Anda di halaman 1dari 10

Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 52 – 61

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.30

Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21


pada Anak Usia Dini

Yenni Fitra Surya


Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Abstrak
Pendidikan karakter mutlak dilaksanakan pada abad 21 pada anak usia dini sebagai langkah kuratif
dan patologi sosial di masyarakat, namun langkah preventif guna pembentukan karakter baik dari
setiap pesera didik belum efektif digunakan dalam pendidikan karakter. Di dalam pembelajaran selain
kognitif pembetukan karakter siswa harus perlu diperhatikan. Pada kenyataannya acapkali pembetukan
karakter sejak dini ini sering terlupakan. Tujuan penelitian menjelaskan secara komprehensif hakikat
pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan secara komprehensif penggunaan
model-model pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan
secara komprehensif penggunaan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21
pada anak usia dini. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini penggunaan model
pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini merupakan proses pemberdayaan
potensi peserta didik proses humanisasi (humanizing), dan proses pembudayaan, model-model
pembelajaran pendidikan yaitu model pembelajaran penanaman nilai, berbasis perkembangan
penalaran moral, analisis nilai dan project citizen, efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi warga negara yang baik.

Kata Kunci :Model Pembelajaran, Pendidikan Karakter Abad 21, Anak Usia Dini

Abstract
Absolute character education was undertaken in the 21st century in early childhood as curative
measures and social pathology in the community, but a preventive measure to the formation the good
character of each student have not effectively used in character education. In addition to cognitive
learning students' character formation should be noted. In fact, often the formation of character early
on is often forgotten. The aim of research explained comprehensively the nature of character education
in the 21st century in childhood, explained comprehensively the use of models of learning in character
education in the 21st century in childhood, explained comprehensively use learning approaches in
character education in the 21st century to children aged early. The research method used in this study
is a literature review is to connect research with the existing literature and fills the gaps in previous
research. The results obtained in this study the use of the learning model of character education in the
21st century in childhood is the process of empowering the learner process of humanization
(humanizing), and the process of acculturation, learning models of education namely learning model
planting value, based on the development of moral reasoning, value analysis, and project citizen,
effective use helps learners develop competencies become good citizens.

Keywords: Learning Model, 21st Century Character Education, Childhood

@Jurnal Obaesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : yenni.fitra13@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 53

PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal


Era globalisasi yang ditandai oleh 1 ayat 14 menyatakan bahwa PAUD
perkembangan ilmu pengetahuan dan adalah suatu upaya pembinaan yang
teknologi yang amat pesat, terutama ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
teknologi informasi dan komunikasi, telah dengan usia enam tahun yang dilakukan
mengubah dunia seakan-akan menjadi melalui pemberian rangsangan pendidikan
kampung dunia (global village). Dunia untuk membantu pertumbuhan dan
menjadi transparan tanpa mengenal batas perkembangan jasmani dan rohani agar
negara. Kondisi yang demikian itu anak memiliki kesiapan dalam memasuki
berdampak pada seluruh aspek kehidupan pendidikan lebih lanjut. Hal ini menjadi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. tantangan tersendiri bagi institusi
Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pendidikan dan para pendidik bagaimana
pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan menerjemahkan tujuan Pendidikan
seluruh masyarakat Indonesia. Fenomena Nasional tersebut menjadi strategi, model,
globalisasi telah menantang kekuatan dan pendekatan pembelajaran hingga
penerapan unsur-unsur karakter bangsa secara efektif mampu menumbuhkan nilai-
(Budimansyah, 2010). Pendidikan bagi nilai karakter yang dicita-citakan. Namun
anak usia dini memberikan upaya untuk pada hakikatnya tidak ada proses
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pendidikan yang bebas nilai, tidak ada juga
pemberian kegiatan pembelajaran yang sebuah nilai yang bebas rujukan.Setiap
akan menghasilkan kemampuan dan pendidikan berkesempatan
ketrampilan anak. Pendidikan anak usia mengembangkan model dan pendekatan
dini adalah bentuk penyelenggaraan pembelajaran dalam pendidikan karakter
pendidikan yang menitik beratkan pada yang diinginkan dapat dikembangkan
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan secara terpadu melalui manajamen
perkembangan fisik, kecerdasan, daya pendidikan dan pembelajaran berlandaskan
cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan pada nilai-nilai yang menjadi rujukan
spititual. Pendidikan anak usia dini yang (Ace, 2010: 122).
dilakukan orang tua berikan bagi anak Ada beberapa penggunaan model
merupakan suatu persiapan kematangan dan pendekatan pembelajaran pendidikan
anak dalam menghadapi perkembangannya karakter pada abad 21yaitu; pendekatan
di masa yang akan datang (Pascalian Hadi keteladanan, pendekatan berbasis kelas,
Pradana, 2016). pendekatan kegiatan ko-kurikuler dan
Membangun keberadaan bangsa ekstrakurikuler, pendekatan kultur
yang berkarakter pada abad 21 merupakan kelembagaan dan kultur akademik,
conditio zine quo non bagi Bangsa pendekatan berbasis komunitas, dan
Indonesia. Hal ini diwujudkan jika setiap dukungan kebijakan pendidikan yang
warga negara Indonesia sebagai relevan serta model pembelajaran
pendukung utama peradaban memiliki penanaman nilai, berbasis perkembangan
karakter bangsa yang luhur dalam rangka penalaran moral, analisis nilai, dan project
membangun keberadaban bangsa(Sukadi, citizen yang dapat dikembangkan guna
2007). Walaupun sudah diselenggarakan pembentukan karakter baik (good
melalui berbagai upaya, pembangunan character) setiap peserta didik. Tujuan
karakter bangsa belum terlaksana secara penelitian menjelaskan secara
optimal dan pengaruhnya terhadap komprehensif hakikat pendidikan karakter
pembentukan karakter baik (good pada abad 21 pada anak usia dini,
character) warganegara belum cukup menjelaskan secara komprehensif
signifikan (Budimansyah, 2010: 2). penggunaan model-model pembelajaran
Dalam tujuan Pendidikan Nasional dalam pendidikan karakter pada abad 21
sesungguhnya sudah memiliki kandungan pada anak usia dini, menjelaskan secara
nilai-nilai karakter yang sangat kaya. komprehensif penggunaan pendekatan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
pembelajaran dalam pendidikan karakter maraknya angka kekerasan anak-anak
pada abad 21 pada anak usia dini. dan remaja, kejahatan terhadap teman,
Metode penelitian yang digunakan pencurian remaja, kebiasaan
dalam penelitian ini adalah kajian pustaka. menyontek, penyalahgunaan obat-obatan,
Semua jenis penelitian memerlukan studi pornografi, dan perusakan milik orang lain
pustaka khususnya jenis penelitian historis sudah menjadi masalah sosial yang hingga
yang semua data-data sebagian besar saat ini belum dapat diatasi secara tuntas,
diperoleh melalui kajian pustaka. Namun oleh karena itu betapa pentingnya
kajian pustaka tentu saja tidak hanya pendidikan karakter.
sekedar urusan membaca dan mencatat Pendidikan karakter pada abad 21
literatur atau buku-buku sebagaimana yang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari
sering dipahami banyak orang. Apa yang program pendidikan pada umumnya.
disebut dengan riset perpustakaan atau Karena itu, untuk memahami makna
sering juga disebut studi pustaka, ialah pendidikan karakter tidaklah bisa
serangkaian kegiatan yang berkenaan dilepaskan dari makna pendidikan itu
dengan metode pengumpulan data pustaka, sendiri. Landasan pendidikan nasional
membaca dan mencatat serta mengolah Indonesia sesungguhnya
bahan penelitian (Mestika Zed,2004:3). adalahpembentukan karakter kehidupan
berbangsa. Demikian pula dengan berakar
PEMBAHASAN pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Dalam undang-undang tentang nasional Indonesia, dan tanggap
sistem pendidikan nasional dinyatakan terhadaptuntutan perubahan jaman jelas
bahwa pendidikan anak usia dini adalah menunjukkan bahwa jiwa atau roh
suatu upaya pembinaan yang ditujukan pendidikannasional itu sesungguhnya
kepada anak sejak lahir sampai dengan pembentukan karakter atau kepribadian
usia enam tahun yang dilakukan melalui bangsa Indonesia yang bersumber dan
pemberian rangsangan pendidikan untuk nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur
membantu pertumbuhan dan kebudayaannasional, dan nilai-nilai yang
perkembangan jasmani dan rohani agar tumbuh dan berkembang dalam
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pertumbuhan dan perkembangan jaman
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 (Sukadi, 2011: 96).
Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Menurut (Koesoema, 2010) roh
Kegiatan pembelajaran pada anak usia pendidikan karakter dapat menjadi pisau
dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani bermata dua. Di satu sisi pendidikan
Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya karakterdapat memacu dan meningkatkan
adalah pengembangan kurikulum secara kemampuan intelektual dan akademis, di
konkret berupa seperangkat rencana yang sisi lain pendidikan karakter menjadi usaha
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui pemertahanan dan pengembangan
bermain yang diberikan pada anak usia kapasitas moral peseta didik. Kedua
dini berdasarkan potensi dan tugas kekuatan ini menjadi idealisme pendidikan
perkembangan yang harus dikuasainya agar dapat mengarahkan peseta didik
dalam rangka pencapaian kompetensi yang semakin mampu mengembangkan
harus dimiliki oleh anak, Salah satunya ketajaman intelaktual dan integritas diri
dengan pendekatan karakter (moral sebagai pribadi yang memiliki karakter
education) kuat. Demikian pula pendidikan tanpa jiwa
Penguatan pendidikan moral (moral dan spirit yang jelas dalam bentuk
education) atau pendidikan karakter pendidikan karakter diyakini akan dapat
(character education) dalam konteks menjadi bumerang bagi kepentingan
sekarang sangat relevan untuk mengatasi kemanusiaan itu sendiri. Diperlukan
krisis moral yang sedang melanda di penanaman nilai-nilai dan
negara kita. Krisis tersebut antara lain norma-norma Agama yang kuat
berupa meningkatnya pergaulan bebas, terhadap bangsa ini agar tidak mudah
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 55

