DEMAM TYPHOID
Disusun oleh :
Elvira Mandaleta
(14.401.19.020)
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEMAM TYPHOID
Pembimbing
NIK: 201404.47
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongannya saya tidak bisa menyelesaikan Asuhan
Keperawatan “Demam Typhoid’’ ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan para pemabaca dan juga bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pembimbing kami yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya serta mencurahkan ilmu untuk kami.Dan kami tidak lupa
ucapan terima kasih kepada kedua orang tua juga semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dalam
proses belajar mahasiswa. Dan kami sebagai penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Batasan Masalah..............................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
D. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
A. Konsep Penyakit............................................................................................................................3
1. Definisi........................................................................................................................................3
2. Etiologi........................................................................................................................................3
3. Tanda dan Gejala.........................................................................................................................4
4. Patofisiologi.................................................................................................................................4
5. Pathway.......................................................................................................................................6
6. Klasifikasi....................................................................................................................................8
7. Komplikasi..................................................................................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................11
1. Pengkajian.....................................................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................14
3. Intervensi......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Tifoid masih merupakan penyakit endemik di indonesia. penyakit ini mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Sejak awal
abad ke-20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa. Hal ini dikarenakan ketersediaan
air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang belum dimiliki oleh sebagian besar negara
berkembang. Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia
Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan di Afrika Selatan dengan insidens lebih dari 100 kasus
per 100.000 populasi per tahun.
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di indonesia. Penyakit ini termasuk
penyakit yang menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang
wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang menular dan dapat menyerang
banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah
Di indonesia, insidens demam tifoid banyak di jumpai pada populasi yang berusia 3-19
tahun. Kejadian demam tifoid di indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga. Yaitu adanya
anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid. Tidak adanya sabun untuk mencuci
tangan,menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air
besar dalam rumah.
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di indonesia pada
tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per
10.000 penduduk. Dari survei berbagai rumah sakit di indonesia dari tahun 1981 sampai dengan
1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderitaa sekitar 35,8% yaitu dari 19. 596 menjadi
26.606 kasus dan insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan.
1
B. Batasan Masalah
Pada asuhan keperawatan ini difokuuskan pada konsep penyakit Demam Typhoid dan
konsep asuhan Demam Typhoid.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep penyakit pasien yang mengalami Demam Typhoid?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien yang mengalami Demam Typhoid ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep penyakit Demam Typhoid.
b. Memahami konsep asuhan keperawatan Demam Typhoid.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Demam Typhoid adalah penyakit endemik yang menular dan dapat menyerang banyak
orang yang terjadi karena masuknya kuman Salmanella typhi (S. typhi) dan Salmonella
paratyphi (S. paratyphi) ke dalam tubuh manusia yang terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi. Sebagian kuman di musnahkan dalam lambung. Sebagian lolos masuk ke dalam
usus dan selanjutnya berkembang biak, maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-
M) dan selanjutnya ke lamina propia. (Siti setiati, 2014)
Kemudian Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mensetrika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ retikuloendetial tubuh terutama hati dan limpa.
(Aru W. Sudoyo, 2010 ).
Demam Typhoid dikenal dengan nama peyakit tifus ini merupakan penyakit yang
menular melalui makanan yang ditularkan oleh orang yang terinfeksi oleh kuman atau penyakit
tersebut dan juga bisa disebabkan melalui kuman Salmonalla typhi (S. typhi) dan Salmonella
paratyphi( S. paratyphi) ke dalam tubuh manusia. (Siti Setiati, 2014)
2. Etiologi
Demam tifoid timbul diakibatkan darin infeksi Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.
Faktor penyebab terjadinya Demam Typhoid adalah:
a. Adanya kuman Salmonella typhi dan paratyphi yang masuk ke dalam tubuh
b. Adanya makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella tersebut yang lalu dapat
menularkan lewat makanan tersebut.
c. Feses dan urin yang mungkin saja dapat menular
3
Pada penyakit ini kuman masuk melalui makanan yang sudah terkontaminasi ke dalam
lambung dan diteruskan ke usus jika sebagian lolos masuk dan selanjutnya berkembang
biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh Makrofag. (Aru W.
