0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan12 halaman
Tiga faktor yang berpotensi menyebabkan kekerasan dalam gerakan politik Islam di Indonesia adalah:
1) Pemahaman agama yang sempit dan tekstual yang berpotensi menimbulkan fanatisme agama
2) Dominasi ideologi agama dalam politik yang menjadikan agama sebagai pembenar kekerasan
3) Interpretasi dogma agama oleh gerakan radikal sebagai justifikasi untuk tindakan kekerasan
Tiga faktor yang berpotensi menyebabkan kekerasan dalam gerakan politik Islam di Indonesia adalah:
1) Pemahaman agama yang sempit dan tekstual yang berpotensi menimbulkan fanatisme agama
2) Dominasi ideologi agama dalam politik yang menjadikan agama sebagai pembenar kekerasan
3) Interpretasi dogma agama oleh gerakan radikal sebagai justifikasi untuk tindakan kekerasan
Tiga faktor yang berpotensi menyebabkan kekerasan dalam gerakan politik Islam di Indonesia adalah:
1) Pemahaman agama yang sempit dan tekstual yang berpotensi menimbulkan fanatisme agama
2) Dominasi ideologi agama dalam politik yang menjadikan agama sebagai pembenar kekerasan
3) Interpretasi dogma agama oleh gerakan radikal sebagai justifikasi untuk tindakan kekerasan
Abd. Rahman rahman@stainkepri.ac.id. STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau
Abstrak: Persoalan ideologi merupakan faktor yang penting memunculkan
ekspresi politik berbentuk kekerasan dan teror. Apabila seseorang telah cukup kuat pemahaman yang merasuki pemikiran dan jiwanya, maka akan sulit untuk dilakukan perbaikan pola pikir. Apalagi bila pemahaman agamanya cukup sempit, yakni melihat agama hanya secara tekstual, maka hal ini berpotensi menjadi fanatisme agama yang nantinya bisa mengarah pada tuntutan formalisasi agama dan bentuk ekspresi politiknya berupa kekerasan dan teror. Kenyatan demikian ini tentu sangat merugikan bagi kehidupan rakyat karena hanya akan menimbulkan gejolak yang tiada berakhir. Dakwah- dakwah yang lebih menekankan tentang ‘Islam versi Arab’ harus segera direduksi agar tidak menjadi pemicu timbulnya fundamentalisme dan radikalisme.
Kata Kunci: Ideologi, ekspresi politik, fanatisme agama
A. PENDAHULUAN sebagai bagian dari eksploitasi dan
Berbagai bentuk ekspresi bisa juga sebagai bagian dari politik bisa dilakukan oleh setiap pressure agar eksistensi kepentingan orang, mulai dari sikap menyayangi, dan ideologi bisa terakomodir. Di membenci, dan bahkan teror. Indonesia, praktik kekeraaan sebagai Biasanya, ekspresi tersebut sebagai tindakan dan ekspresi politik telah bentuk perjuangan atas kepentingan menjadi bagian lumrah. Misalnya politik yang diperjuangkannya. saja dukungan kepada salah satu Selain itu, ekspresi itu bergantung calonnya yang tidak berhasil meraih dengan seberapa kuat nilai-nilai kekuasaan dengan aksi anarkisme ideologis politik tertanam dalam dan mengganggu ketertiban umum pemahamannya. Semakin kuat nilai serta bentrok dengan kelompok ideologis dan kepentingan yang pendukung lawan politik lainnya. hendak dicapai, maka ekspresi Kekerasan kelompok yang politiknya semakin ekstrim, sebab memperjuangkan tentang hak politik tujuan dari tindakan politiknya ialah mereka yang berlawanan dengan mencapai cita-cita tanpa kenal nasionalisme disebut dengan kompromi dengan tujuan politik sparatis, sedangkan kekerasan orang lain. Pemaksaan kepentingan kelompok yang melawan dan ideologi inilah yang kerap kali nasionalisme atas nilai agama menghadirkan teror dan kekerasan disebut dengan radikalis. dalam tindakan politik. Artinya, semua elemen bisa Beberapa tindak kekerasan saja mengekspresikan tindakan politik itu bisa saja didasarkan politiknya dengan kerasaan apabila
1 2 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
tujuan-tujuan politiknya belum tindakan kekerasaan demi wujudkan