terpengaruh dan mempunyai filter ketika inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,


pengaruh-pengaruh bangsa lain masuk. sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab,
Supaya penanaman nilai dan norma berketerampilan serta menguasai ilmu
tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak pengetahuan dan teknologi dalam rangka
usia dini, sebagaimana disampaikan oleh mengembangkan kualitas manusia
Hasan A. (dalam Barr A.tt:357) bahwa Indonesia.
mencari ilmu pada saat kecil seperti Akan tetapi dengan era modern
memahat di atas batu dan mencari ilmu serta menjalarnya arus globalisasi
diwaktu tua bagaikan mengukir diatas air. membuat sebagian tujuan dari nasional
Ungkapan ini menekankan pentingnya bangsa tersebut menjadi terhambat bahkan
belajar pada usia dini, sebab belajar yang dapat dikatakan rusak. Hal tersebut dapat
dilakukan walaupun melalui proses yang dilihat dengan semakain rusaknya moral
tidak mudah namun apabila sudah serta anak bangsa pada saat ini, terutama
dikuasai, maka akan tetap diingat moral serta akhlak anak bangsa yang masih
sepanjang hidupnya. (Fauziddin, 2016) duduk dibangku sekolah. Semakin
Moral dan moralitas memiliki sedikit terjadinya krisis moral serta akhlak yang
perbedaan, karena moral adalah prinsip dihadapai oleh dunia pendidikan tersebut,
baik-buruk sedangkan moralitas saat ini pemerintah mencanangkan kembali
merupakan kualitas pertimbangan baik- sistem pendidikan yang berdasarkan
buruk. Dengan demikian, hakekat dan akhlak serta penanaman moral yang kuat
makna moralitas bisa dilihat dari cara terhadap peserta didik. Untuk mencegah
individu yang memiliki moral dalam lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya
mematuhi maupun menjalankan aturan. tersebut mulai dirintis melalui pendidikan
Hal ini sangat jelas dinyatakan oleh karakter bangsa. Dalam hal ini jelas saja
Mahatma Gandhi bahwa pendidikan tanpa pendidikan moral menjadi pendidikan
basis karakter adalah salah satu dosa yang paling utama setelah diadakannya
fatal Theodore Roosevelt juga pernah pendidikan karakter untuk mengatasi krisis
menyatakan bahwa: “to educate a person moral yang sedang terjadi melanda negara
in mind and not in morals is to educate a kita.
menace to society (Williams dan Krisis moral tersebut jelas sekali
Megawangi, 2010). Hal senada juga pernah digambarkan dengan semakinmaraknya
dinyatakan oleh Horace Man bahwa “the pergaulan bebas yang menimpa anak
highestand noblest office of education sekolah, maraknya angka kekerasan yang
pertains to our moral nature. The common terjadi dikalangan remaja, penyalahgunaan
school should teach virtue before obat-obatan, pornografi, dan perusakan
knowledge, for knowledge without virtue milik orang lain sudah menjadi masalah
poses its own dangers (Elmubarok, n.d.), sosial yang hingga saat ini belum dapat
2008: 106). diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa
Salah satu tujuan nasioanal bangsa pentingnya pendidikan karakter. Dalam hal
yang paling utama ialah mencerdaskan ini Lickona menyebutkan dengan artian
kehidupan bangsa, dalam hal ini yang sederhana mengenai pendidikan
dibutuhkan suatu sarana serta prasarana karakter, yaitu sebuah pendidikan yang
yang dijadikan suatu penyaluran serta dilakukan untuk memenuhi isi jiwa peserta
dijadikan sebagai ajang terwujudnya tujuan didik dengan karakter yang bermoral serta
nasioanl bangsa tersebut. Dalam hal ini berakhlak baik. Suyanto sendiri yang
pendidikanlah satu-satunya yang menjadi seorang ahli pendidikan mendefinisikan
sarana prasarana nomor satu dalam karakter sebagai cara berpikir dan
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
Negara sendiri ingin mewujudkan suatu individu untuk hidup dan bekerja sama,
sistem dengan iklim pendidikan nasional baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
yang demokratis dan bermutu guna bangsa, maupun negara. Sehingga dari
