Anda di halaman 1dari 47

Proposal Penelitian Skripsi

UPAYA GURU IPS SEBAGAI FASILITATOR DALAM MENDORONG

SISWA BERFIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPS DI MTS

MIFTAHUL ULUM KARETENG KECAMATAN SANGKAPURA

KABUPATEN GRESIK

Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S-1)

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Oleh : Nur Hidayati

NIM : 18130142

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Guru adalah orang tua ke dua yang tugasnya mendidik dan mengajar, namun

tugas guru sebenarnya bukan itu saja. Seorang guru yang memiliki jiwa profesional

dalam mengantarkan peserta didik menuju sebuah kesuksesan, itu pasti memiliki

sebuah tugas yang guru lakukan. Tugas seorang guru tentunya sudah di tetapkan

dalam sebuah perundang-undangan, seperti dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun

2005 di jelaskan, bahwa tugas seorang guru itu bukan hanya mendidik dan mengajar

saja tetapi membimbing, melatih, menilai, dan juga mengevaluasi.1

Dalam ketentuan tugas seorang guru menjadikan sebuah pemahaman besar,

bahwa seorang guru itu adalah selain menjadi tenaga pedidik, guru juga menjadi

sebuah fasilitator yang besar dalam tercapainya pendidikan yang di harapkan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Upaya guru dalam menjadikan dirinya sebagai fasilitaor itu sangat penting,

karena peserta didik saat ini sangat kesulitan dalam memahami pelajaran atau berfikir

1
Undang-undang Nomer 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosesn, Bab 1 pasal 1.
2
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1.
kritis. Dari itu seorang guru harus berusaha dalam mendorong terciptanya keaktifan

peserta didik dalam berfikir kritis, Dalam proses pembelajaran guru hasus mampu

membagun jiwa kritis siswa, yang dapat menciptkan kondisi kelas yang interaksif,

aktif dan partisipatif. Hal ini dapat menumbuhkan mental, dan kepribadian serta

kempuan berfikir kritis.

Penelitian terdahulu menjelaskan, peran guru sebagai fasilitator dalam

meningkatkan hasil belajar siklus akuntansi 2 di kelas AK 3 berada dalam katagori

sangat baik dengan persentase 81,2%.3 Tapi problem yang muncul pada saat ini

sering sekali di dunia pendidikan seorang guru yang menjadikan dirinya sebagai

atasan dan peserta didik di jadikan sebagai bawahan yang menuntut peserta didik

mengikuti dan patuh terhadap intruksi yang di kehendaki oleh guru.

Sebagai fasilitator guru memiliki sebuah kewajiban dalam memberikan sebuah

pelayanan dan alternatif dalam mempermudah peserta didik mencapai proses

pembelajaran di kelas. Usaha guru dalam memberikan sebuah pelayanan yang baik

untuk peserta didik pasti memiliki sebuah hambatan, bukan hanya itu guru harus

berupaya memperhatikan apasaja aspek berfikir kritis yang sering muncul dalam

proses pembelajaran, agar aspek ini di jadikan sebuah landasan untuk peserta didik

yang tidak mempu menumbuhkan keterampilan berfikir kritis.

Salah satu sekolah swasta yang berbasis pesantren yaitu MTs Miftahul Ulum

Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik, merupakan salah satu sekolah

yang peserta didiknya masih sangat kurang dalam berfikir kritis pada pelajaran

apalagi pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, oleh karna itu di perlukan sebuah

3
Esi, dkk, Peranan Guru Sebagai Fasilitator dan Motivator dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas XI SMK,
Skripsi Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan
tenaga pendidik yang berupaya menjadikan dirinya sebagai fasilitator dalam

mendorong siswa berfikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik dengan melakukan penelitian

yang berjudul “Upaya Guru IPS Sebagai Fasilitator Dalam Mendorong Siswa

Berfikir Kritis Pada Pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik” dengan subyek penelitian adalah

peserta didik dan guru yang memegang mata pelajaran IPS di MTs Miftahul Ulum

Kareteng Kecamatan Sangkapura Kapubaten Gresik. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong peserta didik mampu

berfikir keritis pada pembelajaran IPS.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uaraikan, maka fokus penelitian ini

adalah membahas terntang “ Upaya Guru IPS dalam Mendorong Siswa Berfikir Kritis

Pada Pembelajaran IPS di MTs Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura

Kabupaten Gresik “ maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa

berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik ?

2. Apa saja aspek berfikir kritis peserta didik yang sering muncul saat guru

berupaya menjadikan dirinya sebagai fasilitator pada pembelajaran IPS di MTS

Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik ?


3. Apa hambatan yang di hadapi guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong

siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik ?

C. Tujuan Penlitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus penelitian, maka peneliti

menyimpulkan tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa

berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik

2. Untuk mengetahui apa saja aspek berfikir kritis peserta didik yang sering

muncul saat guru berupaya menjadikan dirinya sebagai fasilitator pada

pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura

Kabupaten Gresik

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi guru IPS sebagai fasilitator

Dalam Mendorong Siswa Berfikir Kritis Pada Pembelajaran IPS di MTS

Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dalam

pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian

ini sebagai berikut :


1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan ilmiah dalam dunia pendidikan, yaitu dapat

mengembangkan peran guru sebagai fasilitator untuk mendorong peserta didik

memiliki kemampuan berfikir kritis.

b. Sebagai referensi kedepannya untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan upaya guru sebagai fasilitator

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti : mengatui upaya guru sebagai fasilitator dalam mendorong

siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS

b. Bagi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial : untuk memberikan gambaran atau

motivasi bagi guru agar lebih maksimal dalam mengetahui tugas fasilitaor dalam

proses pembelajaran itu seperti apa

c. Bagi Sekolah MTs Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura

Kabupaten Gresik : sebagai masukan atau informasi bagi MTs Miftahul Ulum

Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik dalam upaya guru sebagai

Fasilitator untuk mendorong siswa berfikir kritis dalam proses pembelajaran IPS

dapat berkembang.

E. Originalitas Penelitian

Dalam berjalannya penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran mendalam

mengenai beberapa skripsi dan karya ilmiah yang sudah ada. Dalam melakukan

penelusuran skripsi dan karya ilmiah, penulis belum menemukan penelitian yang

sama dengan apa yang di teliti peneliti. Namun ada beberapa karya ilmiah yang
memiliki suatu kaitan dengan apa yang di tulis dan dibahas dalam penelitian

diantaranya adalah :

1. Izzatul Masfufah dalam penelitiannya yang berjudul “ Sikap Guru Sebagai

Fasilitator dalam Mendorong Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Pada

Pembelajaran IPS di MTs Muhammadiyah 7 Lamongan “ penelitian tersebut untuk

mengetahui sikap guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sebagai fasilitator

dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTs

Muhammadiyah 7 Lamongan. Penelitian ini adalah berjenis penelitaian kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) sikap guru, sebagai fasilator sudah memenuhi

sayarat, (2) aspek berfikir kritis belum sepenuhnya muncul saat proses pembelajaran,

(3) dan upaya guru terhadap peserta didik yang belum tumbuh daya kritisya sudah

muncul. Persamaan dalam penelitian ini sama-samamenggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif atau pendekatan paradigma fenomenologis, dimana peneliti harus

terjun secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data-data tentang suatu proses

penelitian, kemudian sama-sama guru IPS yang mengajar mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Sedangkan perbedaanya adalah peneliti membahas tentang sikap

guru sebagai fasilitor dan lokasi penelitiannya.

2. Rizaldi dengan judul “ Peran Guru Mata Pelajaran Ekonomi sebagai Fasiltaor

dalam proses Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 4 Pekanbaru.”

peneltian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru mata pelajaran Ekonomi sebagai

fasiltator dalam proses pembelajaran Ekomomi di SMA Negeri 4 Pekanbaru. Peneliti

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa peran guru mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 4 Pekanbaru

berkatagori baik. Dalam penelitian ini persamaanya sama-sama menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dan peran guru sebagai fasiltaor sedangkan


perbedaanya adalah guru Ekonomi dalam pembelajaran Ekonomi.

