Anda di halaman 1dari 12

PAPER II

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN INDUSTRI

Oleh :

SILFI INDRIAN (2011131017)

KELAS TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN INDUSTRI B

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
Pencemaran Air dan Cara Pengolahan Air Limbah

Silfi Indrian

Universitas Andalas

ABSTRAKSI

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air akibat
aktivitas manusia. Pencemaran air dapat juga didefinisikan sebagai penyimpangan sifat-sifat
air dari keadaan normal. Sumber pencemarannya berasal dari limbah domestik (limbah
rumah tangga) dan limbah non-domestik (farm runoff, urban waste, industrial waste, air
pollutants). Semua aktivitas tersebut berdampak pada kualitas air dan ekosistem di
dalamnya. Aspek yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi pencemaran air yang
terjadi, yaitu aspek kimia-fisik, biokimia, dan bahan lainnya. Adapun cara pengolahan air
limbah seperti reed bed, kolam oksidasi, proses ozonisasi, pengolahan primer dan sekunder.

Kata kunci : beracun, industrilisasi, investigasi, limbah, lingkungan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia.
Menurut Kodatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan
air. Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air
dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Air di Indonesia sangat melimpah,
hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan ditempat penampungan air antara
lain; danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat memerlukan air bersih untuk minum, memasak, mencuci, dan keperluan
lain. Air tersebut juga mempunyai standar 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
beracun. Dalam kehidupan dizaman sekarang, adakalanya masyarakat melihat air yang
berwarna keruh dan berbau serta bercamur dengan benda-benda sampah seperti kaleng,
plastik, sampah-sampah organik, ataupun limbah industri. Sumber-sumber yang menga-
kibatkan air tersebut tercemar yang berasal dari banyak aktivitas manusia, misalnya limbah-
limbah industri yang dibuang dan dialirkan ke sungai. Semua akhirnya bermuara di sungai
dan pencemaran air ini dapat merugikan manusia apabila mengkonsumsi ai tersebut.
Pernahkah kamu mendengar tentang penyakit minamata? Penyakit minamata adalah
penyakit kelainan pada sistem saraf pusat yang muncul pada akhir tahun 1950-an di Teluk
Minamata pesisir Laut Shiranui, Jepang. Dilansir dari Verywell Health, pandemik minamata
diawali oleh perubahan perilaku kucing di Minamata yang kejang-kejang dan terjun ke laut
seperti bunuh diri. Penduduk setempat dikejutkan dengan perilaku “gila” kucing-kucing
tersebut. Namun tidak lama disusul dengan gejala aneh pada penduduk setempat yang
mengalami gemetar, kejang, kesulitan berjalan, berkurangnya pendengaran, kelumpuhan,
hingga kematian. Dampak yang sangat besar tersebut kemudian mengundang pemerintah
jepang untuk meneliti penyebab pandemi di Minamata. Diketahui bahwa penyakit tersebut
dikarenakan mengonsumsi ikan dan udang yang terkontaminasi merkuri.
Dilansir dari Boston University, hal tersebut disebabkan oleh pelepasan limbah methyl
merkuri dalam jumlah besar oleh pabrik kimia Chisso Coorporation ke teluk Minamata. Hal
ini berlangsung selama 36 tahun dan mengakumulasikan limbah merkuri seberat 27 ton.
Meracuni air, ikan, udang, kerang, tumbuhan, dan semua disekitar Teluk Minamata. Dilansir
dari Medicine, merkuri merusak otak janin yang sedang berkembang, menyebabkan
mikrosefalus (kepala yang sangat kecil), keterbelakangan mental, buta, dan juga tuli.
Penyakit tersebut kemudian dinamai sesuai asalnya yaitu penyakit minamata.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penulisan dengan judul
“Pencemaran Air dan Cara Pengolaan Air Limbah”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air?
2. Apa saja penyebab dan akibar pencemaran air?
3. Apa saja usaha mengatasi pencemaran air bagi kehidupan seluruh makhluk hidup?
4. Bagaimana cara pengolahan air buangan untuk mengatasi pencemaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami pengertian pencemaran air
2. Dapat mengetahui penyebab dan akibat pencemaran air
3. Dapat mengetahui usaha untuk mengatasi pencemaran air bagi kehidupan
4. Dapat mengetahui proses pengolaan air buangan untuk mengatasi pencemaran air
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengusaha dan Calon Pengusaha
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan proses
industrilisasi dan mampu mengatasi dampak pencemaran air yang dihasilkan melalui
limbah industri.
2. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai tambahan bahan
referensi bagi kalangan akademis sebagai masukan serta menjadi bahan pertimbangan
dalam mengembangkan materi mengenai pengolahan limbah industri yang mencemari
air.
3. Bagi penulis
Digunakan untuk menambah pengetahuan tentang pencemaran air dan cara mengelola
air limbah yang merupakan hasil dari proses industrilisasi serta untuk memenuhi
persyaratan akademik dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Teknologi Industri
Pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02 /


