DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 :
1. Axl David Shithe
2. Desiani Simamora
3. Franklin Silaban
4. Imron Padang
5. Merry Crismas Pakpahan
6. Rizky Akbar
7. Srendiko Hutapea
8. Vikha Ginting
9. Yunan Helmi Nasution
Kelas : REG I – E (PKO)
Matkul : SEJARAH OLAHRAGA
Segala puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kepada Dosen Pengampu “Sejarah Olahraga” yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan “ Miniriset” yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Sekian dan Trimakasih.
Penyusun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ditingkat Perguruan Tinggi
merupakan kurikulum yang tepat demi memajukan pola pikir ilmiah dari Mahasiswa di
Indonesia, terutama. Beberapa pembagian tugas atau kewajiban mahasiswa selama satu
semester diantaranya adalah Mini Riset.
Sejarah olahraga dipahami sebagai penerapan ilmu sejarah dalam konteks ilmu
keolahragaan sebagai obyek kajiannya. Sejarah olahraga merupakan satu bagian dari sejarah
manusia, karena sejarah olahraga sama umumnya dengan sejarah manusia sendiri dalam
kehidupan manusia yang primitive dijumpai hal-hal yang dikualifikasikan sebagai kegiatan
olahraga, oleh karena itu olahraga merupakan bagian dari peradaban manusia.Sejarah
olahraga dapat mengajarkan kepada kita arti mengenai perubahan masyarakat dan mengenai
olahraga itusendiri.
Olahraga sepertinya melibatkan kemampuan dasar manusia yang dikembangkan
dan dilatih untuk kepentingannyasendiri, yang sejalan dengan dilatih demi kegunaannya. Ini
menunjukkan bahwa olahraga itu mungkin sama tuanyadengan keberadaan manusia itu
sendiri, yang memiliki tujuan, dan adalah cara yang berguna untuk meningkatkankemampuan
mereka dalam menaklukkan alam dan lingkungan. Namun, jika kita melihat jauh ke belakang
bukti-bukti yang makin sedikit kurang mendukung.
Karate atau yang dalam tulisan jepang (空 手 道), merupakan salah satu seni bela diri
yang kepopulerannya telah merambah belahan dunia lainnya. Jika merunut pada sejarah
karate itu sendiri, maka kita harus menyebut kata “Okinawa”, sebuah daerah yang ada di
Jepang. Menurut beberapa sumber, di awal kemunculannya, karate-do disebut dengan nama
“tote” yang memiliki arti “tangan Cina”. Tote ini memang berasal dari Cina, namun sejak
memasuki wilayah Jepang, dengan semangat nasionalisme yang tinggi, seorang tokoh
bernama Gichin Funakoshi kemudian mengubah kanji Okinawa dari Tote menjadi kanji
Jepang dan menjadi Karate atau tangan kosong. Hal ini dimaksudkan agar bela diri ini lebih
mudah diterima oleh masyarakat Jepang pada saat itu. Jika kita mengamati susunan katanya,
karate sebenarnya terdiri atas dua hurfuf kanji yakni “Kara” 空 yang berarti kosong dan juga
“te” 手 yang diartikan tangan.
Orang Skotlandia telah dikenal sebagai pejuang yang ganas, tapi hanya sedikit
yangmembandingkannya dengan Jackie Chan dan William Wallace walaupun kebanyakan
orangSkotlandia menjalani banyak latihan seni bela diri. Gulat Highland adalah jenis
pertarungan pertama yang diajarkan pada anak muda Skotlandia, biasanya teknik-teknik
keluarga diturunkandari ayah ke anaknya. Tercatat bahwa seringkali ksatria Inggris
tertangkap basah oleh keahlianorang Skotlandia yang tanpa senjata yang bisa menyeret baju
lapis baja dan kuda mereka dengan mudah.
Gulat Highland sekarang ini terutama digunakan oleh kelompok reenactment
(kelompok yang membuat simulasi dari kejadian sejarah) dan tertinggal dalam sejarah karena
banyak tekniknya yang hilang seiring berjalannya waktu 26-01-2014 14:35.
Melihat banyaknya Jenis cabang olahraga di Indonesia, menjadi faktor utama
dilakukannya program mini riset dalam mata kuliah ini.
Maka dari itu, kami kelompok 4 telah melakukan penelitian Ke salah satu tempat Tokoh
olahraga yaitu “ Dispora Sumut” Dikota Medan Pada 14 November 2019.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
MINI RISET
Latar HASIL
Belakang PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebelum masuk pada bagian sub bab pembahasan, perlu juga kami paparkan metode
penelitian yang kami gunakan dalam riset ini.
Secara umum, pengertian metode penelitian adalah suatu proses atau cara yang dipilih
secara spesifik untuk menyelesaikan masalah yang diajukan dalam setiap konser. Ssedangkan
pengertian metodologi penelitian adalah suatu ilmu yang menjelaskan bagaimana seharusnya
sebuah penelitian itu dilakukan.
Berdasar informasi yang kami dapatkan, tiap tiap individu atau kelompok yang hendak
melakukan penelitian kiranya harus mengetahui dan menempatkan metode metode atau cara
dalam penelitiannya. Tujuannya adalah agar peneliti bisa mendapatkan hasil penelitian yang
tepat, dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat menyelesaikan masalah yang diteliti.
Sesuai dengan pengertiannya, adapun metode atau cara cara yang kami gunakan dalam
riset pada 14 November 2019 di Dispora Sumut, Medan yaitu :
1. Metode Kualitatif; adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan dengan
menggunakan analisis. Merujuk pada kelompok kami yang langsung mengajukan
wawancara kepada Salah satu pemimpin yang ada di Dispora Sumut Yaitu Bapak
Ramadhan Saputra.
2. Metode Survei; adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset dalam
bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang
diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum melalui
sampel beberapa orang. Merujuk pada kelompok kami yang langsung mengunjungi dan
melakukan penelitian di Dispora Sumut,Medan.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. SEJARAH OLAHRAGA
A. Sejarah Karate
Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha
yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina
Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang
berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate
sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit
samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah
berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan
dagang dengan pulau – pulau tetangga.
Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa
mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu
banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa
mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga
banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah
didapatkan di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan
larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma
di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini.
Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan sebagai
tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka
menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih.
Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan
daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te
mulai diajarkan ke sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari
Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur
pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun
1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama,
pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di
Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada
tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan
meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini
sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri.
Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal atau
melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan dibedakan oleh
sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan mengikutkan sesi ujian
sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:
1. Sabuk putih
2. Sabuk kuning
3. Sabuk hijau
4. Sabuk biru muda
5. Sabuk biru tua
6. Sabuk ungu
7. Sabuk coklat (strip 1-3)
8. Sabuk hitam (Dan 1-11)
Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik
dasar), Kata (jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan
untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kihon
Kata
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata.
Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di
aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Luas Lapangan
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF,
idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi
kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah
batas jogai tempat karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebu
atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas
peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia
bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna
putih adalah arena bertanding efektif.
1. Kelas 48 kg
2. Kelas 52 kg
3. Kelas 57 kg
4. Kelas 62 kg
5. Kelas 68 kg
6. Kelas 74 kg
7. Kelas 82 kg
8. Kelas 90 kg
9. Kelas 100 kg
10. Kelas 100 kg ++
Susunan organisasi PGSI berbentuk piramida dan vertical, berjenjang mulai dari
perkumpulan-perkumpulan, pengurus Kabupaten/Kotamadya, Kota (Administratif), Propinsi
sampai tingkat Pusat. Masa kepengurusan besar yaitu paling lama 4 tahun dan pengurus
cabang 2 tahun. Kelas tersebut juga merupakan pembagian agar petarung dapat bertarung
dengan lawan yang sesuai beratnya sehingga tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan dan
sehingga dapat aman terkendali sesuai ketentuannya.
3. Pengertian olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang kompetitif, bisa
dilakukan secara santai atau terorganisir. Olahraga bertujuan untuk memelihara
atau meningkatkan kebugaran fisik dan juga dapat memberikan hiburan. Ada
banyak macam olahraga, dari yang bisa dilakukan satu orang atau tim.
B. Saran
Saran kami setelah melakukan mini riset ini adalah :
1. Agar mahasiswa lebih mengerti tujuan pembelajaran Sejarah Olahraga.
2. Agar mahasiswa mengingat tentang sejarah olahraga terutama dalam Cabang
olahraga Karate dan Gulat.
3. Agar mahasiswa lebih memahami mata kuliah Sejarah Olahraga ebrikutnya.
LAMPIRAN BIODATA
1. Surat Keterangan Observasi
2. DOKUMENTASI
Laporan Rekayasa Ide
BAB I
PENDAHULUAN
Program Latihan
Menurut kami dalam program latihan cabor Gulat dan Karate Disporasu sudah
Pembinaan
Dalam hal pembinaan atau kepelatihan cabang olahraga Gulat dan Karate
sudah bagus.
Adminitrasi
Hal yang perlu diperbaiki dari bagian adminitrasi cabang olahraga Gulat dan
Karate Disporasu menurut kami adalah dalam segi pemberian kepada atlet
yang akan bertanding dan meraih prestasi dan mendapat banyak penghargaan.
B. Hal yang Perlu Diperbaiki Pada Cabang Olahraga Gulat dan Karate
(Disporasumut)
Program Latihan
Menurut kami hal yang perlu diperbaiki dalam program latihan adalah
dengan cara menambahkan jadwal latihan kepada atlet agar semakin memiliki
persiapan masing-masing.
Pembinaan
Hal yang perlu diperbaiki dalam hal pembinaan atau pelatih menurut kami
Adminitrasi
Menurut kami dalam adminitrasi yang diberikan kepada atlet baik dan
sungguh-sungguh berlatih.
Struktur Organisasi
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi yang ada di Disporasu sangat baik, dan membuat sebuah motivasi
kepada masyarakat untuk menyalurkan potensi yang mereka miliki dan dapat
memajukan Sumatera Utara dan hanya saja ada beberapa cabang olahraga yang belum
berkembang dan semoga cabang olahraga itu semakin berkembang dan cabang
olahraga Gulat dan Karate diDisporasu semakin berkembang dan akan mengikuti
Adalah realita bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya melalui
pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas pendidikan secara
prinsip untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis nasional bangsa itu, baru sesudah itu
untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan lain.
BAB II
DESKRIPSI KONTEKS PROJEK
Berdasarkan uraian di atas, maka adapun masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut: bagaimana konsep pendidikan jasmani dan olahraga dikaji dari pandangan
filsafat,bagaimana pengembangan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,
bagaimana landasan falsafah pendidikan kebugaran jasmani, dan bagaimana strategi
pengembangannya.
BAB III
TUJUAN
Untuk memberikan arah dan makna dalam penyusunan projek ini, maka perlu
menentukan tujuan. Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dari penulisan projek ini adalah
untuk memahami semua aspek bagaimana sistem pengembangan pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah dan untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar melalui modifikasi
pembelajaran meningkat.
BAB IV
PROSEDUR DAN MEKANISME
Untuk pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga, seharusnya diikuti dengan
upaya peningkatan kemampuan guru misalnya dengan mengadakan workshop, pelatihan, atau
seminar bagi para guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
pengadaan fasilitas pendukungnya. Implementasi kurikulum pendidikan jasmani harus bisa
dicapai dan berhasil jika ada keinginan yang besar untuk meningkatkan kemampuan guru dan
menambah fasilitas yang sesuai.
Pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan dan di masyarakat sebagai cara
pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Selanjutnya perlu
ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana pendidikan jasmani dan olahraga, termasuk
pendidik, pelatih dan penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani
dan olahraga yang kita anut, pembinaan olahraga itu diarahkan pada pengenalan dan
penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan
pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu,
dalam konteks pendidikan jasmani, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya pada
pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.
