Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Oleh:
Nama : Suci Rustini
NPM : 19035

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKKES Dr. Sismadi Jakarta
Tahun 2021/2022
A. Konsep Infeksi Saluran Kemih

1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi
saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi
jamur dan virus juga dapat manjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
adalah yang disebabkan oleh Escherichia Coli, suatu organisme yang
sering ditemukan di daerah anus. (Corwin, 2001 : 480).

2. Etiologi
a. Bakteri (Eschericia coli)
b. Jamur dan virus
c. Obstruksi saluran kemih (BSK)
d. Diabetes
e. Kehamilan
f. Pemasangan kateter
g. Prostat hipertropi (urine sisa)
(patofisiologi untuk keperawatan,113)

3. Patofisiologi
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada
faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta
menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri
harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout)
dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara
mengganggu mekanisme normal.
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.
Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi
dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya
dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis
gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui
kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan
dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum.
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua
ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal
meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen
kurang dari 3 %.
(Buku Saku Patofisiologi, 176-180)
4. Manifestasi Klinik
a) Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1) Mukosa memerah dan oedema
2) Terdapat cairan eksudat yang purulent
3) Ada ulserasi pada urethra
4) Adanya nanah awal miksi
5) Nyeri pada saat miksi
6) Kesulitan untuk memulai miksi
7) Nyeri pada abdomen bagian bawah.
b) Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1) Disuria (nyeri waktu berkemih)
2) Peningkatan frekuensi berkemih
3) Perasaan ingin berkemih
4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5) Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6) Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang
parah.
c) Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri pinggang
4) Disuria
(patofisiologi keperawatan,113-114)
d) Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan
pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Komplikasi
a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b. Gagal ginjal
(patofisiologi keperawatan,115)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

b. Bakteriologis
1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang
minyak emersi.
2) Biakan bakteri  102 – 103 organisme koliform/mL
urin plus piuria.
3) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa
perubahan warna pada uji carik.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal,137)
7. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
b. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
c. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
(Buku Saku Patofisiologi,183)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
2) Persepsi terhadap kondisi penyakit
3) Mekanisme kopin dan system pendukung
e. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada saluran kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
c. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin , perubahan
pada reagulasi temperatur.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka operasi dan
kelemahan fisik.
e. Resiko infeksi sekunder yang berhubungan dengan adanya bakteri
pada saluran kemih,port de entry, pemasangan kateter.
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan
produksi,frekuensi urin,poliuria,nokturia.
h. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan
di rumah.
i. Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif
j. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kelemahan.
3. Perencanaan/Intervensi
a. Nyeri yang berhubungan dengan ISK
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada
saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang
memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat
aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat
merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada
kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program
terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi
dan atau nokturia) yang berhubunganm dengan ISK.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam
vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang
nyaman
Rasional : Agar klien tidak sukar untuk berkemih.

c. Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi


endotoksin , perubahan pada reagulasi temperatur.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, Tidak
mengalami komplikasi yang berhubungan infeksi.
Intervensi
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil/diaforesis
Rasional: Suhu 38,9°-41,1° C menunjukkan proses penyakit
infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
Kolaborasi
4) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen
(Tylenol).
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
5) Berikan selimut pendingin
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih
besar dari 39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan
pada otak.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan luka


operasi.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan
Kriteria Hasil :
1) Klien terlihat segar.
2) Klien mampu memenuhi kebutuhannya sesuai dengan
kemampuannya.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan.
2) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan.
Raional: Pasien mampu/mandiri (nilai 0) atau memerlukan
bantuan/peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan
pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan
terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total
pada pemberian asuhan (nilai 4).
3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan.
Rasional: Mengurangi beban klien sehingga mempercepat
kesembuhan
4) Beri/bantuan mengubah posisi.
Rasional: Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
5) Motivasi keluarga untuk membantu dalam pemenuhan ADL
Rasional: Diharapkan keluarga terdorong dan mau berpartisipasi
dalam membantu memenuhi kebutuhan ADL klien.

6) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.