3. Muhammad Nurul Farih dalam judul penelitiannya adalah “ Peran Guru

Sebagai Fasiltator dalam Proses Pembalajaran Pendidikan Sejarah di SMA Negeri 1

Kajen Kabupaten Pakalongan.” jenis pendekatan yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif, untuk tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui peran guru

sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Kajen

Kabupaten Pakalongan serta faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator dalam

proses pembelajaran Sejarah. Untuk membedakan peneltiannya ini adalah terlihat

pada satuan pendidikannya, mata pelajaran dan fokus penelitian yang di bahas,

sedangkan persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan

yang di gunakan dan membahas peran guru sebagai fasiltator.

4. Dede Nuraida judul penelitiannya adalah “Peran Guru Dalam

Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik Dalam

ProsesPembelajaran”.Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan

secara detail apakah berpikir kritis itu, serta bagaimana peran guru dalam

mengembangkan kemempuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran yang

dikelolanya. Untuk hasil yang diperoleh oleh peneliti ialah menjelaskan berpikir kritis

merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk dimiliki peserta didik. Untuk

mengembangkan keterampilan ini dalam proses pembelajaran guru harus mampu

menciptakan suasana dalam kelas serta strategi yang tepat. Strategi yang dapat

dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menciptakan proses

pembelajaran di kelas yang menantang, menjadikan pendorong pada interaksi yang

terjadi pada peserta didik, serta memberikan arahan pada peserta didik dalam melatih

bakat menulis. Persamaan yang diteliti ialah peran guru. Sedangkan perbedaannya

ialah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran.


5. Novi Yani dalam penelitiannya yang berjudul “ Studi Deskriptif Peran Guru

sebagai Fasilitator pada Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 12 Kota Bengkulu “.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan peran guru sebagai fasilitator

pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 12 Kota Bengkulu. Dalam penelitian ini

berjenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagai

fasilitator dalam proses pembelajaran IPS, terlihat guru sudah (1) subyek

pembelajaran sudah berfokus pada peserta didik (2) ilmu yang akan di pelajari pada

peserta didik sudah menguasai (3) menarik dan melihat pada minat peserta didik.

Hasil yang terkandung dalam penelitian ini adalah peran guru sebagai fasilitator pada

pembelajaran IPS sudah terlaksana, namun dalam penggunaan metode pembelajaran

dan penggunaan media pembelajaran bisa lebih di tingkatkan kembali agar proses

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Dalam persamaannya penelitian ini

sama-sama membahas tentang peran guru sebagai fasiltator dan jenis peniltiannya

sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk membedakan

penelitian ini terlihat jenjang pendidikan yang di teliti yaitu jenjang pendidikan

tingkat SD.

Berdasarkan uraian orisinalitas penelitian di atas, selanjutnya peneliti akan

memaparkan berbentuk tabel untuk lebih mempermudah. Penelitian terdahulu sudah

di tulis yang berkaitan dengan penelitian ini ada persamaan dan juga perbedaan dalam

penelitian ini di antaranya sebagai berikut :

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian

N Nama Peneliti,
Judul, Bentuk
o (S/T/Dis), Penerbit,
Tahun Peneliti Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1. Izzatul Masfufah, 1. sama-samamenggu 1. peneliti Fokus


Sikap Guru Sebagai nakan pendekatan fokus pada penelitian
Fasilitator dalam sikap guru upaya guru IPS
Mendorong deskriptif kualitatif sebagai sebagai fasilitor
Kemampuan fasilitor dalam
Berfikir Kritis 2. sama-sama guru mendorong
Peserta Didik Pada IPS yang mengajar 2. tempat siswa berfikir
Pembelajaran IPS mata pelajaran Ilmu penelitiannya kritis di MTs
di MTs Pengetahuan Sosial. Miftahul Ulum
Muhammadiyah 7 Kareteng
Lamongan, Skripsi Kecamatan
Universitas Islam Sangkapura
Maulana Malik Kabupaten
Ibrahim Malan, Gresik
2021
2. Rizaldi, Peran Guru 1. Sama-sama Fokus pada Fokus
Mata Pelajaran meneliti peran guru peran guru penelitian
Ekonomi sebagai sebagai fasilitator Ekonomi upaya guru IPS
Fasiltaor dalam sebagai dalam
proses 2. Penelitian fasilitator mendorong
Pembelajaran Mata deskriptif kualitatif dalam proses siswa berfikir
Pelajaran Ekonomi pembelajaran kritis dalam
di SMA Negeri 4 Ekonomi proses mata
Pekanbaru, Skripsi: pelajaran IPS
UIN Sultan Syarif
Kasim Riau, 2019.
3. Muhammad Nurul Sama-sama Peneliti fokus Fokus
Farih, Peran Guru membahasa peran guru pada proses penelitian
Sebagai Fasiltator sebagai fasilitator pembelajaran upaya guru IPS
dalam Proses Sejarah dalam
Pembalajaran mendorong
Pendidikan Sejarah siswa berfikir
di SMA Negeri 1 kritis dalam
Kajen Kabupaten proses mata
Pakalongan, pelajaran IPS
Skripsi: Universitas
Negeri Semarang,
2020
4. Dede Nuraida, Sama-sama membahsa Peneliti fokus Fokus
Peran Guru Dalam tentang peran guru pada peran penelitian
Mengembangkan guru dalam upaya guru IPS
Keterampilan mengembangk sebagai fasilitor
Berpikir Kritis an dalam
Peserta didik keterampilan mendorong
Dalam berfikir kritis siswa berfikir
ProsesPembelajara siswa kritis di MTs
n, Jurnal Ilmiah: Miftahul Ulum
Universitas PGRI Kareteng
Ronggolawe Kecamatan
Tuban, 2019. Sangkapura
Kabupaten
Gresik
5. Novi Yani, Studi 1. Sama-sama Berfokus pada Fokus penitian
Deskriptif Peran meneliti peran guru peran guru upaya guru IPS
Guru sebagai sebagai fasilitator sebagai sebagai
Fasilitator pada fasilitaor pada fasilitator
Pembelajaran IPS di 2. Penelitian pembelajaran dalam
Kelas V SDN 12 deskriptif kualitatif IPS di jenjang mendorong
Kota Bengkulu,
Skripsi: Universitas
SD siswa berfikir
Bengkulu, 2017 kritis pada
pembelajaran
IPS di jenjang
MTs/ SMP

Tabel di atas memperlihatkan perbedaan pada penelitian-penelitian yang

terdahulu, sebagaimana yang sudah di lakukan oleh salah satu peneliti terdahulu

sebagai berikut: pertama Izzatul Masfufah berfokus pada sikap guru sebagai fasilitor

pada proses pembelajaran, berbeda dengan penelitian ini yang memfokuskan pada

upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis dalam proses

pembelajaran. Kedua, Rizaldi berfokus pada peran guru fasilitator dalam proses

pembelajaran Ekonomi, berbeda dengan penelitian ini yang fokus penelitian upaya

guru IPS dalam mendorong siswa berfikir kritis dalam proses mata pelajaran IPS.

Ketiga, Muhammad Nurul Farih berfokus pada suatu proses pembelajaran Sejarah,

berbeda dengan penelitian yang di lakukan penelitian ini yang berfokus pada upaya

guru IPS dalam mendorong siswa berfikir kritis dalam proses mata pelajaran IPS.

Keempat, Dede Nuraida, dalam penelitiannya yang berfokus pada peran guru dalam

mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa, berbeda dengan penelitian yang di

lakukan penelitian ini yang memfokuskan pada upaya guru IPS sebagai fasilitor

dalam mendorong siswa berfikir kritis di MTs Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan

Sangkapura Kabupaten Gresik. Yang kelima, Novi Yani dalam penelitiannya yang

fokus pada peran guru sebagai fasilitaor pada pembelajaran IPS di jenjang SD,
sedangkan Fokus penitian ini berfokus pada upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam

mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS di jenjang MTs/ SMP.

F. Definisi Istilah

1. Upaya Guru Sebagai Fasilitator

Upaya guru sebagai fasilitator adalah usaha sadar seorang guru yang

memberikan sebuah alternatif dalam tercapainya proses pendidikan, dan

memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan sebuah bakat dan minat siswa

agar proses pembelajaran yang di tentukan dapat berjalan secara optimal.