tercapai, apalagi bila hal itu cita-cita politiknya. dikaitkan dengan keyakinan Praktik mewujudkan negara ideologis dari pemahaman agama Islam juga pernah tejadi di secara radikal. Beberapa kelompok Indonesia, yakni sebuah perlawanan demikian itu terus ada dalam atau pemberontakan kelomok sepanjang sejarah Indonesia, seperti Kartosuwiryo yang menginginkan yang dilakukan oleh Front Pembela berdirinya Negara Islam Indonesia Islam (FPI), Jamaah Islamiayah (JI), (Asymawi dan Widyawati, 2004). Majlis Mujahidin Indonesia, Meski aksi mereka telah berhasil Mujahidin Indonesia Barat, ditumpas, namun ajaran dan cita- Mujahidin Indonesia Timur, Jemaah citanya masih terus mengalir pada Tauhidwal Jihad, Forum Aktivis beberapa generasi setelahnya, Syariah Islam, Pendukung dan termasuk kelompok Jamaah Pembela Daulah, Laskar Jundulllah, Islamiyah Indonesia (JII) yang dan yang terakhir ialah kelompok kemudian melancarkan aksi bom yang berafiliasai dengan Islamis Bali dan beberapa aksi bom bunuh State Iraq and Suria (ISIS) atau yang diri setelahnya. sekarang berganti nama dengan Kenyataan ini menunjukkan Daulah Islamiyah atau Islamis State bahwa ideologi agama telah saja. mempengaruhi para pendukungnya Kelompok yang berafiliasai dengan kuat sehingga berani pada ISIS ini telah melakukan aksi mengekspresikan tindakan politiknya teror terbaru di Indonesia pada 14 dengan kekerasan dan aksi terorisme. Januari 2016 lalu. Peristiwa yang Memang kajian agama dan politik cukup menghebohkan ialah aksi selalu saja menarik perhatian para bunuh diri dan terorisme yang terjadi teoritisi. Sepanjang sejarah politik, di Jl. Tamrin Jakarta. Sebanyak tujuh agama ataupun keyakinan seringkali orang tewas, yakni empat orang menjadi landasan moral politik, teroris dan tiga orang warga sipil. tetapi pemahaman agama yang Aksi itu cukup menghebohkan cukup dominan justru menjadi sarana karena dilakukan di tempat terbuka untuk ke arah politik kekuasaan. Hal dengan sasaran pertama Strarbuck ini pernah terjadi pada di Eropa, dan pos polisi. Dari keterangan dimana dominasi gereja begitu kuat polisi, aksi itu terkait dengan ISIS. dalam masalah politik suatu Aksi mereka itu tak lain bagian dari kerajaan. Bahkan pengakuan upaya menunjukan eksistensi diri kekuasaan seorang raja beru berarti yang butuh pengakuan secara politik. ketika gereja merestuinya. Kelompok ini menyakini ajaran Sedangkan dalam sejarah politik Islam mewajibkan pendirian negara Islam, pun demikian bahwa dengan Islam untuk menerapkan syari‘at mencari pembenaran atas yang disebut dengan negara Islam kekuasaanya melalui dalil-dalil (daulah islamiyah). Mereka agama. Kenyataan ini (politisasi melakukan berbagai tindakan dalam agama) membuat agama menjelma upaya mewujudkan ide tersebut, menjadi ―pembenar‖ kekerasaan. walau dengan cara melakukan Agama semestinya tidak lainnya, dan lebih-lebih lagi tentang menimbulkan kekerasan. Namun hubungan manusia dan Tuhannya. fakta menunjukkan bahwa agama Sumber ajarannya ialah Al-Qur‘an dapat menimbulkan kekerasan dan Sunnah. Keduanya merupakan apabila berhubungan dengan politik rujukan utama bagi umat Islam sebab agama dapat disalah gunakan dalam menjalankan segala bentuk dan disalaharahkan, baik dari sisi panduan kehidupan yang islami. eksternal maupun internal. Menurut Artinya, Islam memiliki norma yang M. Tohir (2012), dari sisi eksternal, menjadi acuan dalam kehidupan. Hal agama profetik (kenabian) seperti inilah yang menjadikan Islam Islam dan Kristen, cenderung sebagai ideologi bagi umatnya melakukan kekerasan segera setelah (Haryatmoko, dan Schillebeeckx, identitasnya terancam. Dari sisi 2007). internal, agama profetik cenderung Ideologi Islam adalah ideologi melakukan kekerasan karena merasa yang bersumber dan berorientasi yakin tindakannya berdasarkan kepada ajaran Al-Quran dan As- kehendak Tuhan. Hal ini Sunnah. Oleh karena istilah Islam mengindikasikan bahwa pemahaman ideologis seringkali sebangun dan agama merupakan salah satu alasan semakna dengan istilah ‗Islam yang mendasari kekerasan politik politik‘ dan ‗Islamisme‘, maka Islam agama. politik menjadikan Islam sebagai Berdasarkan latar belakang di ideologi dan kitab capaian atas, dalam makalah ini penulis politiknya. Islam menjadi hendak menjawab tentang apa saja penyamangat dalam menggapai yang menjadi dasar penyebab kehidupan sesuai dengan ajaran kekerasan dalam ekspresi islam Islam itu sendiri. politik? Pertanyaan ini merupakan Orientasi kehidupan nan Islami hal penting untuk mengetahui lebih bermakna bahwa masyarakat yang dalam tentang pemahaman atau tafsir harus dibangun olehsetiap muslim keagaamaan ada pada gerakan adalah masyarakat yang tunduk pada radikal Islam yang menjadi gerakan kehendak Ilahi, sehingga islam politik. Tentu untuk menjawab klasifikasinya tentang nilai baik dan pertanyaan itu juga perlu dihadirkan buruk harus dijadikan kriteria atau tentang sejarah gerakan radikal Islam landasan etis dan moral bagi yang pernah