memperteguh akhlak mulia, kreatif, kedua pengertian diatas pendidikan
karakter dianggap sangat penting dan lainnya lagi dapat pula diintegrasikan
sudah sepatutnya mendapat perhatian antara kemampuan, kepribadian, dan skills
khusus dari negara ini dalam rangka atau keterampilan (Sukadi, 2007).
mewujudkan cita-cita anak bangsa serta Lahirnya pendidikan karakter bisa
menghasilkan generasi muda yang dikatakan sebagai sebuah usaha untuk
berkualitas. menghidupkan spiritual yang
Pendidikan karakter dapat diartikan ideal. Foerster seorang ilmuan pernah
sebagai the deliberate us of all dimensions mengatakan bahwa tujuan utama
of school life to foster optimal character dari pendidikan adalah untuk
development yang dapat diartikan sebagai membentuk karakter karena karakter meru
suatu usaha kita secara sengaja dari seluruh pakan suatu evaluasi seorang pribadi atau
dimensi kehidupan sekolah/madrasah individu serta karakter pun dapat memberi
untuk membantu pembentukan karakter kesatuan atas kekuatan dalam mengambil
secara optimal. Dalam melaksanakan sikap di setiap situasi. Pendidikan karakter
pendidikan yang berkarakter tentu saja pun dapat dijadikan sebagai strategi untuk
dibutuhkan suatu cara atau metode tertentu mengatasi pengalaman yang selalu berubah
untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan sehingga mampu membentuk identitas
itu sendiri. Metode yang dapat dilakukan yang kokoh dari setiap individu dalam hal
dapat berupa metode keteladanan. ini dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan
Sesungguhnya pendidikan karakter karakter ialah untuk membentuk sikap
adalah proses pemberdaan (empowering) yang dapat membawa kita kearah
potensi peserta didik proses humanisasi kemajuan tanpa harus bertentangan
(humanizing), dan proses pembudayaan dengan norma yang berlaku. Pendidikan
(civilizing). Sebagai proses pemberdayaan, karakter pun dijadikan sebagai wahana
pendidikan karakter pada dasarnya adalah sosialisasi karakter yang patut dimiliki
usaha sadar untuk memberdayakan dan setiap individu agar menjadikan mereka
mengembangkan seluruh potensi peserta sebagai individu yang bermanfaat seluas-
didik. Proses ini juga memberdayakan luasnya bagi lingkungan sekitar.
peserta didik sebagai makhluk yang Pendidikan karakter bagi individu
menyadari memiliki sejumlah potensi dan bertujuan agar :
menyadari keterbatasannya dengan cara 1. Mengetahui
knowing the what and knowingthe why; berbagai karakter baik manusia.
appreciate mean and end; dan 2. Dapat mengartikan dan
experincing, acting, and behaving. menjelaskan berbagai karakter.
Pendidikan karakter juga bukanlah proses 3. Menunjukkan contoh prilaku
pengajaran yang bersifat transfer informasi berkarakter dalam kehidupan
semata. Pendidikan karakter juga bukanlah sehari-hari.
proses penanaman nilai-nilai belaka. 4. Memahami sisi baik menjalankan
Di sisi lain, potensi-potensi itu bisa prilaku berkarakter.
dimanifestasikan dalam bentuk multi
kecerdasan: pengetahuan fisik, kinestetik, A. Model Pembelajaran Pendidikan
emosional sosial, intelektual, moral, Karakter
estetis, dan spiritual. Yang lain lagi Model pembelajaran merupakan
berusaha mewujudkan potensi-potensi itu cara atau teknik penyajian yang digunakan
dan segi: learning to know, learning to do, guru dalam proses pembelajaran agar
learning to be, learning to live together, tercapai tujuan pembelajaran. Ada
dan learning to obey God Almighty. beberapa model-model pembelajaran
Kesadaran yang lain dapat seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi
mengintegrasikan potensi-potensi: kasus, bermain peran (role play) dan lain
kemampuan berpikir yang baik dan benar, sebagainya. Yang tentu saja masing-
berkata-kata yang baik dan benar, dan masing memiliki kelemahan dan kelebihan.
berbuat yang baik dan bijaksana. Yang Menurut Slavin Pembelajaran didefinisikan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 57

