Anda di halaman 1dari 8

Vol. I No.

1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

PERAWATAN LUKA INFUS MENGGUNAKAN OLES PAVIDONE IODINE 10 PERSEN


TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS.
(Effect Of Treatment Using Injury Infusion Rub Pavidone 10 Percent Of Iodine Incident Phlebitis)

Hj. Susy Hermaningsih.

ABSTRACT
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah cairan (air dan
elektrolit). Kebutuhan manusia terhadap cairan adalah sangat penting sekali untuk proses
metabolisme tubuh. Pemasangan infus merupakan terapi intra vena bertujuan untuk mengoreksi
dan mencegah gangguan cairan dalam tubuh, dengan permasalahan yang sering dihadapi pada
pemasangan infus tersebut adalah flebitis. Flebitis mengacu ke temuan klinis adanya nyeri, nyeri
tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan terbanyak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan
peradangan, infeksi dan atau trombosis. Faktor patogenesis flebitis, antara lain : faktor kimia
seperti obat atau cairan yang iritan. Flebitis kimia bisa terjadi ketika cairan dengan pH yang tinggi
atau rendah, osmolaritas yang > 500 mOsm/L (seperti infus glukosa, nutrisi parenteral, darah, dll),
faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, serta agen infeksius. Faktor
pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup kondisi dasar yakni diabetes melitus,
infeksi, luka bakar. Di Amerika Serikat, lebih dari 25 juta pasien di dipasang jalur intravena setiap
tahun. 26% sampai 70% dari pasien yangterpasang infuse terjadi flebitis, sesuai dengan standar
Intravenous Nurses Society, kalau itu lebih dari 5% tidak dapat diterima. Flebitis paling sering
terjadi dalam 24 - 48 jam pertama setelah jalur intravena dilakukan, dan lebih mungkin terjadi
ketika tempat penusukan dekat dengan penusukan yang terdahulu. Flebitis dapat berkembang
sampai 96 jam setelah infus dihentikan.

Kata kunci: luka infus, oles povidone, plebitis

Standards of nursing interventions is the scope of nursing action is the fulfillment of basic
human needs. One of the basic human needs is the fluid (water and electrolytes). Human
need for fluids is very important to the body's metabolic processes. Infusion of intravenous
therapy is aimed at correcting and preventing disruption in the body fluids, the problems
frequently encountered in the infusion were phlebitis. Phlebitis refers to the clinical
findings of pain, tenderness, swelling, hardening, erythema, warm and most veins like
ropes. All this is due to inflammation, and infection or thrombosis. Phlebitis pathogenesis
factors, among others : chemical factors such as drugs or fluids that irritant. Chemical
phlebitis can occur when a liquid with a high or low pH, osmolarity > 500 mOsm/L (such
as glucose infusion, parenteral nutrition, blood, etc), mechanical factors such as material,
catheter size, location and duration of cannulation, as well as infectious agents. Patient
factors that may affect the numbers of phlebitis include basic conditions ie diabetes
mellitus, infections, burns. In the United States, more than 25 million patients in the
intravenous line placed each year. 26% to 70% of patients infusion phlebitis occurred,
according to the Intravenous Nurses Society standards, if it is more than 5% is not
acceptable. Phlebitis is most common in the 24-48 hours after an intravenous line is done,
and is more likely to occur when the insertion point is close to the earlier stabbing.
Phlebitis may develop up to 96 hours after the infusion is stopped .

Key words: iv line wound, povidone swab, plebitis.

Healthy Journal 15
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

PENDAHULUAN meningkat dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun


2008 sebanyak 42 kasus, tahun 2009 sebanyak 64
Pelayanan keperawatan di rumah sakit kasus dan ditahun 2010 sebanyak 84 kasus. Akan
merupakan salah satu jenis pelayanan profesional tetapi angka kejadian plebitis tersebut belum
yang diselenggarakan untuk memenuhi dikatagorikan penyebabnya apakah dari faktor
kebutuhan dan tuntutan masyarakat pengguna mekanis, faktor bakteri ataupun faktor kimia.
jasa. Terpenuhinya kepuasan pelanggan Salah satu langkah pemasangan infus adalah
merupakan tujuan akhir asuhan keperawatan menutup tempat tusukan jarum dengan
yang diberikan perawat dalam bentuk pelayanan menggunakan kasa steril kering, yang
keperawatan. Perawat mempunyai peran penting sebelumnya diolesi larutan atau salep pavidone
dalam menentukan keberhasilan pelayanan iodine 10% ditempat tusukan jarum infus,
kesehatan secara keseluruhan karena waktu ataupun tanpa diolesi larutan atau salep pavidone
perawat sebagian besar bersama pasien. iodine 10%. Balutan kering tanpa oles pavidone
Standar intervensi keperawatan yang merupakan iodine 10% melindungi luka dengan drainase
lingkup tindakan keperawatan adalah upaya minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang
kebutuhan dasar manusia adalah cairan (air dan tidak melekat kejaringan luka dan menyebabkan
elektrolit). Kebutuhan manusia terhadap cairan iritasi yang sangat kecil, juga tidak melekat pada
adalah sangat penting sekali untuk proses insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan
metabolisme tubuh. Menurut Smeltzer (2002) drainase melalui permukaan yang tidak melekat
lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa dibawah kasa lembut
pada umumnya terdiri dari cairan (air dan (Irman,2009,http://irmanweb.files.wordpress.com
elektrolit). , diunduh tanggal 23 Maret 2011).
Pemasangan infus merupakan terapi intra vena Iodine merupakan antiseptik dengan spektrum
yang bertujuan untuk mengoreksi dan mencegah luas dan tersedia sebagai alkohol dan larutan.
gangguan cairan dalam tubuh. Namun Cairan yang digunakan dalam perawatan luka,
permasalahan yang sering dihadapi pada biasanya adalah povidone iodine 10%, yang
pemasangan infus adalah plebitis. mengandung yodium 1% digunakan sebagai
Secara sederhana plebitis berarti peradangan desinfektan kulit dan untuk membersihkan luka
vena. plebitis berat hampir selalu diikuti bekuan yang terinfeksi (Dealey, 2005). Akan tetapi
darah, atau trombus pada vena yang sakit. sampai saat ini belum ada antiseptik yang ideal,
Kondisi demikian dikenal sebagai tromboplebitis. tidak jarang bersifat toksik bagi jaringan,
Dalam istilah yang lebih teknis lagi, plebitis menghambat penyembuhan luka, dan
mengacu ke temuan klinis adanya nyeri, nyeri menimbulkan sensitifitas (Darmadi, 2008).
tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan Beberapa penelitian mempertanyakan
terbanyak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan penggunaan pavidone iodine. Karena bersifat
peradangan, infeksi dan atau trombosis. Banyak sitotoksin bagi fibroblast kecuali terdilusi
faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis menjadi 0,001%, menghambat epitelisasi dan
plebitis, antara lain : faktor - faktor kimia seperti menurunkan kekuatan tarik luka (Lineaweaver, et
obat atau cairan yang iritan. Plebitis kimia bisa al, 1985 dalam Dealey, 2005).
terjadi ketika cairan dengan pH yang tinggi atau Berdasarkan pengalaman penulis selama praktek
rendah, osmolaritas yang > 500 mOsm/L (seperti di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, saat
infus glukosa, nutrisi parenteral, darah, dll), pemasangan infus perawat menggunakan balutan
faktor - faktor mekanis seperti bahan, ukuran kering dan diolesi larutan pavidone iodine 10%
kateter, lokasi dan lama kanulasi, serta agen pada tempat tusukan. Seringnya ditemukan
infeksius. Faktor pasien yang dapat plebitis setelah dipasang infus, tetapi tidak
mempengaruhi angka plebitis mencakup kondisi diketahui secara jelas apa penyebabnya. Apakah
dasar yakni diabetes melitus, infeksi, luka bakar karena saat penusukan, kepekatan cairan yang
(Suherman, 2010, digunakan, pemberian obat antibiotik ataupun
http://rotinsulunurse.blogspot.com/2010/06/ balutan perawatan infus, namun plebitis sering
kenapa-infus-sering macetbengkak flebiti.html, ditemukan.
diunduh tanggal 28 Maret 2011).
Berdasarkan data Seksi Rekam Medis RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung kejadian plebitis