2. Mendorong Siswa Berfikir Kritis

Mendorong siswa berfikir kritis adalah sebuah usaha yang di lakukan oleh

guru untuk mejadikan peserta didik dapat merespon stimulasi berfikir kritis,

seperti mendorong peserta didik menjelaskan suatu yang berkaitan dengan

pelajaran, mendorong peserta didik untuk dapat melaksanakan evaluasi

pembelajaran, mendorong peserta didik dapat terampil dalam mengomentari

sebuah jawaban temannya atau terampil membuat pertanyaan, dan mendorong

peserta didik untuk menyelesaikan sebuah masalah yang menjadi tanggung

jawabnya.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini dapat di susun sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam Bab I ini mendeskripsikan konteks penelitian, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah,

dan sistematika pembahasan.


Bab II Kajian Pustaka. Bab II akan membahas sebuah teori-teori berkaitan

dengan upaya guru sebagai fasilitator untuk mendorong siswa berfikir kritis.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini menjelaskan sebuah metode penelitian

yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya, meliputi teknik

pengumpulan data, lokasi penelitian, teknik penentuan informasi dan teknik analisis

data.

Bab IV Paparan Data dan Hasil Penelitian. Bab ini, peneliti nanti akan

memaparkan sebuah data yang di peroleh baik dari awal pelaksanaan penelitian

sampai pada penyajian data.

Bab V Pembahasan, di Bab V ini menjelaskan tentang sebuah analisis data yang

sudah digalih dan diolah untuk menjawab pertanyaan di rumasan masalah yang sudah

di paparkan di bab 1.

Bab VI Penutup. Dalam bab yang terhir ini berisikan tentang sebuah kesimpulan

dari semuah hasil penelitian dengan cara menyeluruh dan di bab penutup ini di

lanjutkan dengan memberi saran-saran serta perbaikan dari segala kekurangan dalam

penelitian ini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepektif Teori

1. Konsep Upaya Guru Sebagai Fasilitator

a. Pengertian Guru

Sejatinya guru adalah orang tua ke dua bagi peserta didik, yang berupaya

memberikan jalan yang baik untuk mengantarkan peserta didik pada pintu ke

suksesan. Pengertian guru menurut M. Mizan Ansori dan Agung Rimba

Kurniawan adalah orang yang sudah berumur lebih dewasa, yang menyebabkan

guru berkewajiban memberikan suatu ilmu atau pendidikan kepada peserta didik.

Predikat yang di pegang oleh orang dewasa tersebut adalah berpredikat

sebagai ayah atau ibu, guru, ustadz atau ustadzah, dosen ulama dan lain-lain.4

Dalam UU No. 20 tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat (2) menjelaskan

seorang guru yang bertugas sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.5

b. Peran Guru

4
Asrori Mizan, Rimba Kurniawan Agung. Peran Gurur Dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan. Artikel
Ilmiah: PGSD, FKIP, Universitas Jambi.
5
UU Nomer 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat (2)
Dalam dunia pendidikan guru menjadi penentu bagi kesuksesan peserta

didiknya, oleh sebab itu peran seorang guru menjadi hal yang sangat wajib bagi

lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang di dalamnya tidak terdapat

tenaga didik yang sering di sebut guru seperti jiwa tampa jantung. Jadi artinya

suatu pendidikan tidak akan berjalan tampa peran dari seorang guru. Menurut

Habel (2015: 15) Peran adalah aspek dinamis dari kependudukan atau status.6

Seseorang yang menjalankan peran yang telah menjadi kewajibannya atau atas

dasar kedudukannya, maka berarti orang tersebut telah mejalankan peran yang

telah dia dapatkan. Contohnya seperti tenaga didik atau yang sering kita sebut

dengan guru. Kehadiran guru dalam dunia pendidikan sangat berperan sekali,

khususnya saat melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Karna peserta

didik membutuhkan peran guru untuk mengoptimalkan dan memperkembang diri

dan bakat yang peserta didik punya. Tampa adanya peran seorang guru sangat

mustahil kalau peserta didik dapat mengoptimalkan bakat dan minat yang ia

punya, oleh karna itu guru akan menjadi jambatan bagi kesuksesan peserta

didiknya. Hal ini akan berdasar pada suatu pemikiran mansia yang hidup sebagai

mahluk sosial, yang membutuhkan bantuan dan dorongan dari orang lain untuk

mencukupi semua yang berkaitan dengan kehidupannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki peran yang harus di

munculkan. Sofan Amri, (2013:30) menyebutkan seorang guru memiliki peran

saat aktivitas pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1. Korektor

6
Habel. 2015. Peran Guru Kelas Membangun Prilaku Sosial Siswa Kelas V Sekolah Dasar 05 di Desa Setarap
Kecamatan Malinau Selatan Hilir Kabupaten Malinau. E- Journal Sosiatri-Sosiologi Vol. 3 No.2 Hal : 14-2.
Samarinda : Universitas Mulawarman .
Guru menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingah laku, dan

perbuatan peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah evaluator.

2. Inspirator

Guru memberikan inspirasi kepada peserta didik tentang bagaimana cara

belajar yang baik.

3. Informator

Peran guru selanjutnya adalah sebagai informator yang artinya guru

memberikan infomasi mengenai materi yang telah di program dengan baik

dan efektif, selain itu guru memberikan informasi tentang perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Organisator

Guru berperan mengelolah kegiatan yang berkaitan dengan akademik baik

kegiatan intrakulekuler mauapun ekstrakulekuler yang menyebabkan ke

efektivitassan dan efesiensi peserta didik.

5. Motivator

Seorang guru di tuntunt dapat mendorong peserta didiknya memiliki motivasi

yang tinggi dan dapat mendorong peserta didik aktif belajar.

6. Inisiator

Peran guru dalam pendidikan yaiatu menjadi pencetus ide-ide kemajuan

pendidikan dan ke gembiraan siswa saat pembelajaran.

7. Fasiltator
Peran guru yang selanjutnya adalah guru harus berperan sebagai fasilitaor,

yang artinya guru harus menyediakan fasilitas yang memungkinkan bagi

peserta didik agar dapat belajar secara optimal.

8. Pembimbing

Dalam peran ini guru harus mampu berperan sebagai pembimbing bagi

peserta didiknya agar peserta didiknya bisa menghadapi tantangan atau

kesulitan saat proses pembelajaran.

9. Demostrator

Dalam perannya guru di tuntut untuk dapat memperagakan apa yang di

ajarkan dengan peragaan yang bersifat mendidik, sehingga peserta didik bisa

memahami pelajaran dengan baik.

10. Pengelolaan kelas

Guru dalam perannya harus bisa mengelolah kelas dengan baik, karna kelas

merupakan tempat guru dan peserta didik dalam berinteraksi.

11. Mediator

Guru bisa berperan sebagai penyedia dan penengah dalam proses

pembelajaran.

12. Supervisor

Guru dituntut dapat mambantu, menilai dan memperbaiki nilai secara kritis

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

13. Evaluator
Seorang guru hendaknya mampu menilai produk pembelajaran serta proses

pembelajaran.7

Peran yang di jalankan oleh guru yang tujuannya untuk mengembangkan

materi pembelajaran dan bakat minat peserta didik , telah di di tetapakan dalam

Peraturan Pemerintah yang tercantum dalam di nomer 19 tahun 2005 Pasal 20,

yang di isyaratkan bahwa guru diharpakan dapat mengembangkan materi

pembelajaran. Dalam Al- Qur’an juga di jelaskan mengenai peran seorang guru

yang tugasnya menjadi tenaga didik. Firman Allah dalam susrat Al-Baqarah ayat

151, yang berbunyi:

‫كما اسولنا فيكم سوول منكم يتلو عليكم ايا تنا ويزكيكم ويعلمكم الكتاب والحكمة ويعلمكم ما‬

‫لم تكونوا تعلمون‬

Artinya : “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu)

Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan

ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu

Al Kitab dan Al- Hikamah (As Sunah), serta mengajarkan kepadamu apa yang

belum kamu ketahui.

