Anda di halaman 1dari 774
Ir, MUHAMMAD SYAKIR SULA, AAJ), FHS ASURANSI SYARIAH (LIFE AND GENERAL) KONSEP dan SISTEM OPERASIONAL PROLOG Dr. H. M. Syafi'l Antonio, ?* Se. PENGANTAR Drs. H. Firdaus Djaelani, M.A. (Direktur Asuransi Departemen Keuangan) K.H. Ma’ ruf Amin (Ketua Harian DSN-MUI/ Ketua Fatwa MUI) $s GEMA INSANI Jakarta 20008 BaB I Mukadimah 1.1 ASAL SEGALA SESUATU MUBAH (BOLEH) Ketika kita membahas tentang muamalah, maka tidak akan terlepas dari kaidah-kaidah syara’ yang telah ditetapkan oleh ulama terdahulu, Para ulama dan figota (ahi figih), dalam menetapkan hukwum menyangkut masalzh-masa- lah syariah, Selalu mendasarkan ketetapannya dengan suatu prinsip pokok bahwa egala seswatu asalny2 mubah (boleh)”. Ketetapan ini didasarkan pada dalil dali syar'i dalam Al-Qur an dan hadits Nabi saw.. Di antaranya sebagai berikut. £2 oat S51. eff Se ANGE KIEL "Dialah Allah, yang menjadikan segala yeng ada di burt ini untuk kamu..." (al-Baqarah: 29) a r Sater tare ole eae BENIGN as "(Aliah) telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya....” (at-Jaatsiyah: 13) bee peer ee cheer 24 a SET AEG a Aa at “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentinganimu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyetpurnakan untukmu ni°mat-Nva lahir dan hatin.” (Lugman: 20) Asuransi Syariah (Life aves Genera): Konsep dan Sistem Operasional ~ 1 Syaikh Muhammad Yusuf a-Qaradhawi dalam kitabnya yang sangat terkenal Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam‘ mengatakan bahwa dasar pertama yang ditetapkan Islam, ialah bahwa asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah hatal dan ubah. Tidak ada satu pun yang haram, kecuali karena ada nash yang sah dan tegas dari syari’ (yang berwenang membuat hukum itu sendiri, jalah Allah dan Rasul) vang mengharamkannya. Kalau tidak ada nash yang sah, misainya karena ada sebagian hadits lemah, atau tidak ada nash yang tegas (sharih) yang menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap sebagaimana asalnya, yaitu mzbair Colehi. Lebih lanjat Syekh al-Qaradhawi mengatakan bahwa Allah tidak akan membuat segala-galanya ini yang diserahkan kepada manusia dan dikaruniakannya, kenudian Dia sendiri mengharanukannya, Kalau tidak begitu, buat apa Diajadikan. Dia serahikan kepada manusia dan Dia karuniakannya? Syekch Muhammad Abu Zahrah, dalam Ushul Figit mengatakan bahwa mubah iaiah suatu hukum, di mana Aliah swt. memberikan kebebasan kepada orang mukallaf untuk memilih antara mengerjakan suatu perbuatan atau meninggalkannya. Seperti makan, minum, bergurau, dan sebagainya, imam. asy-Syaukani memberi definisi mubah sebagai perbuatan yang apabila dikerjakan atau ditinggallan sama-sama tidak memperoleh pujian. Dalam arti bahwa sescorang itu tidak terkena bahaya (dosa) kalau melaksanakan per- ‘buatan tersebut atau meninggaikannya, Terkadang huikum muda itu dimak- sudkan untuk suatu perbuatan yang tidak mengandung risiko apabila di- xerjakan, meskipun pada mulanya perbuatan tersebut diharamkan, Seperti membunuh orang yang murtad tu diperbolehkan (mubah) dan pelakunya tidak terkena risiko apa-apa. Dalam istilah lain mxbah juga disebut halal dan jaiz. Jika kita cermati secara dalam, maka sebenarnya arena haram dalam syariat Jslamn jt sangat sempit sekali, dan arena halal malah justru sangat luas. Hal terscbut disebabkan justru nash-nash yang sahih dan tegas dalam hat haram jumlahnya sangat minim sekali. Sedangkan, sesuatu yang tidak ada keterangan halaharamnya, adalah kembali kepada hukum asal yaitu halal dan termasuk dalam kategori yang dibotehkan Aliah, Hal ini dapat kita lihat dalam salah satu hadits Nabi, "Apa saja yang Allah halatkan dalam kitab-Nya, maka dia adalah halal; dan apa saja yang Ja haramkan, maka dia itu adalah haram, Se- dangkan, apa yang la diamkan, maka dia itu diboiehkan (ma’fu), Oleh karena itu, terimalah dari Allah kemaafannya itu, sebab sesungguhnya Allah tidak Muhammad Yusuf a}Qaradnaw, Aaa wa alHaram aHstam, Darl Pik, Uh, Beira, bm, 20, ®Muhamme:d Abu Zahrah, UshulabPiqh. erjemahan) Usk Fini, 2002, Pustaka Firtaus, Jakarta, 2. ~ Asurons Syaron (i and General: Konsep dan Sistem Operasionat bakal lupa sedikit pun.” Kemudian Rasulullah membaca ayat; "Dan Tuhanni tidak lupa ...." (HR Hakim dan Bazzar) Rasulullah pernah ditanya tentang hukumnya samin, keju, dan keledai hutan, maka jawab beliau, "Apa yang disebut halal ialah sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab- ‘Nya, dan yang disebut harari ialah sesuatu yang Allah haramkan dalam Kitab-Nya. Sedang, apa yang didiamian, maka dia itu salah satu yang Allah ‘maafkan buat kamu.” (HR Tirmidzi dan Tonu Majah) Dalam keterangan hadits di atas, dapat kita lihat bahwa Rasulullah tidak ingin memberikan jawaban kepada si penanya dengan menerangkan satu per satu. Tetapi, beliau: mengembalikan kepada suatu kaidah, yang kiranya dengan kaidah itu mereka dapat diharamkan Allah, sedaigkan yang lainnya halal dan baik. Dalam hadits yang lain Nabi bersabda, *Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka Jangan kamu sia-siakan dia. Allah telah memberikan beberapa batas, maka Jangan kamu langgar dia. Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarken dia. lian telah mendiamkan beberapa hal sebacai tanda kasih-Nya kepada katns, Tia tidak lupa, maka jangan kamu per- bincangkan dia.” (HR Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi) Pada bagian lain Syekh al-Qaradhawi* mengatakan bahwa kaidah "asal segala sesuatu adalah halal” ini tidak hanya terbatas dalam masalah benda, tetapi meliputi masalah perbuatan dan pekerjaan yang tidak termasuk daripada urusan ibadah, yaitu yang biasa kita istilahkan dengan adat atau muamelah, Prinsip pokok dalam masalah ini ialah tidak haram dan tidak terikat, kecuali sesuatu yang memang oleh syari” (Allah dan Rasul) sendiri telah diharamkan dan dikonkretkannya sesuai firman Allah, ".sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang haram-Nya atas kamu...” (al-An'aam:119) Ayat ini umum, meliputi soatsoal muamalah, makanan, perbuatan, peri- aku bermasyarakat sehari-hari, dan lain-lain. Ketentuan di atas sangat berbeda dengan hal yang menyangkut masalah- masalah ibadah, Jika dalam hal muamalah berangkat dari kaidah, 5 Muhammad Yassfataradhawi, Op. Cit, him, 2122, Bab |: Mukadimoh ~~ 3 "Hukum asal dari muamalah adalah mubah (boleh dan tidak ada Jarangan) kecuali tka ada dalil dan alasan yang melarangriya.” Maka dalam hal ibadah justru sebaliknya, hanya boleh dilakukan jika ada perintah tentang hal tersebut. Hal ini dapat kita lihat misalnya dalam hadits Nabi yang mengatakan, "Barangsiapa membuat cara baru dalam urusan kami dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, maka dia itu tertolak.” (HR Bukhari dan Muslim) Halini disebabksan hakikat dari ad-Dien, atau katalcanlah ibadah, tercermin dalam dua hal: (1) hanya Allublah yang disembah, dan (2) untuk menyembah ‘Allah, hanya dapat dilakukan inenurut apa yang disyariatkannya. Oleh Karena itu, barangsiapa yang membuat-buat cara ibadah, misalnya