sebagai perubahan tingkah laku individu pendidikan karakter yang berorientasi


yang disebabkan oleh pengalaman pada moral dikesampingkan dan akibatnya
sedangkan Woolfolk mengatakan banyak kegagalan nyata pada dimensi
pembelajaran berlaku apabila sesuatu pembentukan karakter individu
pengalaman secara relatifnya contohnya Indonesia terkenal di pentas
menghasilkan perubahan kekal dalam dunia karena kisah yang buruk
pengetahuan dan tingkah laku dan Crow & seperti korupsi dengan moralitas yang
Crow mengatakan bahwa pembelajaran lembek.
adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan Pendidikan karakter bukan hal baru
dan sikap dalam tradisi pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan defenisi di atas dapat Beberapa pendidik Indonesia modern yang
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kita kenal seperti Soekarno telah mencoba
perubahan tingkah laku yang melibatkan menerapkan semangat pendidikan karakter
ketrampilan kognitif yaitu penguasaan sebagai pembentuk kepribadian dan
ilmu dan perkembangan kemahiran identitas bangsa yang bertujuan
intelektual. Proses pembelajaran lebih menjadikan bangsa Indonesia menjadi ban
bermakna jika guru dalam membelajarkan gsa yang berkarakter. Pendidikan karakter
siswa dengan menggunakan model merupakan aspek yang penting bagi
pembelajaran yang bervariasi. Model generasi penerus. Seorang individu tidak
pembelajaran diartikan sebagai prosedur cukup hanya diberi bekal pembelajaran
sistematis dalam mengorganisasikan dalam hal intelektual belaka tetapi juga
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan harus diberi hal dalam segi moral dan
belajar. Dapat juga diartikan suatu spiritualnya, seharusnya pendidikan
pendekatan yang digunakan dalam karakter harus diberi seiring dengan
kegiatan pembelajaran. Salah satu yang perkembangan intelektualnya yang dalam
dapat digunakan yaitu model pendekatan hal ini harus dimulai sejak dini khususnya
karakter. dilembaga pendidikan. Pendidikan karakter
Persoalan pendidikan karakter di sekolah dapat dimulai dengan
di Indonesia sejauh ini memberikan contoh yang dapat dijadikan
menyangkut pendidikan moral dan dalam teladan bagi murid dengan diiringi
aplikasinya terlalu membentuk satu arah pemberian pembelajaran seperti
pembelajaran khusus sehingga melupakan keagamaan dan kewarganegaraan sehingga
mata pelajaran lainnya, dalam dapat membentuk individu yang
pembelajaran terlalu membentuk satu berjiwa sosial, berpikir kritis, memiliki dan
sudut kurikulum yang diringkas kedalam mengembangkan cita-cita luhur, mencintai
formula menu siap saji tanpa melihat hasil dan menghormati orang lain, serta adil
dari proses yang dijalani. Guru/dosen pun dalam segala hal. Menurut (Sukadi, 2007)
cenderung mengarahkan ada beberapa model pembelajaran
prinsip moral umun secara satu arah, tanpa pendidikan karakter pada abad 21 yang
melibatkan partisipasi siswa untuk berbasis pada pendidikan nilai dan moral
bertanya dan mengajukan pengalaman perlu disajikan, antara lain:
empiriknya. Sejauh ini dalam 1. Model pembelajaran penanaman
proses pendidikan di Indonesia yang nilai, berasumsi bahwa peserta didik
berorientasi pada perlu menerima nilai- nilai yang
pembentukan karakter individu belum dianggap luhur oleh masyarakat, baik
dapat dikatakan tercapai karena dalam yangberupa nilai-nilai lama yang masih
prosesnya pendidikan di Indonesia terlalu dianggap luhur maupun nilai-nilai
mengedepankan penilian pencapaian modernyang telah diterima oleh
individu dengan tolak ukur tertentu dominan dalam masyarakat. Model
terutama logik-matematik sebagai ukuran pembelajaran nilai seperti ini berasal
utama yang menempatkan seseorang dan keyakinan ideologi pendidikan
sebagai warga kelas satu. Dalam prosesnya perenialisme danesensialisme. Ciri
utama pembelajaran penanaman nilai- berbagai konflik nilai yang terjadi pada
nilaiadalah bahwa para siswa/ masalah-masalahsosial tersebut.
mahasiswa harus menerima nilai-nilai 4. Model pembelajaran project citizen,
yang diajarkanoleh orang dewasa dan membantu peserta didik
mereka harus mengubahnilai-nilai yang mengembangkan
dianggap tidakrelevan oleh kelas kompetensi menjadi warga negara yang
dominan dalam masyarakat. baik dalam arti demokratis dan
Pembelajaran penanaman nilai-nilai ini partisipatif. Peserta didik diberdayakan
dapat dilakukan melalui metode untuk memiliki kepekaan
pengajaran langsung atau dengan dankepedulian sosial dalam turut
ceramah nilai-nilai, mempengaruhi kebijakan publik oleh
pembelajarandengan simulasi, bermain pemerintah
peran, bermain drama, belajar dengan yang mengandung muatan nilai-nilai
melakukan,dan belajar dengan moral. Di sini peserta didik belajar
penguatan positif dan negatif. mengidentifikasi masalah-masalah
2. Model pembelajaran berbasis sosial atau mengidentifikasi
perkembangan penalaran moral, kebutuhanmasyarakat yang dapat
menurutPiaget, perkembangan dibantu pemenuhannya melalui usulan
penalaran moral itu berkembang dan kebijakan publik yang dikembangkan
tingkat heteronommenuju pengambilan sendiri oieh peserta didik. Setelah itu
keputusan moral yang bersifat otonom. pesertadidik belajar membuat berbagai
Untuk memfasilitasi peserta didik alternatif pemecahan masalah dan
mampu mengambil keputusanmoral menyusunrekomendasi untuk usulan
secara otonom, mereka haruslth kebijakan publik kepada pejabat
diajarkan untuk berhadapan pemerintahan terkait. Terakhir, peserta
dengandilema nilai moral, belajar didik bersama-sama pendidik dapat
membuat keputusan moral, dan belajar melakukantindakan refleksi pengalaman
memberikan pertimbangan nilai-nilai belajar untuk menilai efektivitas
moral dengan menggunakan penalaran pembelajarandalam mencapai tujuan-
yang rasional.Melalui diskusi kelompok tujuan pendidikan nilai/moral (Sukadi,
peserta didik diajak untuk 2007).
mendiskusikan secara rasional mengapa
mereka harus mengambil keputusan B. Pendekatan Pendidikan Karakter
moral seperti yang mereka hadapi (Sukadi, 2007) menyatakan bahwa
dengan landasan berpikir secara pendidikan karakter mengambil aspek
rasional. yang dominan dan utama dalam
3. Model pembelajaran analisis nilai, pelaksanaan program pendidikan.
menekankan pada kemampuan peserta Demikian pula pendidikan
didik untuk melakukan analisis nilai- karaktermengambil domain yang terdalam
nilaisecara rasional dan logis pada dan kompleks dalam pengembangan
masalah-masalah sosial yang kompetensi manusiawi. Sangatlah tidak
mengandungmuatan nilai-nilai moral. mudah, karena itu, untuk melakukandan
Pembelajaran dengan analisis nilai ini mengembangkan satu pendekatan
menghadapkanpeserta didik pada pendidikan karakter yang efektif dan
berbagai masalah sosial yang ada di efisien. Tidak seperti pendidikan bidang
masyarakat yangmengandung muatan studi atau mata pelajaran yang
konflik nilai-nilai moral. Tugas siswa bersifatkognitif atau keterampilan tertentu
atau mahasiswaadalah melakukan yang umumnya bisa efektif dilaksanakan
analisis secara logis baik melalui kajian melalui pendekatan pembelajaran bidang
pustaka, melakukanpenelitian lapangan, studi tertentu, pendidikan karakter yang
maupun melalui diskusi secara cenderung utuh mengintegrasika domain-
kelompok atau kelas untuk membahas domain kemampuan kepribadian, dan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 59

