Anda di halaman 1dari 7

Bahan Ajar TAP 2

2.

3.

4.

No Jawaban
1 a. Strategi yang ditempuh PT XYZ dalam melakukan pendistribusian produknya dengan
menggunakan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer
disebut distribusi intensif. Distribusi ini biasa digunakan oleh produsen yang menjual barang
konvenien seperti PT XYZ yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Perusahaan
menggunakan pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen akhir.
Semua itu dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen. Makin cepat
konsumen terpenuhi kebutuhannya, mereka makin merasakan adanya kepuasan.

b. Strategi yang ditempuh PT XYZ dalam melakukan pendistribusian produknya dengan


menggunakan satu pedagang/ pengecer disebut distribusi eksklusif. Distribusi ini digunakan oleh
perusahaan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam daerah
pasar tertentu. Jadi produsen hanya menjual produknya kepada satu pedagang besar atau satu
pengecer saja. Dengan hanya satu penyalur, produsen akan lebih mudah dalam mengadakan
pengawasan, terutama pengawasan pada tingkat harga eceran maupun pada usaha kerja sama
dengan penyalur dalam periklanan. Penyalur sendiri juga memiliki keuntungan karena banyak
pembeli yang membeli kepadanya. Pada umumnya, distribusi eksklusif ini banyak dipakai:
- untuk barang-barang spesial;
- apabila penyalur bersedia memelihara persediaan dalam jumlah besar sehingga pembeli lebih
leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya;
- apabila produk yang dijual memerlukan servis purna jual (pemasangan, reparasi dan
sebagainya), misalnya mobil, alat pendingin udara (AC), lemari es, mesin pertanian, alat-alat
konstruksi bangunan, dan sebagainya.

2 Data pembelian mesin packing baru sebagai berikut:


Harga Mesin = Rp 1.000.000.000
Nilai sisa = Rp 90.000.000
Umur Ekonomis = 5 Tahun
Laba yang diharapkan per tahun = Rp 250.000.000
Tingkat bunga = 12% (0,12)

Penyusutan Per Tahun = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) / Usia Ekonomis


= (Rp 1.000.000.000 – Rp 90.000.000) / 5
= Rp 182.000.000

Kas Masuk Bersih Per Tahun = Laba yang diharapkan + Penyusutan


= Rp 250.000.000 + Rp 182.000.000
= Rp 432.000.000

Present Value Kas Masuk Tahun I s/d Tahun V


PV Kas Masuk Tahun I = Rp 432.000.000 / (1+0,12) = Rp 385.714.286
PV Kas Masuk Tahun II = Rp 432.000.000 / (1+0,12) 2 = Rp 344.387.755
PV Kas Masuk Tahun III = Rp 432.000.000 / (1+0,12) 3 = Rp 307.489.067
PV Kas Masuk Tahun IV = Rp 432.000.000 / (1+0,12) 4 = Rp 274.543.810
PV Kas Masuk Tahun V = Rp 432.000.000 / (1+0,12) 5 = Rp 245.128.402
Total PV Kas Masuk Tahun 1 s/d Tahun 5 = Rp 1.557.263.319
PV nilai sisa di tahun IV = 90.000.000/(1+0,12) 5 = Rp 158.610.711

Net Present Value


Net Present Value = -(Harga Beli Mesin) + PV Th. 1 s/d 5 + PV Nilai Sisa Tahun 5
= Rp -1.000.000.000 + Rp 1.557.263.319 + Rp 158.610.711
= Rp 716.221.422

Dengan demikian, karena NPV bernilai positif sebesar Rp 716.221.422, pembelian mesin baru
merugikan bagi PT XYZ sehingga keputusannya adalah dibeli.

