ABSTRACT
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah cairan (air dan
elektrolit). Kebutuhan manusia terhadap cairan adalah sangat penting sekali untuk proses
metabolisme tubuh. Pemasangan infus merupakan terapi intra vena bertujuan untuk mengoreksi
dan mencegah gangguan cairan dalam tubuh, dengan permasalahan yang sering dihadapi pada
pemasangan infus tersebut adalah flebitis. Flebitis mengacu ke temuan klinis adanya nyeri, nyeri
tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan terbanyak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan
peradangan, infeksi dan atau trombosis. Faktor patogenesis flebitis, antara lain : faktor kimia
seperti obat atau cairan yang iritan. Flebitis kimia bisa terjadi ketika cairan dengan pH yang tinggi
atau rendah, osmolaritas yang > 500 mOsm/L (seperti infus glukosa, nutrisi parenteral, darah, dll),
faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, serta agen infeksius. Faktor
pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup kondisi dasar yakni diabetes melitus,
infeksi, luka bakar. Di Amerika Serikat, lebih dari 25 juta pasien di dipasang jalur intravena setiap
tahun. 26% sampai 70% dari pasien yangterpasang infuse terjadi flebitis, sesuai dengan standar
Intravenous Nurses Society, kalau itu lebih dari 5% tidak dapat diterima. Flebitis paling sering
terjadi dalam 24 - 48 jam pertama setelah jalur intravena dilakukan, dan lebih mungkin terjadi
ketika tempat penusukan dekat dengan penusukan yang terdahulu. Flebitis dapat berkembang
sampai 96 jam setelah infus dihentikan.
Standards of nursing interventions is the scope of nursing action is the fulfillment of basic
human needs. One of the basic human needs is the fluid (water and electrolytes). Human
need for fluids is very important to the body's metabolic processes. Infusion of intravenous
therapy is aimed at correcting and preventing disruption in the body fluids, the problems
frequently encountered in the infusion were phlebitis. Phlebitis refers to the clinical
findings of pain, tenderness, swelling, hardening, erythema, warm and most veins like
ropes. All this is due to inflammation, and infection or thrombosis. Phlebitis pathogenesis
factors, among others : chemical factors such as drugs or fluids that irritant. Chemical
phlebitis can occur when a liquid with a high or low pH, osmolarity > 500 mOsm/L (such
as glucose infusion, parenteral nutrition, blood, etc), mechanical factors such as material,
catheter size, location and duration of cannulation, as well as infectious agents. Patient
factors that may affect the numbers of phlebitis include basic conditions ie diabetes
mellitus, infections, burns. In the United States, more than 25 million patients in the
intravenous line placed each year. 26% to 70% of patients infusion phlebitis occurred,
according to the Intravenous Nurses Society standards, if it is more than 5% is not
acceptable. Phlebitis is most common in the 24-48 hours after an intravenous line is done,
and is more likely to occur when the insertion point is close to the earlier stabbing.
Phlebitis may develop up to 96 hours after the infusion is stopped .
Healthy Journal 15
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
Healthy Journal 16
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
Healthy Journal 16
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
Dikatakan sebagai infeksi plebitis apabila ukuran Bisa dikatakan penyebab plebitis adalah karena
eritema atau indurasi sebesar 2 cm dari lokasi vena cedera, baik selama pemasangan atau dari
penusukan atau pungsi vena (Smeltzer, 2002). gerakan jarum setelah dipasang, lama
penggunaan vena, penggunaan vena yang terlalu
Penyebab Plebitis kecil untuk jumlah atau jenis larutan, penggunaan
Penyebab Plebitis adalah sebagai berikut (Rocca, jarum atau kateter yang terlalu besar yang tidak
2001) : sesuai dengan vena, cairan dari obat yang kental
a. Faktor mekanis, meliputi : atau pencairan antibiotik yang tidak sesuai.
1) Posisi wadah cairan yang kurang dari 36
inchi diatas tempat pemasangan IV. Tanda dan Gejala
2) Kekusutan pada selang intravena a. Pembuluh darah sakit, keras dan panas .
3) Melekatkan plester diatas tempat b. Sakit sepanjang pembuluh darah.
penusukan kateter, terutama jika c. Perubahan warna pada`tempat penusukan.
potongan plester melekat dengan kuat
dan ditempatkan secara langsung diatas Penatalaksanaan Pencegahan Plebitis
bevel chateter Setiap trauma terhadap dinding vena atau
4) Kateter yang berukuran kecil dapat menusuk vena yang dilakukan berkali - kali akan
memperlambat pemberian cairan dan menyebabkan kerusakan pada dinding vena,
memerlukan alat infus tekanan positif sehingga penyulit lebih mudah terjadi.
atau pemasangan kembali kateter IV Pemeriksaan secara berkala pada tempat kanulasi
dengan ukuran yang lebih besar vena, akan cepat mengetahui setiap kemungkinan
5) Kateter IV yang dipasang dekat penyulit yang timbul, sebelum penyulit tersebut
persendian dapat tersumbat bila pasien menyebabkan keadaan yang lebih serius.
bergerak. Perawatan termasuk menghentikan terapi
b. Faktor bakteri, meliputi : intravena pada tempat yang terinfeksi dan
1) Alat dan larutan terkontaminasi, memberi memulai di daerah lain, serta memberikan
jalan mikroorganisme memasuki kompres hangat dan basah di tempat yang
pembuluh darah, faktor alat sebelum terkena. Plebitis dapat dicegah dengan
pemasangan (botol infus yang retak, menggunakan teknik aseptik selama pemasangan,
lubang pada kontainer plastik, menggunakan ukuran kateter dan ukuran jarum
penghubung dan cairan infus yang yang sesuai untuk vena, mempertimbangkan
terkontaminasi, set intravena yang bocor, komposisi cairan dan medikasi ketika memilih
persiapan tidak steril pada cairan infus), daerah penusukan, mengobservasi tempat
dan faktor alat sewaktu pemakaian penusukan akan adanya komplikasi apapun setiap
(penggantian cairan intravena dengan jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan
menggunakan set infus yang sama, baik (Smeltzer, 2002).
suntikan multipel dan sistem irigasi)
2) Kontak orang dengan orang juga Istilah - istilah Penting yang Berkaitan dengan
meningkatkan risiko infeksi yang Upaya Pencegahan Plebitis.
berhubungan dengan alat intravaskuler, 1. Antisepsis
hal ini meliputi : kontaminasi silang Antisepsis adalah proses pengurangan jumlah
dengan daerah terinfeksi dari tubuh mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau
pasien melalui pasien lain atau tangan jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan
petugas kesehatan, kontaminasi silang antimikroba atau antiseptik. Bahan antiseptik
dari pasien kepada petugas yang kontak atau bahan antimikroba adalah bahan kimia yang
dengan pasien sewaktu pemasangan dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya
transfusi darah, perawatan waktu untuk menghambat atau membunuh
pemasangan atau pencabutan kateter, mikroorganisme sehingga mengurangi
teknik pemasangan atau mengganti keseluruhan jumlah bakteri.
balutan yang tidak baik. 2. Asepsis
c. Faktor Kimia Asepsis dan teknik aseptik adalah istilah - istilah
Osmolaritas cairan dan obat-obatan umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
kombinasi upaya yang dibuat untuk mencegah
Healthy Journal 17
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
Healthy Journal 18
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
Healthy Journal 19
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
4) Adakah selang infus yang melipat. plebitis dan infiltrasi. Tempat penusukan
5) Jenis infus set yang digunakan. intravena yang baru selalu diganti jika
6) Lama terpasang infus. terjadi kemerahan, nyeri tekan, atau
7) Cek penggunaan cairan labu keberapa infiltrasi. Jika alat tetap terpasang lebih dari
dan ketepatan tetesan. 72 jam karena terbatasnya pemilihan vena,
8) Jenis spalk / fiksasi / kebersihan. alasan tersebut harus didokumentasikan
9) Label pada botol, infus set, abocath. dalam catatan pasien. Tempat penusukan
4. Pelaksanaan Perawatan Luka Infus intravena yang baru dipilih dengan
1) Perawat mencuci tangan, sarung tangan mengganti lengan pasien atau pada arus
dipasang proksimal.
(1) Persiapan alat didekatkan dan
pertahankan kesterilan Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebelum
(2) Balutan lama dibuka dan sesudah melakukan tindakan dilakukan cuci
(3) Membersihkan area penusukan vena tangan aseptik, baik pada saat pemasangan
secara steril dengan larutan ataupun perawatan infus, pada pemasangan infus
antiseptik dan pertahankan fiksasi ukuran jarum infus disesuaikan dengan usia dan
agar tetap adekuat besarnya vena yang akan dipasang, setelah
(4) Meletakkan kasa dibawah kanul dipasang infus harus dimonitor selama delapan
(5) Mengolesi tempat penusukan jam pertama, kemudian dirawat setiap hari
dengan zalf / larutan anti mikroba dengan mengobservasi kepatenan infus, keadaan
(6) Menutup tempat penusukan dengan kasa balutan ataupun fiksasi dari jarum infus.