tahiyat dengan dua jari atau takbir dengan melambaikan tangan, adalah kesesatan yang tertolak oleh syara’. Sebab, tidak ada perintah dan ketentuan syariah yang datangnya dari Allah dan RasulNya tentang cara beribadah seperti itu, Dalam masalah adat dan muamalah, sumbernya bukan dari syari’ Allah dan Rasul), tetapi justru manusia itu sendiri yang menimbulkan dan meng- adakan, Syar’ dalam hal ni tugasnya adalah untuk membetulkan, meluruskan, mendidik, dan mengakui, kecvali dalam beberapa hal yang. memang akan mem- bawa kerusakan dan mudharat. Syekhul Islam Tbnu Taimiyy2h' berkata, "Sesungguhnya sic. manusia, baik yang berbentuk omongan ataupan perbuatan, ada dua macam, Pertama, ibadah yang justru untuk kemaslahatan agamanya, dan kedua adat (kebiasaan) yang sangat mereka butuhkan demi kemaslalvatan dunia mereka. Maka, dengan terperincinya pokok-pokak syariat, kita dapat mengakui bahwa seluruh ibadah yang wlah dibenarkannya, hanya dapat ditetapkan dengan ketentuan syara’ itu sendiri.” ‘Imam Ahmad? dan beberapa ahiifigih lainnya berpendapat bahwa pokok dalam urusan ibadah adalah taugif bersumber dati ketctapan Allah dan Rasul. Oleh Karena itu, ibadah tersebut tidak boleh dikerjakan. kecuali kalau ternyata \elah disyariatkan oleh Allah. Kalau tidak demikian, berarti kita akan termasuk dalam apa yang disebutkan Allah, “Apakah mereka itu mempunyai sekutu yang mengadakan agama untuk mereka, sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah.” Tons Taimiyyab, Qavaidun Nuraniyah aFhiya, bm. 142482, saya kutib dari ab Qaradh Halal wa Haram, sil him 4 ~ Asuranst syariah (ufe and General): Konsep dan Sistem Operasionst Sedangkan, dalam persoalan adat dan muamalah prinsipnya boleh, Tidak satu pun yang terlarang, kecuali yang memang telah diharamkan. Kalau tidak demikian, kita akan ermasuk dalam apa yang dikatakan Allah, *Katakanlah! Apakah kamu sudah mengetahui sesuatu yang di turunkan Allah untuk kamu daripada rezeki, kemudian kamu jadikan dart padanya itu haram dan halal? Katakantah! Apakah Allah telah memberi izin kepadamu, ataukah kamu memang berdusta atas (nama) Allah?" “Ini adalah suatu kaidah yang besar sekelt manfaatnya,” kata Tbnu Taimiyyah. Dengan dasar itulah, maka manusia dapat melakukan jualbel dan sewa-menyewa sesuka hati, selama hal itu tidak diharamkan oleh syara’. Begitu juga mereka bisa makan dan minum sesukanya, selama hal jtu tidak diharam- kan oleh syara’, sekalipun sebazian ada yang oleh syara’ kadang-kadang disunnab- kkan dan adakalanya dimakruhkan, Sesuatu yang oleh syara’ tidak diberi pem- batasan, mereka dapat menetapkan menurut kemutlakan hukum asa 1.2 KARAKTERISTIK SYARIAT ISLAM 1.2.1 Rabbaaniyyah (Teistis Syekh Abdul Aciz bin Abdullah bin Baaz, dalam Kitabuya Al-Agidah ash Shahihah wa maa Yudhaduiaa mengatakan sebagaimana dimnaklumi cleh umat Islam, berdasarkan daiildalil syav’yah dari Al-Qur'an dan AsSunnah bahwa setiap amal ser ta ucapan dipandang benar dan diterima, hanya bila berdasarkan agidah yang benar. Maka, jika akidah it tidak benar, dengan sendirinya setiap tindakan maupun ucapan yang bersumber dari akidah tadi adalah tidak sah atau batal.§ Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengingkari keimanan, maka batallah amainya, dan ia masuk orang-orang yang merugi di akhirat nanti.” al-Maa’idah: 5) "Telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan (nabi-nabi) yang sebelum kamu, jtka kamu mempersekutukan Allah, pasti hapusiah artal perbuatanmu, dan kamu pasti tergolong orang-orang yang menugi.” (az- Zumar. 68} Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya telah memberikan petunjuk bahwa akidah yang benaritu meliputi:iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada para rasul, iman kepada hari alchir, dan iman kepada qadar baik dan buruk, Dengan keenam prinsip keimanan itu pula Allah me- nurunkan kitabkitab-Nya, Cabang dari prinsip-prinsip ini di antaranya adalah ® Abdul Aziz bin Abdullah bin Bane, AlAgidah ach Shahihah wa maa Yodhaxdua,Rabitely Alam Islami, IRO Rivadh, Sadi Arabia, my ‘ab Mukadiman ~ 5 keimanan pada hakhal ghaib!? Daiil yang mendasari prinsip prinsip itu tertera dalam banyak ayatayat Al-Quran. Di antaranya adalah, "Bukanlah kebaikan itu jika kamu sekalian menghadapkan wajah- wajahmu ke timur dan barat, namun kebaikan itu adalah barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab-Nya, dan para nabi.” (al-Bagarah: 177 ~ Di samping ayavayat di atas, haditshadits sahih juga banyak yang me- negaskan hal yang sama. Di antara sejumlah hadits itu, terdapat sebuah hadits sahih yang masyhur, diriwayatkan oleh tmam Muslim, dari hadits Amirul Mu minin Umar ibaulKhaththab vang menyatakan bahwa Malaikat Jibril pernah ertanya kepada Nabi saw. tentang iman, maka jawab Nabi kepadanya, “Iman itu adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada qadar baik dan buruk.” (HR Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah) ‘Allah Ta’ala adalah satw-satunya Yang Bsa, tiada sekutu bagi Nya baik dalam Rububiah, Uluhiah maupun Asma’ dan sifat-Nya, Dialah Rabbul Alamin 'Peng- atur semesta’. Dia pulalah sate-satunya yang Lerliak mendapatkan berbagai Dentik peribadatan.* Mengalihikan sedikit saja bentnk-bentuk peribadatan seperti berdoa, ber-istighatsah,” bernazar, menyembelih binatang, bertawakal (pasrah dis), takut, berpengharapan, cinta, dll... kepada selain Allah swt. adalah syirik, apa pun maksud dan tujuannya-baik kepada malaikat yang didekatkan Allah, kepada nabi yang diutus, kepada hamba yang saleh maupun (apalagi) kepada selain mereka.!* Adapun tentang syariat Islam, kekhasan syariat Islan d:bandingkan undang-undang lain adalah sifatnya yang teistis (Rabbaaniyyah) atau religius (Giniah). Kesucian perundang-undangannya tidak tertandingi. Kecintaan dan yasa hormat tertanan dalam jiwa para pengikumnya tambuh dari keyakinan terhadap kesempurnaan, keistimewaan, dan kekekalannya, bukan dari ke- terpaksaan dalam penerimaannya. Pencipta syariat ini bukanlah manusia yang 8 iat juga dalam al Bagarah aya 285; a0 Nisa ayat 136; dan abl vat 70 9 Nasir bia Abdul Karim al‘Aql, Mujmala Ushull Als Sunnah Wal Jama‘ah Fil Aqidah, Darul ‘Weathont Linmasyr, Riyadh, ¥5, $8.33. Wistighatssh menurut Syl Islam Toou Tsiyyah, aah "meminta dbangkannya Kesultan Tstighatsh merupalan bagian dari pada dos. Bedanya dengan doa umul ftighatsah khusus untuk rmefenyaplan Kesultan, atau dengan bohasslsin menselah. (ibat Fathul Maid Bob Minagsvirk an Yastaghitsa Bighsrila), 1 Nash bin Aksiul Karim, Op. Ci, hl. 3, 6 ~ Asuransi Syarian (fe and Genera}: Konsep dan Sistem Operasionat memiliki kekurangan dan kelemahan serta terpengaruh oleh faktor situasi, kondisi, dan tempat di mana ia berada. Dia juga tidak terpengaruh oleh ikatan warisan, pernikahan, hawa nafsu, dan kasih sayang. Pencipta syariat ini adalah peril seluruh makhluk dan seluruh urusan di jagat raya ini. Tuhan seluruh, penghuni dan isi jagat raya ini, serta Zat yang telah menciptakan manusia, cara meningkatkan derajat mereka, dan semua hal yang baik dan akan mem- bbawa kebaikan pada mereka.!