Healthy Journal 16
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

PEMBAHASAN hanya melakukan perawatan luka infus saja,


tetapi teknik pemasangan infus, pemilihan vena
Kejadian Plebitis Pada Kelompok Pasien yang ataupun kesterilan bahan yang digunakan perlu
Dilakukan Perawatan Infus Dengan mendapat perhatian.
Menggunakan Oles Pavidone Iodine 10
persen. INFEKSI NOSOKOMIAL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
R.Fr RSHS Bandung pada 30 orang pasien berkembang selama seseorang berada di rumah
selama tiga hari dapat diketahui hampir sebagian sakit, infeksi ini disebabkan oleh mikroorganisme
12 (40%) pasien yang mengalami kejadian selama proses hospitalisasi. Infeksi nosokomial
plebitis pada kelompok pasien yang dilakukan tidak hanya diderita oleh pasien tetapi juga semua
perawatan infus dengan menggunakan oles orang yang berhubungan dengan rumah sakit
pavidone iodine 10%. Ini berarti tidak semua dapat terkena, termasuk karyawan, orang yang
pasien yang dilakukan perawatan luka infus berkunjung ke rumah sakit, dan para pengantar
menggunakan oles pavidone iodine 10% alat- alat (Smeltzer, 2002). Infeksi nosokomial
mengalami plebitis. Hal ini disebabkan karena adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan
pavidone iodine 10% memiliki antiseptik dengan menyerang penderita - penderita yang sedang
spektrum luas yang dapat mencegah masuknya dalam proses asuhan keperawatan (Darmadi,
mikroorganisme melalui luka tempat penusukan 2008).
jarum infus, sehingga plebitis dapat
diminimalkan, namun beberapa peneliti Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
mempertanyakan penggunaan pavidone iodine. disimpulkan bahwa infeksi nosokomial adalah
Karena bersifat sitotoksin bagi fibroblast, infeksi yang menyerang penderita-penderita yang
menghambat epitelisasi dan menurunkan sedang dalam proses asuhan keperawatan dan
kekuatan tarik luka, dan tidak jarang bersifat berkembang selama seseorang berada di rumah
toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan sakit, infeksi ini disebabkan oleh mikroorganisme
luka, dan menimbulkan sensitifitas (Darmadi, selama proses hospitalisasi yang tidak hanya
2008). Dengan demikian untuk mencegah diderita oleh pasien tetapi juga semua orang yang
terjadinya plebitis sebaiknya perawatan luka berhubungan dengan rumah sakit dapat terkena,
infus dilakukan setiap hari, apabila kasa basah termasuk karyawan, orang yang berkunjung ke
atau kotor segera diganti, dan bila menunjukkan rumah sakit, dan para pengantar alat- alat.
tanda - tanda infeksi seperti merah atau bengkak
atau sudah lebih dari 72 jam segera ganti tempat Infeksi Nosokomial Yang Berhubungan
penusukan infus yang baru. Dengan Terapi Intravena
Infeksi yang berhubungan dengan terapi
Kejadian Plebitis pada Kelompok Pasien yang intravena dapat timbul dalam berbagai bentuk,
Dilakukan Perawatan Infus Tanpa antara lain : infeksi lokal, plebitis, bakteriemia
Menggunakan Oles Pavidone Iodine 10 dan septikemia. Infeksi kulit lokal dapat timbul di
persen. titik tempat kanula masuk ke kulit. Infeksi ini
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ditandai oleh gejala peradangan, yang meliputi
R.Fr RSHS Bandung pada 30 orang pasien yang kemerahan dan panas lokal.
dilakukan perawatan luka infus tanpa oles
pavidone iodine 10% selama tiga hari dapat Plebitis
diketahui hampir sebagian 13 (43,3%) pasien Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan
mengalami plebitis. Hal ini dikarenakan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini bisa
perawatan luka infus tanpa menggunakan oles diidentifikasi dengan adanya daerah yang
pavidone iodine 10% tidak ada antiseptik memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan
sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk atau sepanjang vena dengan pembengkakan
melalui luka tusukan infus. Selain itu faktor lain (Smeltzer, 2002).
yang menyebabkan plebitis adalah jenis larutan, Plebitis disebut juga infusion phlebitis yaitu
tempat penusukan, penggunaan obat injeksi, inflamasi akibat pemasangan Peripheral Intra
lamanya pemasangan dan penyebab lain. Untuk Venous (IV) chateter yang ditandai dengan nyeri,
meminimalkan terjadinya plebitis, perawat tidak kemerahan atau eritema, bengkak, indurasi.