keterampilan agak sulit dijamin pemberdayaanpeserta didik dalam


efektivitasnya jika dibelajarkan melalui membina nilai-nilai utama dalam
mata pelajaran karakter yang berdiri pembentukan karakteryang diharapkan.
sendiri. Untuk ini guru dan siswa, misalnya,
Ada beberapa pendekatan perlu menyepakatitentang nilai-nilai
pendidikan karakter yang mungkin utama yang akan dibina, dimantapkan,
dilaksanakan di sekolah atau perguruan dikuatkan, dandikembangkan sebagai
tinggi dengan menggunakan beberapa kompetensi yang akan dicapai dalam
pendekatan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran. Selanjutnya, guru dapat
yaitu; pendekatan keteladanan, pendekatan memfasilitasi, membimbing,
berbasis kelas, pendekatan kegiatan ko- mendorong, menemani,mangarahkan,
kurikuler dan ekstrakurikuler, pendekatan memimpin, menguatkan, dan
kultur kelembagaan dan kultur akademik, menyontohkan atau meneladankan
pendekatan berbasis komunitas, dan kepada peserta didik bagaimana nilai-
dukungan kebijakan pendidikan yang nilai keutamaan karakter tersebutdigali
relevan. atau dieksplorasi, dijelaskan, diberi
1. Pendekatan keteladanan, merupakan penalaran, dinilai dan disikapi,dihayati,
pendekat untuk meneladankan pola dipecahkan konflik-konfliknya, dan
berpikir, nilai-nilai dan sikap, serta dilaksanakan dalam kehidupansehari-
kompetensi yang mencerminkan hari, serta dimonitoring dan dievaluasi
teraktualisasikannya nilai-nilai yang efektivitas
mendasari karakter bangsa dari penyelenggaraanpendidikannya.
seseorang kepada orang lain terutama 3. Pendekatan integritas dalam kegiatan
dari orang dewasa kepadapeserta didik, ekstrakulikuler, (Sukadi, 2007) hampir
dengan maksud peserta didik tersebut identik dengan pendekatan berbasis
dapat mengikuti pola-pola perilaku yang kelas yang bersifat atau berbasis
baik dari model (Sukadi, 2007). kegiatan kurikuler dan kokurikuler,
Pendekatan ini tidaklah cukup pendidan karakter jugadapat
dilakukanhanya dengan memberikan diintegrasikan ke dalam kegiatan
contoh-contoh pola berpikir nilai dan kepemimpinan siswa/mahasiswa dan
sikap, serta perilaku yang baik kepada kegiatan ekstrakurikuler
peserta didik, karena pemberian contoh kesiswaan/kemahasiswaan. Untuk ini
yang tidakdisertai dengan pemilikan seluruh organisasi kepemimpian
perilaku tersebut oleh model justru siswa/mahasiswa dan organisasi ekstra
dapat menjadi bumerang. Untuk kampus atau ekstrakurikuler di bawah
kepentingan ini seluruh komponen bimbingan dan pembinaan dosen
civitas akademika(pemimpin perguruan harusah dapat dengan sengaja di
tinggi, kepala sekolah, staf dosen, guru sistematis mengembangkan proram-
staf, dan mahasiswa atau siswa) program pendidikan yang dapat
haruslah mampu mengternalisasikan mengintegrasikan tujuan-tujuan
nilai-nilai karakter kehidupan berbangsa pendidiksan karakter sesuai dengan visi,
dan menjadi teladan yang baik misi,tujuan, jeins program, dan kegiatan
bagipembangunan karakter bangsa satu masing-masing unit organisasi
sama lain. kesiswaan/kemahasiswaan.
2. Pendekatan berbasis kelas, dapat Untuk efekfivitas pendekatan ini,
dilakukan dalamhubungan dialogis seluruh siswa dan guru atau mahasiswa
melalui kegiatan pembelajaran di kelas. dan dosen pembimbing haruslah
Di sini ada guru ataudosen sebagai memiliki dasar, komitmen, program,
pendidik dan mahasiswa atau siswa dan tindakan yang sama dalam
sebagai pembelajar. mengembangkan iklim organisasi
Kegiatanpembelajaran pendidikan kesiswaan/kemahasiswaan dalam
karakter dapat dilakukan melalui mengembangkan kegiatan-kegiatan
ekstra yang dapat memfasilitasi wali siswa/mahasiswa, masyarakat dan
