KMB 3 Kasus 3 Putri.
KMB 3 Kasus 3 Putri.
Prodi : S1 Keperawatan/3A
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dengan Luka Bakar derajat 2 dalam, terkena api
letupan tiner (pengencer cat). Pada pemeriksaan fisik pasien gelisah, Luka Bakar pada area
wajah, disertai edema seluruh muka terutama kedua palpebra dan bibir disertai
hipersekresi. Laju pernafasan sulit dihitung dan dijumpai bunyi nafas. Penghisapan lendir
dilakukan dijumpai warna abu kehitaman (karbon). Luka Bakar juga terdapat di area dada
dan perut. Infus dipasang Ringer Laktat. Melalui kateter urine, terlihat urine berwarna
gelap 50 cc. TD 100/70 mmHg, frekuensi Nadi 112x/menit, Suhu 37C. Diketahui BB
pasien 70 kg. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil :
- Ureum 52 mg/dL, Kreatinin 1,2 mg/dL, Albumin 2,1 g/dL, Gula darah sewaktu 287 g/dL
- Kadar elektrolit : Na 136 mEq/L, K 3,4 mEq/L, Cl 112 mEq/L
- pH 7,32
- pO2 86 mmHg
- pCO2 49 mmHg
- HCO3 21mEq/L
a. Penyebab
Luka bakar disebabkan oleh kulit yang bersentuhan atau terpapar dengan:
Benda panas
Radiasi
Bahan kimia
Listrik
Klasifikasi :
Derjat I atau superficial thickness : hanya mengenai lapisan epidermis ( panas sinar
matahari ) Terdapat eritema dan nyeri, tetapi tidak segera timbul lepuh. Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam 3-4 hari. Biasanya tidak timbul komplikasi.
Derajat II atau partial thickness : sampai dermis Luka bakar jenis ini hanya sensitif
parsial terhadap nyeri karena luasnya destruksi saraf-saraf sensorik. Namun, daerah
disekitarnya biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri.
Pada luka bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu beberapa minggu dan
pembersihan (debridement) secara bedah untuk membuang jaringan yang mati.
Biasanya diperlukan tandur kulit. Pada luka bakar ini selalu terjadi jaringan parut.
Derajat III atau full thickness mengenai seluruh lapisan kulit dan jaringan, Luka
bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sembuh dan
diperlukan pembersihan secara bedah dan penanduran. Luka bakar derajat ketiga
membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras. Luka bakar
derajat keempat meluas ke otot, tulang, dan jaringan dalam (Corwin, 2000).
MINOR BURNS : Second degree adult burns less than 15% TBSA, child less than
10% TBSA, Third degree child or adult burns less than 2% TBSA
MODERATE BURNS : Second degree adult burns involving 15 to 25% TBSA,
child 10 to 20% TBSA, Third degree child or adult burns involving 2 to 10% TBSA
MAJOR BURNS : second degree burns adult greater than 25% TBSA, children
greater than 20% TBSA, Third degree burns greater than 10% in an adult or a child,
Inhalation injury, Electrical burns, Burns with concomitant trauma, Burns during
pregnancy, Co-morbidities , Burns of the eye, ear, face, hand, foot, major joint and
genitalia
PERNAFASAN
- Trauma inhalasi : menyebabkan hipoksia atau gagal nafas
- Hiperventilasi : meningkatkan frekuensi pernapasan dan tidal volume
SIRKULASI
- Perubahan sirkulasi dan perfusi : menurunkan fungsi glomerulus dan produksi
urin
- Resusitasi tidak adekuat & hipovolemia terus berlanjut : kegagalan fungsi ginjal
- Pelepasan substansi vasoaktif
- Peningkatan permeabilitas pembuluh darah : perpindahan pasma dari dalam
vascular ke jaringan sekitar
- Na+ masuk kedalam sel dan K keluar dari dalam sel
- Peningkatan Heart Rate, tahanan perifer akibat peningkatan pelepasan
