menghadapi stress atau
ancaman yang merangsang kelenjar mengeluarkan hormon glukokortikoid yang mengawal
metabolisme dan membina tubuh tetapi boleh meracuni saraf dan sistem lain dalam badan
apabila dikeluarkan berlebihan dan berpanjangan. Rembesan hormon dan kimia otak ini akan
menyebabkan pertambahan dengupan jantung, denyutan nadi dan kandungan gula dalam darah.
Seseorang akan menjadi lebih bersedia khususnya dari segi penglihatan denga bukaan anak mata
yang membesar, peningkatan daya tumpuan dan ingatan, peningkatan kadar pembakaran gula
dan lemak membuatkan seseorang itu berasa panas serta dapat bergerak dengan pantas.
Oleh itu adalah sangat penting bagi kita untuk mengawal tahap stress secara sihat seperti
beriadah, bersosial, membuat jenaka ketika membincangkan permasalah yang berat, menolong
orang, mengangap permasalahan sebagai cabaran yang dipandang dari sudut positif.
Elakan daripada penafian terhadap masalah/stress yang mendatang dengan mengalih stress
kepada orang lain seperti memarahi orang lain atas kesilapan diri, menuduh stress berpunca dari
orang lain dan menyalahkan orang lain, pelupakan masalah/stress dengan merokok, minum arak
dll.
Reaksi Tubuh terhadap Stress
Dampak stress terhadap tubuh kita
Kondisi stres kronis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit fisik yang beragam
jenisnya. Umumnya, mayoritas penyakit yang diderita adalah penyakit psikosomatis. Psyche:
jiwa sedangkan soma: tubuh; oleh sebab itu psikosomatis adalah gangguan atau penyakit tubuh
yang dihasilkan oleh proses pikiran seseorang seperti stres psikologis yang sudah dibahas diatas.
Gangguan psikosomatis dimanifestasikan dalam bentuk gangguan pencernaan (asam lambung
berlebih), tekanan darah tinggi (hipertensi), eczema dan penyakit kulit lainnya, beberapa bentuk
dari asma, dan kondisi alergi.
Cara Menilai Stress
Dalam melakukan penilaian terhadap stress dapat digunakan skala Holmes sedangkan untuk
mengetahui kekebalan terhadap stress dapat menggunakan skala Miller dan Smith.
Skala Holmes adalah:
Keterangan:
Jika jumlah skor diatas 300 dalam kurun waktu satu tahun masa kehidupan ,maka yang
bersangkutan menunjukan gejala stress.
Sedangkan untuk menilai terhadap kekebalan stress dapat menggunakan skala Miller dan Smith.
Alat ukur ini terdiri dari 20 aktifitas kehidupan sehari-hari dengan masing-masing aktifitas diberi
skor 1-5 dengan perincian sebagai berikut:
Nilai 1 : Hampir selalu dikerjakan
Nilai 2,3,4 : Rentang diantara 1-5
Nilai 5 : Hampir tidak pernah dikerjakan
Keterangan :
Penilaian terhadap kekebalan stress adalah sebagai berikut:
Macam-Macam Adaptasi
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman,1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka
panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang
harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
Dimensi Adaptasi
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji
adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
Adaptasi Fisiologi
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat
diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada
semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk
beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor
yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian
tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik
dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat
mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab
kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat,
pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah
menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang
mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
Adaptasi Psikolois
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien.
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian
individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap
stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang
terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu,
fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik
kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi
dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
o Ansietas
o Depresi
o Kepenatan
o Peningkatan penggunaan bahan kimia
o Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
o Kelelahan mental
o Perasaan tidak adekuat
o Kehilangan harga diri
o Peningkatan kepekaan
o Kehilangan motivasi.
o Ledakan emosional dan menangis.
o Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan
o Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
o Mudah lupa dan pikiran buntu
o Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
o Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
o Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
o Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
o Letargi
o Kehilangan minat
o Rentan terhadap kecelakaan.
Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah
. Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari
bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai
tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara
teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat
tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang
dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor
mencakup konflik antara harapan dan realitas.
BAB III
PENUTUP
Simpulan :
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau
tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat
mengalami stress. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi
mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak
mengalami stress.
DAFTAR PUSTAKA
Davison (et al) (2006) Psikologi Abnormal (Alih bahasa: Noermalasari Fajar) Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Smet, Bart. (2004) Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yulia Singgih D. (2001) Azas-azas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
http://ebekunt.wordpress.com/2009/06/30/stres-3/
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
Diposkan oleh agung susanto di 09:15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBerbagi ke Google Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
PENGIKUT
ARSIP BLOG
▼ 2011 (3)
o ▼ Mei (3)
motif dan motifasi
tingkat kesadaran
stress dan stresor
MENGENAI SAYA
agung susanto
terus berjuang pasti kita bisa meraih cita - cita kita
Lihat profil lengkapku