Ayat di atas menjelasakan bahwasanya peran bagi seorang guru yang paling

utama adalah bisa mentrasfer ilmu kepada peserta didik. Uzer Usman

menjelaskan peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang

berkaitan dengan yang di lakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan

dengan kemajuan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi

7
Amri. Sofan (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakakarya.
tujuaannya.8 Tugas guru selain menjadi pengajar guru harus mampu menjadi

suri tauladan yang artinya semua tingkah laku yang di lakukan oleh guru akan

menjadi acuan atau contoh pada perserta didik.

Dilihat dari uraian di atas, dapat di simpulkan banwa peran guru adalah

mendorong siswa dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan diri dan

mengoptimalkan bakat serta kemampuan yang perserta didik punya, selain itu

peran guru yang selanjutnya adalah guru harus mampu menjadikan dirinya

sebagai fasilitator yang tugasnya memfasilitasi peserta didik dalam proses

pembelajaran atau menjadi alternatif peserta didik untuk mengoptimalkan dalam

proses pembelajaran. Guru juga di tuntut bisa menjadi suri tauladan yang semua

tingkah laku dan perkataannya menjadi contoh bagi perserta didik yang

memberikan dorongan untuk belajar dan juga bisa membangkitkan minat belajar

peserta didik.

c. Upaya Guru Sebagai Fasilitator

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru menyampaikan pelajaran

saja belum cukup untuk menumbuhkan peserta didik dalam berfikir kritis. Hal ini

sangat membutuhkan peran guru sebagai fasilitator. Artinya guru sebagai

fasilitaor adalah guru berupaya menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa

memfasilitasi saat proses pembelajaran. Yang bertugas memberi arah, dan

memberi semangat pada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator telah di kemukakan oleh teorinya Wina Senjaya,

yang menyebutkan upaya guru sebagai fasilitator adalah guru berupaya berperan

memberikan alternatif untuk mempermudah peserta didik dalam mengikuti proses

8
Uzer Usman, Menjadi Guru Proprsional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009, h 4
pembelajaran. 9
Teori ini menjelaskan guru harus berupaya menjadikan dirinya

sebagai fasilitator yang memiliki tanggung jawab memberikan pelajayanan yang

baik dan menyediakan fasilitas pembelajaran agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik.

Usaha guru sebagai fasilitator bisa berjalan dengan baik jika sudah

melaksanakan lima indikator, hal ini menurut Wina Senjaya yang menyebutkan

sebagai berikut:

1) Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum

pembelajaran di mulai(seperti RPP, Silabus, Kurikulum, Bahan Evaluasi, dan

Penenilaian)

2) Guru menyediakan fasilitas pembelajaran berupa metode, media serta

peralatan belajar.

3) Guru berindak sebagai mitra, bukan atasan

4) Guru melaksanakan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan dalam

Undang-undang.

5) Guru tidak bertindak sewenang-wenang kepada perserta didik. 10

Dalam teorinya tersebut juga menjelasakan peran guru sebagai fasilitator

memunculkan konsekuensi pada perubahan pola hubungan guru dengan peserta

didik, yang biasanya memiliki sifat “top-down”(atas bawah) berubah menjadi

9
Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2016), hlm.42
10
Muhammad Nurul Farih, Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Sejarah Di
SMA Negeri 1 Kajen Kabupaten Pakalongan, Sekripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
bubungan yang bersifat kemitraan.11 hal ini di tegaskan oleh Sindhunata,

hubungan yang seperti ini ( atas bawah) guru seringkali memposisikan peserta

didik sebagi bawahan dan mejadikan dirinya sebagai atasan yang harus di turuti

semua keinginannya, yang hal ini sama saja cenderung bersifat otoriter, intruksi

bergaya birokat.

Nama fasilitator dalam duania pendidikan semula lebih banyak di gunakan

untuk kepentingan pendidikan orang dewasa atau andragogi. yang di khususkan

untuk lingkungan pendidikan non formal. Tetapi seiring berjalannya waktu

ternyata dalam dunia pendidikan sangat menginginkan pesaran dari seorang

fasilitator yang tujuannya untuk memberi aharan pada peserta didik dalam proses

pembelajaran dan memfasilitasi semua hal yang berkaitan dengan pendidikan

untuk melakukan interkasi dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Jadi intinya, menurut teorinya Wina Senjaya dan Sindhunata upaya guru

sebagai fasilitator maksudnya adalah seorang guru berperan memfasilitasi proses

pembelajaran yang tujuaanya untuk menjapai tujuan pendidikan yang sudah di

rencanakan. Yang perlu kita ketahui bawasanya tugas dari guru sebagai fasilitaor

bukan hanya menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, tetapi membina,

memberi arahan, membimbing, memotivasi dan memberi semangat positif pada

peserta didik agar pendidikan yang kita harapkan dapat berjalan seoptimal

mungkin.

d. Faktor Penghambat Peran Guru sebagai Fasilitator

Menjelasakan usaha guru sebagai fasilitator tidak pernah habis, karna

peranan guru dalam dunia pendidikan bukan hanya sekedar memberi pelajaran

11
Sindhunata, Pendidikan : Kegelisahan Sepanjang Zaman( Yogyakarta : Kanisius, 2005), hlm.8
saja, tetapi dapat memfasilitasi semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

Dalam menjalankan tugasnya guru sebagai fasilitator pasti memiliki hambatan

yang di hadapinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hamabatan

atau rintangan adalah suatau keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaanya

dapat terganggu atau tidak bisa terlaksana dengan baik.

Jannah dan Junaidni (2020:196-196) menyebutkan bahwa

hambatan-hambatan guru dalam pembelajaran seperti berikut :

1. Mendia pelajaran

Media pembelajaran adalah menjadi hal yang menyebabkan hambatan

bagi seorang guru, karna guru harus menyediakan media pembelajaran baik

media pembelajaran visual maupun audio visual, jadi guru harus bisa

mengikuti perkembangan IPTEK

2. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah suatu elemen pembelajaran yang dapat

memberikan informasi pada pserta didik yang di gunakan sebagai acuan

dalam proses pembelajaran agar terciptanya pembelajaran dalam kelas secara

efektif.

3. Bahan Ajar

Pemilihan bahan ajar saat melakukan proses pembelajaran dalam kelas

sangat pentig, karna pemilihan bahan ajar yang tidak sesuai akan

mengakibatkan siswa kurang berkesan saat proses pembelajaran, seperti

siswa mengantuk, berbicara sendiri dan lain-lain. Pemilihan bahan ajar yang
di maksud disini adalah seorang guru harus bisa menfasilitasi sumber belajar

apa yang di minati peserta didik agar proses pembelajaran menjadi efektif.12

Muhammad Nurul Farih ( 2020: 18-20) menyebutkan faktor penghambat

guru sebagai fasilitator sebagai berikut :

1. Faktor kurang pengalaman

Guru yang kurang berpengalaman dalam menerapkan bagaimana peran

guru sebenarnya dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitaor itu

memang tidak gampang. Kadang-kadang guru masi menggunakan peran

lamanya seperti mendominasi kelas, kurang memberi waktu pada peserta

didik untuk mengutarakan tanggapannya, masih sering memihak pada

pada pserta didik, terlalu mengkeritik peserta didik sehingga peserta

didik merasa takut saat ingin mengutarakan pendapatnya atau ingim

menjawab pertanyaan.

2. Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru sebagai

fasilitator

Faktor kedua yang menjadi penghambat guru dalam menjalankan

perannya sebagai fasilitator karna kurangnya wawasan mengenai

bagaimana teori terlebih dahulu tentang peran guru sebagai fasilitator.

Yang hal ini akan berdampak pada perannya yang nantinya guru akan

merasa gugup saat menjalankan perannya dan guru merasa kurang

percaya diri saat memfasilitasi peserta didik saat proses pembelajaran.

3. Faktor minimnya fasilitas sekolah

12
Junnah,M., & Junaidi, J (2020). Faktor Penghambat Guru Sebagai Fasilitator Dalam Pembelajaran Sosiologi
Di SMA 2 Batusangkar. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran. 1(3).
Fasilitas sekolah yang lengkap menjadi faktor pendukung terlaksananya

peran guru sebagai fasilitator. Fasilitas sekolah yang dapat mambantu

guru dalam peroses pembelajaran agar tidak melakukan perannya

sebagai fasilitator dengan cara ceramah dan tanya jawab, maka harus di

sediakan berbagai macam fasilitas yang membatu semisal layar infokus.

Atau tersedianya buku yang dapat menanbah wawasan guru sebagai

fasilitator, jika semisal tidak tersedia buku yang relevan dengan tugas

guru sebagai faslitator akan berdampak kurangnya wawasan guru

sehinnga guru harus mencari informasi sendiri.

4. Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat

Faktor ini sangat mempengaruhi gaya guru saat belajar, jika guru sering

menggunakan cara mendikti pada proses pembelajaran di dalam kelas

akan berdampak pada kurang maksimalnya peran guru sebagai fasilitator.

Jika guru masih menggunakan caranya sendiri seperti guru masi terbiasa

mengajar di dalam kelas dengan menggunakan metode caramah juga

akan berpengaruh pada perannya yang seharusnya menjadi fasilitator

saat proses pembelajaran. Usaha guru untuk keluar dari kebiasaan

lamanya memang masih kurang. Oleh karna itu perlu adanya usaha yang

sangat kuat.13

2. Konsep Berfikir Kritis

Prof.Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si mengemukakan pengertian berfikiri kritis

adalah berfikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala sesuatu

13
Muhammad Nurul Farih, Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Sejarah Di
SMA Negeri 1 Kajen Kabupaten Pakalongan, Sekripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
yang di anggap tidak tepat dengan cara yang baik.14 berfikir kritis sangat penting

dalam proses pembejaran, peserta didik yang memiliki kemampuan berfikir kritis

dia akan terus menanyakan dan akan memikirkan sencara matang segala sesuatu

yang dia anggap kurang tepat. Berfikir kritis memiliki nilai penting dan bersifat

positif dalam nilai-nilai pembelajaran, contohnya ketika peserta didik mampu

menyimpulkan kesimpulan dengan benar. Peserta didik yang memilki

kemampuan berfikir kritis lebih pekah, agresif, tanggap dan tajam cara

pemikirannya dalam menyikapi informasi-informasi yang di hadapinya.

Dalam berfikiri keritis terdapat indikator yang terdapat dalam kemampuan

berfikirik kritis. Menurut Desmita ada lima karakteristik indikator yang dapat di

jumpai dalam kemampuan berfikiri kritis :

1. Kemampuan untuk menarik kesimpulan dan pengamatan.

2. Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi

3. Kemampuan untuk berfikri secara deduktif

4. Kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis

5. Kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang

kuat.15

Konsep berfikir kritis yang telah di uraikan di atas dapat di simpulkan bahwa

siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis akan lebih mudah memberi

kesimpulan, akan menanyakan hal yang menurutnya kurang benar, dan peserta

14
Rahardjo, Mudjia. 2010. melatih Berfikiri Kritis. http://mudjiarahargjo.com/artikel/169.html1?task=view.
diakses 12 September 2021
15
Desmita. (2010). prikologi Perkembangan Peserta Didik ; Panduan Bagi Orang Tuan dan Guru dalam
Memahami Psikologi Ana, Usia SD,SMP, dan SMA. Bandung: Resmeja Rosdakarya.
didik akan lebih tajam, pekah, agresif, tanggap dalam berfikir, dan mengomentari

dengan cara sopan.

3. Peran Guru dalam Mendorong Berfikir Kritis

Mendorong peserta didik berfikir kirtis itu adalah sebuah kewajiban yang

harus guru kembangkan dalam proses pembelajaran.Guru dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuh kembengkan kemampuan

berfikir kritis dengan cara menggunakan model-model pembelajaran yang bisa

meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Semisal dengan menggunakan medel pembelajaran Problem Based Learning, dan

lain sebagainya. Yang sekiranya siswa dapat tampil aktif saat proses

pembelajaran, hendaknya guru menggunakan model pelajaran yang cocok ontuk

pengembangan berfikiri kritis pada peserta didik.

Zubaidah dalam penelitianya menjelaskan berfikir tingkat tinnggi atau

berfikir kritis merupakan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan telah di ketahui

berperan dalam perkembnagkan moral, perkembangan sosial, perkembangan

mental, perkembangan kognitif, dan perkembangan sains.16

kowiyah dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa dalam pendidikan saat ini

sangat di butuhkan perkembangan berfikir kritis, menurutnya ciri-ciri yang

memiliki kemampuan berfikir kritis sebagai berikut:

1. Mengenal masalah

2. Menemukan cara menagani masalah

3. Mengumpulkan dan mengumpulkan sebuah informasi

16
Zubaidah Siti. Berfikir Kritis : Kemampuan Berfikir Tigkat Tinggi yang Dapat di Kembangkan Melalui
Pembelajaran Sains. Universitas Negeri Malang. 2010
4. Mengenal asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tetap, jelas dan khas

6. Menilai fakta dan mengivaluasi pertanyaan

7. Mengenal adanya hubungan yang logis

8. Menarik kesimpulan

9. Menguji kesamaan dan kesimpulan seseorang

10. Menyusun kembali pola keyakinan seseorang, berdasarkan pengalaman

yang lebih17

Kesimpulannya peran guru dalam mendorong siswa berfikir kritis adalah

sebuah kewajiaban, yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan berfikir

kritis pada peserta didik. Upaya guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir

kritis pada siswa dapat di lakukan dengan berbagai cara, semisal dengan

menggunakan model pembelajaran yang tujuannya untuk meningkatkan keaktifan

peserta didik saat melakukan pembelajaran, yang nantinya akan membangun

berfikir kritis siswa berkembang.

4. Konsep Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan sosial

Ilmu Pengetauan Sosila (IPS) merupakan terjemahan dari Sosial Studies

yang memiliki arti ilmu-ilmu sosial yang di sederhanakan untuk tujuan

pendidikan yang meliputi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu

politik, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu geografi dan filsafat yang

17
Kowiyah,” Kemampuan Berfikir Kritis”, Jurnal Pendidikan Dasar. 3(6) pp 175-179
dalam prakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan

perguruan tinggi. 18

Jika kita menganalisis dan amati arti dari Sosial Studies adalah sebagai

berikut:

a. Sosial Studies turunan dari ilmu sosial

b. Disiplin ini digunakan untuk memenuhi tujuan pendidikan pada

tingkat persekolahan maupun tingkat perguruan tinggi.

c. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu pengetahuan sosial itu

perlu disleksi sesuai dengan tujuan tersebut.19

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas tentang bagaimana hubungan

antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat peserta didik

tumbuh dan juga berkembang sebagai bagian dari masyarakat. Dan dapat

tumbuh dengan adanya masalah yang ada di sekitarnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebuah kajian ilmu yang di dalamnya

mengkaji isu-isu sosial yang membahas sebuah konteks pristiwa, konsep,

fakta, generalisasi. Penetapan tema yang di bahas dalam pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial biasanya berkaitan dengan fenomena-fenomena

masyarakat di masa lampau atau masa sekarang dan bisa juga membahas

fenomena-fenomena masa yang akan mendatang. Mata pelajaran yang di

terapkan di jenjang SMP/MTS pada mata pelajaran IPS meliputi materi

Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Harapannya, dengan adanya

18
Nasution, todi, dan Maulana Arifat Lubis (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta : Samudra Biru
19
Nasution, todi, dan Maulana Arifat Lubis (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta : Samudra Biru
pelajaran IPS ini di harapkan peserta didik dapat mengetahui dan paham apa

arti cinta terhadap tanah air, dapat menjadi warga negara yang mematuhi

undang-undang yang di tetapkan di Indonesia.

Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan, Ilmu Pengetahuan Sosial

adalah sebuah kajian ilmu sosial yang di dalamnya memiliki cabang-cabang

seperti geografi, ekonomi, sejarah sosiologi, filsafat dan antropologi. Dalam

IPS sendiri juga membahas bagaimana hubungan manusia dengan

lingkungan sekitarnya agar dalam hubungan ini dapat terarah dengan baik.

Sedangkan tujuan dari IPS dalam pendidikan adalah untuk myadarkan

peserta didik pentingnya menjadi warga negara yang demoratis dan patuh

terhadap undang-undang.

b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berbeda dengan mata pelajaran

lain yang sifatnya monotorik. Berbeda dengan mata pelajaran ilmu

pengetahuan sosial yang mengintegrasikan dari di siplin-siplin ilmu yang

meliputi : Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, hukum, dan Budaya.

Rumusan ilmu pengetahuan berdaarkan fenomena dan realitas sosial yang

menggunakan pendekatan interdisipliner. Yang hal ini karakteristik dari mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SMP/MTS sebagai berikut :

a) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah gabungan dari unsur-unsur Geografi,

Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, Hukum, Politik, Kewarganegaraan,

Humaniora, pendidikan dan Agama.

b) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan Geografi, Ekonomi,Sejarah, dan Sosiologi yang dikemas


dengan sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik

(tema) tertentu.

c) Santar kompetensi dan kompetensi dasar juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang di rumuskan dengan pendekatan interdisiplinier dan

multidisiplinier.

d) Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab

akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingungan, struktur,

proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar

survive seperti penemuan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan

keamanan.20

c. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial itu sangat luas sekali,

tapi paling penting tujuan dari adanya mata pelajaran ilmu pengetahuan

sosial adalah peserta didik bisa menerapkan rasa cinta pada tanah air, dapat

berfikir secara rasional dan bisa menjadi orang yang memilki jiwa

demogratis.

Terdapat rincian tunjuan adanya mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial

sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan

lingkungan.

20
Sudrajat, Akhamad. (2011) Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). diakses pada tanggal
14 September 2021, dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin

ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

3. Memiliki kometmen dan ke sadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memilki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,

nasioanal dan global.21

B. Kerangka Berfikir

Masalah kurangnya peran guru sebagai fasilitator di dunia pendidikan yang dapat

menumbuhkan kebiasaan berfikir kritis menjadi musibah pada proses tercapainya

pendidikan yang di harapkan. Pendidikan yang hebat bisa mengantarkan peserta

didiknya menuju kesuksesan. Hal ini di perlukan adanya upaya guru yang

menjadikandikan dirinya sebagai fasilitator yang dapat mendorong peserta didik

berfikir kritis tentunya pada pembelajaran IPS.

Berangkat dari masalah yang terjadi pada saat ini, peneliti memfokuskan

penelitiaannya tentang upaya guru IPS sebagai fasilitator dengan menggunakan teori

yang di utarakan oleh Wina Senjaya dan Sindhunata, yang nantinya akan diketahui

bagaimana upaya guru sebagai fasilitator yang di diterapkan di MTS Miftahul Ulum

Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik, selanjutnya peneliti akan

21
Nofiaturrahma, Fifi (2015). Pembelajara Ilmu Pengetahuan Sosial untuk MI yang Menyenangkan. Jurnal: IAIN
Kudus.
mengamati apa saja aspek berfikir kritis peserta didik yang sering muncul saat guru

berupaya menjadikan dirinya sebagai fasilitator pada pembelajaran IPS peneliti

menggunakan indikator yang di utarakan oleh Desmita, yang nantinya bisa dikatahui

aspek berfikir seperti apa yang muncul dan yang tidak muncul pada pembeljaran IPS.

Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan mengenai apa hambatan yang di hadapi

guru IPS sebagai fasilitator , yang di jelaskan oleh Muhammad Nurul Farih mengenai

faktor penghambat guru sebagai fasilitator.

Dari penjelasan yang telah di uraikan di atas mengenai kerangka berfikir, maka

pebeliti menggambarkan karangka berfikir tersebut ke bentuk skema agar

mempermudah memahaminya :
Upaya Guru IPS sebagai Fasilitator dalam Mendorong Siswa Berfikir Kritis
pada Pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan
Sangkapura Kaupaten Gresik

Sumber
Upaya guru sebagai fasilitator
Wina Senjaya (2016)
&

Upaya apa yang diterapkan guru


fasilitator di MTS Miftahul
Ulum Kareteng Kecamatan
Sangkapura Kabupaten Gresik

Kemampuan berfikir kritis


peserta didik MTS Miftahul Sumber
Ulum Kareteng Kecamatan
Sangkapura Kabupaten Gresik Desmita (2010)
yang sering muncul

Hambatan yang di hadapi guru Sumber


sebagai fasilitator Muhammad Nurul Farih
(2020)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul tentang upaya guru IPS sebagai

fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS

Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Bogdam dan Taylor menjelaskan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.22 Penelitian kualitatif merupakan suatu

penelitian yang lebih menekankan pada pemahaman secara mendalam dan dapat

mendeskripsikan suatu fenomina, aktivitas sosial, peristiwa, presepsi, kepercayaan,

sikap, pemikiran sikap orang secara individu maupun kelompok.

Dalam penelitian ini peneliti nanti akan memulai dengan observasi kemudian data

yang di dapatkan di kumpulkan, kemudian peneliti melakukan wawancara secara

mendalam setelah itu peneliti melakukan obeservasi kembali untuk mencocokkan

apakah sama dari hasil wawancara dengan realita yang ada di lapangan dan untuk

langkah selanjutnya peneliti menganalisis data.

Dalam penelitiannya peneliti meneliti tentang upaya guru IPS sebagai fasilitator

dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS Miftahul

Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapuran Kabupaten Gresik. Sehingga peneliti dapat

22
Suwendera, I wayan. (2018) . Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan,
dan Keagamaan. Bandung: Nilacakra Publishing House.
di golongkan pada penelitian kualitatif deskriptif yang artinya penelitian ini

berupaya mengambarkan suatu fenomena yang terjadi di tempat penelitian. Oleh

karna itu peneliti berusaha keras untuk mendaptkan hasil penelitian yang baik

dengan cara meneliti secara rinci, intens, lengkap dan juga secara mendalam

mengenai upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis

pada pmebelajaran IPS.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam penelitian yang berjenis kualitatif

karena kehadiran peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Kehadiran

penelitian dilapangan adalah human instrumen yang memiliki tugas menganalisis

data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari apa yang di temukan

dilapangan.23

Kehadiran peneliti ketika penelitian, sangat berperan sekali karena peneliti selain

menjadi istrumen untuk mengumpulkan data, peneliti berkolaborasi dengan guru

mata pelajaran IPS untuk melakukan kerjasama. Selain itu peneliti bertugas

mengamati aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran serta bertugas menjadi

pewawancara dengan subyek penelitian yaitu guru mata pelajaran IPS dan peserta

didik.

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat penuh yang artinya

dapat terlibat secara langsung dilapangan. Yang tujuannya agar mengetahui

bagaimana upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong perserta didik

berfikir kritis pada pembelajaran IPS, aspek berfikri apa yang sering muncul dan

23
Afrita syari, I, Imron, A, & Arifin, I. (2018) Manajemen Hubungan Sekolah dengan Dunia Usaha Industri
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Vokasional: JAMP. Volume 1 Nomer 3
September 2018, Hal : 313-319
agar dapat mengetahui kesulitan atau hambatan guru dalam menjalankan tugasnya

sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksana di MTS Miftahul Ulum Kareteng, yanng berlokasi di Jl.

Kareteng No. 02 Bululanjang, Kecamatan Sangkapuran Kabupaten Gresik, Jawa

Timur 61181. Alasan dan pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut karena lokasinya yang mudah di jangkau, berada di kawasan

pelosok desa, dan juga terdapat masalah tentang tugas guru sebagai fasilitator, dan

berfikir kritis siswa yang rendah. Berangkat dari permasalahan ini peneliti tertarik

ingin melakukan penelitian tentang masalah yang terjadi di sekolah tersebut yaitu

tentang bagaimana upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa

berfikikir kritis pada pembelajaran IPS di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan

Sangkapura Kabupaten Gresik. karena kemampuan siswa berfikir kritis dalam

sebuah proses pembelajaran menjadi hal yang paling utama untuk mewujudkan

sebuah pendidikan yang sukses.