BAB V
HASIL PROJEK
1. Deskripsi hasil
Penelitaian ini adalah untuk memperoleh Data diperoleh dengan cara memberikan
produk awal multimedia pembelajaran dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli materi
berupa kuesioner. Setelah produk beserta kuesioner dibawa kemudian peneliti dan ahli materi
mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan kualitas metode gaya mengajar. Ahli materi
menilai dengan memberikan masukan baik tertulis maupun lisan. Kuesioner berisi aspek
kualitas materi pembelajaran, aspek isi dan aspek kebenaran materi pembelajaran dan isi.
Hasil evaluasi berupa nilai untuk aspek kualitas materi pembelajaran dan isi dengan
mengunakan skala likert 1 sampai 5, sedangkan aspek kebenaran materi pembelajaran dan isi
berupa komentar dan saran perbaikan. Evaluasi dari ahli materi dilakukan dengan 3 tahap.
Berikut deskripsi data dari ahli materi: a. Tahap I Kuesioner dan media pembelajaran yang
dikembangkan diberikan pada siswa siswi. Identifikasi kecenderungan tinggi rendahnya skor
ditetapkan pada kriteria ideal berdasarkan skor data penelitian dengan pemberian nilai rentang
data 1 sampai dengan 5.
Berikut ini merupakan hasil skor yang diperoleh dari ahli materi pada aspek kualitas
materi pembelajaran dan aspek isi/materi beserta tabel.
Tabel : 1 penilaian kepada guru
No Aspek nilai 1 2 3 4 5
1 Kejelasan rumusan standar 3 v
kompetensi dan kompetensi dasar
2 Kesesuaian kompetensi dasar dan 3 v
standar kompetensi
3 Kejelasan petunjuk belajar 4 v
4 Ketepatan memilih materi yang di 4 v
mediakan
5 Ketepatan memilih bahasa dalam 5 V
menguraikan materi
6 Kejelasan contoh 5 V
7 Kemudahan memilih menu belajar 3 v
8 Pemberian latihan modifikasi 5 V
9 Petunjuk mengerjakan soal mudah 4 v
1 Kesesuaian dengan materi 4 v
0
Jumlah skor 40
5
Dari hasil pemaparan data diatas dapat diketahui hasil pengembangan pendidikan
jasmani dan olahraga di kaji dalam ilmu filsafat dengan skor yang di peroleh 40 dari 50 skor
maksimal dan secara nyata bentuk pengembangan yang diberikan menjadi sumber baru dalam
dunia kependidikan.
Untuk siswa juga diberikan angket untuk diisi, dan dari hasilnya maka diperoleh nilai
rata-rata seluruh siswa adalah 81,16 dari nilai rata-rata maksimum 100. Artinya bentuk
pengembangan yang diberikan berpengaruh pada nilai yang diperoleh siswa.
2. Nilai sosial budaya
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
BAB VI
KESIMPULAN
Pengembangan penjas dan olahraga di sudah cukup memadai hal ini disebabkan
perencanaan dan program telah dilakukan secara terencana sistematis dan berkesinambungan.
Namun bila dibandingkan dengan negara-negara lain kita masih perlu pembenahan atau
meningkatkan upaya-upaya diberbagai bidang khususnya pada bidang IPTEK.
Sedangkan pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala
yang dihadapi seperti: sarana dan prasarana, pemahaman guru penjas itu, masih banyak yang
kurang memahami tentang hakikat pendidikan jasmani yang sebenarnya, sehingga
pelaksanaannya-pun masih mirip dengan olahraga.
Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekedar
mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan
proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak seutuhnya. Gaya mengajar
yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
metode-metode praktik dipusatkan pada guru dimana para siswa melakukan latihan fisik
berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru.latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah
dilakukan anak sesuai dengan inisiatif sendiri.