® Allah swt. berfirman, "Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui, sedangkan Dia Mahahalus dan Maha Mengetahui.” (al-Mulk: 14) Oleh karena itu, syariat dan perundang-undangan Islam bersifat teistis (Rabbaaniyyah). Maka, tidak ada alasan bagi seorang muslim pun untuk me- nolaknya, baik dalam posisinya sebagai subjek hukum (haakim) maupun se- bagai objek hukum (makkuxm). Dalam posisi sebagai subjek hukum (hakim), Allah swt berfirman, "Barangsiapa yang tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir;”...maka mereka itu adalah orang-orang zaiim; ...maka mereka itu adalah orang- orang yang fasik." (al-Maa‘idai: 44, 45, 47) Dalam posisi sebagai objek hukum (mahkuin), Allah swt, berirman, *Apabila dikatakan kepada mereka, marilah kamu tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi dengan sekuat-kuatnya dari karau.” (an-Nisaa’: 61) "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi di antara ‘mereka adalah ucapan, ‘Kami dengar dan kami patuh.’ Dan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(an-Nuur: 51) "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi \wanita yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan tentang urusan. Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka ia sesungguhnya telah sesat, sesat yang nyata.” (al-Ahzab: 36) Muhammad Abdul Aziz al-Halawi menceritakan bagaimana cara Khalifah Muhammad Vosof sbQaradhaw ‘aba, Kairo, Mest, hn. 54, chal i Diraasah al Syrah ablslamiygsab, Maldabsb Bab I: Mukadimah ~ 7 Umar merujuk kepada sumber-sumber hukum secara benar, sebagaimana rwayatkan al Baihagi bshwa Umar ra pernah mengirim surat instruksi ke- pada Svuraih yang isinya antara lain, "Apabila engkat: menghadapi suatw masalah, sementara masalah itu terdapat dalam kitab Allah, maka putuskan gnasalah itu dengannya, dan jangan scorangpun dapat memalingkan ke- putusanmu darinya. Dan apabila masalah itu tidak terdapat dalam kita Allah, fetapi terdapat dalam sunnah Raswlullah save, coaka putuskaniah masalah itt dengannya. jika masalah tu tidak terdapat dalam kitab Allah juga sunnah Rasu- Jullab, maka putuskanlah dengan apa vang diputuskan oleh imam/imar (para pemimpin} yang mendapat petunjuk. Jika terdapat dalam kitab-Nya , sunnah rasulullah, maypun dalam keputusan para imam yang mendapat petunjuk, maka Anda bisa memilih diantara dua alternatif. pertama, berijhad dengan pen- apatmu, dan kedua adalah, memintah pertimbangan kepadaku. Aku yakin ‘Anda meminta pertimbangan kepadaku tentu hanya akan membuat Anda lebih selarnat"'* fat feistis (Rabbaaniyyah) syariat dan perundang-undangan Islam membuat umat Islam mau menghormati, menerima, melaksanakan, das ‘mensatinya. Halini tidak diiumpai dalam perundang-undangan manusia, Ketika ‘menaati dan melaksanakan syariat, seorang muslim berkeyakinan balwa dia sedang beribadah dan mende'atsan tiri kepada Tuhannya, Halini merupakann tuntunan keimanan dan kewajiba;: >-orang muslim. Allah swt. berfirman, "Maka, demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sehingga menjadikan kamu hakim datam perkara yang mereka perselisihkan, keraudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa: 65) Jiwa seorang muslim meyakini bahwa hukum-hukturn syariat yang teistis ini adalah hukum yang adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan, dan menyebarluaskan kemaslahatan, Karena merasa cukup akan segala kesempurnaan dan kebaikannya, dia ela melaksanakan, Dari hati yang paling dalam, seorang mastim meyakini bahwa Allah swt, selata dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan syariat itu, atau ketika dia berusaha menerapkannya. Dia pun yakin bahwa Allah swt. akan ‘meminta pertanggungjawaban darinya atas pelaksanaan syariat ‘hu pada hari ketilea semua orang dikumpulkan untuk diperlihatkan amabamalnya (kiamat) Allah swt. berfirman, 2 Muhammad Abdul Arab ai, Pamen see Aghia Adel Muon Umar mul Mhathtiob, Maklabah AlQuean, Koieo, 1986 ne 3. 8 ~ Asuransi syarion fife ond Genera: Konsep dan Stem Operesional "Barangsiaya yang melakukan suatu kebaikan sebesar atons sekalipun, ‘maka dia akan melihatnya, Dan, barangsiapa yang melakukan suatu kejahatan sebesar atom sekalipun, maka dia akan melihatnya pula.” (az- Zalzalah: 7-8) Dengan sifat teistis (Rabbaniyyah) atau religius (diniah), syariat Islam memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan undang-ndang lain dalam berbagai segi. Undang-urdang manusia hanya mengatur urusan duniawi. Se- Turuh hukumnya terbatas pada persoalan-persoalan lahiriah, Penetapan hukum- nya berdasarkan pada kebutuhan sementara. Sanksi-sanksi hukumnya pun terbatas pada aspek keduniaan. Tidak tersedia ruang untuk pemikiran haram, dan halal, intuisi dan hati, Juga tidak ada ruang bagi keyakinan terhadap adanya perhitungan di hadapan Allah swt, surga dan neraka."* Sementara itu, syariat Islam adalah aturan yang bersifat ruhani dan jasmani, agamawi dan duniawi. Syariat berporos pada kekuatan iman dan budi pekerti di samping pada kekuasaan dan negara. Syariat memiliki implikasi balasan di dunia dan akhirat. Syariat mengikat semua aktivitas seorang muslim dengan aturan halal dan haram, Perundang-undangan manusia hanya terbatas penjelasan baik dan buruk, serta boleh dan tidak. Lebih dari itu, syariat meng- atur yang hala} dan haram, serta perilak baik dan buruk. Syartat menentukan segala sesuatu sebagai halal atau haram berdasarkan hakikat dan esensinya, tidak hanya sebatas tampilan luar belaka yang biasa dijadikan dasar dari ke- tetapan hukum pada umumnya. Allah mengharamkan memakan harta dan mengambil hak orang lain dengan cara yang salah, Sebab, keharamannya telah ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah." Dalam AlQur’an, Allah berfirman, "Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan yang salah (batil) dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu ‘mengetahui.”(al-Baqarah: 188) Dalam as-Sunnah, Rasufullah bersabda, "Sesungguinya kalian mengadukan satu perkara kepadaku, padahal aku hanya manusia biasa. Bisa jadiargurien sebagian kalian dimenangkan atas yang lain, lalu aku memutuskan perkara berdasarkan bukti yang aku dengar. Siapa yang aku menangkan perkaranya berdasarkan bukti yang ‘TW Matamad Yusl alQaradbavs. Op Cit, hm, $5 15 id, hi. 96 Bab i Mukadiman ~ 9 ada, padahal perkara itu semestinva menjadi kak saudaranya, berarti aku telah memutuskan “sepotong api neraka” baginya. Jika dia mau, ambillah, Jika tidak, tiaggalkantal.” 