Sudoyono, 2010)
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut lain yaitu:
a. Demam
b. Nyeri kepala
c. Pusing
d. Nyeri otot
e. Anoreksia
f. Mual
g. Muntah
h. Obstipasi
i. Batuk
j. Epistakis
Masa inkbasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul sangat
bervariasi dan ringan sampai dengan berat dari arsimtomasik hingga gambaran penyakit yang
khas disertai dengan komplikasi hingga kematian. (Siti Setiati,2014)
4. Patofisiologi
Penularan demam tifoid bisa melalui berbagai cara, Masuknya kuman salmonella tiphy (S.
tiphy) dan salmonella paratiphy (S. paratiphy)kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan
yang terkontaminasi. Sebagian dari kuman itu dimusnahkan dalam lambung, sebagian
lolosmasuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imun humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik,maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina
4
propia. dalm lamia propia kuman berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag.kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
dibawa ke plak payeri ileum distal dan kemudian ke kelnjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus toransikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk
kedalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik )dan menyebar
keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dn limpa. Diorgan-organ ini kuman
meninggalkan fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke sirkulasi darah lgi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sitemik.
Kuman dapat masuk kedalam katung empedu, berkembang biak, bersama cairan empedu
di ekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman di keluarkan melalui
feses, dan sebagian lagi masuk kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
terulang kembali, karena makrofag yang telah teraktifasi, hiperaktiv, maka saat fagositosis
kuman salmonella terjadi pelepasan beberapamediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasisistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, gangguan vaskuler,mental, dan koagulasi.
Didalam plak payeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S.
Tipy intra makrofag mengindukasi reaksi hipersensitifitas tipelambat, hiperplasia jaringan, dan
nekrosis organ). PadaSaat Perdarahan di saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plague payeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibatakumulasi sel-sel
mononuklear didinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.
5
5. Pathway
Berkembang biak
Seluruh organ RE Meninggalkan sel
Dkts. torasikus di ekstraseluler
Terutama hati, limpa fagosit organ atau
distal
sinusoid
Sel fagosit
Feses
Sirkulasi darah
(bakteremia II)
Kandung empedu
Lumen usus
Tanda gejala
sistematik
Makrofag sudah
teraktivasi
Hiperaktif Reaksi
hiperplasia
plek payeri
6
Pendarahan saluran Erosi pem. Darah Hiperplasi nekrosis
cerna
perforasi
7
6. Klasifikasi
a. Anak-anak 2,6 %
b. Dewasa 5,6 %
Yang tergantung dari Umur, keadaan umum, derajat kekebalan, Virulensi Salmonella dan
kecepatan terapi yang dapat terkena penyakit tifoid yang disebabkan melalui makanan dan
ditularkan oleh kuman Salmonella. Masa inkubasi 10-14 hari yang ditandai dengan keluhan
utama Demam, Obstipasi, Anoreksi, Batuk-batuk dan pemeriksaan laboratorium yang ditandai
dengan:
1. Kultur empedu
2. Tes Widal : titer O>160, titer H>640
3. Peningkatan titer Widal 4 kali dalam 1 Minggu dianggap demam tifoid positif
1. Perdarahan khusus
2. Perforasi Usus
3. Meningitis
4. Gangguan mental
5. Syok septik
6. Pneumoni
7. Hepatitis
8. Arthritis
1. Istirahat
2. Diet
a. Tinggi kalori, cukup cairan
b. Makanan sesuai dengan selera penderita
c. Langsung diberi nasi atau makanan padat lainya asal rendah serat
8
3. Medikamentosa
7. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan Intestinal
Pada plak payeri usus yang terinfeksi dapat berbentuk tukak/luka berbentuk lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh
darah maka terjadi perdarahan. Selain karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena
gangguan koagulasi darah (KID) atau gabungan kedua faktor. Sekitar 25% penderita tifoid dapat
mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat
terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan
bila terdaat perdarahan sebanyak 5ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal.
Jika penanganan terlambat,mortalitas cukup tinggi hingga10-32%, bahkan ada yang melaporkan
sampai 80%. Bila transfusi yang diberikan tidak dapak mengimbangi perdarahan yang
terjadi,makatindakan bedah perlu di pertimbangkan.
b. Perforasi Usus
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat, biasanya timbul pada minggu ketiga
namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Selain gejala umum yang biasa terjadi maka
penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah
kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda ileus
bising usus melemah ada 50% pada penderita dan pekak hati terkadang tidak ditemukan karena
adanya udara bebas di abdomen.
Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3 Posisi) ditemukan udara pada rongga
peritoneum atau subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang cukup menentukan
terdapatmya perforasi usus pada demam tifoid. Berberapa faktor yang dapat meningkatkan
kejadian adalah perforasi adalah umur (biasanya berumur 20-30 tahun), lama demam, modalitas
9
pengobatan, beratnya penyakit dan mobilitas penderita. Tanda-tanda perforasi lainya adalah nadi
cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok. Leukositositas dengan pergeseran ke kiri
dapat menyokong adanya perforasi.
2. Komplikasi Ekstra-Intestinal
a. Komplikasi Hematologi
b. Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50% kasus dengan demam
tifoid dan lebih banyak dijumpi pada S. typhi daripada S. paratyphi. Hepatitis tifosa dapa terjadi
pada pasien dengan malnutrisi dan sistem imun yang kurang, meskipun sangat jarang ,
komplikasi hepatoensefalopati dapat terjadi.
c. Pankreas Tifosa
Merupakan komplikasi yang bisa dijumpai pada demam tifoid, pankreatitis sendiri dapat
disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun zat-zat farmakologik.
Pemeriksaan enzim amilase dan lipase serta ultrasonografi/CT-scan dapat membantu diagnosis
penyakit ini dengan akurat.
10
d. Miokarditis
Demam tifoid dapat terjadi pada siapa saja laki-laki atau perempuan, anak-anak maupun
dewasa, muda atau tua jika anak-anak kemungkinan terserang tifoid 2,6% sedangkan dewasa 5,6
% tergantung dari umur, keadaan umur dan derajat kekebalan seseorang itu sendiri. (Halim
Mubin, 2014)
Demam yang terjadi saat sore atau malam hari, adanya lidah tifoid, adanya nyeri
spontan atau tekan di daerah McBurney, sedangkan sisi kiri normal atau kurang nyeri.
(Halim Mubin, 2014)
Pasien terinfeksi bakteri Salmonella thypi yang disebabkan oleh makanan yang
tidak higenis yang menyebabkan pasien tersebut langsung demam, anoreksia ,
obstipasi, batuk-batuk, mual dan membuat pasien tersebut menjadi pucat dan lemah.
11
2. Riwayat penyakit keluarga
Dalam kesehatan keluarga pasien ada yang pernah menderita sakit typhoid
3. Riwayat pengobatan
Pasien diberi obat seperti antibiotik sesuai dengan resep dokter untuk meredakan
demam dalam tubuh
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Tanda-tanda vital
Pasien akan mengalami penurunan tingkat kesadaran yang diikuti lidah lifoid
(tremor, tengah kotor, tepi hiperemis) , nyeri tekan atau spontan pada perut dan
mengalami penurunan pendengaran.
2. Body system
a. Sistem pernafasan
Mengalami batuk dan sesak nafas.
b. Sistem kardiovaskuler
Pasien bisa mengalami hipotensi yang mengalami syok.
c. Sistem persyarafan
Terjadi penurunan kesadaran dan dapat mengalami kejang yang ditandai dengan
demam, mual, lidah lifoid dan nyeri kepala.
d. Sistem perkemihan
Pasien yang mengalami sakit typhoid elimansi urine tidak mengalami gangguan
e. Sistem pencernaan
12
Pasien mengalami lidah lifoid ( tremor, lidah kotor, tepi hiperemis) , sering
muntah , terjadi nyeri yang spontan atau tekan di daerah perut di Mc. Burney atau
kanan bawah.
f. Sistem integument
Muka tampak pucat, kulit kering
g. Sistem muskuloskletal
Pasien mengalami kelemahan fisik
h. Sistem endokrin
Pasien yang mengalami sakit typhoid tidak memiliki gangguan di sistem endokrin
i. Sistem reproduksi
Menghindari aktivitas yang berbau seksualitas
j. Sistem penginderaan
pasien mengalami gangguan pendengaran sesaat dan matanya tampak berkunang-
kunang saat melihat sesuatu.
k. Sistem imun
Mengalami penurunan imun yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
SGOT dan SPGT seringkali meningkat tetapi kenaikan iki tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Uji widal
Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan kultur salmonella
shigella sampai sekarang kultur masih menjadi standar baku dalam peneggakan
diagnostik. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agluntinin dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaitu agluntinin O, agluntinin H, agluntinin Vi.
13
4. Uji typhoid
Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi igM dan igG yang terdapat pada pasien
membran luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji ini dapat di dapatkan 2-3 hari
setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi igM dan igG terhadap
antigen S.thypi seberat 50 kD yang terdapat pada strip nitroselulosa.
Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi igM spesifik terhadap S. typhi pada spesimen
serum atau whole blood.
f. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1. Istirahat
2. Diet
3. Medikamentosa
Obat pertama : kloramfenikol.
Obat alternatif: Kotrimoksazol, Ampisilin, Kuinolon, Ciprofloksasin, Sefriakson.
b. Terapi komplikasi
a.) Perdarahan usus
Pemberian obat per oral tetap hati-hati, lebih baik di hentikan dan diet halus yng
dapat diberikan obat homeostatis seperti asam traneksamat.
b.) Perforasi usus
Diet dan obat per oral dihentikan, seger konsultasi ke bagian bedah.
2) Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatann penyakit typhoid yang muncul antara lain :
a. Defisit Nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
14
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makanan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
15
g) Amyotropic lateral sclerosis
h) Kerusakan neuromuskular
i) Luka bakar
j) Kanker
k) Infeksi
l) AIDS
m) penyakit Crohn’s
Menurut Siti Setiati ,2014 diagnosa keperawatan penyakit Typhoid yang muncul antara
lain :
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari, gejala-gejala klinis yang
tmbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat dari asimtomatik hingga gambaran penyakit
yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klinis ini ditemukan
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi lainya yaitu:
a. Demam
b. Nyeri kepala
c. Pusing
d. Nyeri otot
e. Anoreksia
f. Mual
g. Muntah
h. 0bstipasi
i. Batuk
j. Perasaan tidak enak di perut
k. Epistakis
Pada pemeriksaan fisik hanya di dapat suhu badan yang meningkat. Sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. Dalam
minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif adalah
peningkatan suhu 1 derajat celcius tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit,
16
lidah yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental
berupa somnolen, sopor, koma, delirium atau psikosis.
3) Intervensi
a. Tujuan
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi yang
tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting
untuk membantu mendeteksi secara dini, walaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Sarana lain untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan Vi, dilaporkan bahwa
sensitivitas 75% dan spesifitas 92% bila ditemukan kadar titer antibodi Vi sebesar 160. Nolan
CM dkk (1981) meneliti tifoid karier beserta keluarganya, ditemukan titer 1:40 sampai 1:2560
pada 7 kasus biakan positif S.typhi sedangkan pada 37 kasus dengan kultur S. typhi negatif 36
kasus tidak ditemukan antibodi Vi, 1 kasus dengan antibodi Vi positif 1:10 .
b. Kriteria hasil
f. Memiliki nialai laboratorium (mis ; transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal
17
c. Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
Aktivitas Kolaboratif
18
Aktivitas Lainya
19
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, Siti dan dkk.( 2014) . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 6 jilid I. jakarta pusat
10430: Interna Publishing.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Mubin, Halim dan dkk. (2014). Panduan Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 3. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Sudoyono, Aru W dan dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5 Jilid ke III. Jakarta
Pusat 10430 : Interna Publishing.
20
Soal Kasus
21
e. Faktor penyakit
6. Pemeriksaan laboratorium apakah yang bisa mendeteksi antibodi igM dan igG …
a. Uji tubex
b. Uji widal
c. Uji darah perifer lengkap
d. Uji typhidot
e. Uji igM dipstick
7. Masa tunas atau inkubasi demam typhoid berlangsung berapa lama…..
a. 7-16 hari
b. 10-14 hari
c. 15-16 hari
d. 1-4 hari
e. 3-7 hari
8. Komplikasi apa yang jarang terjadi pada demam typhoid…
a. Miokarditis
b. Hematologi
c. Pankreatitis tifosa
d. Perforasi usus
e. Hepatitis tifosa
9. Kuman dari penyebab penyakit typoid dapat masuk kedalam katung empedu,
berkembang biak, bersama cairan empedu di ekskresikan secara intermiten ke
dalam…….
a. lumen usus
b. lambung
c. ginjal
d. hati
e. paru paru
10. Di lamina propia kuman salmonella typhi berkembang biak dan difagosit oleh….
a. Sel makrofag
b. sel-sel fagosit
22
c. sel sel di limpa
d. sel sel glumeroulus
e. sel sel beta
23