ada di Indonesia. Maka pengembangan seluruh dimensi dari petanyaan tersebut nantinya kehidupan. H.A.R Gibb (1970), akan dilihat dari perspektif nomatif menilai bahwa Islam bukanlah hanya tentang dogma-dogma agama. persoalan teologi semata melainkan juga berkaitan dengan sistem A. RELASI ISLAM DAN peradaban yang komplet. Karenanya POLITIK pembumian nilai-nilai Islami Islam merupakan agama yang merupakan suatu tuntutan terhadap memiliki ajaran untuk semua umat sebab Islam tidak dapat dimensi kehidupan manusia, baik dipisahkan dari seluruh dimensi yang berhubungan dengan antar kehidupan. Islam tidak memisahkan manusia, manusia dan mahluk hidup persoalan-persoalan rohani dengan 3 4 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
persoalan-persoalan dunia, melain- sedikit yang memandang bahwa
kan mencakup kedua segi ini. sejak awal Islam merupakan agama Hukum Islam (syariat) mengatur politi (Effendy, 1994). Namun, pada keduanya, hubungan manusia dengan perkembangannya, terjadi berbagai Tuhan dan hubungan manusia macam pemahaman tentang dengan sesamanya. Menyadari akan bagaimana relasi Islam dan negara. hal ini, umat Islam memerlukan Setidaknya ada tiga paham tentang kekuasaan politik sebagai instrumen ralasi Islam dan negara, yakni paham yang vital bagi pelaksanaan nilai- integralisme, sekularisme, dan nilai Islami (Rais, 1987). simbiosis-mutualisme (Azra, 1996, Menurut Ibnu Taimiyah, Syamsudin, 2001 dan Bustam- organisasi politik bagi kehidupan Ahmat, 2001). kolektif manusia merupakan Paham integralisme menilai keperluan agama yang terpenting, bahwa antara agama dan agama tanpa tumpangannya, agama tidak tidaklah terpisahkan satu sama lain. akan tegak dengan kokoh. Artinya, Wilayah agama juga meliputi keberadaan negara merupakan suatu wilayah politik atau negara sehingga keniscayaan demim membangun pemerintahan diselenggarakan atas kemashlatan bagi umat manusia. dasar kedaulatan ilahi. Hal ini Negara dapat menjadi benar-benar dipraktik oleh beberapa negara di Islami hanyalah dengan keharusan Timur Tengan seperti Saudi Arabia, pelaksanaan yang sadar dari ajaran Republik Islam Iran, Pakistan, Islam terhadap kehidupan bangsa, bahkan juga seperti Malaysia. dan dengan jalan menyatukan ajaran Negara yang demikian menjadikan itu ke dalam undang-undang negara. syari‘at Islam sebagai landasan bagi Suatu negara dapat dikatakan sebagai konstitusi dan peraturan perundang- negara Islam apabila ajaran Islam undangannya. tentang sosio-politik dilaksanakan Adapun paham sekularisme dalam kehidupan rakyat berdasarkan menganut pemahaman bahwa antara konstitusi. Artinya, apapun bentuk agama dan negara harus dipisah negaranya yang dihuni oleh umat sebab keduanya tidak memiliki Islam, maka nilai-nilai dari keterkaitan. Kelompok sekularis konstitusinya haruslan berlandaskan menilai bahwa agama merupakan pada nilai-nilai universal Islam itu urusan individu dan tidak boleh ada sendiri (Ma‘arif, 1985). campur tangan dari negara, begitu Aturan perundang-undangan juga agama tidak boleh merasuki tidak boleh menzalimi rakyat, dan ranah negara. Negara dengan perjuangan melawan segala bentuk penduduk Islam yang cukup terlihat kezaliman merupakan suatu hal yang dengan paham ini ialah Turki. Turki harus dilaksanakan oleh umat Islam. tidak mendajikan syariat Islam Prinsip ini diyakini benar oleh umat sebagai landasan konstituri dan Islam sehingga jika tidak perundang-undangan di negara dilaksanakan atau tidak tercapai terebut. Tokoh yang cukup terkenal maka mustahil pelaksanaan ajaran dengan pemikiran sekuler ini ialah Islam secara benar akan dapat Ali Abdu ar-Raziq. Menurutnya, diterapkan dengan baik. Tidak Islam tidak mewajibkan umatnya untuk mendirikan negara Islam mengemukakan adanya persamaan karena tidak pernah ada nash, sekaligus perbedaan dalam Islam dan sedangkan praktik yang dilakukan demokrasi. Nabi di Madinah bukalah bagian dari Perbedaan pandangan tentang syariat Islam melainkan memang relasi Islam dan negara ini suatu kebutuhan sesuai dengan memberikan implikasi tersendiri bagi konteks kala itu (Abd ar-Raziq, ekspresi politik dari setiap 1925). pendukung pemahaman tersebut. Sedangkan paham simbiosis- Sejarah perbedaan pandangan ini mutualisme menilai bahwa agama mencuat ketika penggulingan dan negara saling berhubungan khalifah Ustmaniyah yang beribu timbal-balik dan saling memerlukan. kota di Damaskus. Kala itu, Negara sebagai penunjang bagi kerajaan-kerajaan Islam di Timur tujuan agama, sedangkan agama Tengah telah menjadi daerah koloni menjadi panduan etika dan moralitas kerajaan Eropa yang melakukan bagi negara. Hal ini seperti dilakukan ekspansi lebih tepatnya imperalisasi di Mesir, Irak, Yaman, dan termasuk ke daerah Timur Tengah dan Timur juga Indonesia. Di Indonesia, jauh, termasuk ke Indonesia. Dengan meskipun pemeluk Islam merupakan kondisi yang demikian itu membuat kalangan mayoritas, namun tidak Turki selaku pengayom kerajaan- lantas menjadikan Islam sebagai kerajan Islam di dunia tidak berdaya ideologi politik negara (Ma‘arif, dengan berbagai gempuran Barat. (1996). Bahkan negara-negara kecil yang Di kalangan teoritisi dikenal masih berada dalam wilayahnya tiga paham dalam kajian relasi Islam tidak berdaya untuk diselamatnya. dan negara, maka hal ini Kondisi itu membuat imperium memunculkan perbedaan tentang Turki Ustmani tak kuasa lagi penerimaan terhadap demokrasis sehingga gejolak politik dalam sebagai sistem negara. Dalam negerinya pun tidak mampu menanggapi hal ini, para pemikir ditangani dengan baik, apalagi Islam juga terbagi ke dalam tiga membantu kerajaan-kerajaan lain di kelompok yang pro, kontra, dan bawahnya. kelompok non blok (Thaha, 2005 & Di saat yang bersamaan, assyaukani, 2011). Kelompok kontra kebangkitan terhadap pemikiran menolak adanya kesesuaian antara Islam juga sudah didengukan oleh Islam dan demokrasi sebab menurut Jamaluddin al-Afghani dan mereka, mengakui kedaulatan rakyat Muhammad Abduh. Keduanya sama dengan mengingkari mengajak umat Islam untuk kembali kedaulatan tuhan. Sedang kelompok memurnikan ajaran Islam dengan ‗blok pro‘ menilai subtansi menggali kembali khazanah demokrasi sejalan dengan prinsip- keilmuan Islam berdasarkan pada al- prinsip Islam sebab memiliki tujuan Qur‘an dan hadis sebagai respon untuk kemaslahatan bagi masyarakat. kekinian terhadap perkembangan Lain halnya dengan kelompok ‗non peradaban manusia. Misalnya, blok‘ yang berusaha berdiri di Abduh menilai bahwa tengah-tengah dari keduanya dengan keterbelakangan yang dialami umat 5 6 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
Islam karena adanya kejumu dan cocok menjadi ideologi Indonesia
dalam berpikir sehingga menganggap karena penduduk Indonesia tidak Islam itu hanya terkait dengan semua meleluk Islam dan Indonesia aktivitas ibadah saja, padahal yang juga memiliki banyak suku bangsa. tidak kalah penting ialah tentang Namun, dari kelompok Islam sedang bagaimana kehidupan umat Islam menunjukan kekuatannya dengan terus melangkah maju. Sebab itulah dukungan yang banyak. Perdebatan keduanya mencoba untuk melakukan ini berawal dari perjuangan kajian keislaman yang moderat. kelompok Islamis dalam panitia Sedangkan di pihak lain, sembilan yang diketuai oleh langkah puritanisme juga cukup Soekarno dengan melahirkan menguat di kalangan ulama di Saudi ―Piagam Jakarta‖ yang Arabia. Mereka yang dikenal dengan ditandatangani pada tanggal 22 Juni kalangan salafy ini mengajak agar 1945. Satu klausul dalam Piagam masyarakat melakukan pemurnian Jakarta itu berbunyi ―menjalankan ajaran Islam dengan kembali syariat Islam‖ yang menjadi menjalani kehidupan layaknya di era perdebatan panjang. Nabi Muhammad SAW. (Qodir, Isu ini mencapai klimaksnya 2015). Kalangan ini menolak dalam perdebatan di Majelis praktik-praktik yang dinilai tidak Konstituante hasil pemilu I tahun diajarkan langsung oleh agama 1955. Majelis yang merumuskan seperti ziarah kubur. Kalangan ini dasar negara ini mengalami juga bisa dengan mudah mengecap perdebatan yang lebih panjang lagi ―kafir‖ kepada orang yang dinilai karena kalangan Islamis melakukan perbuatan-perbuatan menginginkan pasal tentang ‗bid‘ah‘. Bagi mereka, syariat Islam penerapan syari‘at Islam kembali haruslah menjadi hukum formal dimasukkan dalam dasar negara. suatu negara. Dari sini pula, akar Tetapi hal ini mendapatkan tentang fundamentalisme era modern pertentangan dari kalangan ini bermula. Bahkan, tidak sedikit nasionalis. Bahkan kekuatan partai penelitian yang menyebutkan tentang politik yang berbasis massa Islam pokok ajaran mereka memberikan pun lebih banyak memilih paham kontribusi bagi radikalisme masa nasionalis dari pada Islamis. Dalam kini. perdebatan panjang itu, akhirya muncullah Pancasila sebagai