1.2.2 Husmuzhan (Tidak Apriori) Salah satu ciri, dan sekaligus sebagai keagungan hukum Istam adalah, tidak bersifat apriori Qrusnuzhan) tethadap perkembangan pemikiran manusia, Hol ini dapat diartikan bahwa hukumn Islam tidak: menolak caracara lama, karena lamanya atau usangnya, dan scbaliknya tidak begitu saja menerima care-cara barn karena barunya. Tetapi, hukam Islam menyaring segala cara- cara serta menilai kepentingannya terhadap kemaslahatan amu, dengan parameter dan dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara sya seperti kata-kata hikmah, "Melanjutkan cara-cara lama yang masih baik, dan menerima cara- cara baru yang lebih vaik.” Hukun Islam mempunyai sifet utama sebagai kewajiban Dia (gamma) yang harus dilaksanakan oleh orangorang beriman, Hukum Allah tetaplah hukum Allah meski tidak seorang pun yang mau memberlakukannya Babkan, sekalipun orang-orang beriman berdiam di luar wilayah Islam, mereka tetap diikatoleh hukur Istasn, kerena bukera Islamn itu diturunkan untuk mengikat orang-orang beriman sebagai individu individu di mmanapun mereka berada Dr. Mohammad Muslehudéin® mengatakan bahwa hukum Islam mengusahakan integrasi masyarakat dan memperbaikinya dengan cara imbauan dan bukannya pemaksaan. Schingga, karenanya ia merasa cukup denga hanya menggariskan hukumar-hukuman yang paling diperhukan saja untuk menghentikan tindak kejahatan yang gawat dan dengan jalan demikian menciptakan masyarakat yang tertib. Karena alasan inilah, maka hukuman_ yang bersifat memberikan pelajaran dikenakan terhadap pembunuhan, pencederaan fisik, perzinaan, pencurian, perampokan, tudubvan palsu, dan pe- sminuyn minuman keras. Adapun riba, judi, dan laindain yang serupa dibiarkan untuk diperhitungkan nant di hari Kiamat, scbab perbuatan-perbuatan itu lebih banyak menyangkut transaksi daripada dengan pemelibaraan verdamaian dan, ketertiban, Dengan perbaikan metalyi persuasi dan seruan-seruan sebagai tujuan utama Islam, maka Islam memberikan pelwang untuk bertobat dan melakukan perubahan dalam kehidupan sescorang. “FP htchasnamad Muslin, lamicJursprudense ad the Ruleof Nest and Need, 1980 Islamic Research Institute arash, 1346, 10. = asuranss Sporiah fife and General: Konsep dan Sistem Operasional Demikian juga ulamaulama salaf (terdahulu) sangatlah hati-hati dan mendahulukan sikap husnuzhan ‘tidak aprioti’ ketika menyikapi fatwa atau pendapatulama-ulama lain, dan sangat menghindari kata-kata haram atau halal, ‘kecuali ada dalil yang pasti tentang hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan apa yang diriwayatkan oleh Tbnu Muflih dari Syekhul Islam Ibnu Taimiyah ‘bahwa ulama-ulama salaf dulu tidak pernah mengatakan haram, kecuali setelah diketahuinya dengan past” Hal yang sama kita dapati pada Imam Ahmad, misalnya, ketika ia ditanya tentang sestiatu persoalan, maka ia menjawab, “Aku tidak menyukainya ... Hal itu tidak menyenangkan aku ... Saya tidak senang, ... saya tidak meng- anggap dia itu baik.” Cara seperti ini dilakukan juga oleh imamimam yang Jain seperti Imam syafi', Imam Malik, Abu anifah, dan laindainnya, Pada sisi lain, para ulama terdahulu sangat hati-hati dalam menetapkan hukum halal dan haram, karena itu adalah hak prerogatis Allah dan Rasul Nya. Para ahiifigih (iaqaha) mengetahui dengan pasti bahwa hanya Allahlab yang berhal menentukan halal dan haram, baik dalam kitab-Nya (APQut’an) ataupun melalui lidah Rasul-Nya (Sunnah). Tugas mereka tidak lebih hanya mene- rangkan hukum Allah tentang halal dan haram itu. Sebagaimana firman-Nya, B.. Ke oe WIG... “..Sungguh Allah telah menerangkan kepada kamu apa yang Ia haramkan atas kamu..." (al An’aam: 119) EPO Ae (555 TWAS MICS OSs sei (ABO BG SSA ESM CME "Janganlah kamu berani mengatakan terhadap apa yang dikatakan olzh lidab-lidah kamu dengan dusta, bahwa ini halal dan ini haram, supaya kamu berbuat dusta atas (nama) Allah. Sesungquhnya orang-orang yang berani berbuat dusta atas (nama) Allah tidak akan dapat kebahagiaan.” (an-Naht: 116) 1.2.3 Mas!ahah (Ketnaslahatan) Ciri lain dari hukum Islam adalah menegakkan prinsip “menghilangkan mafiadah dan mendatangkan maslahah” untuk segenap umat manusia, baik jasmaninya, jiwanya, rasionya, masyarakat keseluruhannya, dan maslahah untuk seluruh manusia pada setiap masa dan generasi, 7X 14 Yusuf al Qaradhawi, Op. Cit, Ws 28 Bab 1 Mukadimah ~ 17 Hukum Islam selalu mengutamakan kepentingan umum daripada kepen- tingan khusws di dabam situa ertentu. Halini memberikan kemungkinan bahwa hukum Islam dapat hidup di tengal-tengah masyarakat yang lebih kompleks. ial ini pulalah yang menyebabkan mengapa hukum Islam menampung hajat dan kebutuhan umat. Prinsip ini tereantum dalam kaidah ushul figih, emua kemaslahatan hukum berkisar pada kemaslahatan umat. Maka, apabila didapati kemaslahatan, di situlah letaknya hukum Allah.” Imam asy-Syatibi dari mazhab Maliki berkata dalam kita 2l-Muwafakat"® yang terkenal, *Segala hukum muamalat dan segaia hukum syarat dapat diketabui dengan akal bahwa segala hukum itu didirikan atas pemeliharaan maslahat yang mendatangkan manfaat kepada manusia dan menolak mudharat dari ‘mereka. Atau, dengan ibarat yang lain, segala hukurn itu didasarkan bahwa pokok hukwm ialah yang memberi manfaat boleh diperbuat dan memberi mudharat adalah haram (tidak dapat diperbuat). Tonul Qayyim, seorang ulama terkenal dari mazhab Hambali, dalam kitab’/lamul muaggiin mengatakan, "Sesunaguhnva syariat itu didasarkan atas hikmah den kemmaslahatan hamba terhadap dunianya dan terhadap akhiratnya.” Selanjutnya ia berkata, Sesunyguhnya segala macam hukum yang berpautan dengan muamalah duniawi didasarkan atas hikmat. Dan, tujuan dari hukum itu sendiri adalah kemaslahatan manusia dalam kehidupan sosial mereka.” Thnul Qayyim* banyak dikenal sebagai orang yang sangat mementingkan kepentingan umum. Disebutkan bahwa ia mengemukakan perubahan fatwa (keputusan atau ketentuan), karena perubahan waktu, tempat, dan Kondisi Iniberdasarkan sebuah riwayat yang berhubungan dengan dia dengan gurunya Thnu Taimiyah. Ibn Taintiyah diriwayatkan berkata, “Aku berjalan jalan dengan beberapa sahabatku di zaman pendudukan tentara Tartar, dan melewati sekelompok orang yangmeminum minuman keras, Seurang sahabatkuhendal, ‘menegur mereka, tetapiaku mencegahnya dan berkata, ‘Allah telah melarang minuman Keras, Karena ia memalingkan manusia dati Allah dan dari shalat.’ "8 Dikutip dari Ronsep Asoransi Menurut lam, lampiran Keputsan Muna Aim laa Kons NU. hl 65, "5 thom Qayyim, Fam Mogan Jil bln. 27 Jorisnrudence and the Rule of Necessiy nel Need. ha 20 id, him. 49, chk dori Mohamad Mustehuddin Slane 12. — Asurans! Syariah (ie and General): Konsep dan Sistem Operasional ‘Tapi, minuman eras itu justru mengalihkan serdadu dari membunuh, me- nawan anak-anak, dan merampas, karenanya biarkan sajalah mereka.” Dalam kasus ini, minuman keras dibiarkan saja, bukan karena kepen- tingan umum, Tetapi, demi menekan kebutuhan untuk menyelamatkan rakyat dari pembunuhan dan perampasan. Thaul Qayyim tatkala menggunakan istilah "kepentingan umum”, yang ia maksud ialah "kebutuban masyarakat’. Ja memang mengemukakan bahwa kemaslahatan seperti itu merupakan hajah atau kebutuhan, yang untuk memenuhinya bahikan riba fadi sekalipun dapat dibolehkan.”