Anda di halaman 1dari 21

ANALISI KEBIJAKAN FISKAL(APBN) DI INDONESIA

Dosen Pembimbing: Makmur,SE.M.M

Di susun oleh:

Nama: Wa Ode Citrala Saputri

Npm : 101901030

Kelas: A Akuntansi

Semester:IV

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan tak lupa pula
Shalawat beserta Salam kepada junjungan Alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita umat Nya kepada alam yang berilmu pengetahuan. Adapun tugas ini berjudul “
Kebijakan Industri dan Perdagangan Internasional Indonesia”. Yang menjadi tujuan penulisan
tugas ini adalah untuk menyelesaikan tugas kuliah kami

Dalam Makalah dan pengerjaan tugas ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
kekurangan. Hal itu tak lepas dari penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan
pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis.

Namun demikian, penulis tetap berharap agar tugas ataupun tulisan ini dapat berguna
kepada seluruh pembaca, atau paling tidak bagi penulis sendiri. Dengan kesadaran dan hati yang
tulus, penulis menyadari bahwa sejak awal penulisan ini sampai dengan selesai, penulisbanyak
dibantu oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN INDUSTRI

B.PERDAGANGAN INTERNASIOANL

C.KEBIJAKAN DAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIOANL

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan


Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia
menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020
sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995
antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC
sudah harus terwujud.

Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan


GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru
dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong
Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional.

B.Rumusan Masalah
1. Apa Itu industri dan perdagangan Internasional?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Perdagangan Internasional?
3. Apa Manfaat,Teori, Dampak dan Jenis-Jenis Perdagangan Internasioanal

C. Tujuan

Yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Menjelaskan bagaimana Industri
2. Menjelaskan Bagaimana Perdagangan Internasional

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk menegetahui bagaiman itu industry.
2. Untuk mengetahui perdagangan intrenasional.
3. Menyelesaikan tugas dari dosen Perekonomian Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INDUSTRI

Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan
pengolahan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan menggunakan
keterampilan dan tenaga kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di
bidang pengolahan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama. Maka industri
umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian,
perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri
semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik. Industri
merupakan bagian dari proses produksi dan kegiatan proses produksi dalam industri itu
disebut dengan perindustrian.

Visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam


Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah
Indonesia menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada
tahun 2020 sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor
tahun 1995 antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-
negara APEC sudah harus terwujud.

Pengertian kebijakan industri

Kebijakan industri dari suatu negara usaha strategis secara resmi untuk
mendorong pembangunan dan pertumbuhan dari sebagian atau seluruh sektor
perindustrian dan sektor-sektor lainnya dari perekonomian. Pemerintah memiliki tujuan
dalam meningkatkan daya saing dan kemampuan dari perusahaan-perusahaan domestik
dan memajukan transformasi struktural. Infrastruktur suatu negara (transportasi,
telekomunikasi dan industri energi) adalah bagian penting dari sektor manufaktur yang
seringkali memiliki peran kunci dalam kebijakan industri.

Kebijakan industri adalah sektor yang spesifik, tidak seperti kebijakan makro
ekonomi yang sifatnya lebih luas. Contoh dari kebijakan makro ekonomi, yang sifatnya
horizontal, termasuk kepada kebijakan ekonomi secara luas, adalah mengetatkan kredit
dan mempajaki keuntungan modal, sementara contoh dari kebijakan industri, yang
sifatnya vertikal, kebijakan sektor yang spesifik, termasuk memproteksi tekstil dari impor
dan mensubsidi industri ekspor.
Banyak tipe dari kebijakan-kebijakan industri mengandung elemen-elemen
mendasar dengan tipe lain dari praktek intervensi seperti kebijakan perdagangan dan
kebijakan fiskal. Dengan secara selektif memproteksi industri-industri tertentu, industri-
industri ini diberi waktu untuk belajar dan melakukan peningkatan. Setelah cukup
kompetitif, batasan-batasan ini dicabut untuk mengenalkan industri-industri yang terpilih
kepada pasar internasional.

Kritik utama terhadap kebijakan industri muncul dari konsep kegagalan


pemerintah. Kebijakan industri dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya jika pemerintah
kekurangan informasi yang dibutuhkan, kemampuan dan insentif untuk secara sukses
menentukan apakah manfaat dari mempromosikan sektor-sektor tertentu di atas lainnya
adalah melebihi biaya-biayanya.

Meskipun ada kritik, ada pertumbuhan konsensus dalam teori pembangunan


terkini bahwa intervensi negara seringkali dibutuhkan saat kegagalan pasar mulai
muncul. Kegagalan pasar seringkali terjadi dalam bentuk eksternalitas dan monopoli
alami. Kegagalan pasar ini menghalangi munculnya pasar yang berfungsi secara baik dan
kebijakan-kebijakan industri korektif dibutuhkan untuk memastikan efisiensi alokatif dari
sebuah pasar bebas.

Salah satu pertanyaan kunci adalah jenis kebijakan industri yang mana yang
paling efektif dalam mempromosikan pembangunan ekonomi. Contohnya, para ekonom
berdebat apakah negara-negara maju harus berfokus kepada keunggulan komparatif
mereka dengan mempromosikan produk-produk dan jasa-jasa yang intensif secara
sumber daya dan tenaga kerja, atau berinvestasi dalam industri dengan produktivitas lebih
tinggi, yang mungkin hanya akan menjadi kompetitif dalam jangka waktu yang lebih
lama.

Sebagai negara industri maju baru, sektor industri Indonesia harus mampu
memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:

1. Memiliki peranan dan kontribusi tinggi bagi perekonomian Nasional,


2. IKM memiliki kemampuan yang seimbang dengan Industri Besar,
3. Memiliki struktur industri yang kuat (Pohon Industri lengkap dan dalam),
4. Teknologi maju telah menjadi ujung tombak pengembangan dan penciptaan
pasar,
5. Telah memiliki jasa industri yang tangguh yang menjadi penunjang daya saing
internasional industri, dan
6. Telah memiliki daya saing yang mampu menghadapi liberalisasi penuh dengan
negara-negara APEC. Diharapkan tahun 2020 kontribusi industri non-migas
terhadap PDB telah mampu mencapai 30%, dimana kontribusi industri kecil (IK)
ditambah industri menengah (IM) sama atau mendekati kontribusi industri besar
(IB). Selama kurun waktu 2010 s.d 2020 industri harus tumbuh rata-rata 9,43%
dengan pertumbuhan IK, IM, dan IB masing-masing minimal sebesar 10,00%,
17,47%, dan 6,34%.

Untuk mewujudkan target-target tersebut, diperlukan upaya-upaya terstruktur dan


terukur, yang harus dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi keinginan
pemangku kepentingan berupa strategic outcomes yang terdiri dari:

• Meningkatnya nilai tambah industri,


• Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
• Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri,
• Meningkatnya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri
yang hemat energi dan ramah lingkungan,
• Menguat dan lengkapnya struktur industri,
• Meningkatnya persebaran pembangunan industri, serta
• Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB.

Dalam rangka merealisasikan target-target tersebut, Kementerian Perindustrian


telah menetapkan dua pendekatan guna membangun daya saing industri nasional yang
tersinergi dan terintegrasi antara pusat dan daerah. Pertama, melalui pendekatan top-
down dengan pengembangan 35 klaster industri prioritas yang direncanakan dari Pusat
(by design) dan diikuti oleh partisipasi daerah yang dipilih berdasarkan daya saing
internasional serta potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kedua, melalui
pendekatan bottom-up dengan penetapan kompetensi inti industri daerah yang merupakan
keunggulan daerah, dimana pusat turut membangun pengembangannya, sehingga daerah
memiliki daya saing. Pengembangan kompetensi inti di tingkat provinsi disebut sebagai
Industri Unggulan Provinsi dan di tingkat kabupaten/kota disebut Kompetensi Inti
Industri Kabupaten/Kota. Pendekatan kedua ini merupakan pendekatan yang didasarkan
pada semangat Otonomi Daerah. Penentuan pengembangan industri melalui penetapan
klaster industri prioritas dan kompetensi inti industri daerah sangat diperlukan guna
memberi kepastian dan mendapat dukungan dari seluruh sektor di bidang ekonomi
termasuk dukungan perbankan.