D. Data Dan Sumber Data

Sumber data yang di peroleh dalam peroses penelitian ini mengambil data yang

bersumber pada guru dan peserta didik di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan

Sangkapura Kabupaten Gresik. Peneliti dalam menggalih data dengan melakukan

observasi lapangan, wawancara, dokumentasi dan literatur yang berkaitan dengan

hal-hal penelitian.

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana peneliti

mendaptkan data yang di peroleh, sumber data dalam penelitian ini adalah guru yang

mengajar pelajaran IPS dan peserta didik. Data yang dimaksud ialah data yang
berkaitan dengan upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikiri

kritis pada pembelajaran IPS. Oleh karena itu dalam penelitian ini di perlukan

sebuah keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Jenis data yang terkumpul

dari data primer dan data sekunder.

a). Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari narasumber dengan cara

langsung, atau data yang di peroleh dari wawancara yang menjadi hal yang utama

dalam penelitian, hasil observasi dan pengamatan selama melakukan penelitian.24

dalam sumber data di catat melalui sebuah catatan berupa tulisan, di rekam atu difoto.

Sumber data yang digunkan peneliti dalam penelitian ini pada saat di lapangan

peneliti bisa menggunakan sumber data berupa rekaman wawancara kemudian

foto-foto terkait tentang upaya guru IPS sebagai Fasilitator dalam mendorong siswa

berfikri kritis pada pembelajaran IPS dan sarana dan prasaran.

b) . Data Sekunder

Data skunder adalah data yang digunakan sebagai pendukung dari data

primer, yang artinya data sekunder itu data yang didapatkan dari pihak kedua.

Sumber data yang di dapatkan dari data sekunder melalui sumber tulisan, arsip dan

dokumen yang di dalamnya terdapat visi misi sekolah, tujuan, program kegiatan dan

lain-lain. Data sekunder cara mendapatkannya langsung dari berbagai literatur yang

di dalamnya terdapat hubungan dengan masalah yang diteliti yang meliputi,

penelitian terdahulu, jurnal penelitian, situs internet, dan artikel.25 Dalam penelitian

24
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : ALFABETA,2012), hal. 139.
25
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung : ALFABETA,2017), hal. 137.
ini saat ada di lapangan sumber data sekunder yang di dapatkan berasal dari visi misi

sekolah, tujuan dan program kegiatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan informasi-informasi yang ditemukan di lapangan. Dalam

pengumpulan data pada penelitian itu tergantung pada jenis penelitian yang di

gunakan. Penelitian kualitatif dalam pengumpulan data yang diperoleh pada saat

penelitian terdapat beberapa tahapan yang memiliki keterkaitan. jenis penelitian

kualitatif data yang di dapatkannya tidak berupa angka-angka melainkan berupa

deskripsi cerita yang tersususn dan terperinci serta interpretasi fenomena26

Teknik pengumpulan data yang terdapat pada metode penelitian kualitatif

menurut ungkapan Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metodelogi Penelitian

Kualitatif dan R&D yaitu ada tiga jenis :

1) . Observasi

Observasi merupakan sebuah pengamatan yang digunakan untuk mengamati

suatu obyek dengan cara terjun langsung kelapangan yang tujuannya untuk

mengetahui masalah yang ada dilapangan secara langsung. Data yang di hasilkan

dalam teknik pengumpulan data ini adalah berupa data kualitatif. Data yang di

peroleh saat melakukan penelitian tidak di peroleh di belakang meja, maksudnya

di proleh di luar lapangan tetapi di peroleh di tempat penelitian langsung,

data yang di dapatkan saat melakukan observasi berupa gambaran sifat, prilaku,

26
Raco, R, Metode Peenelitian Kualitatif Jenis, Karakter, dan Keunggulannya (Jakarta : PT. Grasindo, 2010) hal,
112.
kelakuan, keseluruhan interkasi antar manusia, interkasi dalam sebuah organisasi

atau lembaga. 27

Bentuk obsevasi dalam penelitian kualitatif menurut Ratchliff dalam bukunya ada

tiga bentuk di antaranya sebagai berikut :

1. Obsevasi Partisipasi( Participant Observation)

Observasi partisipasi ialah cara pengumpulan data dimana pengamat atau

peneliti mengikuti kegiatan atau berpartisipasi secara langsung di lapangan.

Artinya peneliti ikut langsung atau terlibat dalam kegiatan di tempat penelitian.

2. Observasi Non-Partisipasi (Non-Participant Observation)

Observasi non-partisipasi ialah pengumpulan data pada penelitian kualitatif

dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas di lapangan melainkan

peneliti hanya mengamati semua kegiatan yang ada di lapangan.

3. Observasi Sistematik

Observasi sistematik adalah observasi yang memiliki cara yang tersusun,

terencana dan terarah sebelum terjun langsung pada tempat penelitian. (Ratchilff

D, 2001:75)

Dalam paparan diatas mengenai macam-macam observasi yang dapat di

gunakan dalam penelitian kualitaif, peneliti dalam penelitian ini menggunakan

jenis observasi non-partisipasi yang artinya peneliti terjun langsung ke tempat

penelitian untuk menggalih data dan mengamati semua problematika yang ada di

tempat penelitian tetapi dalam proses kegiatan di tempat penelitian peneliti hanya

27
Ibid,
mengamati semua aktivitas yang ada di MTS Miftahul Ulum Kareteng

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik.

Peneliti dalam penelitian ini mengamati semua kegiatan yang ada di tempat

penelitian, tujuannya untuk memperoleh data yang nantinya peneliti di gunakan

sebagai pandangan secara menyeluruh. Dalam penelitian ini peneliti meneliti di

salah satu lembaga pendidikan yang di naungi oleh yayasan pondok pesantren.

Penelitian ini dilakukan di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura

Kabupaten Gresik untuk memperoleh data yang berkaitan dengan upaya guru IPS

sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis, kemudian aspek berfikir

kritis apa yang muncul saat guru menerapkan tugasnya sebagai fasilitaor dan

hambatan apa yang di hadapi guru saat melakukan tugasnya sebagai fasilitator.

2) . Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan face to face yang bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih

mendalam, salah satu dari mereka mengajukan pertanyaan (pewawancara) dan

satunya lagi menjawab pewawancara yang di sebut dengan (narasumer).28

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa

wawancara, yang mana dilkukan pada guru mata pelajaran IPS dan peserta didik.

Hal yang di tanyakan pada saat wawancara peneliti memberi pertanyaan terkait

dengan upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong sisiwa berfikir kritis

pada pembelajaran IPS.

3) Dokumentasi

28
Fadhallah, Wawancara. (Jakarta Timur: APPTI, 2020) hal, 1
Dokumentasi merupakan cara mendapatkan data dengan cara menghimpun

semua data baik data berupa tulisan, gambar, rekaman atau bisa di sebut dengan

eletronik.29 dalam penelitian ini nanti peneliti bisa mengumpulkan data melalui

sejarah sekolah, visi dan misi, struktur organisasi, geografis, kualitas tenaga

kependidikan, sarana dan prasaran dan jumlah peserta didik.

F. Analisis Data

Analisi data ialah sebuah cara yang digunakan dalam penelitian untuk

mengelolah data menjadi sebuah informasi sehingga sifat dari data tersebut dapat

dipahami dan bisa menjadi solusi dalam permasalahan penelitian. Analisis data

merupakan usaha mencari dan menata data dengan cara sistematis hasil dari

observasi, wawancara dan dokumentasi saat melakukan penelitian, yang mempunyai

tujuan untuk mempermudah peneliti dalam mencari makna dalam masalah yang ada

dalam penelitian ini.30

Penelitian ini menggunakan analisa yang di kemukakan oleh teori Miles dan

Hurberman. Analisa data yang di kemukakan Miles Huberman mempuanyai

beberapa langka-langkah.31

29
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Romaja Rosdakarya,2010,) hal
2211
30
Rijali Ahmad, (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Aladhara: Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018
31
Miles,M.B. Huberman,A.M, dan Saldana,J, Qualitative Data Analisi, Amethods Sourcebook, edition, 3. USA:
Sage Publication. Terjemahan Tjetjep Rohindi, ( UI-Press, 2014), hal.14
Data collection Data display

Data Conelusions:
condasation drawing/verifyi
ng

Komponen Analisa Data Model Interaktif

a) Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data di dapatkan dari

hasil wawancara, observasi dan hasil dokumentasi. Saat melakukan

penelitian di lapangan terdapat dua cacatan yaitu catatan deskriptif dan

catatan reflektif. Mengenai cacatan deskriptif adalah sebuah catatan yang di

dapatkan tentang apa yang di amati saat di lapangan seperti dilihat, didengar,

dan juga yang dialamin sendiri oleh peneliti saat penelitian di lapangan

tampa bantuan penafsiran dan tanggapan dari peneliti pada apa yang dialami.