MENKLH / 1988, “Pencemaran atau polusi adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas udara/air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya”. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Perubahan keadaan tersebut dapat terjadi karena masuknya zat, energi, atau komponen lain ke
dalam air sehingga kualitas dari air tersebut menurun hingga batas tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat digunakan lagi. Mengenai adanya fenomena alam seperti gunung berapi, badai,
gempa bumi memang dapat mengakibatkan perubahan yang sangat besar terhadap kualitas
air,namun hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Karena pada prakteknya masukan zat
pada sumber air tersebut adalah berupa buangan yang bersifat rutin seperti buangan limbah cair
dan sejenisnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup membutuhkan air yang
bersih dan sehat. Terutama manusia dapat membedakan kualitas air yang akan dikonsumsi,
tentu akan sangat dengan pencemaran air tersebut. Adapun ciri-ciri air bersih dan sehat adalah
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bersifat netral secara kimia dalam arti tidak
bersifat basa atau asam.
Pencemaran air dapat juga didefinisikan sebagai penyimpangan sifat-sifat air dari
keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta tidak pernah
dalam bentuk murni (bukan berarti tercemar), karena bahan-bahan terlarut seperti CO₂, O₂, dan
N₂, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air
hujan dari atmosfir. Sumber pencemarannya pun beragam, mulai dari limbah domestik yang
berasal dari limbah rumah tangga, dan limbah non-domestik seperti aliran dari pertanian (farm
runoff) dan peternakan, sampah perkotaan (urban waste), limbah industri (industrial waste),
limbah pabrik yang berupa polutan udara (air pollutants), dan lainnya. Semua aktivitas tersebut
berdampak pada kualitas air dan ekosistem di dalamnya.
Polutan berasal dari senyawa-senyawa organik seperti ion logam, anion, xenobiotik, dan
alamiah. Ion logam merupakan substansi alamiah yang berpotensi menjadi polutan akibat dari
aktivitas manusia, misalnya Hg, Cd, Pb, (minimal 0,05 ppm), Sr, Cr, Mn, As, dan lainnya yang
merupakan senyawa toksik. Sedangkan anion berpotensi menjadi polutan karena jumlahnya
yang cukup mebas di dalam air, misalnya NH₃, NO₃, SO₄, pupuk sintesis dan sebagainya. Untuk
xenobiotik dihasilkan oleh interaksi dari reaksi kimiawi dalam air limbah (dioksin dan furan)
atau akibat dari hasil sintesa. Dan yang terakhir alamiah memang ada di alam akibat tumpahan
minyak mentah, bocoran gas alam, dan sebagainya yang berupa hidrokarbon, Pcbs, pestisida,
fenol serta pewarna. Berikut merupakan penjelasan mengenai aspek yang perlu diperhatikan
dalam mengidentifikasi pencemaran air yang terjadi.
a. Aspek kimia-fisik pencemaran air
1) Nilai pH, keasaman dan kebasaan; pH air normal adalah 6 – 8 dan untuk pH air yang
sudah tercemar bervariasi tergantung jenis limbah yang dihasilkan, misalnya adanya
besi sulfur (FeS₂) maka keasaman karena FeS₂ dengan udara dan air akan membentuk
H₂SO₄ dan Fe yang terlarut dan adanya ion Ca dan Mg akan mengakibatkan kebasaan,
mereka ada dalam bentuk garam karbonat, sulfat, klorida dan sebagainya.
2) Suhu; Air sering digunakan sebagai pendingin dalam berbagai macam proses industri
karena air mampu menyimpan/menyerap panas dari bahan yang didinginkannya.
Jika air ini dikembalikan ke sungai atau sumber lainnya maka suhu menjadi lebih tinggi.
Suhu yang tinggi ini up kecepatan reaksi kimia, down oksigen terlarut, mengganggu
biota air.
3) Oksigen terlarut; Kadar Oksigen terlarut minimal 5ppm (5mg/liter), down kadar
oksigen dalam air akan mengakibatkan kematian biota air, dan up mempercepat
terjadinya korosi karena oksigen mampu mengikat hidrogen yang melapisi logam.
4) Karbondioksida bebas di dalam air; karbondiokasida dari udara selalu bertukar dengan
yang di air jika air dan udara bersentuhan dan melalui air hujan (0,6 ppm CO₂) akan
membentuk H₂CO₃. Siklus turunnua hujan asam yang mencemari lingkungan dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Hujan Asam