Healthy Journal 16
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

Dikatakan sebagai infeksi plebitis apabila ukuran Bisa dikatakan penyebab plebitis adalah karena
eritema atau indurasi sebesar 2 cm dari lokasi vena cedera, baik selama pemasangan atau dari
penusukan atau pungsi vena (Smeltzer, 2002). gerakan jarum setelah dipasang, lama
penggunaan vena, penggunaan vena yang terlalu
Penyebab Plebitis kecil untuk jumlah atau jenis larutan, penggunaan
Penyebab Plebitis adalah sebagai berikut (Rocca, jarum atau kateter yang terlalu besar yang tidak
2001) : sesuai dengan vena, cairan dari obat yang kental
a. Faktor mekanis, meliputi : atau pencairan antibiotik yang tidak sesuai.
1) Posisi wadah cairan yang kurang dari 36
inchi diatas tempat pemasangan IV. Tanda dan Gejala
2) Kekusutan pada selang intravena a. Pembuluh darah sakit, keras dan panas .
3) Melekatkan plester diatas tempat b. Sakit sepanjang pembuluh darah.
penusukan kateter, terutama jika c. Perubahan warna pada`tempat penusukan.
potongan plester melekat dengan kuat
dan ditempatkan secara langsung diatas Penatalaksanaan Pencegahan Plebitis
bevel chateter Setiap trauma terhadap dinding vena atau
4) Kateter yang berukuran kecil dapat menusuk vena yang dilakukan berkali - kali akan
memperlambat pemberian cairan dan menyebabkan kerusakan pada dinding vena,
memerlukan alat infus tekanan positif sehingga penyulit lebih mudah terjadi.
atau pemasangan kembali kateter IV Pemeriksaan secara berkala pada tempat kanulasi
dengan ukuran yang lebih besar vena, akan cepat mengetahui setiap kemungkinan
5) Kateter IV yang dipasang dekat penyulit yang timbul, sebelum penyulit tersebut
persendian dapat tersumbat bila pasien menyebabkan keadaan yang lebih serius.
bergerak. Perawatan termasuk menghentikan terapi
b. Faktor bakteri, meliputi : intravena pada tempat yang terinfeksi dan
1) Alat dan larutan terkontaminasi, memberi memulai di daerah lain, serta memberikan
jalan mikroorganisme memasuki kompres hangat dan basah di tempat yang
pembuluh darah, faktor alat sebelum terkena. Plebitis dapat dicegah dengan
pemasangan (botol infus yang retak, menggunakan teknik aseptik selama pemasangan,
lubang pada kontainer plastik, menggunakan ukuran kateter dan ukuran jarum
penghubung dan cairan infus yang yang sesuai untuk vena, mempertimbangkan
terkontaminasi, set intravena yang bocor, komposisi cairan dan medikasi ketika memilih
persiapan tidak steril pada cairan infus), daerah penusukan, mengobservasi tempat
dan faktor alat sewaktu pemakaian penusukan akan adanya komplikasi apapun setiap
(penggantian cairan intravena dengan jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan
menggunakan set infus yang sama, baik (Smeltzer, 2002).
suntikan multipel dan sistem irigasi)
2) Kontak orang dengan orang juga Istilah - istilah Penting yang Berkaitan dengan
meningkatkan risiko infeksi yang Upaya Pencegahan Plebitis.
berhubungan dengan alat intravaskuler, 1. Antisepsis
hal ini meliputi : kontaminasi silang Antisepsis adalah proses pengurangan jumlah
dengan daerah terinfeksi dari tubuh mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau
pasien melalui pasien lain atau tangan jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan
petugas kesehatan, kontaminasi silang antimikroba atau antiseptik. Bahan antiseptik
dari pasien kepada petugas yang kontak atau bahan antimikroba adalah bahan kimia yang
dengan pasien sewaktu pemasangan dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya
transfusi darah, perawatan waktu untuk menghambat atau membunuh
pemasangan atau pencabutan kateter, mikroorganisme sehingga mengurangi
teknik pemasangan atau mengganti keseluruhan jumlah bakteri.
balutan yang tidak baik. 2. Asepsis
c. Faktor Kimia Asepsis dan teknik aseptik adalah istilah - istilah
Osmolaritas cairan dan obat-obatan umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
kombinasi upaya yang dibuat untuk mencegah

Healthy Journal 17
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

masuknya mikroorganisme ke arah tubuh tertentu 18 - Anak, dewasa - Sakit pada


dimana mikroorganisme dapat menyebabkan - Untuk darah, insersi
infeksi. Tujuan asepsis adalah mengurangi komponen - Butuh vena
hingga tingkat aman atau menghambat jumlah darah, dan besar
mikroorganisme baik pada permukaan hidup infus kental
(kulit dan jaringan) maupun objek mati lainnya.
(instrumen bedah dan unsur lainnya). 20 - Anak, dewasa - Umum dipakai
3. Desinfeksi - Sesuai untuk
Desinfeksi adalah menghilangkan kebanyakan
mikroorganisme sampai jumlah tertentu. cairan infus,
Desinfeksi menghancurkan atau membunuh darah,
kabanyakan organisme patogen pada benda atau komponen
instrumen kecuali spora bakteri, darah, dan
4. Sterilisasi infus kental
Sterilisasi adalah sebuah proses yang harus lainnya.
dilakukan secara benar pada seluruh komponen 22 - Bayi, anak, - Lebih mudah
agar sterilisasi tercapai. Agar efektif, sterilisasi dewasa untuk insersi ke
butuh waktu, kontak, suhu dan dengan sterilisasi (terutama usia vena yang kecil,
uap bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode lanjut) tipis dan rapuh
sterilisasi juga tergantung pada empat faktor, - Cocok untuk - Kecepatan
yaitu: jenis mikroorganisme yang ada, jumlah sebagian besar tetesan harus
dan jenis materi organik yang melindungi cairan infus. dipertahankan
mikroorganisme tersebut, jumlah retakan dan lambat
jumlah cela pada peralatan sebagai tempat - Sulit insersi
menempelnya mikroorganisme. melalui kulit
yang keras
Pencegahan Plebitis 24, 26 - Neonatus, - Ukuran vena
1. Cuci Tangan Aseptik bayi, anak, yang sangat
Cuci tangan aseptik adalah suatu proses dewasa kecil
membuang kotoran atau debu secara mekanis (terutama usia - Sulit insersi
dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah lanjut) melalui kulit
mikroorganisme dari kulit kedua belah tangan - Sasuai untuk yang keras
dengan memakai sabun atau antiseptik pada air sebagian besar
mengalir. cairan infus,
2. Tahapan Pemasangan Infus tetapi
1) Pemilihan alat kecepatan
(1) Kateter intravena / abocath tetesan lebih
Pilih alat dengan panjang terpendek, lambat
diameter terkecil yang memungkinkan (2) Cairan
administrasi cairan dengan benar. a. Pastikan kemasan dan tipe cairan
sesuai instruktur dokter
Pedoman ukuran jarum kateter menurut IPANI, b. Periksa kejernihan, kadaluarsa,
(2004) kebocoran (jika ragu jangan
. dipakai).
Ukuran Kegunaan Pertimbangan c. Dicantumkan informasi : nama
Perawat perawat, nama pasien, nomor
16 - Dewasa - Sakit pada identifikasi pasien, nomor kamar,
- Bedah mayor, insersi tanggal dan jam pemasangan infus,
trauma - Butuh vena tambahan obat, nomor urut
- Apabila besar kemasan.
sejumlah besar (3) Infus set
cairan perlu
diinfuskan