Untuk catatan reflektif adalah sebuah catatan yang diperoleh dari sebuah

komentar, pendapat kesan dan tafsiran peneliti mengenai temuan yang di

jumpai saat penelitian.

Penelitian ini nanti peneliti bisa menggunakan jenis observasi

non-partisipasi yang nantinya peneliti melakukan wawancara pada guru IPS

dan pserta didik mengenai upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam

mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS.

b) Kondensasi Data
Penyederhadaan atau kondensasi data adalah sebuah proses

penyederhanaan data yang memfokuskan data yang sedang di teliti peneliti,

yang artinya data yang tidak sesuai dengan penelitian dibuang dengan ini

peneliti lebih mempermudah untuk menganalisis data yang diperoleh saat

penelitian.

Dalam penelitian nanti peneliti bisa melakukan wawancara pada guru

IPS dan peserta didik di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan

Sangkapura Kabupaten Gresik. Saat penelitian ini di laksanakan, peneliti

lebih memfokuskan pada batasan peneliti mengenai masalah upaya guru IPS

sebagai fasilitator dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran

IPS. Peneliti dalam tahap ini bisa merekam data yang di peroleh agar lebih

mempermudah nanti menafsirkan atau menyeleksi data yang relevan yang

berfokus pada permasalahan yang ada di penelitian ini.

c) Penyajian Data

Penyajian data atau display data adaah langkah selanjutnya dalam proses

menganalisis data. Pada tahap ini data yang di dapatkan di upayakan dapat

terorganisir dan tersusun agar dapat mempermudah dalam pemahaman.

Dalam penyajian data pada jenis penelitian kualitatif biasanya disediakan

berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori dan lain-lain.

Penyajian data pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan teks yang

bersifat naratif.

Proses ini akan lebih mempermuda peneliti untuk memahami apa yang

terjadi, mempersiapkan renacana apa yang akan dikerjakan pada tahap

selanjutnya berdasarkan pemahaman yang sudah peneliti dapatkan. Dalam


tahap mendisplay data selain dilakukan dengan teks naratif bisa juga

menggunakan grafik, tabel, chert, dan lain-lain.

Data yang di analisis pada penelitian ini berkaitan dengan 3 permasalah

yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah yang berberntuk uraian

singkat mengenai upaya guru IPS sebagai fasilitator dalam mendorong siswa

berfikir kritis pada pembelajaran IPS, aspek berfikir kritis apa yang sering

muncul saat guru menjalankan tugasnya sebagai fasilator, dan kendala apa

yang dihadapi guru saat melakukan tugasnya sebagai fasilitator dalam

mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS. Pasa saat

melaksankan penelitian peneliti bisa mengambil data dari hasil observasi,

wawancara, komunentasi atau pendukung-pendukung lainnya.

d) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah sebuah usaha yang di

lakukan peneliti untuk memahami sebuah makna, pola-pola, penjelasan,

sebab akibat, hal-hal yang sering timbul, dan hubungan yang di temukan saat

penelitian. Dalam penarikan kesimpulan ini peneliti berusaha mengumpulkan

semua hal yang di temukan saat penelitian, tetapi semua yang di uraikan di

atas bila di simpulkan tampa adanya data masi bersifat tentatif, maksunya

masih di ragukan atau masi samar-samar, artinya penelitian ini kalau di

simpulkan dengan adanya data kan lebih graundet. penarikan kesimpulan

adalah lanjutan dari pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data

sehingga hal tersbut yang di temukan dalam penelitian sudah bisa di

simpulkan.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Meleong berpendapat bahwa keabsahan data ialah tahapan yang penting

dalam penelitian yang akan menjamin dan akan meyakinkan orang lain mengenai

penelitian yang dijalankan ini benar-benar absah. Dalam pengecekan keabsahan data

mengenai penelitian ini memerlukan suatu teknik, teknik yang bisa di gunakan untuk

membuktikan bahwa temuan yang di lakukan peneliti benar-benar absah bisa dengan

menggunakan teknik triangulasi.Triangulasi ialah suatu cara yang untuk mengecek

keabsahan data yang menggunakan suatu diluar data untuk keperluan pengecekan

data atau sebagai perbandingan yang di gunakan sebagai pengecekan data itu.32

Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini yaitu kualitatif dengan

menggunakan teknik triangulasi yang nantinya memerlukan cara pengecekan data

dari berbagai sudut pandang, sebagai berikut:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber ialah cara pengecekan atau pengujian suatu data

apakah data itu kridibel atau tidak. Dalam penelitian ini peneliti bisa

melibatkan guru IPS dan peserta didik untuk mendapatkan data yang valid.

2) Triangulasi Teknik

Untuk mengecek keabsahan data membutukan suatu cara yaitu dengan

menggunakan triangulasi teknik yang artinya dalam mengecekan

keabsahan data dalam penelitian ini bisa menggunakan tiga teknik dalam

pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

H. Prosedur Penelitian

32
Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 327
Proses prosedur dalam penelitian ini menggunakan beberapa langkah sebagai

berikut :

1. Tahap Pra-lapangan

a. Dalam tahap ini peneliti nanti bisa melakukan observasi awal untuk

melakukan indentifikasi awal lokasi yang di gunakan untuk melakukan

penelitian yaitu di MTS Miftahul Ulum Kareteng Kecamatan Sangkapura

Kabupaten Gresik.

b. Kemudian peneliti mulai menyususn proposal penelitian, tujuannya agar

penelitian ini terarah dan sistematis.

c. Selanjutnya peneliti mengurus surat perizinan penelitian lapangan, yang di

ajukan kepada pihak fakultas dan nantinya pihak sekolah tempat penelitian

menyetujui surat perizinan tersebut.

d. Peneliti menentukan narasumber yang nantinya peneliti bisa

menggunakan narasumber guru yang mengajar pelajaran IPS dan peserta

didik.

e. Selalanjutnya peneliti menyiapkan instrumen yang di guanakan saat

penelitian. Yang berupa instrumen observasi untuk guru sebagai fasilitator

dalam mendorong siswa berfikir kritis pada pembelajaran IPS dan lembar

observasi untuk peserta didik.

2. Tahap Pengerjaan Lapangan

Pada tahap ini pada saat peneliti terjun kelapangan peneliti memulai

dengan melakukan perkenalan agar memunculkan kesan natural pada saat

penelitian di lakukan. Pada saat ini peneliti mulai menggali data yang
berkaitan dengan penelitian dengan menggunakan teknik wawancara

berdasarkan pedoman wawancara penelitian kualitatif. Selain melakukan

wawancara peneliti juga melakukan observasi dengan membawa lebar

observasi untuk memperoleh data sebanyak mungkin. Untuk memperkuan

teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi peneliti juga bisa

melakukan dokumentasi selama penelitian dilakukan.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data yang di dikumpulkan oleh peneliti berupa data yang

masih mentah, yang mana data yang di peroleh saat di lapangan masi campur

radur dan tidak terarah. Maka dari itu peneliti melakukan tahap analisis data

dengan menggunkan pedoman yang telah di uraikan di atas, agar data yang di

peroleh terarah dan sistemetis.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini, yaitu tahap penulisan laporan peneliti mulai mengkaji

semua data yang di peroleh saat melakukan penelitian dengan menulis

laporan yang berisi semua hal yang di peroleh saat melakukan penelitian

hingga peneliti menemukan makna yang terdapat dalam penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai