Anda di halaman 1dari 9

1.

1    PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Surat Pemberitahuan (SPT)
adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (07.23, 25 Agustus 2013 on
Wikipedia).
SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. (Posted by Dwiyanto, 14 Maret 2009).

1.2    DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

 Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-


Undang Nomor 6 TAHUN 1983.
 SE Dirjen Pajak No. SE - 04/PJ.33/1998 tanggal 30 April 1998 tentang Perpanjangan
Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunnan Pajak Penghasilan.
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 518/PJ./2000 tanggal 4 Desember
2000 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Selain Melalui Kantor Pos.
 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 517/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000
tentang Tempat Pengambilan Surat Pemberitahuan.
 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 01/PJ.9/2000 tanggal 24 April 2000 tentang
pelaksanaan pelaporan menggunakan Media Elektronik.
 Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 533/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata
uang selain Rupiah Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan.
 Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 534/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Keterangan dan
atau Dokumen yang harus dilampirkan.
 Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 535/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Wajib Pajak tertentu Yang Dikecualikan dari Kewajiban
Menyampaikan Surat Pemberitahuan.
 Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 536/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.
 Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 537/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan dari Pengenaan
Sanksi Administrasi Berupa Denda Karena Tidak Menyampaikan SPT Dalam Jangka
Waktu Yang Ditentukan.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.03/2003 tanggal 28 Februari 2003
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.04/2000
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

1.3    FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


Fungsi SPT ditujukan kepada tiga subjek, yaitu:
1. Wajib Pajak PPh
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak;
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban;
d. pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak.
2. Pengusaha Kena Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan
atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3. Pemotong/Pemungut Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan. (07.23, 25 Agustus 2013 on Wikipedia dan
Posted on 2 November 2007 by omiyan).
1.4    PROSES PELAPORAN/PENYAMPAIAN DAN PEMBAYARAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT)

1.    Tata Cara Pelaporan/Penyampaian SPT

Setelah Wajib Pajak mendapatkan NPWP, kemudian melakukan pembayaran pajak,


kewajiban selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah melaporkannya ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat kedudukan Wajib Pajak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
Wajib Pajak dapat diakses melalui website Direktorat Jenderal Pajak http://www.pajak.go.id
dengan mengklik Petunjuk “3M” Melapor.
Kewajban melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 UU KUP yang
berbunyi sbb: “Setiap WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat WP terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.”
a. Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah :
benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan
peraturan UU Pajak, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT; dan
c. Jelas melaporkan asal-usul / sumber objek pajak dan unsur lain yg hrs diisikan dlm
SPT.SPT yg telah diisi dgn benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke
kantor DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
DJP, dan kewajiban penyampaian SPT oleh Pemotong atau Pemungut Pajak dilakukan
untuk setiap Masa Pajak.

a) Ketentuan Tentang Penyampaian SPT


1) SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP atau
KP4 setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak.

2
2) Batas waktu penyampaian:
o SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.
o SPT Tahunan, paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.
o SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan.
Dalam hal SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal
pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan.

b) Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT)


Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT)
melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi
berupa denda :
a. Rp 50.000,00 untuk SPT Masa;
b. Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan.
c. Baru-baru ini telah terbit Peraturan Direktur Jenderal Pajak  Nomor PER-
26/PJ/2012 yang mengatur mengatur bagaimana cara wajib pajak (WP)
menyampaikan SPT Tahunan. Dalam peraturan tersebut disebutkan 4 (empat)
cara penyampaian SPT Tahunan, yaitu :
1. Secara langsung
Artinya SPT Tahunan yang telah kita buat dapat disampaikan melalui TPT (Tempat
Pelayanan Terpadu) yang ada di KPP tempat  WP terdaftar.
SPT yang wajib disampaikan di TPT adalah :
a. SPT Tahunan 2012 tersebut statusnya Lebih Bayar (LB);
b. SPT Tahunan tersebut merupakan SPT Tahunan Pembetulan tahun pajak sebelum
tahun 2012;
c. SPT Tahunan 2012 yang disampaikan tersebut sudah melewati batas waktu
penyampaian SPT (batas waktu penyampaian SPT tahunan dapat dilihat disini)  
d. SPT Tahunan 2012 dalam bentuk e-SPT selain disampaikan melalui TPT juga
dapat disampaikan melalui Pojok Pajak/ Mobil Pajak / Drop box yang ada dimana-
mana. SPT yang dapat disampaikan disini adalah untuk SPT Tahunan selain : SPT
Tahunan LB, SPT Tahunan pembetulan, atau SPT Tahunan yang disampaikan
setelah batas waktu penyampaian SPT. Penyampaian SPT Tahunan secara
langsung ini  dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan.
2. Melalui Pos  dengan Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT melalui pos dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang telah
ditempel Lembar Informasi yang berisi data tentang :
a. Nama WP
b. NPWP
c. Tahun Pajak 
d. Status SPT (Nihil/KB/LB)
e. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
f. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
g. No Telepon
h. Pernyataan
i. Tanda Tangan WP
Format ada di Lampiran PER-26/PJ/2012
3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir dengan Bukti Pengiriman ke
KPP tempat WP terdaftar

3
Penyampaian SPT melalui Jasa Ekspedisi atau kurir dimasukkan ke dalam amplop
tertutup yang telah ditempel Lembar Informasi yang berisi data tentang:
a. Nama WP
b. NPWP
c. Tahun Pajak 
d. Status SPT (Nihil/KB/LB)
e. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
f. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
g. No Telepon
h. Pernyataan
i. Tanda Tangan WP
Format ada di Lampiran PER-26/PJ/2012
4. E-Filling melalui website DJP (www.pajak.go.id) atau jasa Penyedia ASP
Kita mengisi sendiri melalui media elektronik secara online ke website DJP. Untuk
lebih lengkapnya bisa dilihat di PER-26/PJ/2012
(Mengenal sanksi SPT, Posted on April 18, 2011 by aris aviantara)
2.    Pembayaran Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut yang di poskan oleh Henry Truman 26 November 2012 Ketentuan Umum
Perpajakan, cara pembayaran SPT adalah:

1. Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) melalui bank persepsi atau kantor pos persepsi.
SSP itu adalah formulir bukti pembayaran ( jika di bank kita mengenalnya sebagai slip)
yang terdiri atas 5 rangkap kertas. Untuk memperolehnya dapat anda unduh di
www.pajak.go.id di menu download -lainnya. Bank biasanya meminta SSP yang
berkarbon, jika WP mencetak dari website informasikan untuk membawa kertas karbon
sendiri. Ada pun bank persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
menerima pembayaran pajak. Berikut ini adalah ketentuan jika membayar dengan
menggunakan SSP.

 Bank persepsi: SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang didalamnya sudah tertera NTPN
(Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank).
o SSP baru dianggap sah jika sudah tercantum NTPN dan NTB (Pasal 2 ayat (5)
PER 148/PJ/2007). tetapi utk beberapa Bank terkadang validasi NTPN diberikan
di lembaran tersendiri yang terpisah dari SSP.
o Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah
tertera NTPN tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25,
sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb ke
KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008).

 Kantor Pos Persepsi : SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang yang didalamnya sudah tertera
NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTP (Nomor Transaksi Pos)
(Pasal 2 ayat (5) PER 148/PJ/2007).
o Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah
tertera NTPN tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25,
sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb
ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008).

4
Menurut yang di poskan oleh Haris dalam blognya pada tanggal 28 Apr 2011 Pukul 14:01
WIB Untuk membayar seperti bisa melalui pos, atau bank persepsi yang telah ditunjuk oleh
KPP biasanya kalau untuk SPT massa menggunakan SSP bila dia pekerja bebas dibayar
setiap bulan, dan untuk wp bekerja sebagai pegewai tetap akan dibayarkan oleh pemberi kerja
tiap bulan dan WP OP hanya menghitung, membayar dan menyetorkan spt tahunan aja, dan
untuk denda keterlambatan dikenakan sanksi untuk wp sebesar Rp1.000.000,-.

1.5    JENIS-JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


Jenis Surat Pemberitahuan dilihat dari periode pelaporan terdiri dari Surat Pemberitahuan
Tahunan dan Surat Pemberitahuan Masa.

a.    Surat Pemberitahuan Tahunan.


Surat Pemberitahuan Tahunan terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan Wajib
Pajak yang melaporkannya, yaitu:
1) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan (formulir 1771).
2) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Mata Uang Dolar AS (formulir 1771 $).
3) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (formulir 1770).
4) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sederhana (formulir 1770 S).
5) Surat Pemberitahuan Tahunan Paj ak Penghasilan Orang Pribadi Sangat Sederhana
(formulir 1770 SS).
b.    Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa terbagi dal am beberapa bentuk formulir sesuai dengan jenis
pajak yang dil aporkan, yaitu:
1) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (formulir 1721).
2) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22.
3) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
5) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
6) SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15.
7) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (formulir 1111).
8) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut.
9) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (formulir 1111 DM).
10) SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
11) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
12) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
13) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
14) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.
1.6    BENTUK-BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Bentuk Surat Pemberitahuan dilihat darifisik Surat Pemberitahuan terdiri dari formulir
kertas(hardcopy) dan e-SPT.
1. Formulir kertas (hardcopy).
Merupakan formulir dalam bentuk kertas yang dapat diisi oleh Wajib Pajak
sebagaimana formulir pada umumnya.
2. e-SPT

5
Merupakan data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat
oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.

1.7    SANKSI PELAKSANAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan/tidak melaksanakan SPT, dapat berupa sanksi
administrasi ataupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa denda sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 UU KUP atau berupa kenaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat
3 UU KUP. Sanksi pidana dapat berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan sebagaimana
diatur dalam Pasal 38 UU KUP ataupun penjara atas tindak pidana kesengajaan sebagaimana
diatur dalam Pasal 39 UU KUP.

1.      Surat Teguran atas SPT yang tidak disampaikan.


Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a
UU KUP). Penerbitan Surat Teguran, disamping merupakan bentuk pembinaan terhadap WP,
juga merupakan syarat bagi dikenainya WP yang bersangkutan dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b dan Pasal 13 ayat 3
UU KUP.

2.      Sanksi administrasi berupa denda.


Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar:
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya,
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi.

Ayat (2) menyatakan bahwa “sanksi administrasi berupa denda diatas tidak dilakukan
terhadap”:
a. WP Orang Pribadi yang telah meninggal dunia;
b. WP Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. WP Orang Pribadi yg berstatus sebagai W N A yg tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. WP Badan yg tidak melakukan usaha lagi tetapi belum bubar sesuai dengan
ketentuannya
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan atau
h. WP lain yg diatur dengan atau berdasarkan PMK.
Yang dimaksud dengan WP lain tersebut pada huruf h berdasarkan PMK No.
186/PMK.03/2007 adalah WP yg tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yg
telah ditentukan karena keadaan antara lain :

6
a. kerusuhan massal;
b. kebakaran;
c. ledakan bom atau aksi terorisme;
d. perang antar suku; atau
e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan.
Penetapan WP tersebut dilakukan dengan Keputusan Dirjen Pajak.

3.      Sanksi administrasi berupa kenaikan.


Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melaui penerbitan SKP KB apabila
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis, tetap tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran (Pasal 13 ayat 1
huruf b UU KUP). Dari Jumlah pajak dalam SKP KB yang diterbitkan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sesuai dengan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.