Healthy Journal 18
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

a. Sesuai untuk pasien dan kemasan h. menusukkan IV kateter pada vena


cairan yang akan dipakai. yang telah ditentukan sampai keluar
b. Tidak ada ratak, lubang atau bagian darah, angkat jarum kateter perlahan
yang hilang. bersamaan dengan dimasukkannya
2) Pemilihan tempat insersi kanul kateter.
(1) Gunakan lengan pasien yang tidak i. melepaskan tourniquet.
dominan j. memperhatikan respon pasien.
(2) Gunakan vena - vena distal terlebih k. menyambungkan selang infus
dahulu dengan IV kateter
(3) Pilih vena - vena diatas area fleksi l. memasang fiksasi dengan plester,
(4) Pilih vena yang cukup besar untuk mengoles tempat tusukan dengan
aliran darah yang adekuat didalam betadin dan menutup tempat
kateter. penusukan dengan kasa steril.
(5) Palpasi vena untuk tentukan m. mengatur jumlah tetesan sesuai
kondisinya. Selalu pilih vena yang kebutuhan.
lunak, penuh dan yang tidak tersumbat. n. merapikan alat.
(6) Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan o. menuliskan tanggal pemasangan
mengganggu aktifitas pasien infus didekat tempat penusukan.
(7) Pilih lokasi yang tidak akan p. mencuci tangan.
mempengaruhi pembedahan atau q. mendokumentasikan tindakan yang
prosedur – prosedur yang direncanakan. telah dilakukan.
3) Cara pemasangan infus
(1) Kriteria Persiapan Teknik fiksasi
a. Persiapan Alat : a) Standar infuse, b) (1) Potong plester ukuran 1,25 cm,
Cairan infuse, c) Infus set, d) IV letakkan dibawah hub kateter dengan
kateter (sesuai ukuran), e) Kapas bagian yang berperekat menghadap
alcohol, f) Kasa, g) Betadin, h) keatas.
Plester, i) Gunting, j) Tourniquet, (2) Silangkan kedua ujung plester melalui
k)Pengalas, l) Bengkok hub kateter dan rekatkan pada kulit
b. Persiapan Pasien pasien.
a) Perawat memberikan penjelasan (3) Rekatkan plester ukuran 2,5 cm
tentang prosedur yang akan melintang di atas sayap kateter dan
dilakukan selang infus untuk memperkuat,
b) Perawat mengatur posisi klien kemudian berikan label.
sesuai kebutuhan. 3. Memonitoring Pasca Pemasangan Infus
(2) Kriteria Pelaksanaan, perawat : 1) Cek kepatenan infus yaitu posisi jarum
a. mendekatkan alat - alat yang akan infus dengan cara :
digunakan (1) Tempatkan atau turunkan botol infus
b. mencuci tangan aseptik. lebih rendah dari tempat penusukan
c. menyiapkan cairan infus yang infus.
dibutuhkan : a) Sambungkan infus (2) Observasi saluran dekat jarum infus.
set pada cairan infuse, b) Isi ruang Jika darah keluar dari saluran infus,
tetesan infuse, c) Keluarkan udara berarti jarum masih pada posisi
pada selang infuse, d) Pasangkan didalam vena.
menggantung pada standar infus. (3) Kembalikan botol infus, lanjutkan
d. menyiapkan vena yang akan ditusuk. dengan menghitung tetesan.
e. memasangkan pengalas. 2) Amati apakah ada pembengkakan di
f. memasangkan tourniquet 10 cm sekitar lokasi jarum, Jika terjadi
diatas tempat penusukan. pembengkakan, mungkin infus tidak
g. melakukan desinfeksi tempat berada dalam vena (infiltrat), aliran harus
penyuntikan dengan diameter 5-10 dihentikan dan beritahukan dokter.
cm. 3) Terkontaminasi area penusukan oleh
urine, feces, dan lain-lain.