- katekolamin dan kondisi hypovolemia : pentingnya resusitasi yang tepat
NYERI : Akibat cidera terjadi pada ujung syaraf akibat paparan dengan sumber
panas
PENCERNAAN
Penurunan perfusi aliran darah mesenterika :
- Ileus paralitik dan penurunan fungsi system pencernaan
- Erosi mukosa gaster dan duodenum
- Ulcer dan perdarahan saluran cerna
IMUNITAS
Penurunan aktivitas limfosit, penurunan produksi imunoglobulin, supresi dari
aktivitas komplemen, gangguan fungsi netrofil dan makrofag akan mengakibatkan
penurunan fungsi sistem imun
Dada 9 %
Punggung atas 9 %
Lengan 9 %
Wajah 4,5 %
Kepala 9 %
Paha depan 4,5 %
Genetalia 1 %
d. Penghitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine pada kasus diatas
Diket : BB = 70 KG
Rumus Baxter :
4 ml x KgBB x %burn
f. Masalah keperawatan yang terjadi dan penanganannya (gunakan SDKI-SLKI dan SIKI) ,
meliputi :
- Cedera Inhalasi : Merupakan cidera pada jalan nafas akibat menghirup udara panas
- Syok Hipovolemik : adalah kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh hilangnya darah
dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung tidak dapat memompa cukup
darah keseluruh tubuh.
- Nyeri Akut : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Analisa Data
Resusitasi cairan adalah proses penggantian cairan tubuh, saat pasien dalam kondisi
kritis dan kehilangan terlalu banyak cairan, baik dalam bentuk air maupun darah. Proses
resusitasi cairan dilakukan dengan pemasangan cairan infus.
Terapi rumatan adalah terapi yang diberikan untuk memelihara keseimbagan cairan
tubuh dan nutrisi, biasanya larutan yang digunakan adalah larutan yang mengandung
cukup kalium sesuai dengan kebutuhan harian.
h. Apa yang dimaksud cairan isotonus, hipotonus dan hipertonus beserta contohnya !
- Cairan isotonis adalah cairan yang mengandung osmolalitas yang setara dengan plasma.
Contohnya RL dan normal saline/larutan garam fisiologis ( NaCl 0,9% )
- Cairan hipertonis adalah cairan yang memiliki osmolalitas yang tinggi dibandingkan
plasma. Contohnya dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, dextrose 5%+ RL, dextrose 5% +
NaCl 0,9%, produkdarah( darah ), dan albumin.
- Cairan hipotonis adalah cairan yang memiliki osmolalitas yang rendah dibandingkan
plasma. Contohnya NaCl 45% dan dextrose 2,5 %
cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan
berbagai campuran
Tujuan tes Allen : untuk mengetahui seberapa baik aliran darah menuju tangan.
Pelaksanaannya :
c. Intervensi yang diperlukan sesuai interpretasi hasil AGD, apabila kadar CO2 meningkat
atau menurun !
Observasi :
- Identifikasi penyebab asidosis respiratorik ( mis. PPOK, asma, obstruksi jalan napas, dll )
- Monitor adanya indikasi asidosis respiratorik kronik ( mis. Barrel chest, penggunaan otot
bantu napas, clubbing nails )
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Observasi :
- Identifikasi penyebab terjadinya asidosis metabolik ( mis. DM, GGA, GGK, diare berat,
alkoholisme, kelaparan, averdosis sallsilat, fistula pankreas )
- Monitor dampak susunan saraf pusat ( mis. Sakit kepala, gelisah, defisit mental, kejang,
koma )
- Monitor dampak sirkulasi pernapasan ( mis. Hipotensi, hipoksia, aritmia, kusmaul kien )
- Monitor dampak saluran pencernaan ( mis. Nafsu makan menurun, mual, muntah )
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
d Berapa liter Oksigen yang harus diberikan apabila RR 30x/menit dan Berat Badan 50 kg!
MV = VT x RR
= 50 x ( 6-8 ml ) x 30
= 9 - 12 L/menit