kasa steril dan memasang fiksasi Bagi rumah sakit yang sudah mempunyai
dengan plester prosedur tetap, pemasangan infus baik yang
(7) Kalibrasi kecepatan tetesan infus menggunakan oles pavidone iodine 10% ataupun
sesuai kebutuhan yang tanpa oles pavidone iodine 10% sebaiknya
2) Cek tanggal penggunaan infus set dan disesuaikan dengan kondisi pasien, jika pasien
penggunaan abocath mempunyai alergi terhadap pavidone iodine 10%
3) Berikan / tuliskan tanda penggunaan maka teknik perawatan luka infus tanpa oles
pada botol cairan yang ke berapa, pavidone iodine yang dipakai, dan jika pasien
tetesan dan tanggal diganti yang mempunyai resiko infeksi ataupun sudah
4) Perhatikan respon pasien selama tindakan terkena infeksi sebaiknya menggunakan teknik
5) Pasien dirapikan perawatan luka infus dengan oles pavidone
5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam iodine 10%, karena itu, setiap perawat yang
perawatan luka infus melakukan perawatan luka infus harus sesuai
1) Balutan tempat penusukan diganti tiap 24 dengan prosedur tetap ruangan atau teknik
jam sekali dengan teknik aseptik dan perawatan luka infus yang benar. Dengan
antiseptik. demikian sebagai pimpinan khususnya panitia
2) Knefer ditempatkan ± 10 cm dari ruang pencegahan infeksi nosokomial, sebaiknya
tetesan melakukan pelatihan ataupun seminar mengenai
3) Tanggal penggunaan alat infus set, perawatan luka infus untuk meminimalkan
bubuhkan diantaranya : terjadinya plebitis. Setelah pelatihan atau seminar
(1) Tanggal penggunaan abocath diberikan, dilakukan supervisi terhadap perawat
dibubuhkan pada 2 - 5 cm dari yang melakukan perawatan luka infus.
tempat penusukan.
(2) Pada botol cairan bubuhkan tanggal KESIMPULAN
penggantian, kecepatan tetesan dan
penggantian yang keberapa. Untuk mencegah terjadinya plebitis perawat
4) Pada penambahan saluran infus dengan harus selalu mempertahankan prosedur tetap
triway yakinkan fiksasi benar - benar perawatan infus, baik yang menggunakan oles
aman dan kuat. atau tanpa oles pavidone iodine 10%, dengan
6. Mengganti Jarum Infus setiap 48-72 Jam memperhatikan sensitifitas pasien terhadap
sekali. Tempat pungsi vena perlu diganti pavidone iodine. Perawat tidak lupa untuk selalau
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya melakukan cuci tangan aseptik sesuai dengan
Healthy Journal 20
Vol. I No. 1 Oktober 2013 ISSN 2339-1383
prosedur sebelum dan sesudah pemasangan atau Potter & Perry. (2006). Fundamental
perawatan infus. Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Perawatan luka infus harus dilakukan setiap hari Praktek. Edisi IV. Jakarta : EGC.
atau apabila kasa basah ataupun kotor, bila
menunjukkan salah satu atau lebih tanda - tanda Rocca, J. dan Otto, S. (1998). Pedeman Praktis
plebitis atau sudah lebih dari 72 jam segera ganti Terapi Intravena. alih bahasa : Aniek
tempat penusukan infus yang baru. Penggunaan Maryunani. Jakarta : EGC.
obat injeksi Antibiotik harus diencerkan sesuai
dengan dosis dan diinjeksikan secara perlahan. Schaffer, et al. (2000). Pencegahan Infeksi dan
Monitoring pasca pemasangan infus secara tepat Praktek yang aman. Jakarta : EGC.
dengancara menghindari selang infus dari
lipatan-lipatan yang dapat menghambat Smeltzer, Suzane. C dan Brenda, G. Bare. Alih
kelancaran aliran infuse, serta mempertahankan Bahasa Agung Waluyo. (2002). Buku Ajar
sterilitas dalam upaya mencegah terjadinya Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
flebitis. Suddarth, Volume 1. Jakarta : EGC.
Bicarakan dengan pasien yang diasuh untuk
mengurangi pergerakan pada ekstremitas yang Suriadi. (2004). Perawatan Luka, Edisi I. Jakarta
dipasang infus dan menjaga kebersihan tempat : Sagung Seto
penusukan jarum infus untuk menghindari
terkena air atau kotoran.
----
DAFTAR PUSTAKA
Healthy Journal 21