Rasional: Agar keluarga kooperatif dalam pengobatan dan
perawatan.
e. Resiko Infeksi sekunder yang berhubungan dengan adanya
bakteri pada saluran kemih,port de entry dan pemasangan kateter.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negatif
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika
suhu diatas 38,50 C
Rasional :Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak
ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan
sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung
kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar
tetap bersih dan kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra
f. Tujuan dan criteria hasil : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan adekuat. Kriteria
Hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) Tidak terjadi penurunan BB
3) Masukan nutrisi adekuat
4) Menghabiskan porsi makan
5) Hasil lab normal (albumin, kalium)
Intervensi :
1) Monitor adanya mual dan muntah
Rasional : dasar untuk menetapkan output dan input pasien
2) Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status
nutrisi.
Rasional : tanda adanya ketidakadekuatan pasien dalam
mempertahankan intake yang optimal.
3) Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level
Rasional : yang menindikasikan status nutrisi dan untuk
perencanaan treatment selanjutnya.
4) Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Rasional : membantu keadekuatan klien dalam memenuhi input
yang optimal.
5) Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : memenuhi kebutuhan pasien
6) Berikan perawatan mulut sering
Rasional : membantu meningkatkan dan memperbaiki nafsu makan
pasien.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
Rasional : membantu klien dalam mengembalikan status gizi yang
optimal.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan
produksi,frekuensi urin,poliuria,nokturia.
Tujuan dan criteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan pasien dapat istirahat tidur malam
optimal dengan : Melaporkan istirahat tidur malam yang optimal.
Intervensi :
1) Pantau keadaan umum pasien dan TTV
Rasional : Mengetahui kesadaran, dan kondisi tubuh dalam
keadaan normal atau tidak
2) Kaji Pola Tidur.
Rasional : Untuk mengetahui kemudahan dalam tidur.
3) Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kegelisahan.
4) Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, imobilitas, gangguan eliminasi seperti sering berkemih,
gangguan metabolisme, gangguan transportasi, lingkungan yang
asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat).
Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab aktual dari gangguan
tidur.
5) Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan.
Rasional : Untuk memantau seberapa jauh dapat bersikap tenang
dan rilex.
6) Ciptakan suasana nyaman, Kurangi atau hilangkan distraksi
lingkungan dan gangguan tidur.
Rasional : Untuk membantu relaksasi saat tidur.
7) Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis;
setelah makan).
Rasional : Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi,
8) Minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan
berkemih sebelum tidur.
Rasional : Berkemih malam hari dapat mengganggu tidur.
9) Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene
personal, linen dan baju tidur yang bersih).
Rasional : Kenyaman dalam tubuh pasien terkait kebersihan diri
dan pakai.
10) Gunakan alat bantu tidur (misal; air hangat untuk kompres
rilaksasi otot, bahan bacaan, pijatan di punggung, music yang
lembut, dll).
Rasional : Memudahkan dalam mendapatkan tidur yang optimal.
11) Ajarkan relaksasi distraksi.
Rasional : Untuk menenangkan pikiran dari kegelisahan dan
mengurangi ketegangan otot
12) Beri obat dengan kolaborasi dokter.
Rasional : Pemberian obat sesuai jadwalnya.
h. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi
perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24
jam klien mengerti: Proses penyakit infeksi saluran kemih dengan
kriteria hasil: klien mampu memahami proses penyakitnya.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap
proses penyakitnya.
2) Rasional : Mengetahui sejauh mana pasien paham tingkat
penyakitnya
3) Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tentang
proses penyakitnya.
Rasional: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat
dikendalikan dengan informasi penyakit

4) Berikan penyuluhan tentang proses penyakitnya sesuai dengan


tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
Rasional : Pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat
dikendalikan dengan informasi penyakit.

5) Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan


berikan umpan balik secara verbal dan tertulis.
Rasional : pasien mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan
penyakitnya

6) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang terkait dalam pemberian


informasi sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien
dalam mempertahankan program terapi.
Rasional : dengan kolaborasi pencegahan infeksi saluran kemih
dapat di lakukan dengan baik

i. Cemas berhubungan dengan koping maladaptive.


Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam,cemas
klien dapat berkurang dengan criteria hasil :
1) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya
ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.
2) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan
oleh indikator sebagai berikut :
3) Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
4) Menggunakan tekhnik relaksasi untuk meradakan ansietas.

Intervensi :
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi
upaya medik untuk mengontrol ansietas.
2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Rasional: membantu pasien menurunkan ansietas dan memberikan
kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata.
3) Berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan
prognosis.
Rasional : menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar
fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
4) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami
selama prosedur.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terapi, kerjasama penuh
penting untuk keberhasilan hasil setelah prosedur
5) Ajarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi.
Rasional : memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan
Ansietas dan meningkatkan proses penyembuhan
6) Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
Rasional : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat.

j. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kelemahan

Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 kali 24 jam,klien dapat memenuhi kebutuhan ADL secara

mandiri.

1) Klien terbebas dari bau badan

2) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan

ADL

3) Dapat melakukan ADL dengan bantuan

Intervensi

1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana klien merawat diri sendiri

2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan

diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan

Rasional : Memenuhi kebutuhan klien

3) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk

melakukan self-care
Rasional : Mempermudah klien dalam perawatan diri secara

mandiri

4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal

sesuai kemampuan yang dimiliki

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan

kerja jantung tiba-tiba

5) Ajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk

memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk

melakukannya

Rasional :

6) Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas

sehari-hari

Rasional : Semakin lanjut usia klien maka semakin sedikit

pelaksanaan aktivitas sehari hari yang dapat dilakukan secara

mandiri

4. Evaluasi
a. Pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang
b. Klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
c. Suhu dalam batas normal, Tidak mengalami komplikasi yang
berhubungan infeksi.
d. Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan
e. pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
f. nutrisi seimbang dan adekuat
g. istirahat tidur malam yang optimal
h. klien mampu memahami proses penyakitnya
i. Cemas klien dapat berkurang
j. memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Nanda internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Brae. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.

Tombayung, dr. Jan, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai