Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MINIRISET

“ GULAT DAN KARATE ”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 :
1. Axl David Shithe
2. Desiani Simamora
3. Franklin Silaban
4. Imron Padang
5. Merry Crismas Pakpahan
6. Rizky Akbar
7. Srendiko Hutapea
8. Vikha Ginting
9. Yunan Helmi Nasution
Kelas : REG I – E (PKO)
Matkul : SEJARAH OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA


PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA S1
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019/2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan “Miniriset” yang berjudul “Karate dan Gulat“.Terima kasih kami ucapkan

kepada Dosen Pengampu “Sejarah Olahraga” yang telah membantu kami baik secara moral

maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang

telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan “ Miniriset” yang kami buat ini masih jauh dari kata

sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan

agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan “Miniriset” ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa

bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Sekian dan Trimakasih.

Medan,29 November 2019 

Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ditingkat Perguruan Tinggi
merupakan kurikulum yang tepat demi memajukan pola pikir ilmiah dari Mahasiswa di
Indonesia, terutama. Beberapa pembagian tugas atau kewajiban mahasiswa selama satu
semester diantaranya adalah Mini Riset.
Sejarah olahraga dipahami sebagai penerapan ilmu sejarah dalam konteks ilmu
keolahragaan sebagai obyek kajiannya. Sejarah olahraga merupakan satu bagian dari sejarah
manusia, karena sejarah olahraga sama umumnya dengan sejarah manusia sendiri dalam
kehidupan manusia yang primitive dijumpai hal-hal yang dikualifikasikan sebagai kegiatan
olahraga, oleh karena itu olahraga merupakan bagian dari peradaban manusia.Sejarah
olahraga dapat mengajarkan kepada kita arti mengenai perubahan masyarakat dan mengenai
olahraga itusendiri.
Olahraga sepertinya melibatkan kemampuan dasar manusia yang dikembangkan
dan dilatih untuk kepentingannyasendiri, yang sejalan dengan dilatih demi kegunaannya. Ini
menunjukkan bahwa olahraga itu mungkin sama tuanyadengan keberadaan manusia itu
sendiri, yang memiliki tujuan, dan adalah cara yang berguna untuk meningkatkankemampuan
mereka dalam menaklukkan alam dan lingkungan. Namun, jika kita melihat jauh ke belakang
bukti-bukti yang makin sedikit kurang mendukung.
Karate atau yang dalam tulisan jepang (空 手 道), merupakan salah satu seni bela diri
yang kepopulerannya telah merambah belahan dunia lainnya. Jika merunut pada sejarah
karate itu sendiri, maka kita harus menyebut kata “Okinawa”, sebuah daerah yang ada di
Jepang. Menurut beberapa sumber, di awal kemunculannya, karate-do disebut dengan nama
“tote” yang memiliki arti “tangan Cina”. Tote ini memang berasal dari Cina, namun sejak
memasuki wilayah Jepang, dengan semangat nasionalisme yang tinggi, seorang tokoh
bernama Gichin Funakoshi kemudian mengubah kanji Okinawa dari Tote menjadi kanji
Jepang dan menjadi Karate atau tangan kosong. Hal ini dimaksudkan agar bela diri ini lebih
mudah diterima oleh masyarakat Jepang pada saat itu. Jika kita mengamati susunan katanya,
karate sebenarnya terdiri atas dua hurfuf kanji yakni “Kara” 空 yang berarti kosong dan juga
“te” 手 yang diartikan tangan.
Orang Skotlandia telah dikenal sebagai pejuang yang ganas, tapi hanya sedikit
yangmembandingkannya dengan Jackie Chan dan William Wallace walaupun kebanyakan
orangSkotlandia menjalani banyak latihan seni bela diri. Gulat Highland adalah jenis
pertarungan pertama yang diajarkan pada anak muda Skotlandia, biasanya teknik-teknik
keluarga diturunkandari ayah ke anaknya. Tercatat bahwa seringkali ksatria Inggris
tertangkap basah oleh keahlianorang Skotlandia yang tanpa senjata yang bisa menyeret baju
lapis baja dan kuda mereka dengan mudah.
Gulat Highland sekarang ini terutama digunakan oleh kelompok reenactment
(kelompok yang membuat simulasi dari kejadian sejarah) dan tertinggal dalam sejarah karena
banyak tekniknya yang hilang seiring berjalannya waktu 26-01-2014 14:35.
Melihat banyaknya Jenis cabang olahraga di Indonesia, menjadi faktor utama
dilakukannya program mini riset dalam mata kuliah ini.
Maka dari itu, kami kelompok 4 telah melakukan penelitian Ke salah satu tempat Tokoh
olahraga yaitu “ Dispora Sumut” Dikota Medan Pada 14 November 2019.

B. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Untuk meningkatkan kemampuan Mahasiswa dalam menyelesaikan Laporan Miniriset
2. Untuk meningkatkan dan mengetahui tentang sejarah olahraga yang di Indonesia
Terutama dalam cabang olahraga “Karate dan Gulat”.
3. Dan mengetahui tentang apa yang ada di sejarah olahraga terutama dalam cabang
Olahraga “Karate dan Gulat”

BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
MINI RISET

Latar HASIL
Belakang PENELITIAN

Sejarah PENERAPAN LAMPIRAN


Karate Sejarah Gulat KRITERIA

BAB III
METODE PENELITIAN

Sebelum masuk pada bagian sub bab pembahasan, perlu juga kami paparkan metode
penelitian yang kami gunakan dalam riset ini.
Secara umum, pengertian metode penelitian adalah suatu proses atau cara yang dipilih
secara spesifik untuk menyelesaikan masalah yang diajukan dalam setiap konser. Ssedangkan
pengertian metodologi penelitian adalah suatu ilmu yang menjelaskan bagaimana seharusnya
sebuah penelitian itu dilakukan.
Berdasar informasi yang kami dapatkan, tiap tiap individu atau kelompok yang hendak
melakukan penelitian kiranya harus mengetahui dan menempatkan metode metode atau cara
dalam penelitiannya. Tujuannya adalah agar peneliti bisa mendapatkan hasil penelitian yang
tepat, dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat menyelesaikan masalah yang diteliti.
Sesuai dengan pengertiannya, adapun metode atau cara cara yang kami gunakan dalam
riset pada 14 November 2019 di Dispora Sumut, Medan yaitu :
1. Metode Kualitatif; adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan dengan
menggunakan analisis. Merujuk pada kelompok kami yang langsung mengajukan
wawancara kepada Salah satu pemimpin yang ada di Dispora Sumut Yaitu Bapak
Ramadhan Saputra.

2. Metode Survei; adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset dalam
bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang
diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum melalui
sampel beberapa orang. Merujuk pada kelompok kami yang langsung mengunjungi dan
melakukan penelitian di Dispora Sumut,Medan.

3.Metode Eksperimental; Penelitian menggunakan metode eksperimental akan


mengumpulkan data dengan berbagai macam cara, mulai dari survei, observasi, hingga
wawancara. Cara ini juga kami lakukan, mulai dari kami pergi ke Dispora Sumut, melakukan
penelitian, hingga melakukan wawancara kepada Bapak Ramadhan Saputra

BAB IV
PEMBAHASAN
1. SEJARAH OLAHRAGA
A. Sejarah Karate

Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha
yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina
Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang
berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate
sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit
samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah
berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan
dagang dengan pulau – pulau tetangga.
Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa
mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu
banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa
mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga
banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah
didapatkan di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan
larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma
di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini.
Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan sebagai
tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka
menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih.
Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan
daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te
mulai diajarkan ke sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari
Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur
pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun
1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama,
pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di
Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada
tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan
meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini
sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri.

 Tingkatan (Posisi) Pada Karate

Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal atau
melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan dibedakan oleh
sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan mengikutkan sesi ujian
sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:

1. Sabuk putih
2. Sabuk kuning
3. Sabuk hijau
4. Sabuk biru muda
5. Sabuk biru tua
6. Sabuk ungu
7. Sabuk coklat (strip 1-3)
8. Sabuk hitam (Dan 1-11)
 Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik
dasar), Kata (jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan
untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

 Kihon

Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi


Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan


bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah
menguasai seluruh kihon dengan baik.

 Kata

Kata ( 型 : か た ) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak


hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak mengandung falsafah-
falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.

Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan


dari gerakan-gerakan dasar Kata.

Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata.
Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di
aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

 Luas Lapangan

 Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
 Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.

Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF,
idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi
kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah
batas jogai tempat karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebu
atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas
peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia
bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna
putih adalah arena bertanding efektif.

 Peralatan Dalam Pertandingan Karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate

1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan


2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
o Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
o Pelindung tubuh untuk kontestan putri
o Pelindung selangkangan untuk kontestan putra
6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7. Seragam wasit/juri
o Baju putih
o Celana abu-abu
o Dasi merah
o Sepatu karet hitam tanpa sol
8. Papan nilai/n scoring board
9. Administrasi pertandingan
10.bendera merah & biru untuk juri
11.Peluit untuk wasit

Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindung


selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.
B. Sejarah Gulat
Pada tahun 2500 SM cabang olahraga Gulat telah menjadi suatu mata pelajaran di
suatu sekolah di Negara China, di sekitar tahun 2050 SM gulat juga dipelajari oleh orang-
orang Mesir. Sejak jaman olimpiade kuno ,gulat telah dinobatkan menjadi suatu acara
pertandingan walaupun acara tersebut diadakan di dalam acara Pentahlon. Pentahlon
sendiri yang berarti penta(lima) , athlon(pertunjukkan/acara) dan Pentahtlon adalah
kontes dimana menunjukka 5 acara/pertunjukkan yang berbeda. Pada olimpiade I tahun
1896 di Athena gulat Gaya Yunani – Romawi menjadi suatu acara pertandingan sendiri.
Setelah itu di olimpiade ke III tahun 1904 di St Louis Amerika Serikat,acara
pertindangan gulat tersebut hanya untuk gaya catehras catch can saja, sedangkan pada
olimpiade ke-empat tahun 1908 di Inggris mengadakan pertandingan gulat yang
mempunyai aturan harus menggunakan 2 gaya yaitu Yunani-Romawi dan catehras
catch can .
Peraturan gulat Internasional tersebut baru diadakan pada olimpiade XI tahun 1936
di Berlin Jerman.Sebelum Perang Dunia II , Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal
gulat Internasional , gulat ini dibawa oleh tentara penjajah Indonesia yaitu Belanda .
Tahun 1941 – 1945 sewaktu di Indonesia diduduki oleh penjajah Jepang, seni bela diri
Jepang seperti Judo , Sumo dan Kempo masuk pula ke negara kita(Indonesia), sehingga
gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang, dan pada tanggal 7 Februari 1960
didirikanlah sebuah organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat
Seluruh Indonesia(PGSI).
Pertama kali gulat dipertandingkan di Indonesia yaitu ketika acara PON V tahun
1961 di Bandung , dan setelah itu ditahun 1962 pada Asian Games IV Jakarta,Indonesia
menurunkan pegulat-pegulatnya secara full team(serempak) . Mulai dari kelas 52kg
sampai dengan 97 kg , namun prestasi para gulat kita belum cukup memuaskan ,
Indonesia hanya merah beberapa penghargaan beberapa diantaranya yaitu meraih 2
medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52Kg) dan Rachman Firdaus(kelas 63 Kg)
keduanya bertanding dengan gaya Yunani-Romawi, PGSI telah banyak melakukan
kegiatan local ,nasional dan internasional.
 Peraturan Olahraga Gulat
Olahraga gulat dibagi sesuai dengan umur pegulat :