3 a. Metode penilaian kinerja yang diterapkan oleh PT XYZ adalah pendekatan komparatif. Metode
ini untuk mengukur kinerja berisikan teknik-teknik yang menuntut penilai membandingkan
kinerja individu dengan individu lain. Pendekatan ini biasanya menggunakan suatu penilaian
secara menyeluruh terhadap kinerja atau nilai dari individu, dan berusaha membuat ranking dari
individu-individu dalam suatu kelompok tertentu. Seperti yang dilakukan oleh PT XYZ yang
melakukan penilaian kinerja terhadap karyawan-karyawannya dengan mengukur kinerja dari
masing-masing individu menggunakan penilaian secara menyeluruh terhadap kinerja
karyawannya dan membuat ranking dari suatu kelompok tertentu.
Terdapat tiga teknik yang masuk ke dalam pendekatan ini, yaitu ranking, forced distribution, dan
paired comparison.
1. Ranking
Ranking adalah teknik sederhana yang dapat digunakan oleh para manajer untuk
mengurutkan peringkat karyawan dalam departemen mereka mulai dari yang memiliki
kinerja tertinggi hingga yang memiliki kinerja terendah. Cara melakukan teknik ini adalah
menuliskan daftar nama-nama karyawan untuk dinilai pada sisi kiri lembar kertas penilaian.
Pilih karyawan yang memiliki kinerja paling tinggi dari daftar tersebut, dan beri tanda silang.
Kemudian pindahkan nama karyawan tersebut pada daftar paling atas di sisi sebelah kanan
kertas penilaian. Selanjutnya pilih dan beri tanda silang pada nama karyawan yang memiliki
kinerja paling buruk dari daftar pada kolom sebelah kiri, dan pindahkan pada daftar
terbawah pada kolom sebelah kanan. Ulangi proses ini untuk seluruh nama karyawan pada
daftar sebelah kiri lembar kertas penilaian. Daftar nama-nama yang telah dihasilkan pada
kolom sebelah kanan akan menunjukkan suatu ranking karyawan dari yang memiliki kinerja
paling tinggi hingga yang memiliki kinerja paling rendah.
2. Forced Distribution
Teknik ini juga menggunakan format ranking, tetapi karyawan yang diranking dimasukkan ke
dalam sebuah kelompok. Teknik ini menuntut penilai untuk membandingkan kinerja
karyawan dan menempatkan suatu persentase karyawan tertentu pada berbagai level
kinerja. Teknik ini beranggapan level kinerja dalam suatu kelompok karyawan akan
didistribusikan sesuai dengan bentuk kurva normal. Sebagai contoh, 60% karyawan
memenuhi harapan, 20% melampaui harapan dan 20% tidak memenuhi harapan.
3. Paired comparison (Pembandingan berpasangan)
Metode ini menuntut penilai untuk membandingkan seluruh pasangan yang mungkin dari
karyawan yang dinilai pada ”keseluruhan atau beberapa kinerja”. Rumus untuk menghitung
jumlah pasangan yang mungkin dari karyawan yang dinilai adalah n(n-1)/2, di mana n =
jumlah karyawan. Sebagai contoh, seorang penilai akan menilai enam orang karyawan.
Nama-nama karyawan yang dinilai didaftarkan pada sisi sebelah kiri dari lembar penilaian.
Penilai kemudian membandingkan karyawan pertama dengan karyawan kedua pada kriteria
kinerja yang telah dipilih, seperti kuantitas kinerja. Jika penilai beranggapan bahwa karyawan
pertama telah menghasilkan kerja lebih banyak daripada karyawan kedua, maka tanda
centang (√) ditempatkan pada nama karyawan pertama. Penilai selanjutnya membandingkan
karyawan pertama dengan karyawan ketiga, keempat, kelima dan keenam pada kriteria
kinerja yang sama, dan menempatkan tanda centang pada nama karyawan yang
menghasilkan kerja yang paling banyak dalam setiap pasangan pembandingan. Proses
diulang hingga setiap karyawan telah dibandingkan dengan karyawan lain pada semua
kriteria kinerja yang dipilih. Karyawan dengan tanda centang paling banyak dapat
disimpulkan memiliki kinerja yang paling tinggi, sebaliknya karyawan yang tanda centangnya
paling sedikit dinyatakan memiliki kinerja paling rendah. Akan tetapi, teknik ini akan
menghadapi masalah jika karyawan yang dibandingkan berjumlah banyak.

b. Jalur karir yang diterapkan oleh PT XYZ adalah Jalur Karier Tradisional. Ini merupakan salah satu
tipe jalur karier di mana karyawan mengalami kemajuan secara vertikal ke atas di dalam sebuah
organisasi, dari suatu jabatan ke jabatan berikutnya. Asumsi yang mendasari tipe jalur karier
jenis ini adalah bahwa setiap jabatan yang mendahului merupakan persiapan penting bagi
jabatan berikutnya yang levelnya lebih tinggi lagi. Salah satu keunggulan dari jalur karier ini
adalah keterbukaan sistemnya (straightforward), karena jalur kariernya disiapkan secara jelas
dan terbuka yang memungkinkan karyawan mengetahui secara spesifik urutan-urutan dari
jabatan yang harus dilalui oleh mereka. Beberapa kelemahan dari tipe jalur karier tradisional
menurut Mondy dan Noe (1996), meliputi hal-hal berikut ini.
1. Pengurangan besar-besaran level manajemen berkaitan dengan adanya merger,
perampingan, stagnasi, daur pertumbuhan, dan perekayasaan ulang.
2. Hilangnya paternalisme dan keamanan jabatan.
3. Adanya erosi loyalitas karyawan.
4. Adanya lingkungan kerja di mana keahlian-keahlian baru harus senantiasa dipelajari.

4 a. Bahan Baku A (DA): 400 unit


Biaya Pemesanan A (iA): Rp 17.500

Bahan Baku B (DB): 500 unit


Biaya Pemesanan B (iB): Rp 18.500

Bahan Baku C (DC): 700 unit


Biaya Pemesanan C (ic): Rp 22.000

Biaya Penyimpanan (C) : Rp 400.000,-

2 CD
QA =
√ i
2 x 400 .000 x 400 x 12
=
√ 17 .5 00
= √ 219.428,57
= 469 Unit

2C D
QB =
√ i
2 x 400.000 x 5 00 x 12
=
√ 18.500
= √ 259.459,45
= 510 unit

2 CD
QC =
√ i
2 x 400.000 x 7 00 x 12
=
√ 22.000
= √ 305.454,54
= 553 unit
Jadi, jumlah pembelian yang paling optimal untuk bahan baku A adalah 469 unit; untuk bahan baku B
adalah 510 unit; dan untuk bahan baku C adalah 553 unit.

b. Total pembelian yang optimal adalah 468 + 510 + 553 = 1.532 unit.
Jika total kapasitas gudang sebesar 2000 unit, maka metode EOQ dapat diterapkan karena total
unit berdasarkan metode EOQ adalah 1.532 unit.

Anda mungkin juga menyukai