Anda di halaman 1dari 2

1

Saya anak ke 5 dari 9 bersaudara. Kelas enam SD sudah bantu orang tua
dagang. Kalau tidak jualan, saya bantu orang tua ke ladang. Demikian juga ketika
SMP, saya ikut bantu orang tua. Saya mandiri ketika SMA dengan menjadi penjaga
salah satu sekolah di Binjai. Masa itu memang hidup susah. Karena hidup susah
saya punya angan-angan, kepingin punya masa depan jadi “orang”. Semasa
sekolah prestasi saya di sekolah tergolong biasa saja, artinya saya bisa mengikuti
pelajaran tetapi bukan yang terpintar di sekolah dan bukan pula yang terendah
prestasinya.
Sejak SD saya memang senang olahraga dan sering ikut-ikutan pertandingan.
Pada saat Porseni saya ikut lompat tinggi. Hanya ikut begitu saja, tidak ada
kelanjutannya. Pada saat SMP ikut lompat jauh. Saya ikuti olahraga yang gampang-
gampang saja karena mainnya musiman. Saat itu saya mewakili sekolah tapi tidak
pernah menang. Ketika di SMA saya jadi pengurus Club Bulu Tangkis yang ada di
dekat rumah. Saya juga pernah mewakili kota saya ikut estafet pada Pangkowilhan
Cup. Saya ikut tanpa ada latihan sebelumnya. Kemudian saya pernah juga ikut 100
meter di Bukit Kunci. Tetap tidak ada latihan. Saya hanya pakai sepatu biasa, tidak
pakai spike sementara peserta yang lain pakai spike. Saat itu saya belum
berprestasi. Usai pertandingan tidak ada latihan lagi.
Prestasi saya dimulai ketika pada even 17 Agustusan tahun 1985-1986, ada
lomba lari 100 meter. Pertandingannya dilaksanakan di lapangan rumput yang di
depan balai kota. Lintasannya pakai plastik dan saya lari dengan kaki ayam. Saat itu
saya juara 1. Setelah itu, ketika di Medan ada seleksi untuk ikut POPSI. Saya ikut
seleksi mewakili Binjai. Saya diajari pakai spike tapi tetap tidak ada latihan.
Pencapaian saya hanya nomor dua. Kemudian saya dikasih waktu dua minggu
untuk mengikuti kesempatan ke dua. Saya di sini sudah melakukan latihan tetapi
latihan sendiri. Abang saya yang memberi tahu apa yang harus saya lakukan
karena kebetulan ia guru olahraga. Peralatan dipinjam dari SGO Binjai. Saya yang
selama ini tidak pernah jogging, melakukan jogging. Saya jogging di jalan raya di
kampung. Wah dikira orang saya mau masuk polisi atau tentara. Saya jogging di
jalan raya karena memang tidak ada fasilitas untuk itu di kampung saya.
Pada seleksi kedua ini, yang menang yang akan berangkat ke Jakarta
mewakili Medan. Seleksinya dilaksanakan di stadion Teladan. Kali ini saya tanding
pakai spike dan catatan saya bagus. Saya bisa melewati anak yang menang pada
pertandingan sebelumnya. Ketika di 30 meter dia kram dan jatuh ketika mencoba
mengejar saya. Akhirnya saya yang menang. Kemudian saya main lagi di 200 meter
2

dan menang lagi. Dengan kemenangan ini maka saya berangkat ke Jakarta untuk
mewakili Medan dalam even junior pelajar. Inilah pertama kalinya saya naik
pesawat. Sebelumnya saya memang pernah berangan-angan bisa naik pesawat
dengan gratis ketika melihat pesawat melintas di atas kepala saya. Saya berangan-
angan seperti itu karena keluarga naik pesawat gratis semua. Abang wasit voli naik
pesawat gratis. Abang saya yang ke dua, dia tentara, juga pernah naik pesawat
gratis. Inilah jawaban angan-angan saya itu, saya bisa naik pesawat ke Jakarta
lewat atletik.
Saya sempat merasa bingung dan takut ketika di Jakarta. Bingung karena
baru pertama kali ke Jakarta dan takut karena status saya si even tersebut. Saya
takut karena saya baru tamat sekolah padahal even ini namanya junior pelajar.
Ternyata walaupun saya baru tamat memang status saya masih pelajar. Saya ikut
tanding di 100 meter. Saya hanya urutan ke 9 dan tidak masuk ke final. Pada nomor
200 meter saya mendapat urutan ke 3.
Tak lama saya di Binjai setelah pulang dari even junior pelajar di Jakarta, saya
dipanggil untuk ikut pelatnas di Jakarta. Saat itu, Bob Hasan menerima junior sekitar
60 orang karena Indonesia menjadi tuan rumah pada even pelajar Asean dan Junior
Asia. Saya kemudian ikut TC di Jakarta. Saya mengikuti latihan alami saja berusaha
menyesuaikan diri karena saya tidak tahu teknik. Ketika telah menjalani latihan
selama 3 bulan, seleksi masuk Pelajar Asean. Saya tidak dimasukkan dengan
alasan dipersiapkan untuk ikut Junior Asia. Mendengar hal itu saya sempat
mengajak kawan yang dari Jawa Tengah untuk pulang. Menurut saya, Pelajar
Asean saja tidak terpilih apalagi Junior Asia. Tapi tidak terlaksana dan kami tetap
mengikuti kegiatan latihan di TC. Ketika seminggu akan dilaksanakan Pelajar
Asean, ada tes lagi. Semua calon yang sudah terdaftar, yang sudah mengukur baju
dan pakaian jas sudah lengkap ikut di seleksi lagi. Saya yang tadinya tidak ikut
kemudian dimasukkan ke dalam daftar dan ikut tes. Calon peserta yang diharapkan
dapat medali bisa saya kalahkan. Akhirnya geger semua. Saya yang tadinya tidak
diikutkan, bisa ikut bahkan bisa juara di even Pelajar Asean.
Ada dorongan lain yang membuat saya fokus di atletik yaitu keadaan keluarga
dan diri kita. Kata orang tua, pekerjaan apapun kalau tekun bisa sukses. Atletik
inilah masa depan saya, jadi saya fokus. Disertai dukungan dari perusahaan yang
menjadi tempat saya bekerja saat ini, saya juga sangat bersemangat.1

Sumber: Sari, R.M. (2013) Mental Juara Atlet Berprestasi), Tesis (tidak diterbitkan).
1

Surakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai