Nama Anggota :
1. LATIFAH 7. MURYAMA
Tubuh makhluk hidup memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diri dari
benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah yang disebut
sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ yang membentuk
imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit. Sistem imun memiliki
beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh,
menjaga keseimbangan fungsi tubuh, sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal,
termutasi, atau ganas dan segera menghancurkannya
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada
protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal
maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B
yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin
poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat
membawa efek alergik.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah
dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis.
Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu
kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan
makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil,
eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN ( polymorphonuclear) . Respon imun
spesifik
bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian
reaksi terhadap antigen tersebut. Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun
spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain
dalam sistem fagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan adanya Makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
Antigen dan Antibodi dengan mengetahui strukturny serta hubungan interaksi antara antigen
dan antibodi dalam tubuh terhadap suatu kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan
antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang
respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun
atas epitop dan paratop. Epitop atau determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal atau menginduksi pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari
antibodi yang dapat mengikat epitop.
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan terangsang dan
memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer. Respon ini
memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan
imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang
sama memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa respon imun
sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada
respon imun primer.
Antibodi
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh
yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (poloferasi sel B) akibat
kontak atau dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
a.) Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi
sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat
dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat
merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan
neutrofil.
b.) Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran pernapasan, pencernaan, kemih,
air mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin atau virus dengan sel sasaran dan menggumpalkan
atau mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c.) Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan
antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme
antigen memudahkan fagositosis dan aglutinasi kuat terhadap antigen.
d.) Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan
eosinofil. Kadar tinggi pada kasus alergi, infeksi cacaing, skistosomiasis, trikinosis.
Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e.) Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai
aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
Struktur Molekul Antibodi
Gambar 1.
Semua antibodi disusun dengan cara yang sama dari pasangan polipeptida rantai berat dan ringan dan
secara umum protein itu dinamakan imunoglobulin. Secara umum imunoglobulin dibagi menjadi lima
kelas yang berbeda yakni: IgM, IgD, IgG, IgA, dan IgE yang dapat dibedakan pada bagian konstannya
(C region).
DAF TAR PUSTAKA
George H. Fried, Ph.D and George J. Hademenos, Ph.D. 2005. Schaum’s Outlines of Theory
and Problems of BIOLOGY – Second Edition. By The McGraw-Hill Companies
(Original ISBN: 0-07-022405-6). Jakarta: Erlangga
MACKENZIE, D. 2006. The bird flu threat. New Scientist. i -vii. Specia Sup, 7 January.
Stoane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy and physiology: an easy
learner) ISBN 979-448-622-1. Jakarta: EGC