Healthy Journal 19
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

4) Adakah selang infus yang melipat. plebitis dan infiltrasi. Tempat penusukan
5) Jenis infus set yang digunakan. intravena yang baru selalu diganti jika
6) Lama terpasang infus. terjadi kemerahan, nyeri tekan, atau
7) Cek penggunaan cairan labu keberapa infiltrasi. Jika alat tetap terpasang lebih dari
dan ketepatan tetesan. 72 jam karena terbatasnya pemilihan vena,
8) Jenis spalk / fiksasi / kebersihan. alasan tersebut harus didokumentasikan
9) Label pada botol, infus set, abocath. dalam catatan pasien. Tempat penusukan
4. Pelaksanaan Perawatan Luka Infus intravena yang baru dipilih dengan
1) Perawat mencuci tangan, sarung tangan mengganti lengan pasien atau pada arus
dipasang proksimal.
(1) Persiapan alat didekatkan dan
pertahankan kesterilan Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebelum
(2) Balutan lama dibuka dan sesudah melakukan tindakan dilakukan cuci
(3) Membersihkan area penusukan vena tangan aseptik, baik pada saat pemasangan
secara steril dengan larutan ataupun perawatan infus, pada pemasangan infus
antiseptik dan pertahankan fiksasi ukuran jarum infus disesuaikan dengan usia dan
agar tetap adekuat besarnya vena yang akan dipasang, setelah
(4) Meletakkan kasa dibawah kanul dipasang infus harus dimonitor selama delapan
(5) Mengolesi tempat penusukan jam pertama, kemudian dirawat setiap hari
dengan zalf / larutan anti mikroba dengan mengobservasi kepatenan infus, keadaan
(6) Menutup tempat penusukan dengan kasa balutan ataupun fiksasi dari jarum infus.
kasa steril dan memasang fiksasi Bagi rumah sakit yang sudah mempunyai
dengan plester prosedur tetap, pemasangan infus baik yang
(7) Kalibrasi kecepatan tetesan infus menggunakan oles pavidone iodine 10% ataupun
sesuai kebutuhan yang tanpa oles pavidone iodine 10% sebaiknya
2) Cek tanggal penggunaan infus set dan disesuaikan dengan kondisi pasien, jika pasien
penggunaan abocath mempunyai alergi terhadap pavidone iodine 10%
3) Berikan / tuliskan tanda penggunaan maka teknik perawatan luka infus tanpa oles
pada botol cairan yang ke berapa, pavidone iodine yang dipakai, dan jika pasien
tetesan dan tanggal diganti yang mempunyai resiko infeksi ataupun sudah
4) Perhatikan respon pasien selama tindakan terkena infeksi sebaiknya menggunakan teknik
5) Pasien dirapikan perawatan luka infus dengan oles pavidone
5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam iodine 10%, karena itu, setiap perawat yang
perawatan luka infus melakukan perawatan luka infus harus sesuai
1) Balutan tempat penusukan diganti tiap 24 dengan prosedur tetap ruangan atau teknik
jam sekali dengan teknik aseptik dan perawatan luka infus yang benar. Dengan
antiseptik. demikian sebagai pimpinan khususnya panitia
2) Knefer ditempatkan ± 10 cm dari ruang pencegahan infeksi nosokomial, sebaiknya
tetesan melakukan pelatihan ataupun seminar mengenai
3) Tanggal penggunaan alat infus set, perawatan luka infus untuk meminimalkan
bubuhkan diantaranya : terjadinya plebitis. Setelah pelatihan atau seminar
(1) Tanggal penggunaan abocath diberikan, dilakukan supervisi terhadap perawat
dibubuhkan pada 2 - 5 cm dari yang melakukan perawatan luka infus.
tempat penusukan.
(2) Pada botol cairan bubuhkan tanggal KESIMPULAN
penggantian, kecepatan tetesan dan
penggantian yang keberapa. Untuk mencegah terjadinya plebitis perawat
4) Pada penambahan saluran infus dengan harus selalu mempertahankan prosedur tetap
triway yakinkan fiksasi benar - benar perawatan infus, baik yang menggunakan oles
aman dan kuat. atau tanpa oles pavidone iodine 10%, dengan
6. Mengganti Jarum Infus setiap 48-72 Jam memperhatikan sensitifitas pasien terhadap
sekali. Tempat pungsi vena perlu diganti pavidone iodine. Perawat tidak lupa untuk selalau
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya melakukan cuci tangan aseptik sesuai dengan

