GRO
E DIA
D A M
ENA
PR
ISBN 978-602-422-267-3
9 786024 222673
ISBN 978-602-422-268-0
9 786024 222680
ISBN 978-602-422-269-7
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
UP
A G RO
ED I
D A M
NA
PRE
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah
diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:
Kutipan Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dila kukan dalam bentuk
pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).
UP
A G RO
ED I
D A M
NA Heri Herdiawanto
PRE Fokky Fuad Wasitaatmadja
Jumanta Hamdayama
P
ISBN 978-602-422-267-3
RO U
ISBN (E) 978-602-422-800-2
15 x 23 cm
G
xx, 288 hlm
I A
Cetakan ke-3, September 2019
A M ED
Kencana. 2018.0901
NA D Penulis
PRE
Fokky Fuad Wasitaatmadja
Jumanta Hamdayama
Heri Herdiawanto
Desain Sampul
Suwito
Penata Letak
Ria
Penerbit
Prenadamedia group
(Divisi Kencana)
Jl. Tambra Raya No. 23
Rawamangun - Jakarta Timur 13220
Telp: (021) 47864657 Faks: (021) 475-4134
e-mail: pmg@prenadamedia.com
www.prenadamedia.com
INDONESIA
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.
Kata pengantar
P
asca tumbangnya Orde Baru sampai saat ini negara dan bangsa
kita memiliki segudang persoalan dan berbagai situasi pelik
yang menggemaskan. Saat ini, bangsa kita memasuki kondisi
dan arena distorsi parah dalam kehidupan dan penyelenggaraan ne
gara. Konflik antarsuku, merebaknya kejahatan, konflik elit politik,
UP
korupsi yang merajalela dan menggurita, serta perilaku-perilaku lain
RO
yang bertentangan dengan kaidah dan norma dasar negara. Distorsi
I A G
ini kerap menghiasi layar kaca dan berbagai media, baik media dalam
ED
maupun luar negeri. Bangsa ini sekarang terkenal sebagai bangsa yang
A M
intoleran, bengis, rakus, kejam, tidak humanis dan vandalis. Dahulu,
NA D
bangsa ini diberi label sebagai bangsa yang santun, toleran, dan
PRE
beradab.
Dalam konteks kondisi di atas, Orde Reformasi ternyata telah
memunculkan dan menumbuhkan kondisi tersebut. Secara politik,
kenegaraan reformasi telah berhasil dengan membangun sistem, re
gulasi, dan format kelembagaan politik yang jauh lebih baik dari masa
sebelumnya, akan tetapi reformasi yang didasari roh liberalisme telah
membuat fondasi moralitas, etika, dan mentalitas menjadi rontok. Hal
ini ditambah dengan reformasi tanpa didasari grand design atau arah
yang jelas baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Berbagai persoalan yang menyeruak ke lapangan ini membuat
rakyat merindukan kembali sosok Pancasila-ideologi yang selama ini
ditinggalkan. Pancasila merupakan ideologi yang dibentuk berdasar
kan karakter Indonesia yang multietnis, multigeografi, dan multikultur
diharapkan mampu membentengi negara ini dari terpaan nilai-nilai
liberalisme yang berkedok globalisasi dan demokratisasi.