 Gulat Mini : 6 – 12 tahun

 Gulat Anak : 13 – 16 tahun

 Gulat Junior : 17 – 20 tahun

 Gulat Senior : 20 tahun keatas

Pertandingan olahraga gulat tersebut dilakukan di atas matras berukuran 12 x 12 meter


sesuai dengan peraturan gulat Internasional dari Fila yang sudah disahkan oleh PP. PGSI.
Selama bertanding pegulat harus memakai baju gulat Internasional (Wrestling Suit) sesuai
dengan warna dari sudut mana dia berada, biru atau merah. Wasit berada di antara kedua
pegulat di lingkaran tengah untuk melakukan aba-aba , pada waktu pegulat tinggal diam
beberapa saat maka wasit berteriak “open” agar daerah serangan dibuka untuk memberi
kesempatan pada fighter melakukan serangan.Untuk perintah melakukan serangan wasit
berteriak “action” dan “contact” jika pegulat tidak melaksanakan perintah wasit, maka wasit
akan menghentikan pertandingan dan memberikan peringatan.
Pada Olympic Games tahun 1964 di Tokyo, Jepang, waktu pertandingan menjadi 3 x 3 menit
jatuhan, sebelumnya pertandingan berlangsung selama 12 menit,dan pegulat dinyatakan kalah
jatuhan bila pundaknya mengenai lantai dalam hitungan 10 (sepuluh).

 Kelas-Kelas Olahraga Gulat


Olahraga gulat mempertandingkan 2 macam gaya yaitu gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi
dan masing-masing meliputi kelas-kelas  :

1. Kelas 48 kg
2. Kelas 52 kg
3. Kelas 57 kg
4. Kelas 62 kg
5. Kelas 68 kg
6. Kelas 74 kg
7. Kelas 82 kg
8. Kelas 90 kg
9. Kelas 100 kg
10. Kelas 100 kg ++
Susunan organisasi PGSI berbentuk piramida dan vertical, berjenjang mulai dari
perkumpulan-perkumpulan, pengurus Kabupaten/Kotamadya, Kota (Administratif), Propinsi
sampai tingkat Pusat. Masa kepengurusan besar yaitu paling lama 4 tahun dan pengurus
cabang 2 tahun. Kelas tersebut juga merupakan pembagian agar petarung dapat bertarung
dengan lawan yang sesuai beratnya sehingga tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan dan
sehingga dapat aman terkendali sesuai ketentuannya.

 Pemain-Pemain Gulat Paling Terkenal


Dalam gulat gaya bebas, para atlet asal Rusia lebih bersinar dibanding atlet dari
negara lain. Atlet yang paling bersinar adalah atlet kelahiran Nalchik, Bilyal Makhov (26).
Ia berhasil meraih tiga gelar juara dunia di kelas kurang dari 120 kilogram dan meraih
medali perunggu di Olimpiade London. Makhov seharusnya bisa mengikuti Olimpiade
Beijing 2008. Namun menjelang tahap akhir seleksi ia mengalami keracunan makanan saat
sedang berada di pusat latihan. Beberapa bulan kemudian, baru diketahui bahwa ia
keracunan merkuri.
Dalam sebuah wawancara, Makhov menegaskan tidak ingin membicarakan insiden
tersebut. “Jika dilanjutkan, berarti saya menyalahkan seseorang, padahal saya makan
makanan yang berasal dari panci yang sama dengan makanan atlet lain dalam pusat latihan
itu, dan saya sendiri yang menaruh makanan ke atas piring. Jadi, seharusnya semua atlet lain
juga mengalami keracunan makanan yang sama. Jika seperti itu, maka penegak hukum bisa
saja menghancurkan reputasi orang-orang yang saya sayangi,” tutur Makhov seperti
dikutip Sovetskiy Sport.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah kami paparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan
yaitu:
1. Berdasarkan mini riset yang telah kami lakukan di Dispora Sumut sejarah olahraga
perlu dipelajari apalagi dalam bidang Karate dan Gulat.
2. Terdapat banyak Pembagian dari cabang Olahraga Gulat dan Karate.

3. Pengertian olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang kompetitif, bisa
dilakukan secara santai atau terorganisir. Olahraga bertujuan untuk memelihara
atau meningkatkan kebugaran fisik dan juga dapat memberikan hiburan. Ada
banyak macam olahraga, dari yang bisa dilakukan satu orang atau tim.

B. Saran
Saran kami setelah melakukan mini riset ini adalah :
1. Agar mahasiswa lebih mengerti tujuan pembelajaran Sejarah Olahraga.
2. Agar mahasiswa mengingat tentang sejarah olahraga terutama dalam Cabang
olahraga Karate dan Gulat.
3. Agar mahasiswa lebih memahami mata kuliah Sejarah Olahraga ebrikutnya.
LAMPIRAN BIODATA
1. Surat Keterangan Observasi

2. DOKUMENTASI
Laporan Rekayasa Ide
BAB I

PENDAHULUAN

A. Hal yang Perlu Diperbaiki Pada Cabor Atletik (Disporasu)

 Program Latihan

Menurut kami dalam program latihan cabor Gulat dan Karate Disporasu sudah

baik sehingga tidak ada hal yang perlu diperbaiki lagi.

 Pembinaan

Dalam hal pembinaan atau kepelatihan cabang olahraga Gulat dan Karate

sudah bagus.

 Adminitrasi

Hal yang perlu diperbaiki dari bagian adminitrasi cabang olahraga Gulat dan

Karate Disporasu menurut kami adalah dalam segi pemberian kepada atlet

yang akan bertanding dan meraih prestasi dan mendapat banyak penghargaan.

B. Hal yang Perlu Diperbaiki Pada Cabang Olahraga Gulat dan Karate

(Disporasumut)

 Program Latihan

Menurut kami hal yang perlu diperbaiki dalam program latihan adalah

kurangnya/sikitnya persiapan latihan pada atlet untuk PON, menurut kami

dengan cara menambahkan jadwal latihan kepada atlet agar semakin memiliki

persiapan masing-masing.

 Pembinaan
Hal yang perlu diperbaiki dalam hal pembinaan atau pelatih menurut kami

dengan mendatangkan pelatih dari luar daerah dan melakukan sosialisasi

mengenai cabang olahraga Gulat dan Karate keseluruh Sumatera Utara.

 Adminitrasi

Menurut kami dalam adminitrasi yang diberikan kepada atlet baik dan

sungguh-sungguh berlatih.

 Struktur Organisasi

Dalam kepengurusan hal yang perlu diperbaiki yaitu dalam mempromosikan

atau mensosialisasikan cabang olahraga Gulat dan Karate keseluruh daerah

Sumatera Utara, melakukan kejuaraan Gulat dan Karate.

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Organisasi yang ada di Disporasu sangat baik, dan membuat sebuah motivasi

kepada masyarakat untuk menyalurkan potensi yang mereka miliki dan dapat

memajukan Sumatera Utara dan hanya saja ada beberapa cabang olahraga yang belum

berkembang dan semoga cabang olahraga itu semakin berkembang dan cabang

olahraga Gulat dan Karate diDisporasu semakin berkembang dan akan mengikuti

PON yang akan datang.


Laporan Proyek
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan
dalam proses penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sehingga diharapkan melalui
konsep dasar teori dapat di implementasikan dalam perkembangan pendidikan jasmani dan
olahraga.  Serta mampu rnengarahkan dalam menganalisis secara cermat gejala-gejala yang
timbul di berbagai negara maupun masyarakat sebagai akibat pelaksanaan sistem pendidikan
jasmani dan olahraganya masing-masing.
Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani penulis anggap penting untuk diketahui
oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian
dan konsep modivikasi menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara
memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modivikasi.
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan
karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu Develipmentally Appropriate
Practice (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan
kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat
kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud
mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka pembentukan manusia di sekolah atau Indonesia berkualitas
berdasarkan Pancasila.
Secara sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis
yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu system pendidikan.
Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian system pendidikan nasional
Sebagaimana dinyatakan dimuka, eksistensi suatu bangsa adalah eksistensi dan ideology atau
filsafat hidupnya, maka demi kelansungan eksistensi itu ialah dengan mewariskan nilai-nilai
ideology itu kepada generasi selanjutnya.

Adalah realita bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya melalui
pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas pendidikan secara
prinsip untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis nasional bangsa itu, baru sesudah itu
untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan lain.

BAB II
DESKRIPSI KONTEKS PROJEK
Berdasarkan uraian di atas, maka adapun masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut: bagaimana konsep pendidikan jasmani dan olahraga dikaji dari pandangan
filsafat,bagaimana pengembangan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,
bagaimana landasan falsafah pendidikan kebugaran jasmani, dan bagaimana strategi
pengembangannya.

BAB III
 TUJUAN
Untuk memberikan arah dan makna dalam penyusunan projek ini, maka perlu
menentukan tujuan. Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dari penulisan projek ini adalah
untuk memahami semua aspek bagaimana sistem pengembangan pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah dan untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar melalui modifikasi
pembelajaran meningkat.

BAB IV
PROSEDUR DAN MEKANISME
Untuk pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga, seharusnya diikuti dengan
upaya peningkatan kemampuan guru misalnya dengan mengadakan workshop, pelatihan, atau
seminar bagi para guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
pengadaan fasilitas pendukungnya. Implementasi kurikulum pendidikan jasmani harus bisa
dicapai dan berhasil jika ada keinginan yang besar untuk meningkatkan kemampuan guru dan
menambah fasilitas yang sesuai.
Pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan dan di masyarakat sebagai cara
pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Selanjutnya perlu
ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana pendidikan jasmani dan olahraga, termasuk
pendidik, pelatih dan penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani
dan olahraga yang kita anut, pembinaan olahraga itu diarahkan pada pengenalan dan
penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan
pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu,
dalam konteks pendidikan jasmani, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya pada
pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.

BAB V
HASIL PROJEK
1.  Deskripsi hasil
Penelitaian ini adalah untuk memperoleh Data diperoleh dengan cara memberikan
produk awal multimedia pembelajaran dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli materi
berupa kuesioner. Setelah produk beserta kuesioner dibawa kemudian peneliti dan ahli materi
mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan kualitas metode gaya mengajar. Ahli materi
menilai dengan memberikan masukan baik tertulis maupun lisan. Kuesioner berisi aspek
kualitas materi pembelajaran, aspek isi dan aspek kebenaran materi pembelajaran dan isi.
Hasil evaluasi berupa nilai untuk aspek kualitas materi pembelajaran dan isi dengan
mengunakan skala likert 1 sampai 5, sedangkan aspek kebenaran materi pembelajaran dan isi
berupa komentar dan saran perbaikan. Evaluasi dari ahli materi dilakukan dengan 3 tahap.
Berikut deskripsi data dari ahli materi: a. Tahap I Kuesioner dan media pembelajaran yang
dikembangkan diberikan pada siswa siswi. Identifikasi kecenderungan tinggi rendahnya skor
ditetapkan pada kriteria ideal berdasarkan skor data penelitian dengan pemberian nilai rentang
data 1 sampai dengan 5.
Berikut ini merupakan hasil skor yang diperoleh dari ahli materi pada aspek kualitas
materi pembelajaran dan aspek isi/materi beserta tabel.
Tabel : 1 penilaian kepada guru
No Aspek nilai 1 2 3 4 5
1 Kejelasan rumusan standar 3 v
kompetensi dan kompetensi dasar
2 Kesesuaian kompetensi dasar dan 3 v
standar kompetensi
3 Kejelasan petunjuk belajar 4 v
4 Ketepatan memilih materi yang di 4 v
mediakan
5 Ketepatan memilih bahasa dalam 5 V
menguraikan materi
6 Kejelasan contoh 5 V
7 Kemudahan memilih menu belajar 3 v
8 Pemberian latihan modifikasi 5 V
9 Petunjuk mengerjakan soal mudah 4 v
1 Kesesuaian dengan materi 4 v
0
Jumlah skor            40

konversi skor masing-masing a Tabel:  2 penilaian kepada murid


No Nama Jumlah skor Nilai
1 Ridwan nst 70 77,78
2 Alan syaputra 80 88,89
3 Abdan Mamlukan Almalik 70 77,78
A
4 Bagus Ari Sadewo 90 100
5 Akbar hrp 50 55,56
6 Fahrul Ridwan 80 88,89
7 Farhan Muhammad 70 77,78
8 khoirul 70 77,78
9 Ifin Rizki Ramadhan 80 88,89
10 Muhammad Ridho 80 88,89
11 Al iman 60 66,67
12 Putra Jaya Abadi 70 77,78
13 Rehan Niza 80 88,89
14 Rizki Pratama 80 88,89
15 Sultan Imam Tambunan 70 77,78
16 Saidan Syarifuddin Yusuf 80 88,89
17 Miji nst 50 55,56
18 Doli tambunan 70 77,78
19 Wanda Pardosi 60 66,67
20 Dika 80 88,89
21 Dimas 70 77,78
22 M. Zuhri Hakiki 90 100
23 Haris 80 88,89
Jumlah 1680 1866,71
Rata-rata 73,04 81,16

5
Dari hasil pemaparan data diatas dapat diketahui hasil pengembangan pendidikan
jasmani dan olahraga di kaji dalam ilmu filsafat dengan skor yang di peroleh 40 dari 50 skor
maksimal dan secara nyata bentuk pengembangan yang diberikan menjadi sumber baru dalam
dunia kependidikan.
Untuk siswa juga diberikan angket untuk diisi, dan dari hasilnya maka diperoleh nilai
rata-rata seluruh siswa adalah 81,16 dari nilai rata-rata maksimum 100. Artinya bentuk
pengembangan yang diberikan berpengaruh pada nilai yang diperoleh siswa.
2. Nilai sosial budaya
1.    Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2.    Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.    Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.    Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5.    Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6.    Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7.    Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.
8.    Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9.    Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.    Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan  bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.    Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.    Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.    Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.    Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.    Gemar Membaca
  Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.

16.    Peduli Lingkungan


  Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17.    Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18.    Tanggung Jawab
 Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.

3.        Manfaat terhadap pembangunan


Terwujudnya proses belajar mengajar yang lebih efektif, siswa yang aktif dalam
mengikuti pembelajaran, dan guru yang lebih kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang
menarik.
4.        Konteks masa depan hasil
Karena dengan meningkatkan guru penjas dapat mewujudkan sistem pembelajaran
yang membuat siswa semakin aktif dalam belajar.Disamping itu workshop, seminar, dan
pelatihan yang diadakan untuk para guru juga dapat mewujudkan proses pembelajaran yang
lebih efektif bagi siswa. Karena dengan kegiatan tersebut para guru akan lebih banyak
pengetahuannya tentang model pembelajaran yang membuat siswa tertarik dan aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar.

BAB VI
KESIMPULAN

Pengembangan penjas dan olahraga di sudah cukup memadai hal ini disebabkan
perencanaan dan program telah dilakukan secara  terencana sistematis dan berkesinambungan.
Namun bila dibandingkan dengan negara-negara lain kita masih perlu pembenahan atau
meningkatkan upaya-upaya diberbagai bidang khususnya  pada bidang IPTEK. 
Sedangkan pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala
yang dihadapi seperti: sarana dan prasarana, pemahaman guru penjas itu, masih banyak yang
kurang memahami tentang hakikat pendidikan jasmani yang sebenarnya, sehingga
pelaksanaannya-pun masih mirip dengan olahraga.
Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekedar
mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan
proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak seutuhnya. Gaya mengajar
yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
metode-metode praktik dipusatkan pada guru dimana para siswa melakukan latihan fisik
berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru.latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah
dilakukan anak sesuai dengan inisiatif sendiri.

Anda mungkin juga menyukai