5) Warna dan kekeruhan; warna air bervariasi kuning, coklat atau kehijauan, air sungai
berwarna coklat karena ada endapan lumpur. Air limbah dengan kandungan Fe tinggi
berwarna coklat kemerahan. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air, ini
terjadi karena adanya bahan terapung dan terurainya zat tertentu (bahan organik, jasad
renik, lumpur tanah, minyak dan sebagainya).
6) Jumlah padatan; terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik terlarut yang
mengendap maupun tersuspensi, akibatnya pendangkalan, keracunan, dan sebagainya.
Ada beberapa jenis padatan sebagai berikut:
- Padatan terendap (sedimen), yaitu padatan yang mengendap secara langsung jika air
tidak terganggu untuk beberapa saat, padatan ini berukuran besar dan berat,
mengakibatkan erosi; pasir dan lumpur , penyumbatan saluran, mengurangi populasi
ikan dan hewan air di perairan, mengurangi penetrasi cahaya, dan kekeruhan air.
- Padatan tersuspensi (koloid) adalah padatan yang tidak terlarut dan tidak langsung
mengendap, ukuran dan beratnya lebih kecil dari sedimen. Padatan ini berupa tanah
liat, bahan organic, sel-sel mikroorganisme, dan protein (koloid), serta meng-
akibatkan kurangnya penetrasi cahaya dan terjadi kekeruhan pada air.
- Padatan terlarut berukuran lebih kecil dari tersuspensi karena berupa senyawa-
senyawa organic dan anorganik, mineral (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni) dan garam-
garamnya (Mg, Ca). padatan ini dapat mengakibatkan keracunan dan kebasaan.
- Padatan minyak dan lemak adalah padatan yang mengapung di atas permukaan air.
Jenis padatan ini berasal dari pencucian kapal laut, pengeboran lepas pantai,
kebocoran minyak, dan buangan pabrik. Dan mengakibatkan kurangnya penetrasi
cahaya, menurunnya oksigen terlarut, mengganggu kehidupan burung air dan ikan
serta biota air.
7) Nitrat; nitrogen sebagai sumber nitrat 78% volume udara. Gudang nitrogen di alam
adalah udara, senyawa anorganik (nitrit (NO₃), nitrat, amoniak) dan senyawa organik
(protein, urea). Kandungan N dalam air sebaiknya 0,3 ppm.
8) Fosfor; memiliki sifat yang hampir sama dengan nitrogen. Air biasanya mengandung
fosfat anorganik terlarut. Senyawa ini diserap oleh fitoplankton dan tumbuhan air dalam
bentuk ATP.
9) Amoniak (NH₃); merupa-an hasil tambahan penguraian protein tumbuhan atau hewan
atau dalam kotorannya. Amoniak diubah menjadi nitrat selanjutnya menjadi nitrit. Nitrit
amat beracun mengakibatkan wajah membiru dan kematian.
10) Daya hantar listrik
11) Klorida
b. Aspek biokimia pencemaran air
1) Mikroorganisme pengurai
2) Oksigen (O₂)
Uji kandungan oksigen
- BOD (Biochemical Oxygen Demand); BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di
dalam air. Uji BOD ini membutuhkan waktu lima hari dalam suatu volume limbah
pada suhu 20oC. Jadi BOD 200ppm artinya 200mg oksigen akan dihabiskan oleh
sampel limbah 1 liter dalam waktu lima hari pada suhu 20 oC.
- COD (Chemical Oxygen Demand); COD menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan (misal kalium dikromat) untuk mengoksidasi bahan
organik dalam air. Bakteri mampu mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan
H2O, kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi. Waktu yang
dibutuhkan untuk uji ini hanya 10 menit
3) Bahan organik terlarut
4) Aerobik – anaerobik
Aerobiosa
- Karbohidrat
C6H12O6 + O2  6H2O + 6CO2 + E
- Organic kompleks
CxHyO2N2S + O2  H2O + CO2 + NH4 + SO2 + E
NH+4 + 2O2  2H+ + NO-3 + H2O + E

Anaerobiosa

- Karbohidrat (fermentasi)
C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 + E
- Organic kompleks (putrefaksi)
CxHyO2N2S + H2O  H2S + CO2 + NH4 + CH4 + E
c. Aspek bahan pencemaran lainnya
Berupa logam berat seperti : Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Kromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam ini dapat terakumulasi pada tubuh organisme dalam
jangka waktu lama sebagai racun.
BAB III
METODOLOGI

Sanitasi Air Limbah


Berikut negara-negara dengan masalah sanitasi terburuk di dunia dengan jumlah orang
yang tidak mendapatkan akses sanitasi yang baik, seperti yang dilansir Livescience, Kamis (27
Oktober 2011):

No Negara Jumlah orang No. Negara Jumlah orang

1 India 818 juta 8 Kongo 50 juta

2 China 607 juta 9 Brasil 39 juta

3 Indonesia 109 juta 10 Tanzania 32 juta

4 Nigeria 103 juta 11 Sudan 27 juta

5 Pakistan 98 juta 12 Kenya 27 juta

6 Bangladesh 75 juta 13 Filipina 22 juta

7 Ethiopia 71 juta 14 Vietnam 22 juta

A. Pengolahan Air Limbah


1. Reed bed  di Filipina
Dengan memanfaatkan kemampuan jenis tanaman rawa untuk menyerap polutan dalam
air limbah domestik sehingga dapat menghilangkan senyawa-senyawa kimia dan logam
berat. Uji coba sudah dilakukan di University of the Philippines, Nasugbu, Batangas,
Bayawan City,dan Negros Oriental.
2. Kolam oksidasi (Oxidation ponds)  Indonesia
Prinsip kerja dari kolam oksidasi adalah dengan memanfaatkan sinar matahari,
ganggang (algae),bakteri dan oksigen untuk proses pengolahan secara alamiah. Berikut
langkah kerjanya:
a) Ganggang dengan butir chloporophylnya dalam air limbah  proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari  tumbuh dengan subur  O₂
b) Oksigen  oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat–zat organik yang
terdapat dalam air limbah.
3. Program penanganan di Filipina
Decentralized Wastewater Treatment Systems (DEWATS) for Urban Environment in
Asia diadakan oleh International Water Association (IWA) di Manila. Uji coba
ecological sanitation (ecosan) di San Fernando yaitu San Agustin dan Nagyubuyuban.
Ecosan merupakan metode dan teknologi untuk “safe reuse” dari pada langsung
membuang limbah.

B. Pengolahan Primer dan Sekunder

Gambar 2. Pengolahan Primer dan Sekunder

C. Pengolahan Air Limbah dengan Ozonisasi


Hindenari Yasui dari Jepang  pengolahan air limbah dengan ozonisasi dalam chamber
Ozon Proces. Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan ozonisasi adalah dengan me-
reduksi jumlah lumpur endapan yang dihasilkan dari proses lumpur aktif. Pengolahan
sekunder dengan activated sludge. Dalam chamber lumpur aktif terjadi proses penguraian
material yang ada dalam air limbah oleh mikroorganisme bersamaan dengan terjadinya
proses penguraian endapan lumpur. Keuntungan dari car aini adalah memiliki oksidasi
potensia ( 2.07 V) > tinggi, dp chlorin ( 1.36 V), sebagai pembunuh bakteri, menghilangkan
bau dan warna  aman untuk kegiatan industri.
Gambar 3. Pengolahan Air Limbah dengan Ozonisasi
DAFTAR PUSTAKA

Rotiona, Bona B. S. 2012. Pencemaran Air. Politeknik Kesehatan. Kementerian Kesehatan


Tanjung Karang. Kesehatan Lingkungan.

Robert, Kodoatie. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Edisi 2). Jakarta: Index.

Anda mungkin juga menyukai