Healthy Journal 20
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383

prosedur sebelum dan sesudah pemasangan atau Potter & Perry. (2006). Fundamental
perawatan infus. Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Perawatan luka infus harus dilakukan setiap hari Praktek. Edisi IV. Jakarta : EGC.
atau apabila kasa basah ataupun kotor, bila
menunjukkan salah satu atau lebih tanda - tanda Rocca, J. dan Otto, S. (1998). Pedeman Praktis
plebitis atau sudah lebih dari 72 jam segera ganti Terapi Intravena. alih bahasa : Aniek
tempat penusukan infus yang baru. Penggunaan Maryunani. Jakarta : EGC.
obat injeksi Antibiotik harus diencerkan sesuai
dengan dosis dan diinjeksikan secara perlahan. Schaffer, et al. (2000). Pencegahan Infeksi dan
Monitoring pasca pemasangan infus secara tepat Praktek yang aman. Jakarta : EGC.
dengancara menghindari selang infus dari
lipatan-lipatan yang dapat menghambat Smeltzer, Suzane. C dan Brenda, G. Bare. Alih
kelancaran aliran infuse, serta mempertahankan Bahasa Agung Waluyo. (2002). Buku Ajar
sterilitas dalam upaya mencegah terjadinya Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
flebitis. Suddarth, Volume 1. Jakarta : EGC.
Bicarakan dengan pasien yang diasuh untuk
mengurangi pergerakan pada ekstremitas yang Suriadi. (2004). Perawatan Luka, Edisi I. Jakarta
dipasang infus dan menjaga kebersihan tempat : Sagung Seto
penusukan jarum infus untuk menghindari
terkena air atau kotoran.
----

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu


pendekatan Praktek, Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.

Bayu. Plebitis (2010,


http://dijibril.blogspot.com/2010/06/plebitis.
html, diunduh tanggal 25 April 2011)

Darmadi. (2008). infeksi nosokomial


problematika dan pengendaliannya. Jakarta
: Salemba Medika

Dealey, Carol. (2005). The Care Of Wounds, 3rd


edition. USA : Blackwell Publishing.

Depkes. Pencegahan Infeksi Nosokomial (2008,


http;//www.infeksi nosokomial. ac.web
diunduh tanggal 28 Maret 2011)

IPANI. (2004). Kumpulan Makalah, Pre Kongres


Perawat Anak Indonesia dan Seminar
Nasional Keperawatan Anak. Surabaya

Komar Syamsul (2011), Skripsi : Pengaruh


Perawatan Luka Infus Menggunakan Oles
Pavidone Iodine 10 Persen Terhadap
Kejadian Flebitis Di Ruang Fresia II RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2011

Healthy Journal 21

Anda mungkin juga menyukai