! Istilah "kebutuhan” berarti keterdesakan atau keterpaksaan yang dialatut seseorang. Kebutuhan bisa juga timbul dari kenyataan atau situasi dan kondisi dari statu kasus, Cerita Ibnu Taimiyyah di atas mempunyai hubungan dengan kebutuhan yang timbul dari situasi dan Kondisi kasus tertentu, Untuk me- menu kebutuhan dan kedaruratan itulah, ia membiarkan serdadu Tartar itu meneruskan minum-minuman kerasnya. Kasus inijuga bisa dikatakan sebagai mmemitih yang lebih kecil dari dua kerusakan”. Jadi kebolehan itu diberikan karena kebutuban dan kedaruratan. Ibnu Taimiyah tidak mengubah hukum, tetapi menyimpang daripadanya berdasarkan kaidah hajah dan darurah, demikian Muslehuddin, AlQaradhawi menguatkan pendapat di atas bahwa banyak kaidah ‘hukum yang mendasari pertimbangan kemaslahatan dalam menentukan suat, hukum, misalnya, "Bahaya itu bisa dihapuskan”, ” Memilih bahaya yang lebih ringan di antara dua bahaya”, “Darurat ite bisa membolehkan yang haram”, "Kesulitan bisa menarik usaha untuk mempermudah’, dan kaidalrkaidah lain yang sudah tersusun dalam kitab‘ktab al-Qawaid, alAsybait, dan al-Furug lah-kaidah tersebut bisa dimasukkan atau digolongkan ke dalam lingkup hajjah syar'iyah 'maksud-maksud syariah’. Orang yang meneliti figih para sahabat, kata al-Qaradhawi, akan meugetahui bahwa.para sahabat meng- utamakan perhatiannya kepada kaidah-kaidah ini dan memperhatikan’hajiah yar iyah dalam berfatwa, di samping juga memperhatikan nash-nash yang bersitfat juzivyah. 1.2.4 Fleksibel (‘Tidak Kaku) Perubahan merupakan hal yang pastiterjadi dalam masyarakat modern. Orang sesing mengatakan bahwa yang tidak pernah berubah di dunia ini adalah 2 id i. 50. 2 Mobamunad Musebuddin, urspradence and the Rule of Necesuiy ond Need, 160, sassi= Researel Institue, Istmabad, hm 5 EF Muhammad Yosef abaradhawi, aLtihad Fisysyor‘ak al Islewivwah-Ma'a Nadharotin Tahiti il-hithad al Mcdshir, Darul Qa, Kua be. 57 Bat Mokadiman ~ 13 perubahan itu sendiri, Karena itu, banyak terjadi probiematika baru yang me- nuptut adanya ketentuan hukum baru pula, misainya dalam bidang muamalah adalah praktek asuransi. Sebagian ulama mengataican ini praktek aliad yang ‘bars dalam khasanah hulaum Islam, karenanya perlu jihad atau inovasi dalam bidang hukum. Adanya bidang-bidang hukum yang bersifatiiihadiyah, memungkinkan para mujtahidin dapat menentukan hukum yang seimbang dengan kepentingan masyarakat, sebagaintana kaidah mengatakan, "Tidak diingkari adanya perubahan hukum lantaran perubahan situasi dan woke.” ‘Seorang ulama yang juga sosiolog Islam, Ibnu Khaldun (1332-1440 M) ber- kata dalam kitab Mugaddimah> "Sesungguhnya keadaan alam dan bangsa-bangsa beserta adat istiadar ‘mereka tidak tetap menurut satu contoh. Yang ada adalah perubaan-per- ubahan menurut waktu dan keadaan. Hal ini terjadi bagi perorangan waktu dan tempat. dan terjadi di negara-negara, waktu, dan daerah-daerah. ttu semua adalat: surnatullah di antara para hamba-Nya.” Dalam kaitan dengan ini Tonul Qayyim?® merumuskan suatu kaidah yang amat relevan untuk: ditcrapkan di zaman modern dalam mengantisipasi per- kembangan muamalah, "Berubah dan berbedanya fatwa sesuai dengan peruahan tempat, zaman, kondisi sosial, niat, dan adat kebiasaan." Ds. Nasrun Harun, M.A2 dalam konteks ini mengatakan bahwa ata beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai terjadinya pecubshan, yaitu factor tempat, faktor zaman, faktor kondisi sosial,faktor iat, dan faktor adat kebiasaan. Faktorfaktor ini amat berpengarub dalam me- netapkan hukum dalam hidang muamalah bagi para mujtahid, Dalam meng- hadapi perubahan sosial yang disebabkan kelima faktorini, yang akan dijadikan scuan dalam menetapkan hukum bagi suatu persoalan muamalah adalah ter- capainya maqashid asysyari’ah “tujuan yang hendak dicapai dalam men- syariatkan suatu hukum, sesuai dengan kehendak syara”. Atas dasar itu ‘magashid asy-syariah ah yang menjadi ukuran keabsahan suatu akad /transaksi muamalah, ~Zibnu Khaldun, Mugaddimah, Bast Indonesia, Ahmadie Thoha, Pustaka Firdaus tum Gayyim aauryh, Plame ot Maw Rab al Alain. WTS, Dat aa, Beirt Sid hal 4. Dikutip dark DrNasrun Harun, MA, Figh Muamalah, 2000, Gaya Media Pratama, Jakarta, len xe 2>Nasrun Harun,De MA, Fgh Muamalah, 2000, Gaya Media Prat, Jak ta, hin, xe 34 ~ Asurans!Syarian jife ana Genera): Konsep dan Sisters Operasional Karena itu, dalam rangica mewujudkan magashid asysyar’ah, hukum syara’ berusaha menghilangkan kesempitan dan kesulitan bagi umat manusia.. Karena, Allah swt. telah menyatakan bahwa Dia tidak menghendaki-adanya kesulitan bagi manusia, sebagaimana firman-Nya, "Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam dien (agama) suatu kesempitan.” Dalam kaitan i "Sesungguhnya fondasi bangunan dari syariat (Islam) itu didirikan atas hikmah-hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.” Tbnul Qayyim, mengatakan, Dengan demikian, pengaruh perubahan sosial amat berpengaruh terhadap perkembangan bentuk suatu muamalah dalam Islam. Di sinilah antara lain letaknya bahwa bukum Islam itu amat elastis dan fleksibel. Di sisi lain, peranan tempat dan masa juga amat berpengaruh terhadap perkembangan sosial, karena pada suatu tempat dan masa bisa terjadi perbedaan nilai-nilai struksur sosial. Hal ini terkait erat dengan ‘Urf kebiasaan’ dan kemaslahatan masyarakat di tempat masa tertentu.”” Mienarik untuk dicermati pendapat Syekh alQaradhawi® yang mengata- kan, “Saya melihat kebany:skan para peniikir Isiam di zaman modern ini hampis hampir terbagi dalam dua golonyan. Pertama, golongaa yang pandangannya sangat dipengaruhi olch kilauan kebudayaan dan pikiran barat. Berhala besar iniditakuti dan dikaguminya sehingga kebudayaan itu disembahnya. Dan, ber dampak pada pemikiran mereka, apa saja yang dihalalkan barat (seperti patung, judi, iba, ree love, menonjolkan aurat wanita, dsb.) halal pula bagi mereka, dan apa yang diharamkan barat (seperti talak dan poligami) sekalipur dihalalkan dalam Islam, haram bagi mereka, Kedua, yaitu golongan yang terlampau apatis, pikirannya beku dalam menilai masalah halal dan haram, karena mengikuti apa yang sudah ditulis dalam kitalykitab, dengan suatu anggapan bahwa itu adalah Islam. Pendapatnya sama sekali tidak mau bergeser, kendati seutas rambut, Ia tidak mau berusaha untuk menguji kekuatan dali! yang dipaki oleh mazhabnya untuk dibandingkan dengan dalil-dalil yang dipakai orang lain, guna mengambil suatu kesimpulan yang benar sesudah ditimbang dan ditelitt ‘Apabila mereka ditanya tentang hukumnya musik, nyanyian,catur, meng- ajar wanita, wanita membuka wajah dan tangannya, maka kata yang paling mudah keluar dari mulutnya ataupun penanya, adalah kata-kata haram. FF Mustata Ahmad aaZa0aa, a:Ugud abMusommah, 1965, Mathabe Fata al ‘Arab, Damaskus, Aikutp dari Nasrun Haroen,Figh Mam alah, ha. ‘Muhammad Al Qaratass, Op. Cit hin 246 ab |: Mukaciman ~ 15 Golongan ini lupa etika yang dipakai oleh salafus saleh (orang-orang chake yang saleh), di mana mereka sama sekali tidak pernah mengucapkan kata- kata havam,kecuali setelah dixetahuinya dalil yang mengharamkannya dengan positif, Sedang yang begitu jelas, mereka mengatakan "kami membenci”, "kami tak suka’, dan sebagainya Saya sendiri berusaha untuk tidak termasuk pada salah satu dari dua golongan ti atas. Sifat hukum Islam yang fleksibel dalam bidang muamalah, memberi ruang, vang sangatluas bagi umatmyauntuk melalsukan inovasi dalam bidang musa: Jah dan kemasyarakatan, sepanjang tidak melanggar ketentuan-ketenfuan yang memang sudah ada dalam gjaran Islam. Suatu riwayat, Nabi saw, melarang para sahabat untuk mengawinkan kurma, ‘yang mengakibatkan selasna satu musim laura tidak ala vang berbuah. Ketika seorang sahabat melaporkan peristiwa ini kepada Raculullah, beliaumenjawab, “Anton a lamu bi usmuriddunyakwm "kalian lebih mengerti untuk urusan- urusan duniawi daripada aku” Karena itu,ajaran Islam dalart persoalan muamalah bukanlah ajaran yang kaku, sempit, dan jumud, melainkan suatu ajaran yang fleksibel dan elastis, yang dapat mengakomodir berbagai perkembangan transaksi modern, selama hal itu udak bertentangan dengan nash ALQur an dan as-Sunnah, Oleh sebab itu. adalah san.,*t penting bagi para pelaku okonomi muslim (praktisi ekonomi syariah) untuk mempelajari dasar-dasar dan prinsip-prinsip muamalah yang lituntunkan Islam. 