dasar B. ISLAM DAN POLITIK DI negara Republik Indonesia. Dalam INDONESIA praktiknya, gerakan-gerakan Islam Perdebatan tentang Islam politik juga tidak redup dengan sebagai ideologi negara diIndonesia sendiri sehingga pemerintah telah bermula sejak awal negara ini menerapkan apa yang disebut oleh berdiri. Kalangan islamis Syafi‘i Ma‘arif dengan teori belah menginginkan ideologi negara bambu, yakni menekan orang tidak Indonesia adalah Islam dengan mendukung pemerintahan dan syariat Islam sebagai sumber hukum mengangkat atau memberikan yang digunakan, sedangkan kalangan kemudahan bagi para pendukung nasionalis menilai bahwa Islam tidak pemerintah. Inilah yang tentunya dapat bahkan bentuknya melalui ekspresi dianggap sebagai diskripsi fakta politik dengan kekerasan. sejarah bangsa Indonesia khusunya Beberapa peneliti menyimpul- umat Islam, yang membentuk trend kan bahwa gerakan Islam tersebut politik Islam yang terus berkembang terbagi menjadi dua kelompok, yakni dalam perjalanan sejarah perpolitikan kelompok yang menginkan bangsa Indonesia sampai dewasa ini. berdirinya darul Islam ataupun Di bawah rezim Orde Baru, polemik daulah Islamiyah dan kelompok tentang ideologi Islam ini semakin yang menginginkan penerapaan meredup dan kehilangan perannya. syari’at Islam melalui perundang- Bahkan, pemerintah mengambil undangan yang berlaku di Indonesia kebijakan tegas dengan secara (Turmudi, 2005). Meski demikian, perlahan untuk ‗membungkam‘ keduanya kerap diidentifikasi keinginan-keinginan kalangan sebagai kelompok formalisasi Islamis dalam gerakan-gerakan syariah. Bahkan, tindakan atau politik. Hal ini mencapai puncaknya ekspresi politik dari kelompok ini pada era 1970-an dimana muncul mengarah pada kekeraasan dan slogan ―Islam Yes, Partai Islam No‖ terorisme. yang dikumandangkan oleh Nurcholis Majid. Sejak itu, kalangan C. RADIKALISME KONTRA Islamis tidak lagi mendapatkan NASIONALISME DI panggung politik dan lebih banyak INDONESIA kembali ke ranah pendidikan Hingga saat ini, diskursus (Effendy dan Nugroho, 2003). Islam dan negara terus menjadi Pasca reformasi bergulir, perbincangan menarik dan bahkan ketika rezim Orde Baru tidak lagi masing-masing mengalami memiliki andil otoriter terhadap penguatan gerakan yang sering kebijakan negara, maka perdebatan disebut dengan Islam politik. Islam tentang ideologi Islam kembali politik memang kerap dilebelkan mencuat. Hal ini terlihat dalam kepada gerakan politik dari kalangan amendeman Undang-Undang Dasar umat Islam, khsusnya menuntut agar 1945 ketika Majelis Permusyawaran setiap negara menerapkan paham Rakyat (MPR) dipimpin oleh Amien integralistik. Kalangan ini terus Rais. Kala itu, golongan Islam mengumandangkan kembali memunculkan perlunya pemahamanannya dengan berbagai penerapan syari‘at Islam sebagai kegiatan guna mendapatkan hukum yang berlaku di Indonesia. dukungan dan penguatan dari Tentu saja, ide ini muncul karena kalangan umat Islam sehinga disebut euforia kebebasan berpendapat dan juga gerakannya disebut gerakan adanya panggung bagi kalangan fundamentalisme. Tetapi ekspresi Islamis untuk memperjuangkan politik kalangan ini kerap kali kembali ideologi Islam. Bahkan, memunculkan sikap radikalisme tuntutan tersebut hingga saat ini yang mengarah pada kekerasan dan masih menguat pasca keinginan teror. Hal inilah menjadi perhatian penerapan syari‘at Islam tidak dalam makalah ini sebab gerakan terakomodir dalam konstitusi, politik yang dilakukan kalangan 7 8 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
fundamentalisme radikal cukup akan diganti dalam gerakan sosial,
memberikan kesan negatif kepada keyakinan tentang kebenaran Islam itu sendiri. Karena, dengung program atau filosofi sering tentang Islam yang mengajarkan dikombinasikan dengan cara-cara tentang perdamaian dan penuh pencapaian yang mengatas namakan toleran terhadap manusia seakan nilai-nilai ideal seperti ‗kerakyatan‘ runtuh oleh ekspresi politik mereka. atau kemanusiaan. Akan tetapi, Secara umum ada tiga kuatnya keyakinan tersebut dapat kecenderungan yang menjadi mengakibatkan munculnya sikap indikasi radikalisme menurut Horace emosional di kalangan kaum M.Kallen sebagaimana dikutip oleh radikalis. Dalam catatan sejarah Tarmizi Taher (Taher, 2005). radikalisme Islam semakin Pertama, radikalisme merupakan menggeliat pada pasca kemerdekaan respons terhadap kondisi yang hingga pasca reformasi. sedang berlangsung, biasanya Jejak pertama radikalisme respons tersebut muncul dalam dalam gerakan politik Islam di bentuk evaluasi, penolakan atau Indonesia yang kontra nasionalisme bahkan perlawanan. Masalah- ialah pemberontakan yang dipimpin masalah yang ditolak dapat berupa Kartosuwirjo pada 1950-an di bawah asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai bendera Darul Islam (DI) atau yang dipandang bertanggung jawab Negara Islam Indonesia (NII) yang terhadap keberlangsungan kondisi bermula dari Jawa Barat. Kelompok yang ditolak. ini semakin mendapatkan tempat dan Kedua, radikalisme tidak menyebar luas ke beberapa daerah berhenti pada upaya penolakan, lain, bahkan kelompok dari Aceh dan melainkan terus berupaya mengganti Makassar juga mendukung gerakan tatanan tersebut dengan bentuk tersebut. Mereka memperjuangkan tatanan lain. Ciri ini menunjukan Islam sebagai idologi dan menolak bahwa di dalam radikalisme keberadaan Negara Kesatuan terkandung suatu program atau Republik Indonesia (NKRI) sehingga pandangan dunia tersendiri. mereka melakukan perlawanan Kalangan radikalis berupaya kuat terhadap pemerintahan RI. untuk menjadikan tatanan tersebut Akibatnya, seringkali kelompok ini sebagai ganti dari tatanan yang ada. berlawanan atau berhadap-hadapan Sesuai dengan arti kata ‗radic‘, sikap dengan Tentara Nasional Indonesia radikal mengandaikan keinginan (TNI) yang bertugas untuk mengubah keadaan secara mempertahankan negara. Bagi TNI, mendasar sehingga semangat untuk apa yang dilakukan oleh kelompok melakukan perubahan dilakukan pendukung Kartosuwiryo ini meski dengan cara kekerasan.l merupakan ancaman bagi Ketiga adalah kuatnya nasionalisme bangsa Indonesia keyakinan kalangan radikalisakan sehingga kelompok ini dipukul kebenaran program atau ideologi mundur oleh TNI. yang mereka bawa. Sikap ini pada Setelah DI, muncul Komando saat yang sama dibarengi dengan Jihad (Komji) pada 1976 kemudian panafian kebenaran sistem lain yang meledakkan tempat ibadah. Pada 1977, Front Pembebasan Muslim Pembangunan (PPP) sehingga tidak Indonesia melakukan hal sama. Dan terlalu mengancam nasionalisme. tindakan teror oleh Pola Perjuangan Selanjutnya, pasca reformasi Revolusioner Islam, 1978 (Mubarak, muncul lagi gerakan yang beraroma 2008). radikalisme kontra nasionalisme Aksi kelompok radikal ini teridentifikasi sejak aksi bom bunuh menyasar tempat-tempat ibadah umat diri di Bali pertama. Rentenan aksi- non muslim yang ada di Indonesia aksi serupa terus berlanjut dan yang membuat keresakan di bahkan hingga hari ini (Qodir, 2015). masyarakat. Tentu saja, aksi Amrozi Cs dari kelompok demikian itu juga bertentangan pelaku bom Bali merupakan jaringan dengan nasionalisme Indonesia yang baru yang bernama Jamaah memiliki semboyan Bhineka Islamiyah (JI) dari semangat yang Tunggal Ika. Peristiwa itu juga lama seperti yang diharapkan dengan menjadi perhatian serius pemerintah pendirian NII. Dalam hal ini JI Orde Baru karena telah memiliki banyak afiliasi dengan menimbulkan ketidak tenangan beberapa organisasi yang senafas masyarakat. Dugaan kuat hadirnya lainnya ketika itu. Bahkan Abu kelompok ini karena tekanan Bakar Ba‘asyir, tokoh yang paling pemerintah yang mulai melakukan bersikeras dengan pendirian untuk reduksi terhadap gerakan Islam dan mendirikan negara Islam juga ―membungkam‖para tokoh Islam termasuk di dalamnya. Sebagian agar tidak menyuarakan kembali organisasi yang turut dalam konflik ideologi Islam serta tidak Poso dan Ambon juga berafiliasi ―mengganggu‖ program pemerintah. dengan Jamaah Islamiyah. Sejak saat itu, tidak ada aksi Sejak peristiwa bom Bali radikal cukup signifikan kecuali pertama, rentetan kasus aksi bom hanyalah ekspresi politik kalangan bunuh diri terus terjadi, seperti JW umat Islam hanya menjelang pemilu Marriot dan beberapa keduataan saja. Suasana itu mampu besar negara asing di Jakarta dan dipertahankan oleh Soeharto hingga bahkan terjadi pula kasus bom Bali pertengahan 1990-an. Gejolak yang untuk kedua kalinya. Sasaran dan ada bukan lagi perihal tentang orientasi mereka ialah aset dan warga ideologi Islam, melainkan tentang asing yang ada di Indonesia, tuntutan terhadap transparansi khususnya Amerika Serikat. Hal itu pemerintahan, penegakan hukum, sebagai respon mereka terhadap dan antikorupsi. Gerakan Islam penangkapan-penangkapan Amerika politik tertekan ke bawah sehingga Serikat kepada beberapa orang yang tidak muncul kepermukaan, bahkan diduga terlibat terorisme di seluruh para tokohnya yang melakukan dunia dan kaitannya dengan serang perlawanan akan mudah untuk ke gedung kembang Word Trade diciduk dengan berbagai alasan. Centre (WTC). Sejak itulah komando Satu-satunya ekspresi politik yang jihad atau perang melawan orang bisa disalurkan ialah turut bergabung kafir dikumandangkan lebih keras pada partai politik Islam yang kala lagi. Maka, aksi bom bunuh diri itu diwakili oleh Partai Persatuan serupa itu juga dinilai sebagai jihad. 9 10 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
Apabila diperhatian, gerakan bom bunuh diri di Jl. MH Thamrin
radikalisme Islam tidak lagi bersifat Jakarta pada 14 Januari 2016 lalu. lokal, melainkan juga telah memiliki Aksi ini diduga kuat terkait dengan koneksitas dengan gerakan-gerakan Islamic State of Irak and Suria serupa dari negara lain. Adapun aksi (ISIS). Kelompok ini mengingkan yang dilakukan kelompok JI agar penegakan khalifah Islamiyah di Indonesia ini merupakan hasil Indonesia dengan berbaiat kepada didikan Jamaah Islamiyah di pemimpin mereka di Irak. Aksi Afghanistan (Turmudi, 2005). mereka ini dilakukan setelah ISIS Semangat yang mereka kobarkan terdesak dengan keadaan sehingga sama, yakni melawan hegemoni mereka mencari panggung. Yang Amerika Serikat dan mendirikan tidak kalah menarik, simpatisan ISIS negara Islam—bukan khalifah ini terbilang cukup banyak dan islamiyah. Aksi dari kelompok ini bahkan ada sekitar 500-an orang mereda ketika ahli perakit bom Dr. WNI yang ditengarai bergabung Azhari dan Nurdin M Top berhasil dengan ISIS dan kembali ke dilumpukan polisi di Malang. Selang Indonesia. waktu yang lama Indonesia aman Artinya, ide-ide tentang dari aksi bom bunuh diri dari khifalah islamiyah, daulah islamiyah kelompok JI ini. ataupun darul islam, dan penerapan Upaya doktrinisasi JI dengan syariah masih mendapatkan respon aksi bom bunuh diri tidak berhenti dan tempat di kalangan masyarakat begitu saja. Rentetan kasus bom Indonesia. Tentu hal ini menjadi bunuh diri pun masih terjadi di fenonema menarik karena Indonesia Indonesia dengan sasaran berbeda. merupakan negara dengan muslim Namun, kelompok teroris ini mulai terbesar di dunia. Jaringan mereka mengarahkan serangan ke kepolisian tidak lagi hanya di Indonesia dan dengan target yang tidak lagi melainkan sudah memiliki jaringan jelas, seperti aksi bom bunuh diri di internasional. Hal ini tidak lepas dari Masjid Mapolres Cirebon. Para penanan internet dan kecanggihan pelaku selanjutnya bukan lagi dari bidang telekomunikasi. Kebanyakan jaringan JI tetapi mereka adalah dari mereka juga merupakan orang yang pernah mendapatkan kalangan yang memiliki pemahaman doktrin dari kelompok JI dan atau agama secara hitam-putih dan organisasi yang serupa. Sejak itu, berpandangan politik integralistik. target serangan bom berupab dan Pola demikian memang sangat bukan lagi menyasar asing. Mereka identik dengan pola ajaran yang menilai hal itu sebagai jihad dengan dikembangkan oleh gerakan ganjaran surga. Sedangkan Indonesia purifikasi yang kerapkali disebut bukanlah negara Islam yang dengan aliran salafi. sehingga layak menjadi medan jihad Pemahaman-pemahaman untuk merebut dan mengubah sebagaimana digambarkan di atas ideologi Indonesia menjadi ideologi masih tumbuh pesat di kalangan Islam. masyarakat sehinggga tuntutan Kasus aksi terorisme yang terhadap ideologisasi Islam masih terakhir hingga saat ini ialah aksi akan sangat kuat. Sebab, akar pemahaman telah ditanamkan memunculkan ekspresi politik melalui gerakan dakwah dan ekspresi berbentuk kekerasan dan teror. politiknya bisa berubah menjadi Apabila seseorang telah cukup kuat redikal: kekerasan dan teror. pemahaman yang merasuki Menurut Shofwan Karim (2017) pemikiran dan jiwanya, maka akan seringkali dakwah menjadi bingkai sulit untuk dilakukan perbaikan pola dari tumbuhnya gerakan politik pikir. Apalagi bila pemahaman Islam dan juga gerakan radikalisme agamanya cukup sempit, yakni dalam Islam di Indonesia. Sedangkan melihat agama hanya secara tekstual, Zuly Qodir menilai, purifikasi maka hal ini berpotensi menjadi menjadi cikal bakal tumbuhnya fanatisme agama yang nantinya bisa gerakan Islam politik dan mengarah mengarah pada tuntutan formalisasi pada radikalisme. Meskipun agama dan bentuk ekspresi kelompok-kelompok yang politiknya berupa kekerasan dan mengajarkan purifikasi itu bukan teror. Kenyatan demikian ini tentu organisasi politik, tetapi sebenarnya sangat merugikan bagi kehidupan mereka juga telah berpolitik (Qodir, rakyat karena hanya akan 2015). Gerakan politik Islam juga menimbulkan gejolak yang tiada semakin menguat ketika momentum berakhir. Dakwah-dakwah yang pemilihan umum, pemilihan presiden lebih menekankan tentang ‗Islam dan wakil presiden, dan pemilihan versi Arab‘ harus segera direduksi kepala daerah. Isu-isu yang agar tidak menjadi pemicu timbulnya berhubungan dengan norma dan fundamentalisme dan radikalisme. gerakan Islam sering diusung oleh Sebab itu, perlu diupayakan politisi untuk merebut suara dari gerakan deradikalisasi agar rakyat. Akibatnya, gesekan-gesekan pemahaman mereka tidak lagi antara pro dan kontra terhadap isu itu sempit. Sebab, banyak kelompok- semakin menguat hingga pemilu kelompok pengajian atau dakwah selesai. mengaku tidak berpolitik tetapi Gerakan politik untuk memiliki ambisi politik mendirikan pendirian negara Islam di Indonesia negara Islam. Artinya, pada dasarnya sangatlah kontra dengan semangat mereka berpolitik tetapi tidak nasionalisme yang telah susah payah mendirikan partai politik sebagai dibangun sejak bangsa ini masih wadah memperjuangkan ide dan dijajah oleh bangsa Eropa. Karena ideologi mereka. Karena itu, negara itu, gerakan radikalisme masih harus berperan menutup celah bagi menjadi acaman nyata bagi timbulnya radikalisme, baik itu nasionalisme sebab mereka dengan penguatan pemahaman mengusung semangat keagamaan tentang keagamaan yang lebih yang secara psikologis lebih mudah Indonesia, baik berupa memicu fanatisme bagi pemeluknya. penyejahteraan ekonomi, dan serta keamanan dan ketertiban sosial D. Penutup: Deradikalisasi sehingga rakyat tidak memiliki Dari paparan di atas, terlihat kesempatan untuk berpikir fanatisme jelas bahwa persoalan ideologi dan bertindak radikal. merupakan faktor yang penting 11 12 Tajdid, Vol. 21, No. 2, Desember 2018
DAFTAR KEPUSTAKAAN Indonesia, Jakarta: Freedom
Institute, 2011. Ahmad Syafi‘iMa‘arif, Islam dan M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Masalah Kenegaraan, Jakarta: Radikal di Indonesia, LP3ES, 1985. Jakarta:LP3ES, 2008. _______, Islam dan Politik: Teori Muhammad Said al-Asymawi, Belah Bambu, Masa Menentang Islam Politik, terj. Demokrasi Terpimpin 1959- Widyawati, Bandung: Alifya, 1965, Jakarta: Gema Insani 2004. Press, 1996. Tarmizi Taher,et.all, Radikalisme Ali Abd ar-Raziq, Al-Islam wa Ushul Agama, Jakarta: PPIM IAIN, al-Hukm, Kairo: Syirkah 2005. Mahammiyah Mishriyah, 1925. Taufiq Nugroho, Pasang Surut Amin Rais, Cakrawala Islam; Hubungan Islam dan Negara Antara Pancasila, Yogyakarta: Padma, CitadanFakta,Bandung: 2003. Mizan, 1987. Wim Beuken, at.al., Agama sebagai Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Sumber Kekerasan?, Islam: dari Fundamental, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Modernis, hingga 2003. Postmodernis, Jakarta: Zuly Qodir, Gerakan Islam Non Paramadina, 1996 Mainstream dan Kebangkitan Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Islam Politik di Indonesia, Transformasi Pemikiran dan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Praktik Politik Islam di 2015. Indonesia, Jakarta: Paramadia, ________, Islam Syariah vis a vis 1994. Negara: Ideologi Gerakan Din Syamsudin, Islam dan Politik Politik Islam di Indoensia, Orde Baru, Jakarta: Logos, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. 2007. Endang Turmudi (ed), Islam dan Karim, S. (2015). Radikalisme, Islam Radikalisme di Indonesia, Transnasional dan Dinamika Jakarta: LIPI Press, 2005. Politik Bingkai Haryatmoko, Etika Politik dan Ukhuwah. TAJDID : Jurnal Kekuasaan, Jakarta: Kompas, Nasional Ilmu-Ilmu 2004. Ushuluddin, 18(1), 95-107. Idris Thaha, Demokrasi Religius, Retrieved from Jakarta: Mizan, 2005. http://ejournal.uinib.ac.id/index Kamaruzzaman Bustam-Ahmad, .php?journal=TJD&page=articl RelasiIslam dan Negara: e&op=view&path[]=94 Perspektif Modernis dan M. Tohir, (2012), Islam dan Gerakan Fundamentalis, Magelang: Fundamentalism, Jurnal Indonesia Tera, 2001. Dakwah Tabligh, 13 (1), Luthfi assyaukani, Ideologi Islam Samarinda. 47 – 61 dan Utopia, Tiga Model Negara Demokrasi di