4.      Sanksi pidana kurungan.


Pidana kurungan dalam Pasal 38 UU KUP dikenakan terhadap setiap orang yang karena
kealpaannya tidak menyampaian SPT.
Pasal 38 UU KUP tersebut berbunyi:” Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan SPT; atau
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yg isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang
yg tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.”
Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A adalah “WP yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP
dan WP tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200 % dari jumlah pajak yg kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan SKP KB”.

5.      Sanksi pidana penjara.


Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan ”Setiap orang yang dengan sengaja:
a.       tidak menyampaikan SPT;
b.      menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, terkena
sanksi pidana antara 6 bulan s/d 6 tahun dan denda antara 2 s/d 4 kali.
(Mengenal sanksi SPT Posted on April 18, 2011 by Aris Aviantara dan Sumber : Indonesian
Tax Review)

7
Kasus I : Pengisian Formulir SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Tidak Mempunyai
Usaha/Pekerjaan Bebas

Davina Dewantoro adalah Wajib Pajak dalam negeri. Data mengenai diri Davina, penghasilan,
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan diuraikan berikut ini:

1. Data diri Wajib Pajak

a. NPWP : 04.512.202.2.504.000
b. Nama Wajib Pajak : Davina Dewantoro
c. Alamat tempat tinggal : Jl. Pedurungan Baru No. 27,
Semarang
d. Nomor telepon tempat tinggal : 024-601213
e. Kelurahan/Kecamatan : Pedurungan
£ Kota/kode pos :Tengah/Pedurungan
Semarang/50192
g. Pekerjaan : Pegawai tetap pada
Semarang
Universitas
h. Alamat tempat kerja : Jl. Arteri No. 100 Semarang

2. Penghasilan
a. Sebagai pegawai pada Universitas
SemarangGaji sebulan Rp2.300.000
Tunjangan-tunjangan sebulan Rp400.000
Honorarium dan imbalan lain Rp500.000
Tunjangan
sebulan hari raya tahun 2009 1 kali gaji pokok

Pajak penghasilan Pasa1 21 ditanggung oleh masing-masing pegawai. luran pensiun


dan iuran jaminan hari tua ditanggung pegawai sebesar Rp60.000 sebulan.
Lampiran pemotongan PPh Pasa1 21 sebagai pegawai tetap (formulir 1721A1) dari
pemberi kerja terlampir.
b. Penghasilan lain-lain:
Menerima bunga deposito dari Bank BNI sebesar Rp2.000.000. Bukti pemotongan PPh
terlampir.
3. Harta dan Kewajiban

 Tanah tempat tinggal seluas 500 meter persegi, dibeli tahun 2002 senilai
Rp500.000.000.
 Rumah tinggal seluas 200 meter persegi, selesai dibangun tahun 2003 senilai
Rp200.000.000.

8
 Satu unit mobil Avansa diperoleh tahun 2009 senilai Rp160.000.000
 Dua unit sepeda motor dibeli tahun 2006 masing-masing senilai Rp 10.000.000, dan
Rp12.000.000.
 Deposito di Bank BNI senilai Rp50.000.000 dengan jangka waktu jatuh tempo 6 bulan,
bunga deposito 8% setahun, teranggal 1 Juni 2008.

4. Lain-lain

 Mempunyai tanggungan 2 adik kandung, masing-masing kelas 1 SMA Negeri 1


Semarang dan kuliah semester 2 di Universitas Semarang.
 Memperoleh warisan dari orang tua berupa sebidang tanah dengan harga jual
Rp120.000.000.

Penyelesaian

Total harta pada akhir tahun 2009 adalah:


Tanah tempat tinggal Rp500.000.000
Rumah tinggal Rp200.000.000
Satu unit mobil avanza Rp160.000.000
Dua unit sepeda motor Rp 22.000.000
Deposito di Bank BNI Rp 50.000.000
Rp932.000.000

Anda mungkin juga menyukai