pencapaian tujuan untuk terbangun dan pemeritah setempat untuk turut
terinternalisasikan nilai-nilai melaksanakan upaya pendidikan
kepribadian bangsa sebagaimana karakter.
dirumuskan dalam kompetensi Upaya kerja dan tanggung jawab
pendidikan karakter bangsa. bersama itu tidaklah cukup hanya
4. Pendekatan pengembangan kultur dengan mempercayakan dan
sekolah atau kulturakademik,tidak menyerahkan begitu saja kepada pihak-
saja mengandalkan pembelajaran di pihak untuk pelaksanaan pendidikan
kelas, tetapi juga yang lebih penting karakter. Perlu ada upaya progresif
adalah bagaimana dapat dibangun dimana lembaga sekolah atau Perguruan
pranata sosial dan budaya serta tinggi berinisiatif untuk
penciptaan iklim akademis yang mensosialisasikan kepada masyarakat
mencerminkan terwujudkannya nilai- dan pemerintah dalam rangka meminta
nilai keutamaan dalam pendikan dukungannya dalam pelaksanaan
karakter (Sukadi, 2007). Untuk ini pendidikan karakter. Efektivitas
semua komponen civitas akademik pendekatan pendidikan karakter sangat
tentu haruslah memiliki visi, misi, pola tergatung pada sejauhmana komitmen
ilmiah pokok, rencana dan kebijakan pihak-pihak untuk bersedia bersama-
strategis, pola berpikir, nilai-nilai dan sama bertanggung jawab mengambil
sikap, serta pola tindakan dengan dasar inisiatif untuk mensukseskan
komitmen yang sama untuk pelaksanaan pendidikan karakter ini,
mewujudkan roh atau jiwa dan nilai- setidak-tidaknya mampu menciptakan
nilai keutamaan dalam iklim pendidikan iklim dimana keluarga, masyarakat dan
karakter di lembaga. pemerintah dapat menjadi tauladan bagi
Dengan begini tugas dan tanggung peserta didik sebagai generasi muda.
jawab pencapaian kompetensi 6. Pendekatan berbasis kebijakan
pendidikan karakter tidaklah monopoli pendidikan,salah satu permasalahan
guru atau dosen semata, tetapi juga yang dihadapi bangsa Indonesia dalam
menjadi peran dan tanggung jawab pembangunan karakter bangsa adalah
pemimpin lembaga, staf pegawai dan masih terbatasnya perangkat kebijakan
karyawan, serta seluruh peserta didik terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
secara bersama-sama. Melalui esensi Pancasila, termasuk tentunya
pendekatan ini pula proses-proses dalam perangkat kebijakan pendidikan.
pemberdayaan, proses humanisasi, dan Bahkan ditengarai, masih ada
proses pembudayaan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
pendidikan karakter akan berjalan bertentangan salit sama lain. Oleh
secara terintegrasi dan sinergitas serta karena itu, pemerintah bekerjasama
terhindar dari konflik-konflik dengan dan melalui lembaga pendidikan
kepentingan internal lembaga yang bisa perlu turut melahirkan berbagai
menjadi virus utama yang mengagalkan instrumen kebijakan pendidikan yang
usaha-usaha pendidikan karakter oleh terpadu dapat mewujudkan nilai-nilai
guru dan dosen. esensi Pancasila bagi seluruh lapisan
5. Pendekatan pendidikan karakter masyarakat, khususnya bagi warga
berbasis komunitas, (Sukadi, 2007) civitas akademika(Sukadi, 2007).
menyatakan bahwa pendekatan Berbagai kebijakan yang
pendidikan karakter berbasis komunitas mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila
dilaksanakan secara sinergitas antara ini secara terpadu tentu akan menjadi
lembaga pendidikan dengan masyarakat sarana pendidikan karakter yang efektif
sekitarnya. Karena itu, perlu ada bagi seluruh komponen civitas
tanggung jawab dan kerja bersama akademika dan masyarakat
antara lembaga pendidikan orangtua/ stakesholdersnya. Sebagai contoh, jika
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 61