1.2.5 Asy-Syumul (Komprehensif) Syahid Sayyid Quthb dalam salah satu bukunya Dirastu Islamiyah, pada salah satu sub babnya ia beri judul “Ambit islam Seluruhnya atau Tinggal- han Sama Sekali", AsySyshid nengatakan, “istam adalah suata Sistem ke- masyarakatan yang lengkap, vang segi-seginya saling berjalin dan saling men- dukung. Sistem ini berbeda wataknya, gagasannya tentang kehidupan, dan caracara pelaksanaannya dari sistem-sistem Barat, dan dari sistem yang kita pakai sekarang ini, Perbedaan ini adalah perbedaan pokok dan menyelurwh, Sudah pasti bahwa sistem Islam itu tidak ikut serta dalam menimbulkan _persoalan-persoalan yang terdapat dalam masyarakat sekarang ini. Persoalan- persoalan itu timbul dari watak sistem-sistem yang dilaksanakan dalam masyarakat dan timbul karena dijaubkennya Islam dari lapangan Kehidupan.”®? Lebih lanjut, asy-Syahid mengatakan, "{slam adalah suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagibagi. Jadi, Islam dapat diambil sebagai suatu ke- Dies Idomivoh, Dari Fike, Lsanon, 1i b, 12 16. ~ Asuransi Syarian tuje and Genera): Konsep ¢an Sisten} Operasiona seluruhan dan dapat pula ditinggalkan sebagai suatu keseluruban, Tetapi, kalau Islam diminta untuk untuk mengeluarkan pendapat dalam urusan yang kecil- xecil,tetapi sama sekali tidak diperhatikan dalam masalah prinsipil yang besar- besar yang menjadi dasar kehidupan dan masyarakat, maka masalah-masalah kecil seperti ini tidak boleh diterima oleh seorang Islam, jangankan oleh se- orang ulama, untuk Istam.” Syekh Sayyid Abul Ala alMaududi dalam The Islamic Law and Constitution mengatakan, "Syariah merupakan arahan-arahan bagi pengaturan hidup individu maupun kelompok. Arahan-arahan ini telah menyentuh aneka ragam subjek seperti berbagai ritual keagamaan, karakter pribadi, moral, adat istiadat, hubungan-hubungan keluarga, urusan-urusan sosial-ckonomi, hak- hak pemerintahan, dan tugas-tugas warga negara, sistem-sistem kehakiman, hukum-hukum perang dan damai serta hubungan-hubungan internasional. Ringkasnya, syariah meliputi semua sektorkchidupan manusia. Arahan-arahan ini mengungkapkan apa yang baik dan buruk, apa yang berguna dan ber manfaat, dan apa yang merusak dan membahayakan; kebajikan-kebajikan apa yang perlu kita pupuk dan galakkan; keburukankeburukan apa yang perlu kkita tekan dan basmi; apa yang menjadi sektor tindakan pribadi dan sosial. Syariah merupaan rancangan hidup kita yang lengkap ¢an tatanan sosial yang serba mencakup, dan tidak ada satu pun yang berlebih atannun berkurang.”” Fakta lain yang perlu dicatat mengenai karakteristik syariah yang komprehensi ini adalah bahwa dia merupakan keseluruhan organik. Seluruh rancangan kehidupan yang ditetapkan Islam digerakkan oleh semangat yang sama dan oleh karenanya pengkotakckotakan yang sembarangan atas ran- cangan ini pasti akan merusak baik semangat maupun struktur syariah itu sendiri, Hal ini dapat kita contohkan dengan keserasian kerja anggota tubuh kita. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang tidak berfungsi normal, misal nya kaki diamputasi, maka akan terjadi kepincangan dalam aktivitas seluruh anggota tubuh. Hal sama dapat kita terapkan pada rancangan kehidupan yang telah di- tetapkan oleh syariah. Islam memberi arti kepada rancangan kehidupan, bukan kepada bagian atau bagian-bagiannya secara terpisah dan parsial. Sebagai akibatnya, tidaklah patut kiranya kita untuk mentandang pilihan-pilihan syariah secara terpisah satu dari yang lainnya dan tanpa menghiravkan pilihan-pilihan yanglainnya. Kita tidak dapat hanya percaya kepada sebagian dari syariat Islam sementara ragu kepada sebagian yang lain. Islam harus dipeluk secara kese- ~ Wabi laa Maududi, Te slemic Lawand Constitution, Idamic Pablicatson 14d. Labor, Pakistan, oh 72 3 bid Bab |: Mukadienah — 17 luruhan (gumul) tanpa pertimbangan apa pun, Karena itu, a}Qaradhawi mengatakan bahwa keistimewaan syariat Islarn yang lain adalah sifatnya yang homprcensil, atengatur seluruh aspek ke hidupan® is Syariat mengatur aspek ibaiah yang mengatur hubungan manusia de- ngan Tuhannya. Aspek ini menjelaskan figih ibadah, antara lain bersuci, hala, puasa, haii, berlaurban, bemazar, bersumpah, menyembelih hewan, dan ainnya yang tidak dikenal dalam perundang-undangan buatan manusia. Syariat mengatur aspek keluarga, seperti nikah, talak, penyusuan, nafkah, ‘wasiat, warisan dan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan kehuar ga muskim. Kemnudian seperti menjaga keluarga dari faktor-faktor penyebab perceraian dan menetapkan halchaks Sua danistei yang berpisah karena talak, cerai, atau ditinegal mati. Aturan-aturan inilah yang sekarang dikenal sebagai privat (al-ahwal asysyakhsyiyyah). ‘Syariah mengatur aspek sirkulasi keuangan, seperti perdagangan, per- niagaan, industri, sistem bagi hasil, pertanian, pegadaian, asuransi, pe- mindahan utang, deposito, pinjaman lunak, hibah, barang temuan, utang piutang, pembayaran utang, dan transaksi lainnya. Aspek ini dimaksudkan untek mengatur transaksi bisnis antarindividu, memeliara hak masing- masing. menielaskan perkara-perkara yang harus dijaga dan perkara- perkara yang tidak boleh dilalcukan dalam bisnis. Peraturan semacam ini sekarang dinamai dengan hukum perdata (alganun al-madani), Syaviat mengatur aspek ekonomi yang berkaitan dengan pendayagunaan, penibagian, dan penjualan modal; pengaturan baitul-mal ‘pusat perben- daharaan Islam’ dan posisinya dalam pengelolaan zakat, hartarampasan a’), rampasan perang (ghanimah), pajak dan sebagainya; hakchakckaurn, ‘mustadh ‘afin talkie miskin’ atas sumber-sumber pendapatan tegara dan \kekayaan para aghniya ‘orang kaya’-Juga berkaivan dengan perilaku-peri- laku ekonomi yang dilarang oleh Allah, seperti riba, menimbun, dan ‘memnakan harta manusia dengan cara yang batilSaya berpendapat bahwa zakat adalah bagian penting dalam undang-undang perekonomian dan sosial Islam karena posisinya sebagai salah satu syiar Islam yang memiliki unsur ibadah. Syariat mengatur berbagai sanksi hukum. Sanksi tersebut ada yangtelah ditetapkan oleh nash seperti qishask dan Audud seperti contoh hukum Potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk dan rajam bagi pezina, serta ‘hukurman cambuk bagi peminum khamar dan penuduh dusta terhadap wanita muslim yang suci serta bagi pembajak. Ada juga sanksi yang di- Maha nad Yusuf at Qaradhawi Op, Cit hm. M0 18. ~ Asuransi syarian jife and Genera): Konsep don Sister Operasionat serahkan kepada para hakim dan penguasa. Dalam figih, hukuman seperti ini dinamai takzir. Aspek ini sekarang dikenal sebagai hukum pidana (al- ganun aljina’i atau abganun al-jaza’i). Syariat mengatur tata cara penyelenggaraan acara peraditan (menetapkan dan mengadukan kasus), seperti bagaimana mengatur kehakiman, dakwaan, kesaksian, pengakuan, stimpal dan sebagainya yang beraitan dengan acara peradilan untuk menyelesaikan perselisihan dan men- ciptakan keadilan di tengah-tengah manusia. Aturan semacam ini se- arang dinamai dengan hukum acara (ganun al-murafa'at) 7. Syariat mengatur masalah undang-undang dasar yang berkaitan dengan pengaturan sistem hukum dan perundang-undangan dasar, seperti ke- wajiben mengangkat pemimpin dan kriteria-kriterianya, pemilihan dan pemberhentian pemimpin, hak-hak dan kewajiban pemimpin, hubungan pemimpin dengan rakyat dan lembaga legislatif, kepatuhan pada pe- mimpin dan batasan-batasannya, pemberantasan terhadap orang yang. melakukan pembangkangan terhadap pemerintahan, dan aturan lain yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan subjek hukum dengan objek_ ‘hukum, dan menetapkan apa yang menjadi hak individu dan mana yang ‘menjadi hak masyarakat. Peraturan ini dikenal sebayai perundang- undangan dasar (al-ganun ad-dusturi. 8 Syariat juga mengatur hubungan antarnegara. Aspel mengatur: hubungan antara negara Islam dan negara-negara lain, baik saat damai maupun perang. Juga mengatur hubungan negara dengan warga negara nonmuslim yang berada di wilayahnya. Dalam figih Islam, masalah ini dibahas dalam bab althad atau assair. Seat ini pengaturan masalah ini dikenal sebagai hukum internasional (qanun al-alagat ad-dauliyyah). Lebih lanjut Syckh al-Qaradhawi mengatakan bahwa semua aspek syariat Islam ini adalah bagian dari agama Allah yang wajib dipegang dan ditaati, serta diterima dan dilaksanakan, Seorang muslim tidak boleh menolak hukum yang telah ditetapkan dalam seluruh aspek kehidupan.® Allah swt. berfirman, "Dan tidak patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada pilihan bagi mereka tentang urusan mereka, Barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahzab: 36) Karena itu, A-Qur’an berbicara kepada seluruh manusia tentang syariat ini dengan bahasa yang sama, baik untuk urusan yang berkaitan langsung % Muhammad VusufatQaradhawi, Op, Cit km. 158 Bab I: Mukadimah ~ 19 dengan Allah seperti shalat dan puasa maypun yang berkaitan dengan aspek kehidupan sehari-hari dan muamalah. Dalam aspek ibadah, Allah berfirman, "Wahei orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas katian puasa sebagaimana telah divajibkan atas orang-orang sebelum kamu.” (al- Baqarah: 183) Dalam aspek keluarga, Allah berfirman, "Wahal orang-orang yang benman, tidak halal bagirtu menyukai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang (elah kamu berikan kepadanya, kecuali mereka melakukan perbuatan keji yang nyata . Dan, bergaullah dengan mereka secara baik.” (an-Nisaa’: 19) Dalam aspek sirkulasi kekayaan, Allah swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jangantah kamu saling memakar harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu," (an-Nisaa’: 29) Dalam aspek ekonomi, Allah swt, berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinagalkan sisa riba jika kamu orang-oraiig yang beriman, Maka, jika kamu tidak mengerjakan, ketahuilah bahia Allah dan Rasul-Nya akan me- merangim. Dan jika kamu bertobat, bagienw pokok hartarnu. Kemu tidak dianiaya dan tidak puia menganiaya.” (al-Baqarah: 278-279) Dalam aspek sanksi hukum, Allah swt, berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, diwayibkan atas kamu qishash dalam masalah pentbuauhan” (al-Baqarah: 178) Dalam aspek perdata, Allah swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bermuantalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan, hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Altah telah ‘mengajarkannya. Maka, hendaklah ia menulis. Dan, hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah.” (al- Bagarah: 282) Datam aspek peraturan hukum, Allsh berfirman, "Wakat orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri di antara kalian, Maka, ka kalian 20. ~ Asutansi syarian (ife and General: Konsep dan Sistem Operasional berselisih paham dalam satu urusan, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul- ‘Nya jika kalian beriman kepada Allah dan kepada hari akhir.” (an-Nisaa’: 59) Dalam aspek hubungan antarnegara, Allah berfirman, “"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musukmu sebagai teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka dengan rasa kasih sayang. Padahal sesunggulinya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu karena kamu beriman kepada Allah Tuhanmu,” (al- Mumtahanah: 1) “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil ter hadap orang-orang yang tidak memerangimu karena alasan agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnva Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dan ‘mengusirmu dari negerimu. Dan, barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orarg-orang yang zalim." (al-Mumtahanab: 8-9) Seluruh hukum-hukketn syariat ini dituiukan kepada orang-orang yang beriman. Al-Qur'an memanggil mereka dengan seuxtan, "Wahai orang-orang yong beriman.” Hal ini menunjukkan bahwa seluruh svariat Allah, apa pun ‘temanya, wajib diikuti, ditsati, dan dilaksanakan sesuai dengan kesungguhan orang-orang yang beriman dan memegang keimanannya dengan kuat. Oleh karena itulah, Syekh asy Syahid Imam Hasan abBanna* mengatakan bahwa dakwah Islamiah yang dilakukan harakah Islamiah* adalah dakwah universal dan komprehensif, karena tujuannya adalah untuk seluruh umat manusia. Seoab, manusia pada dasarnya adalah satu saudara, asal mereka satu, ayah mereka satu, keturunan mereka satu, tidak ada yang lebih utama kecuali takwanya, dan amalnya untuk kebaikan umat manusia lainnya.