Oleh:
TRIA FIRNASARI (1440119062)
1
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Harga diri rendah adalah suatu perasaan yang tidak berharga, tidak berarti dan
merasa rendah diri yang berlangsung lama yang diakibatkan karena penilaian negatif
terhadap diri sendiri dan kedapatan diri. (keliat, 2011)
Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap dirinya sendiri yang
menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, merasa pesimis, dan merasa tidak berharga
di kehidupan (Dermawan, D., 2013).
Harga diri rendah adalah evaluasi/penilaian negatif terhadap diri sendiri dan
kedapatan diri serta disertai kurangnya perawatan diri, tidak berani menatap lawan
bicara sehingga lebih banyak menunduk, kalau berbicara lambat dan suara
lemah(Suerni, Keliat, 2013).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana seorang individu menilai dirinya
sendiri atau kedapatan yang dimilikinya menjadi negatif atau suatu perasaan yang
menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri.
2. Penyebab
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya harga diri rendah yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor Predisposisi
a) Biologis
Faktor heriditer atau keturunan misalnya adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa.
b) Psikologis
2
Masalah psikologis yang dapat menimbulkan harga diri rendah yaitu
pengalaman yang dirasakan seseorang masa lampau yang tidak menyenangkan,
penolakan dari orang terdekat dan lingkungan serta harapan yang tidak
realistis/nyata. Kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggungjawab
secara personal dan juga memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain
juga bisa menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasien dengan harga diri
rendah memiliki penilaian/evaluasi yang negatif terhadap dirinya, mengalami
krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c) Faktor Sosial Budaya
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak dapat menimbulkan harga diri rendah.
b. Faktor Presipitasi
a) Riwayat trauma
seperti adanya penganiayaan seksual, menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan, pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, , menjadi
pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
b) Ketegangan peran:
Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan:
Yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti
transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi:
Dapat terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit:
Diakibatkan pergeseran dari kondisi sehat ke sakit. Contoh dari transisi ini
antara lain karena kehilangan sebagian anggota tubuh seperti kaki/tangan,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. Atau perubahan
fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis
dan keperawatan.(Ns. Nurhalimah, S.Kep, 2016)
3. Jenis
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
3
a. Harga diri rendah situsional yaitu suatu keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif karena
berespon terhadap suatu kejadian akibat kehilangan dan perubahan misalnya harus
dioperasi, dicerai suami atau istri, kecelakaan, putus sekolah, putus hubungan
kerja.
b. Harga diri rendah kronik yaitu suatu kondisi dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kedapatan diri sendiri dalam waktu lama yaitu
sebelum sakit/ di rawat.
4. Rentang respon
RENTANG RESPON
ADAPTIF MALADAPTIF
4
g. Depersonalisasi atau tidak mengenal diri : Suatu perasaan yang tidak realistis dan
keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas
panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata
dan asing baginya.
5
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
Menurut Keliat, 2011, tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak dapat
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kedapatan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan nada suara lemah.
7. Akibat
Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-citaseseorang sehingga
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
akanmenyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini mengakibatkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul ketika lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Ketika seseorang mengalami harga
diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dan menarik diri
dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarikdiri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku
yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
( DEPKES,2003)
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendekatau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart& Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
6
a) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri
(misalnya, mendengarkan musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
b) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, dunia politik, kelompok, gerakan atau genkg)
c) Aktifitas sementara meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu
( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas )
d) Aktifitas jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup yang tidak
bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
a) Penutupan identitas - adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
b) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
9. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia kini sudah dikembangkan sehingga penderita
tidak mengalami diskriminasi dan lebih manusiawi dari pada yang sebelumnya. Terapi
yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
yaitu jenis psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak, dan Haloperidol yang
berfungsi mengobati kondisi gugup.
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone yang berfungsi untuk
ansietas, Aripiprazole yang berfungsi untuk antipsikotik. (Hawari,2001)
b. Psikoterapi Terapi
Terapi psikoterapi ini sangat baik untuk mendorong penderita agar kembali
bergaul dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri lagi karena bila pasien menarik diri lagi maka akan
7
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Terapi ini dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditunjukan pada kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kedapatan sosial. Kedapatan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok
bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektroda yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik.