Saat ini telah tersusun 35 Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas, yakni:

1. Industri Agro, terdiri atas:

• Industri pengolahan kelapa sawit;


• Industri karet dan barang karet;
• Industri kakao;
• Industri pengolahan kelapa;
• Industri pengolahan kopi;
• Industri gula;
• Industri hasil Tembakau;
• Industri pengolahan buah;
• Industri furniture;
• Industri pengolahan ikan;
• Industri kertas;
• Industri pengolahan susu.

2. Industri Alat Angkut, meliputi:

• Industri kendaraan bermotor;


• Industri perkapalan;
• Industri kedirgantaraan;
• Industri perkeretaapian.

3. Industri Elektronika dan Telematika:

• Industri elektronika;
• industri telekomunikasi;
• Industri komputer dan peralatannya

4. Basis Industri Manufaktur, mencakup:

• Industri Material Dasar:


• Industri besi dan baja;
• Industri Semen;
• Industri petrokimia;
• Industri Keramik
• Industri Permesinan:
• Industri peralatan listrik dan mesin listrik;
• Industri mesin dan peralatan umum.
• Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja:
• Industri tekstil dan produk tekstil;
• Industri alas kaki;

5. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu:

• Industri perangkat lunak dan konten multimedia;


• Industri fashion;
• Industri kerajinan dan barang seni.

6. Industri Kecil dan Menengah Tertentu:

• Industri batu mulia dan perhiasan;


• Industri garam rakyat;
• Industri gerabah dan keramik hias;
• Industri minyak atsiri;
• Industri makanan ringan.

Adapun provinsi yang telah menyusun roadmap industri unggulan provinsinya


terdiri dari 18 provinsi yakni:

• D.I. Yogyakarta,
• Sulawesi Tengah,
• Papua,
• Sumatera Barat,
• Sumatera Selatan,
• Lampung,
• Kalimantan Timur,
• Sulawesi Selatan,
• Gorontalo,
• Nusa Tenggara Timur,
• Nusa Tenggara Barat,
• Nanggroe Aceh Darussalam,
• Riau,
• Kepulauan Riau,
• Kepulauan Bangka Belitung,
• Kalimantan Barat,
• Sulawesi Tenggara,
• Sulawesi Utara.

Sedangkan kabupaten/kota yang telah menyusun roadmap kompetensi inti industri


kabupaten/kotanya terdiri dari 5 kabupaten/kota sebagai berikut:

• Kota Pangkal pinang,


• Kabupaten Luwu,
• Kota Palopo,
• Kabupaten Maluku Tengah,
• Kabupaten Maluku Tenggara.

Sementara kabupaten/kota lainnya sedang dalam proses kajian

B.PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk


suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.[1] Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan
tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial,
dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.

Teori perdagangan internasional

• Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,


perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara
lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat
menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang
impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa,
mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
• Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan
bahwa seluruh negara akan memperoleh keuntungan mutlak apabila semuanya
memberlakukan perdagangan bebas dan berfokus pada produk atau keahlian mereka,
karena impor suatu negara adalah ekspor untuk negara lain Menurutnya, apabila
suatu negara mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan negara lain, hal ini merupakan keuntungan mutlak negara tersebut.
Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di
berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.
• David Ricardo menjelaskan mengapa negara yang bahkan mampu memproduksi
seluruh produk dengan efisien tetep harus terlibat dalam perdagangan internasional.
Dalam modelnya, ia menjelaskan bahwa ketika terdapat beberapa negara mampu
memproduksi beberapa komoditi yang sama terlibat dalam perdagangan bebas,
mereka akan meningkatkan konsumsinya dengan mengekspor apa yang secara
komparatif lebih menguntungkan dan mengimpor sesuatu yang lebih murah dari
biaya produksi di negeri sendiri. Hal ini dianggap lebih menguntungkan
dibandingkan keputusan suatu negara untuk memproduksi sendiri barang dan
megisolasi negaranya. Apabila terdapat dua negara yang memproduksi satu komoditi
yang sama, negara yang mampu mengekspor dengan harga lebih murah akan
memiliki keuntungan relatif dibandingan negara lainnya.
• Model Ricardian selanjutnya dimodelkan secara matematis oleh William Whewell
pada tahun 1833. Dalam penelitiannya, ia meragukan teori distribusi Ricardo mampu
didukung oleh bukti empiris. Model Ricardian dan Model Smith selanjutnya banyak
dibandingkan dalam pembelajaran ekonomi untuk memahami perdagangan
internasional.
• Model Heckscgher-Ohlin menggunakan model Ricardian untuk membuat suatu
model komparatif. Model ini dibuat untuk menjelaskan bagaimana suatu negara
melakukan menerapkan perdagangan internasional. Dalam model ini, Hecksgner-
Ohlin menyatakan bahwa negara harus mengekspor produk yang melimpah dan
diproduksi massal dan mengimpor produk yang langka. Model ini cukup berani
dalam menjelaskan fungsi perdagangan internasiona dilihat dari sisi produksi. Blaug
(1992) menyatakan bahwa model ini gagal diterapkan apabila negara yang
bersangkutan bergantung pada produksi massal tersebut. Masalah empiris dengan
model HO, yang ditunjukkan oleh Wassily Leontief menunjukkan bahwa terdapat
negara yang tidak dapat dimodelkan dengan teori ini, seperti Amerika Serikat lebih
cenderung untuk mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal. Hal
ini disebut sebagai Paradoks Leotief.

2.Peraturan perdagangan internasional

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua


negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme
kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan
internasional, seperti pembatasan dagang oleh Inggris pada Belanda di tahun 1663
dan 1696 yang dikenal dengan aturan navigasi. Selanjutnya, setelah Inggris mulai
menerapkan aturan perdagangan bebas, lahirlah perjanjian mengenai perdagangan
bebas internasional modern pertama yang ditantangani oleh Inggris dan Prancis pada
tahun 1860. Perjanjian ini kemudian dikenal sebagai Traktat Cobden-Chevalier.
Adanya perjanjian ini mengesahkan peniadaan tarif untuk beberapa komoditi yang
diekspor oleh Prancis ke Inggris, seperti: batubara dan besi, serta komoditi ekspor
dari Inggris seperti produk-produk olahan industri. Pasca Perang Dunia I, beberapa
aturan multilateral diterapkan untuk menanggulangi dampak depresi besar, seperti
Sistem Bretton Woods. Sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial
seperti GATT dan WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi global dalam
perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang
berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak
adil yang tidak menguntungkan secara mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar


negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi
selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif
untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya
keduanya mendukung penuh perdagangan bebas di mana mereka secara ekonomis
dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan
pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia,
dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat
secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan
usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi
perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dengan perdagangan
pertemuan dan prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan


bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah
pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk
peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi
lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.

Selama reses ada sering kali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif
dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama
Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam
depresi tersebut.

Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade


Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti
MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan
Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun
2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal
total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan
serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-
tahun terakhir.

3.Manfaat Perdagangan Internasional

Adanya kerjasama internasional di bidang perdagangan dapat memberikan


beberapa manfaat dan keuntungan yang bisa didapatkan dari masing-masing negara
yang melakukan kerja sama. Manfaat tersebut antara lain:

1. Dapat memperoleh barang atau jasa yang tidak bisa dihasilkan sendiri karena
adanya perbedaan sumber daya alam, kemampuan sumber daya manusia,
teknologi dan lainnya.
2. Dapat memperluas pasar untuk tujuan menambah keuntungan dari spesialisasi
3. Memungkinkan transfer teknologi modern untuk memahami teknik produksi yang
lebih efisien dan modern dalam hal manajemen.
4. Dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sebuah negara
5. Menambah devisa negara dari hasil ekspor.
6. Perdagangan internasional dapat membuka lapangan pekerjaan di sebuah negara.
7. Menjalin persahabatan dengan negara lain.
8. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam sebuah negara.
4.Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Kerjasama internasional di bidang perdagangan terjadi karena adanya


beberapa faktor pendorong yang mengharuskan suatu negara mengadakan kerja sama
di bidang perdagangan. Karena setiap negara tidak dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan negaranya sendiri tanpa adanya sumber daya dari negara lain, bisa dari
sumber daya alamnya, sumber daya manusia, pemodalan maupun dalam hal
teknologi. Berikut ini adalah beberapa faktor pendorong timbulnya perdagangan
internasional:

• Adanya Pasar Bebas

Kebebasan ekonomi atau liberalisme sudah mulai ditanamkan dalam


perdagangan internasional. Siapa saja berhak meningkatkan dan memperluas
pasarnya untuk menjual belikan produk lintas negara. Pasar bebas dibutuhkan
untuk meningkatkan kerja sama antar negara yang berpeluang menambah
pendapatan negara. Kebebasan ekonomi menjadi pemicu individu maupun
kelompok untuk berlomba-lomba menambah pasar dan meningkatkan produksi.

• Adanya Perbedaan Kondisi Geografis

Setiap negara memiliki keadaan geografis yang berbeda dengan negara


lain yang menyebabkan perbedaan pada sumber daya yang dihasilkan. Sebagai
contoh dahulunya rempah-rempah hanya didapatkan di wilayah tropis seperti
Indonesia, sehingga Indonesia menjadi pemasok rempah-rempah terbesar di
beberapa negara barat. Setiap negara tidak dapat memenuhi semua sumber daya
yang dibutuhkan sehingga perlu melakukan pertukaran dengan negara lain.

• Peningkatan Perkembangan Teknologi dan Informasi

Saat ini untuk melakukan interaksi dengan negara lain tidak harus bertatap
muka, karena segala komunikasi sekarang bisa dilakukan dengan teknologi
informasi berbasis internet. Perkembangan digitalisasi dan peralatan komunikasi
memicu setiap negara untuk meningkatkan produksinya untuk dipasarkan negara
lain dengan asumsi bahwa di negara tersebut tidak dapat menyediakan barang
atau jasa tersebut.

• Adanya Perbedaan Teknologi

Tidak hanya perbedaan sumber daya alamnya saja, namun perbedaan


sumber daya manusiannya juga dapat menyebabkan perbedaan kemampuan dalam
hal teknologi. Perbedaan teknologi ini menyebabkan suatu negara yang hanya
bisa menghasilkan barang mentah harus mengekspor ke negara lain untuk diolah
dan diimpor kembali ke negaranya dengan harga lebih mahal. Begitu juga
sebaliknya, jika suatu negara hanya maju dalam teknologi saja tanpa adanya
pasokan sumber daya alam maka ia membutuhkan bantuan dari negara lain. Inilah
peran suatu bentuk perdangan internasional yang saling menguntungkan

• Menghemat Biaya

Perdagangan internasional dinilai dapat menghasilkan pasar yang lebih


luas dan pendapatan lebih banyak daripada jika hanya diproduksi dalam negeri
saja. Sehingga produksi dalam skala besar tentunya dapat menghemat biaya yang
harus dikeluarkan untuk produksi (fixed cost).

5. Jenis Perdagangan Internasional

Ada beberapa jenis perdangan internasional yang dilakukan antar negara


maupun sekelompok negara, di antaranya:

• Ekspor dan Impor

Kegiatan ekspor dan import merupakan bentuk perdagangan internasional


yang paling sering dilakukan. Ada dua cara untuk melakukan ekspor, yaitu ekspor
biasa (melalui ketentuan yang berlaku) dan ekspor tanpa L/C (barang boleh
dikirim melalui izin departemen perdagangan). Selengkapnya baca juga artikel
tentang ekspor dan impor.

• Barter

Saat ini, barter atau pertukaran barang dengan barang masih sering
dilakukan dalam perdangan internasional. Jenisnya meliputi direct barter, switch
barter, counter purchase dan bay back barter.

• Konsinyasi

Konsinyasi adalah penjualan dengan pengiriman barang ke luar negeri


dimana belum ada pembeli tertentu di luar negeri. Penjualannya dapat dilakukan
melalui pasar bebas atau bursa dagang dengan cara lelang

• Package Deal

Perdagangan yang dilakukan melalui perjanjian dagang (trade


agreement) dengan negara lain.

• Border Brossing

Perdagangan yang timbul dari dua negara yang saling berdekatan untuk
memudahkan penduduknya saling melakukan transaksi. Perdagangan
internasional menjadi agenda penting dari suatu negara bukan hanya sekedar
keuntungan komersial saja, namun juga dari segi kerja sama antar bangsa.

6.Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian Indonesia

Dalam era modern ini orang sering mengatakan bahwa dunia itu menjadi
tanpa batas. Sesuatu yang terjadi di negara lain dapat kita ketahui dan dapat dengan
cepat mempengaruhi masyarakat di negara kita, maka sering disebut era globalisasi.

• Dampak positif ekspor

1. Memperluas lapangan kerja


2. Meningkatkan cadangan devisa
3. Memperluas pasar karena dapat memasarkan hasil produksi ke seluruh dunia

• Dampak negatif ekspor

1. Menimbulkan kelangkaan barang di dalam negara


2. Menyebabkan eksploitas besar-besaran sumber daya alam.

Misalnya : Ekspor barang tambang telah menyebabkan semakin tipisnya


cadangan bahan tambang dan menimbulkan kerusakan alam / lingkungan.

• Dampak positif impor

1. Meningkatkan kesejahteraan konsumen karena masyarakat Indonesia dapat


menggunakan barang-barang yang tidak dapat di dalam negeri.
2. Meningkatkan industri dalam negeri terutama yang bahan bakunya berasal
dari luar negeri.
3. Ahli teknologi agar tidak ketinggalan dengan negara maju.

• Dampak negatif impor

1. Menciptakan pesaing bagi industri dalam negeri


2. Mencitapkan pengangguran artinya kita telah kehilangan kesempatan untuk
membuka lapangan kerja.
3. Konsumenrisme artinya konsumen berlebihan terutama untuk barang-barang
mewah.

Contoh : Pakaian mewah, mobil mewah, alat-alat rumah tangga mewah


C.Kebijakan dan bentuk kerja sama Perdagangan Internasional

1.kebijakan perdagangan nasional

Berbagai macam kebijakan yang mungkin dapat dilaksanakan suatu


negara untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan perdagangan internasional antara
lain proteksi, perdagangan bebas, dan politik dumping.

• Proteksi adalah kebijakan perdagangan internasional yang bertujuan untuk


melindungi produksi dalam negeri. Bentuk-bentuk proteksi yang dapat dijalankan
suatu negara antara lain :
• Larangan Impor, Melarang impor produk tertentu yang juga di produksi di dalam
negeri, terutama untuk barang-barang yang dimiliki daya asing yang lemah.
• Tarif Impor, Mengenakan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang tertentu
untuk mengurangi masuknya barang-barang tersebut.
• Quota Membatasi masuknya jumlah barang tertentu ke dalam negeri
• Subsidi, Memberi subsidi kepada produsen untuk meningkatkan produksinya agar
dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
• Premi, Memberikan premi kepada produsen yang mampu mencapai jumlah
produksi tertentu dengan kualitas yang baik sehingga memiliki daya saing.
• Perdagangan Bebas, Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan dalam
perdagangan internasional untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam
perdagangan internasional. Penentuan dan pentapan harga di serahkan bebas, itu
hanya berlaku bagi negara anggota yang tergabung dalam kelompok perdagangan
bebas tersebut.
• Politik Dumping, Politik dumping adalah kebijakan perdagangan internasional
yang menjual hasil produksi lebih murah di luar negeri dibandingkan di dalam
negeri. Tujuan politik dumping adalah untuk meningkatkan daya saing untuk
memperluas pasar.

Contoh :

• Mobil Jepang di Singapura di jual dengan harga 1 juta yen, sementara di Jepang
dijual dengan harga 1,4 juta yen.
• Mie instan di Malaysia di jual Rp 500,- sedangkan di dalam negeri di jual Rp
750.-

2..Bentuk Kerja Sama Perdagangan Internasional

• Kerja sama bilateral Kerja sama bilateral adalah kerja sama antara dua negara.
Biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan dan
kebudayaan.
• Kerja sama regional adalah kerja sama oleh beberapa negara dalam suatu
kawasan. Biasanya karena ada kepentingan bersama dalam bidang politik,
ekonomi dan pertahanan.
• Kerja sama multilateral yaitu kerja sama yang dilakukan antara beberapa negara.

Contoh kerja sama internasional


Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai
sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Berbagai forum baik bilateral, regional maupun multilateral telah dirancang oleh
Indonesia bersama-sama dengan negara-negara sahabat.

• Kerja sama bilateral Dalam menjalin hubungan bilateral, Indonesia selalu


mempromosikan bentuk kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi -
nilai-nilai sebagai berikut:

- Saling menghormati
- Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain
- Penolakan penggunaan kekerasan
- Konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan
keputusan
Saat ini Indonesia telah menjalin kerja sama bilateral dengan 162
negara serta satu teritori khusus yang berupa non-self governing territory.
Beberapa contoh kerja sama bilateral yang dilakukan Indonesia yaitu:
1. Kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Jepang
2. Kerja sama pendidikan antara Indonesia dengan Korea Selatan
3. Kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Cina
4. Kerja sama bidang pertanian antara Indonesia dan Thailand Baca
juga: Kerja Sama Indonesia dengan Negara-negara ASEAN
• Kerja sama regional
Beberapa contoh kerja sama regional yang diikuti Indonesia yaitu:
1. Association of South East Asia Nations (ASEAN) adalah kerja
sama ekonomi antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara
yang berdiri pada 8 Agustus 1967.
2. Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah kerja sama
ekonomi antara 21 di kawasan Asia Pasifik yang berdiri pada
1989.
3. ASEAN Regional Forum (ARF) adalah forum yang dibentuk
ASEAN pada 1994 sebagai wahana untuk dialog dan konsultasi
mengenai hal-hal terkait politik dan keamanan di kawasan.
membahas dan menyamakan pandangan untuk memperkecil
ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan.
• Kerja sama multilateral
Contoh kerja sama multilateral yang diikuti Indonesia antara lain:
1. United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
2. Internatinal Monetary Fund (IMF) bertujuan memajukan kerja
sama moneter internasional.
3. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi perdagangan
dunia yang betujuan memajukan perdagangan internasional dengan
membatasi peraturan yang menghambat kelancaran pertukaran
barang-barang internasional dan meningkatkan volume
perdagangan dunia dengan cara meliberalisasikan perdagangan
internasional.
4. International Labour Organization (ILO) adalah organisasi buruh
sedunia dengan tujuan menciptakan perdamaian melalui keadilan
sosial, perbaikan nasib buruh, stabilitas ekonomi, sosial dan
menyusun hukum perburuhan.
5. Food and Agricultural Organization (FAO) adalah organisasi
pangan dan pertanian dengan tujuan memajukan pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan, pengairan, sistem berocok
tanam dan lain-lain.
6. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah organisasi perdagangan
bebas ASEAN dengan maksud mengantisipasi dalam menghadapi
era perdagangan bebas dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa Perdagangan Internasional


adalah kunci kebangkitan ekonomi global. Kerjasama antar negara yang berbeda
memungkinkan negara-negara untuk memperluas pasar mereka dan mengakses barang
dan jasa yang mungkin tidak tersedia di dalam negeri.

pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan


Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia
menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020
sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995
antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC
sudah harus terwujud. Sebagai negara industri maju baru, sektor industri Indonesia harus
mampu memenuhi beberapa kriteria dasar

B.Saran
Dengan di buatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran
pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://qyki.blogspot.com/2010/01/peranan-perdagangan-internasional-dalam.html
http://azthreenancy.blogspot.com/2010/01/efek-perdagangan-internasional-terhadap.html
https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-internasional/
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/perdagangan-internasional.html) "Trade – Define Trade
at Dictionary.com". Dictionary.com.

S., Amir M. (1984). Seluk beluk dan teknik perdagangan luar negeri : suatu penuntun impor
[dan] ekspor. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Smith, Adam (1791). An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (dalam
bahasa Inggris). Legrand. hlm. 1–2. ISBN 978-1-4499-9156-2.

Darity, William A. (2007). INTERNATIONAL ENCYCLOPEDIA OF THE SOCIAL SCIENCES,


2ND EDITION (PDF). Detroit: Macmillan Reference USA. hlm. 1–2. ISBN 0028661176.

Baumol, William J.; Blinder, Alan S. (2011-06-13). Economics: Principles and Policy (dalam
bahasa Inggris). Cengage Learning. hlm. 49. ISBN 978-0-538-45367-7.

Formaini, Robert L. (2004). "David Ricardo Theory of Free International Trade" (PDF).
Economic Insights. 9 (2).

Wood, John Cunningham (1991). David Ricardo: Critical Assessments (dalam bahasa Inggris).
Taylor & Francis. hlm. 312. ISBN 978-0-415-06380-7.

"Heckscher-Ohlin theory | Definition, Examples, & Leontief Paradox". Encyclopedia Britannica


(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-21.

Blaug, Mark (1992). The methodology of economics, or, How economists explain. Cambridge
University Press. hlm. 185–186. ISBN 978-0-521-43678-6.

"Trade: Chapter 70-20: The Specific Factor Model - Overview". internationalecon.com. Diakses
tanggal 2020-10-20.

"The Specific Factor Model: Overview". saylordotorg.github.io. Diakses tanggal 2020-10-21.

"Specific Factors Model". www2.econ.iastate.edu. Diakses tanggal 2020-10-21.

Krylovskiy, Nikolay. "Gravity_theory_of_trade". Economics Online (dalam bahasa Inggris).


Diakses tanggal 2020-10-21.

Thomas, Chaney (2013-08-09). "The Gravity Equation in International Trade: An Explanation".


Journal of Political Economy (dalam bahasa Inggris). 126 (1): 2. doi:10.3386/w19285.

Anukoonwattaka, Witada (2016). Introduction to The Basic Gravity Model (PDF). Ulaanbataan:
ARTNeT. hlm. 8.

Jimmy Hasoloan (2013). "Peranan Perdagangan Internasional Dalam Produktivitas dan


Perekonomian". Edunomic, Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi. 1 (2): 109-110. ISSN 2337-
571X.
Purvis, Thomas L. (1997-05-05). A Dictionary of American History (dalam bahasa Inggris).
Wiley. hlm. 278. ISBN 978-1-57718-099-9.

Dept, International Monetary Fund Research (1997-05-15). World Economic Outlook, May
1997: Globalization: Opportunities and Challenges (dalam bahasa Inggris). International
Monetary Fund. hlm. 113. ISBN 978-1-4552-7888-6.

Amadeo, Kimberly. "How a 1944 Agreement Created a New World Order". The Balance (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-21.

https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

https://artidanpengertian.blogspot.com/2016/02/penge

https://kemenperin.go.id/artikel/19/Kebijakan-Industri-Nasional

Anda mungkin juga menyukai