* Allah ber- firman, oe Hasan al Banna air di Mesir pada tanon 1906, adalah pendirIkhwanul Mustimin suatu _erekan Islam di Mesir yang melahirkan sejumlah tokobtokoh Harekah Itamiah yangulsanulisannya banyak mengilhani geraksn-gerakan (lam di una, termacuk Indonesia seperti Sevvid Quthb, Umar Titizani, Said Haw, Fathi Yakan, Mubammad Quthb, Mustafa Masybur Said Sabi, Muh. a Ghazal, Yusuf al Qoradiai, dan Liolan 35 Harakal Islamioh yang dimaksud alah gerakan Ikhwanul Muslin san gerakamgerskat alow yang meneruskan peruanganaya. Hasan allsanna, Mama’ Reso Amar asySyakid Hasan abtianno, Daar AsShihab, Kai, Bab: Mukadiman ~ 21 "Hai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah een: ciptakan kamu dari satu diri, dan daripadanya Allah menciptakan jodohnya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan wanita yang banyak. Dan, bertakwalatt kepada Allah, Yang dengan (memperguna kan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lainnya, dan (peliharalah) ‘hubungan silaturahmi. Sesungguinya Allah selaka Menjaga dan Mengawast arn." (an-Nisaa’: 1) Ajaran Islam tidak membenarkan prinsip perbedaan ras dan warna kulit. Islam tidak setuju sikap fanatisme kerurunan dan warna kulit. Akan tetapi, kita ingin mengajak seluruh umat manusia kepada persamaan hakiki, kepada implementasi ajaran islam yang universal dan komprehensif ini 1.3 ISLAM RAHMATAN LIL ’ALAMIN Menurut Islam, manusia adalah Rhalifah fil ardh, AMiah adalah Pencipta, Penjaga, dan Penguasa salusatunya di jagat raya ini. Allah telah menunjuk manusia sebagai wakibNya di bumi ini untuk melaksanakan kemauan-Nya, menunjuk Iradah-Nya dalam bentuk syasiat yang diwahyukan secara final ‘melalui Nabi Muhammad save. sebagai utusan-Nya, Nabi saw. menyampaikan pesan-Nya dalam bentuk AlQur'an yang diwahyukan kepadanys dan telat dipelihara secara verbal seiak masa itu, Ja menyampaikan pesan ii Ca: me Jaksanakannya dalam :nasyarakat dan negara yang didirikan di Madinah dan Mekah di bawah keperimpinan elias, Adalah keyakinan umat {slam bahwa setiap orang di muka bumi meny punyai tugas terkait untuk mengetahui dan menjalankan syariat seria metal sanakan kemauan Allah swt. dengan pengertian bahwa hal itu pernah dilak- sanakan oleh Nabi saw. dan para sahabat beliau. Untuk melaksanakan tugas dan mmisi ini, Allah telah menempatkan sumber daya duniawi tertentu yang dapat digunakan oleh manusia. Ia diminta untuk memperlakukan sumber daya ini sebagai alat untuk melaksanakan misinya. Sumber daya duniawi ini hanyalah sebtiah titipan dan manusia harus mempertanggungjawabkan titipan ini di hari kebangkitan kelak.” Syafiii Antonio™ dalam mengambarkan Islam sebagai suatu sistem, menguraikan dengan sangat jelas, "Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumni dengan segalaisinya merupakan asnanah Aah ‘kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan Muhammad Akram Khan, Kconomic Teaching of Prophet Mukammad A Select Axthology of Hadith Literotere on Bzagomies. 1980, JIE Islamabad, Pakistan, him 581 uhammad Sait Antony, Bank Saab Hane lama & Cendtiawan, 198, BalcIndonesial Takia taste, him. 37, 22 — Asurons Syariah (fe and General: Konsep ar. Sistem Operasionol bersama. Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, maupun syariah.” Menurut Syafii, dua komponen pertama, akidah dan akhlak, bersifat Konstan, Keduanva tidak mengalami perubahan apa pun dengan berbedanya waktu dan tempat, Sedangkan, syariah senantiasa berubah sesuai dengan masa rasul masing-masing. Hal ini diungkapkan oleh Rasutullah dalam hadit "Para rasul tak ubahnya bagikan saudara sebapak, syariah moreka banyak tetapi agama (akidahinya satu (yaitu mentauhidkan Allah).” (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad) Oleh karena itu, lanjut Syaf'i, syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, etapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan, sebab tidak akan ada syariah Iain lagi yang datang untuk me. nyempurnakannya. Komprehenshifberarti syariah {slam merangkum seluruh aspek kebidup- an, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Toadah diperlukan untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan Khaliknya hada juga mterupakan sarana untuk mengingatkan secara kontinu tugas ma- nusia sebagai khalifal-Nya di muka bumi ini Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi re ofthe game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial. Universal, bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setap waktu ‘dan tempat sampai hati Akhir nanti, Keuniversalan ini tampak jelas terutama pada bidang muamalah. Selain meimpunyai cakupan Iuas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-bedakan muslim dan nonmuslim, Kenyataau ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali, "Dalam bidang muamalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adaiah hak kita.” ‘Telah menjadi keyakinan setiap mukmin dan mukminat bahwa Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul Allah (khatam al- anbiya' wa al-mur- satin), dan syariat atau agama Islam yang beliau sampaikan kepada umatnya adalah juga syariat Allah yang terabhir, Tidak ada Nabi dan rasul setelah Nabi ‘Muhammad saw., dan tidak ada syariat samawi sesudah syariat Islam, Allah swt. berfirman, ~~ eee 2 LF 2 Ti42< 2... ABMS GROG MEE "Muhammad itu bukan avah seorang laki-laki di antara kamu, me- lainkan dia adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi...” {al-Ahzab: 40) Bab! Mukadiman ~ 23 ‘Atas dasar ita, snake syariat Islam adalah syariat yang keKal (abadi), akan selalu ada selama dunia fana ini berada, dan tidak akan ada penghapusan yang datang secara tibaiba terhadapnya. Keabadian syariat ‘slam dimungkinkan antara lain karena ajarar-ajarannya, baik yang terkandung dalam A-Qur'an maupun yang termaktub dalam hadits, di samping ada yang bersifat qath't (pasti/definite) juga ada yang bersifat zhanni (interpretable). Bahkan, yang 2harni jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang qath i. Dengan demikian, dapat dipahami vahwa dengan ajaranajaran Islam yang hersifat gathi, identitas agama Islam dapat terjamin sepanjang masa, sudah ready made, Sedangkan, dinamikanya justru terletak pada hal-hal yang bersifat 2hanni. Di sinilah letaknya pengertian ungkapan, "syariah Islam itu (akan selalu) sesuai untuk setiap masa dan tempat.” Jika maksud ungkapan tersebut dibawa ke dalam ruang lingkup yang lebih sempit, dalam hal ini aspek bukum yang merupakan bagian tak: terpisahkan dari syariat Islam secara keseluruhan, maka artinya hukum’ (igih) Islam its secara keseluruhan up to date karena memiliki daya elasts, Elastisitas hukum islam dapat dilihat antara lain dari sedikitnya jumlah ayat hukum (ayat al- ahkam) dalam AbQur an dan haditshadits hukum (ahadits alahtam) dalam berbagai Kitab hadits. nx pun pada urmumnya hanya memuat normanorma dasar yang bersifat unum dan global.®* Allah swt. telah menyempurnakan ajarannya sebagai ajaran akhir 2aman dan telah menutug risalahnya, melelui ayat yang paling akiur diterima oleh Rasulullah pada haji wade’, poe sof eei5 ge Khe AX s SEIS TAT a : a "Pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kamu agamamu, aku sempurnakan atas kamu nikmat-Ku, dan Aku telah relakan untukmu Islam sebagai agama baginn....” (al-Maa'idab: 3) Karena itu [slam dapat didefinisikan sebagai “ALIslamt dinun syamilun, kaamilun, shatihun, tikulli zamanin wamakanin” (AHslam adalah dien yang menyeluruh, sempuraah dan bear, yang dapat diterapkan dimanapun dan kkapan pan) Islam diturunkan sebagai pembawa rahmat yagi sehuruh alarn (raimatan {it “alantin) , dan eveliputi seluruh hamba Allah sampai akhir perkembangan 3) Muhammad Amin Sura, fad Ibew Tainan, Pusha Fires, Sas, 292, 2 24. ~ Asuransi Syarlah ‘fe ana General: Konsep can Sistem Operasional

Anda mungkin juga menyukai