(Maramis, 2005)
MEKANISME KOPING
TIDAK EFEKTIF
(causa)
8
11. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif
b. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
9
kedapatan yang dimiki untuk yang masih dapat dilaksanakan dan
digunakan digunakan selama sakit
Kriteria hasil: Setelah…..x 2. 2. Diskusikan kedapatan yang dapat
pertemuan dilanjutkan penggunaannya
1. Kebutuhan pasien terpenuhi
2. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
TUK 4 : Pasien dapat (menetapkan) 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas
merencanakan kegiatan sesuai yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kedapatan yang dimiliki kedapatan
Kriteria hasil: Setelah…..x a. Kegiatan mandiri
pertemuan b. Kegiatan dengan bantuan minimal
1. pasien dapat beraktivitas sesuai c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan
kedapatan total
2. Pasien mengikuti aktivitas kelompok 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh pasien lakukan
TUK 5 : Pasien dapat melakukan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk
kegiatan sesuai kondisi sakit dan mencoba kegiatan yang telah
kedapatannya Kriteria hasil: direncanakan
Setelah…..x pertemuan, pasien dapat 2. Beri pujian atas keberhasilan pasien
beraktivitas sesuai kedapatan 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pasien pulang
TUK 6 : Pasien dapat memanfaatkan 1. Beri pendidikan kesehatan pada
system pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat pasien
Kriteria hasil: Setelah…..x dengan harga diri rendah
pertemuan, 2. Bantu keluarga memberikan dukungan
1. pasien dapat melakukan apa yang selama pasien dirawat
diajarkan 3. Bantu keluaga menyiapkan lingkungan
2. pasien dapat memberikan dukungan rumah
10
STATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
11
“Bagaimana perasaan bu siti saat ini? ......... o o o begitu”“ibu bisa menceritakan
kepada saya, apa yang ibu dirasakan dirumah, hinggadibawah ke RSJ”
3) Kontrak
1) Topik
“ Maukah bu siti berbincang-bincang dengan sayamengenaiapa yang dimiliki
serta hobi yang sering dilakukan dirumah”
2) Tempat
“Bu Siti lebih suka berbincang-bincang dimana?, o o o ditaman, baiklah”
3) Waktu
“kita mau berbincang-bincangberapa lama?, Bagaimana kalau 10 menit saja”
4) Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering bu siti siti lakukan dirumah?”.........
“memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi yang
ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu senang menyulam ya?”, wah bagus
sekali!“Bagaimana kalau bu siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain
yang dimiliki?” kemudian apa lagi.
“Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka suka yang ibu lakukan
selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu?” “sekarang
kita membuat jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertasnya dan bolpointnya,
jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau kita
mulai? ”“Bu siti mulai dari jam 05.00 WIB?.............. ya, tidak apa-apa,
bangun tidur......... terus ya sholat shubuh, terus masak (samapi jam 20.00
WIB), bagus tapi jangan lupa minum obatnya, ya Bu!”
“Apakah bu siti mengetahui artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan saya
jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah
dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana, keluarga,
teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat
dikunjungi saat obat habis”
“Bu siti di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa lagi?”
“Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu siti siti?”
“Siapaselamaini yang mengingatkan bu siti minum obat dan mengantarkan
control/periksa ke dokter?”. “wah bagus! Terus selama ini yang mencari nafkah
dan mencari biaya pengobatan untuk bu siti siapa?”
12
“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan bu siti siti?”
“Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan bu siti siti?”. “Oooo pengajian.....
Bagus itu, kalau kelompok bu siti-bu siti arisan ada tidak bu, oo begitu!”. “selama
ini bu siti sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang paling
dekat dengan rumah bu siti?”
b. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaannyaibu siti selama kita bercakap – cakap?”, “Senang
terima kasih”
2) Evaluasi Obyektif
“Tolong bu siti dapat ceritakan kembali kedapatan dan kegiatan yang sering bu siti
lakukan? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga bu siti terhadap
kedapatan dan kegiatan yang ibu siti lakukan?”.
3) Rencana Tindak Lanjut
“baiklah Bu siti, nanti bu siti ingat ingat ya, kedapatan bu siti yang lain dan belum
sempat bu siti ceritakan kepada saya?”, “besok bisa kita bicara lagi”.
4) Kontrak
a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan /kedapatan yang
dapat bu siti siti lakukan di rumah dan di RSJ”
b. Tempat
“Tempatnya mau dimana Bu? ”
c. Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap – cakap?”. “Bagaimana kalau 15
menit”“Setuju!”“Sampai bertemu lagi besok ya, Bu siti”
13
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
14
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin bu siti ingin
bercakap – cakap lebih lama lagi?”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering bu siti siti lakukan dirumah?”.........
“memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi yang bu siti
lakukan?”. “kalau tidak salah bu siti juga senang menyulam ya?”, wah bagus sekali!
“Bagaimana kalau bu siti siti menceritakan kelebihan lain/kedapatan lain yang
dimiliki?” kemudian apa lagi.
“Bagaimana dengan keluarga bu siti siti, apakah mereka menyenangi apa yang bu siti
lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja bu siti?”
3. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bu siti siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah sakit”
2) Evaluasi Obyektif
“Coba bu siti bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dbu sitiat tadi!”.
“Bagus”
3) Rencana Tindak Lanjut
“Bu siti siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah bu siti buat
tadi!”“.........nah nanti kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan bersama – sama
dengan teman – teman yang lain ya!”. “Bagaimana kalau nanti siang?
4) ”Kontrak
a.Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap – cakap
tentang kegiatan yang dapat dilakukan di rumah”. “Bagaimana menurut bu
siti siti?”. “Setuju”
b. Tempat
“Bu siti ingin bercakapn – cakap dimana besok?”, “......... oooo di taman,
baiklah.”
c.Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”
15
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
16
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap –cakap di taman
benar kan?”
3) Waktu
“Mau berapalama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”
d. Kerja
“Kemarin bu siti telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat
jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti
saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau kita mulai? ”
“Bu siti mulai dari jam 05.00 WIB?.............. ya, tidak apa-apa, bangun tidur.........
terus ya sholat shubuh, terus masak (samapi jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa
minum obatnya, ya Bu!”
e. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bu siti siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di
rumah”
2) Evaluasi Obyektif
“Coba bu siti sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah”
3) Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari apa yang dapat dilakukan di
rumah?”
Kontrak
4) Topik
“Nah, bagaimana besok kita bercakap – cakap tentang perlunya dukungan
keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti”
5) Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap di teras, setuju!, atau mungkin bu siti ingin
di tempat lain?”
6) Waktu
“Kita mau bercakap –cakap berapa lama, bagaimana kalau 10 menit?”
17
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
18
“Bu siti di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa lagi?”
“Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu siti siti?”
“Siapa selama ini yang mengingatkan bu siti minum obat dan mengantarkan
control/periksa ke dokter?”. “wah bagus! Terus selama ini yang mencari nafkah dan
mencari biaya pengobatan unutk bu siti siapa?”
“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan bu siti siti?”
“Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan bu siti siti?”. “Oooo pengajian..... Bagus
itu, kalau kelompok bu siti-bu siti arisan ada tidak bu, oo begitu!”. “selama ini bu siti
sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang paling dekat dengan rumah
bu siti?”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem pendukung yang
bu siti siti miliki?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba bu siti sebutkan kembali sistem pendukung yang bu siti miliki dirumah,
satu persatu ya!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga ya Bu! Jangan
lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit!”
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana besok kita bercakap – cakap lagi, tentang obatobatan yang bu siti
siti minum setiap hari”
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di warung makan, o.... bisa!”
3) Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi bu!
DAFTAR PUSTAKA
Budi Ana Keliat, Akemat, Novy helena C.D, Heni Nurhaeni. (2011). keperawatan kesehatan
jiwa komunitas. Jakarta: EGC.
19
Dermawan, D. R. (2013). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
wijayaningsih, k. s. (2015). praktik klinik keperawatan jiwa. jakarta: trans info media.
20