pemerintah dapat melahirkan satu UCAPAN TERIMA KASIH


kebijakan bahwa dalam rekruitmen Terima kasih penulis ucapkan
calon pegawal pemerintahan dan calon kepada Tim Editor E-Journal Obsesi
guru terutama akan diambil dan lulusan yang sudah memberikan kesempatan
perguruan tinggi yang memiliki prestasi sehingga jurnal ini siap untuk
akademis dan integritas kepribadian diterbitkan, tidak lupa pula saya ucapkan
yang tinggi, tentu kebijakan ini akan rangkaian terima kasih yang sebesar
menjadi sarana pendidikan karakter besarnya kepada reviewer yang sudah
yang efektif untuk meningkatkan mau meluangkan waktunya untuk
kualitas lulusan perguruan tinggi di satu mereview serta memberikan banyak
sisi dan kualitas sumber daya manusia masukan sehingga jurnal ini lebih
pemerintahan dan guru di sisi lain. sempurna. Untuk semua teman
sejawat dosen dosen Universitas
KESIMPULAN Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah
Berdasakan pembahasan yang telah memberikan semangat dalam penulisan ini
diuraikan, maka dapat ditarik beberapa sehingga penulis dapat menyelesaikan
kesimpulan bahwa pendidikan karakter tepat pada waktunya.
mengambil aspek yang dominan dan utama
dalam pelaksanaan program pendidikan. DAFTAR PUSTAKA
Demikian pula pendidikan karakter
mengambil domain yang terdalam dan Budimansyah. (2010). Penguatan
kompleks dalam pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
kompetensi manusiawi. Sangatlah tidak Membangun Karakter Bangsa.
mudah, karena itu, untuk melakukan dan bandung: Widya Aksara Press.
mengembangkan satu pendekatan Elmubarok, Z. (n.d.). Membumikan
pendidikan karakter yang efektif dan Pendidikan Nilai. bandung: alfabeta.
efisien. Pendidikan karakter pada abad 21 Fauziddin, M. (2016). Pembelajaran
sesungguhnya merupakan proses Agama Islam Melalui Bermain pada
pemberdayaan (empowering) potensi Ank Usia Dini (Studi Kasus di TKIT
peserta didik proses humanisasi Nurul Islam Pare Kebupaten Kediri
(humanizing), dan proses pembudayaan Jawa Timur), 2(2), 8–17.
(civilizing). Sebagai proses pemberdayaan, Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter:
pendidikan karakter pada dasarnya adalah Strategi Mendidik Anak di Zaman
usaha sadar untuk memberdayakan dan Global. jakarta: Grasindo.
mengembangkan seluruh potensi peserta Pascalian Hadi Pradana. (2016). Pengaruh
didik untuk membentuk karakter baik Permainan Balok Angka Terhadap
(good character). Pada hakikatnya tidak Kemampuan Mengenal Lambang
ada proses pendidikan yang bebas nilai, Bilangan pada Anak Usia Dini.
maka model-model pembelajaran PAUD TAMBUSAI, 2(2), 18–25.
pendidikan karakter pada abad 21 yang Sukadi. (2007). Belajar dan Pembelajaran
berbasis pada pendidikan nilai dan moral sebagai Yadnya. Singaraja: undiksha.
yaitu model pembelajaran penanaman
nilai, berbasis perkembangan penalaran
moral,analisis nilai dan project citizen,
efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi
warga negara yang baik dalam arti
demokratis dan partisipatif.

Anda mungkin juga menyukai