Buku ini hadir dalam upaya memberikan pengetahuan dan pe
mahaman kembali akan eksistensi dan kukuhnya nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya buku ini diharapkan generasi muda, khususnya, dan
spiritualisme pancasila
UP
A G ROPenulis
ED I
D A M
NA
PRE
vi
Daftar Isi
daftar isi
KATA PENGANTAR v
PENDAHULUAN xi
BAB I PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA 1
P
A. Pengertian Ideologi 1
B. Pancasila sebagai ideologi Nasional
RO U 4
G
C. Pengertian Asal Mula Pancasila 6
ED I A
D. Bangsa Indonesia Berpancasila dalam Tri Prakara
E. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
10
11
D A M
F. Pancasila dan Identitas Nasional 17
NA
BAB 2 PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
PRE
BANGSA INDONESIA 35
A. Masa Kerajaan Nasional di Indonesia 35
B. Masa Kerajaan Islam 45
C. Masa Penjajahan Hindia Belanda 50
D. Masa Perjuangan pada Masa Penjajahan 54
E. Masa Pergerakan Kemerdekaan 54
F. Masa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 64
G. Wawasan Keislaman—Kebangsaan 71
H. Konklusi 99
BAB 3 NILAI SPIRITUALISME DALAM FILSAFAT PANCASILA 101
A. Pengertian Filsafat 101
B. Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat 110
C. Falsafah Pancasila Kontempelasi Spiritualisme 119
BAB 4 HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA 139
A. Sejarah Hak Asasi Manusia 139
B. Macam-macam Hak Asasi Manusia 144
C. Hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila 144
vii
spiritualisme pancasila
P
A. Pengertian Paradigma 169
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
RO U 169
G
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi 173
I A
D. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum 175
ED
E. Pola dan Bentuk Demokrasi Ekonomi Pancasila 179
DAM
BAB 7 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI 183
PR
B. Menampilkan Sikap Positif Terhadap Pancasila
sebagai Ideologi Terbuka 189
C. Pancasila dan Ideologi-ideologi Besar di Dunia 191
BAB 8 PANCASILA DAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA 209
A. Latar Belakang 209
B. Arti dan Makna Proklamasi 216
BAB 9 DEMOKRASI PANCASILA 219
A. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi Pancasila 219
B. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila 220
BAB 10 PANCASILA DAN Amendemen UUD 1945 229
A. Pengertian Undang-Undang Dasar 1945 229
B. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 230
C. Makna Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 232
D. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 234
viii
Daftar Isi
UP 257
RO
D. Masa Orde Lama (5 Juli 1959-11 Maret 1966) 265
A G
E. Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)
I
268
ED
F. Masa Reformasi (21 Mei 1998- Sekarang) 270
DAM
DAFTAR PUSTAKA 279
A
TENTANG PENULIS 285
E N
PR
ix
spiritualisme pancasila
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
x
Pendahuluan
Pendahuluan
M
empelajari Pancasila pada saat ini merupakan bagian dari
usaha untuk melestarikan, dan mengamalkannya dari kehi
dupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara saat ini menghadapi tantangan yang sangat besar sekali baik
itu dari dalam maupun dari luar. Globalisasi yang semakin menggu
U
rita di dunia menawarkan berbagai macam gaya hidup yang baru——ta
P
RO
tanan yang baru——dan sistem yang baru. Nilai-nilai globalisasi yang
I A G
memberikan gaya hidup modern, instan, dan hedonis telah menjadi
ED
ideologi yang banyak diminati oleh generasi muda. Di lain pihak, justru
A M
Pancasila sebagai ideologi negara semakin tergerus oleh perkembangan
NA D
zaman, dan kurang diminati untuk dipelajari dan diamalkan dalam
PRE
kehidupan sehari-hari.
Selain tantangan yang muncul dari luar yang sangat besar, Panca
sila juga mengalami tantangan yang tak kalah kuatnya dari globalisasi.
Dinamika masyarakat yang semakin cepat, proses politik yang tanpa
arah dan bentuk, pergeseran nilai-nilai di masyarakat bahkan pola
sistem yang mulai muncul turut memberikan andil yang besar semakin
menjauhkan Pancasila dari generasi muda dan masyarakat Indonesia.
Bila hal ini tidak diantisipasi secara cepat dengan resep yang tepat bisa
jadi kondisi bangsa dan negara semakin berada dalam pusaran ke
hancuran. Oleh karena itu, dibutuhkan cara dan langkah yang cepat
dalam mengantisipasi ini semua.
Salah satu metode yang ampuh dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila melalui pendidikan yang berkesinambungan. Melalui pen
didikan yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat
perguruan tinggi diharapkan generasi muda sekarang memahami arti,
nilai-nilai, orientasi, dan mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan adanya pemahaman mengenai ideologi Pancasila
secara lebih mendalam, diharapkan akan menjadikan bangsa yang
xi
spiritualisme pancasila
P
Tinggi wajib memuat matakuliah pendidikan agama, pendidikan ke
RO U
warganegaraan dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Dalam hal
G
ini, pendidikan kewarganegaraan memuat pendidikan Pancasila di
I A
dalamnya sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi
negara.
ED
A M
Berdasarkan pertimbangan di atas, Direktorat Jendral Pendidikan
D
NA
Tinggi (DIKTI) memutuskan dengan SK No.43/DIKTI/Kep/2006 tentang
PRE
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Ke
pribadian di Perguruan Tinggi.
xii
Pendahuluan
UP
RO
munis) yang disebut trisila——kemudian diperas menjadi ekasila
G
(gotong royong);
–
ED I A
Masa Orba (11 Maret 1966-21 Mei 1998)
M
Pancasila harus dihayati dan diamalkan dengan berpedoman
D A
kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui Tap MPR
NA
No.II/MPR/1978 tentang P4;
PRE
– Masa Reformasi (21 Mei 1998-Sekarang)
MPR melalui Tap MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang Penegasan
Pancasila sebagai dasar negara, yang mengandung makna ideologi
nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara.
2. Landasan Kultural
Landasan kultural adalah landasan yang digali dari nilai-nilai lu
hur budaya bangsa yang sudah ada semenjak berabad-abad lamanya
di Indonesia. Sejak Indonesia masih berbentuk kerajaan-kerajaan di
bumi Nusantara, nilai-nilai Pancasila sudah digali dan dipraktikkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai seperti
kemanusiaan, nilai persatuan-kesatuan, nilai gotong royong, nilai
to
leransi yang tinggi adalah contoh dari banyak nilai yang ada di
masyarakat Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang dari
masyarakat Indonesia yang akhirnya menjadi jiwa karakter dan kepri
badian bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia me
xiii
spiritualisme pancasila
3. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia, merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan berma
syarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pelaksanaan pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi, yaitu:
UP
a. Pembukaan UUD 1945 alinea II (Cita-cita bangsa Indonesia) dan
RO
alinea IV (tujuan dan aspirasi kemerdekaan).
I A G
b. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31, yang isinya adalah bahwa
ED
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
A M
c. UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
NA D
39 ayat 2 yang menyebutkan tentang isi kurikulum, jalur, dan
PRE
jenjang pendidikan wajib yang memuat:
1) Pendidikan Pancasila;
2) Pendidikan Agama; dan
3) Pendidikan Kewarganegaraan.
d. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menetapkan kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendi
dikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa.
e. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 30 Tahun
1990, menetapkan status pendidikan Pancasila dalam kurikulum
pendidikan tinggi sebagai matakuliah wajib untuk setiap program
studi dan bersifat nasional.
f. PP No. 60 Tahun 1999 tentang Dikti Pasal 13 ayat 2.
g. Sejak 1983-1999 silabus pendidikan Pancasila banyak mengalami
perubahan sesuai dengan perubahan yang berlaku dalam masya
rakat.
h. Keputusan Dirjen Dikti No. 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyem
purnaan Kurikulum Inti Matakuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
xiv
Pendahuluan
I A G
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
ED
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehi
A M
dupan bangsa“. “...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
D
NA
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
PRE
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab“.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
4, dinyatakan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan Nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan ber
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, me
miliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri, serta tanggung jawab ke masya
rakatan dan kebangsaan.“
Hal di atas sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 3:
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pen
didikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang.“
xv
spiritualisme pancasila
mengusahakan:
a. Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan
yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri;
b. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional
yang tangguh (mampu menangkal setiap ajaran, paham, dan ideo
logi yang bertentangan dengan Pancasila).
P
nusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa:
a.
RO U
Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab
G
sesuai hati nuraninya.
I A
b. Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
ED
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
A M
c. Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan
D
NA
ilmu pengetahuan dan teknologi.
PRE
d. Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila bertujuan menghasilkan peserta didik ber
sikap dan berperilaku:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
b. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mendukung persatuan bangsa.
d. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan ber
sama di atas kepentingan individu maupun golongan.
e. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial da
lam masyarakat.
Kompetensi pendidikan Pancasila bertujuan untuk menguasai:
a. Kemampuan berpikir.
b. Bersikap rasional.
c. Dinamis.
d. Berpandangan luas sebagai manusia intelektual.
xvi
Pendahuluan
UP
mereka dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
RO
Pancasila.
I A G
M
D. Tridharma Perguruan Tinggi
A ED
NA D
Pendidikan Tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah
PRE
merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat
melainkan senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat.
Menurut PP No. 60 Tahun 1999, perguruan tinggi memiliki tiga tugas
pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi:
1. Pendidikan
Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan pendi
dikan untuk menyiapkan, membentuk, dan menghasilkan sumber
daya yang berkualitas. Tugas pendidikan tinggi adalah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang me
miliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, tekno
logi, dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
me ningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional. Pengembangan ilmu di perguruan tinggi
bukanlah free value (bebas nilai), melainkan senantiasa terikat
xvii
spiritualisme pancasila
2. Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat
objektif dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesai
kan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Dalam
suatu kegiatan penelitian, seluruh unsur dalam penelitian senantiasa
mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik permasalahan, hi
potesis, landasan teori maupun metode yang dikembangkannya.
Dalam khazanah ilmu pengetahuan terdapat berbagai macam
bidang ilmu pengetahuan yang masing-masing memiliki karakteristik
sendiri-sendiri, karena paradigma yang berbeda.
UP
Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial, antropo
RO
logi, dan politik terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang
I A G
berbeda, misalnya pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
ED
Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti se
A M
hingga suatu penelitian harus bersifat objektif dan ilmiah. Seorang pe
D
NA
neliti harus berpegangan pada moral kejujuran yang bersumber pada
PRE
ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian tidak boleh karena
motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan kepentingan primordial
tertentu. Selain itu, asas manfaat penelitian harus demi kesejahteraan
umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian
senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas
serta peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.
xviii
Pendahuluan
E. Budaya Akademik
Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang me
miliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu, masyarakat aka
demik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang meru
pakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah
ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut:
a) Kritis, senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu
untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya mela
lui suatu kegiatan ilmiah penelitian.
b) Kreatif, senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya un
tuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masya
rakat.
UP
RO
c) Objektif, kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar ber
A G
dasarkan pada suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan,
I
ED
uang maupun ambisi pribadi.
M
d) Analitis, suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu me
D A
tode ilmiah yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya
NA
suatu kebenaran ilmiah.
PRE
e) Konstruktif, harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya
baru yang memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.
f) Dinamis, ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembang
kan terus-menerus.
g) Dialogis, dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam
masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta di
dik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendis
kusikannya.
h) Menerima kritik, sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu
setiap insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
i) Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual
akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari
suatu kegiatan ilmiah.
j) Bebas dari prasangka, budaya akademik harus mengembangkan
moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu
kebenaran ilmiah.
xix
spiritualisme pancasila
UP
A G RO
ED I
D A M
NA
PRE
xx
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
1
pancasila sebagai ideologi
bangsa dan Negara
A. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
UP
RO
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara har
I A G
fiah, ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita.
ED
Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan
M
harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar,
D A
pandangan, dan paham.
NA
Kata ideologi pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf Pe
PRE
rancis, yakni Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan “sains tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai
visi yang komprehensif. Ideologi merupakan cara memandang sega
la sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis,
atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat
dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Mar
xisme). Ideologi terdiri dari berbagai keyakinan dan cita-cita yang dipe
luk oleh suatu kelompok tertentu, kelas sosial, bangsa atau suatu ras.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang
menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang
oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan hidup.
21
spiritualisme pancasila
P
kesadaran palsu yang mendominasi masyarakat kapitalis.
d. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi
RO U
G
sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang me
I A
nyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial,
kebudayaan, dan agama.
ED
e.
A M
Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu
D
NA
sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup
PRE
dan ideologi terbuka.
Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.
Ciri-cirinya berupa cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah
dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pe
ngorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya
bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari
tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan
dengan mutlak.
Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-
cirinya, bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan
dari luar, tetapi digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu
sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, me
lainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-
nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung
operasional.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat betapa beragamnya penger
tian ideologi. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai pandangan
22
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
P
ditentukan.
b. Mitos, dalam arti bahwa setiap konsep ideologi selalu memitoskan
RO U
G
suatu ajaran yang secara optimis dan deterministik pasti akan
I A
menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah diten
ED
tukan pula.
A M
c. Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut ke
D
NA
terlibatan optimal atas dasar loyalitas dari para subjek penduduk
PRE
nya (Koento Wibisono: 3).
2. Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi
idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
a. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada
waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan
dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam
dirinya.
b. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin
dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, ber
bangsa, dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi
idealisme ini, melainkan juga berkaitan dengan dimensi realitas.
c. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, me
melihara, dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu se
23
spiritualisme pancasila
3. Fungsi Ideologi
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Sur
bakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak
dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu
masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang
terjadi dalam masyarakat.
Soerjanto Poespowardojo menemukan ada enam fungsi ideologi,
yaitu:
a. Memberikan struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan
yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menaf
P
sirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
b. Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang
RO U
G
memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan
I A
manusia.
ED
c. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegang
A M
an bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.
D
NA
d. Memberikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan
PRE
identitasnya.
e. Memberikan kekuasaan yang mampu menyemangati dan men
dorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tu
juan.
f. Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk
memahami, menghayati, serta memolakan tingkah lakunya se
suai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di da
lamnya.
24
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
dan budaya bangsa. Pancasila tidak mengadopsi dari ideologi yang ber
asal dari luar. Justru, nilai-nilai Pancasila lebih unggul dibandingkan
dengan nilai-nilai ideologi dari luar.
Akan tetapi, dalam perjalanan waktu Pancasila dibuat sedemikian
rupa demi kepentingan penguasa dalam melanggengkan kekuasaan
nya. Sering kali penguasa yang ada memanfaatkan Pancasila untuk ke
pentingan politiknya dengan mengatasnamakan ideologi Pancasila.
Pada masa Orde Baru, Soeharto memperlakukan Pancasila sebagai
satu-satunya asas dan bersifat dogmatis sehingga Pancasila menjadi
berhala negara. Pancasila ditafsirkan secara subjektif dan tertutup bagi
kalangan masyarakat. Akibatnya rakyat tidak begitu mengindahkan
ideologi Pancasila pada masanya.
Jika mencermati kembali kondisi riil bangsa dan negara Indone
sia, terdapat dua alasan yang mendukung pendapat bahwa Pancasila
masih sangat dibutuhkan, yaitu:
1) Secara kodrati, bangsa Indonesia memiliki tingkat pluralitas yang
UP
RO
sangat tinggi. Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku, bu
G
daya, agama, serta secara demografis kondisi wilayah Indonesia
ED I A
sangat luas dengan ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke.
M
Kondisi ini dapat memberikan implikasi positif bagi tumbuh dan
D A
berkembangnya negara dan bangsa. Akan tetapi, keadaan ini akan
NA
juga berdampak negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Di
PRE
sinilah peran Pancasila sebagai perekat bangsa harus mampu
mengikat mereka menjadi satu kesatuan bangsa yaitu bangsa In
donesia.
2) Era modern ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, telah menimbulkan beberapa perubahan yang ada di
dalam masyarakat. Salah satu dampak perubahan tersebut ada
lah gaya hidup di masyarakat, dan transformasi budaya secara
berangsur-angsur. Dalam kondisi ini sering kali masyarakat sudah
tidak memedulikan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan yang
selama ini dipegangnya. Sehubungan dengan hal ini, Pancasila
sebagai ideologi harus mampu menjadi pedoman hidup bagi
rakyat Indonesia dalam mengarungi semua perkembangan yang
terjadi. Dengan masih dipegangnya nilai-nilai Pancasila, bangsa
Indonesia tidak terombang-ambing tanpa arah dan tujuan.
Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-
cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi
25
spiritualisme pancasila
P
hasa kasta brahmana. Adapun bahasa rakyat jelata adalah prakerta.
RO
Menurut Prof. H. Moh. Yamin Pancasila ada dua macam arti, yaitu:
U
G
Panca : artinya lima
I A
Syila : dengan satu i, artinya batu sendi, alas atau dasar
ED
Syiila : dengan dua i, artinya peraturan yang penting, baik, atau se
D A M
nonoh
NA
Dari kata syiila ini dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya
PRE
hal yang baik. Dengan demikian, maka perkataan Pancasyila berarti
batu sendi yang lima, berdasarkan yang lima, atau lima dasar. Adapun
Pancasyiila berarti lima aturan hal yang penting, baik, atau senonoh.
2. Secara Historis
Secara historis, istilah Pancasila mula-mula digunakan oleh ma
syarakat India yang memeluk agama Buddha. Pancasila berarti lima
aturan (five moral principles) yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh
para penganut biasa/awam agama buddha, yang dalam bahasa aslinya
yaitu bahasa Pali. Pancasila yang berisikan lima pantangan yang bu
nyinya menurut ensiklopedia atau kamus Buddhisme:
1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
Jangan mencabut nyawa setiap yang hidup. Maksudnya dilarang
membunuh.
2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami
Janganlah mengambil barang yang tidak diberikan. Maksudnya
dilarang mencuri
26
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
UP
RO
artinya: Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan (pancasila)
A G
itu, begitu pula upacara-upacara adat dan penobatan-penobatan.
I
ED
Selain terdapat dalam buku Negara Kertagama yang masih dalam
M
zaman Majapahit, istilah Pancasila juga terdapat dalam buku Sutasoma
D A
karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma ini, istilah Pancasila
NA
di samping mempunyai arti berbatu sendi yang lima (dalam bahasa
PRE
Sansekerta) juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima,
Pancasila krama, yaitu:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk minum minuman keras.
Demikianlah perkembangan istilah Pancasila dari bahasa Sanse
kerta menjadi bahasa Jawa kuno yang artinya tetap sama dengan yang
terdapat di zaman Majapahit. Pada zaman Majapahit hidup berdam
pingan secara damai kepercayaan tradisi agama Hindu Syiwa dengan
agama Buddha Mahayana dan campurannya, Tantrayana. Adapun
Mpu Prapanca sendiri kemudian menjabat dharmadyaksa ring kaso
gatan yaitu penghulu (kepala urusan) agama Buddha.
Sesudah Majapahit runtuh dan Islam tersebar ke seluruh Indo
nesia, maka sisa-sisa dari pengaruh ajaran moral Buddha yaitu Pan
casila masih terdapat juga dan dikenal masyarakat Jawa sebagai lima
27
spiritualisme pancasila
larangan (pantangan, wewaler, pamali) dan isinya agak lain yaitu yang
disebut “Ma Lima” yaitu lima larangan yang dimulai dari kata “ma”.
Larangan tersebut adalah:
1. Mateni : artinya membunuh.
2. Maleng : artinya mencuri.
3. Madon : artinya berzina.
4. Madat : artinya menghisap candu.
5. Maen : artinya berjudi.
Lima larangan moral atau “Ma Lima” ini dalam masyarakat Jawa
masih dikenal dan masih juga menjadi pedoman moral, tetapi nama
nya bukan Pancasila, tetapi tetap “Ma Lima”.
3. Secara Terminologis
Secara terminologis, yaitu dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal
P
1 Juni 1945, Pancasila digunakan oleh Bung Karno untuk memberi
RO
nama pada lima prinsip dasar negara Indonesia yang diusulkannya.
U
G
Istilah tersebut sendiri diberikan dari seorang teman yang ahli bahasa
I A
terutama bahasa Sanksekerta.
ED
Pada 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, keesokan harinya 18
A M
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 yang sebelumnya masih meru
D
NA
pakan rencana di mana dalam pembukaannya memuat rumusan lima
PRE
dasar Negara Republik Indonesia yang diberi nama Pancasila. Artinya,
lima dasar yang dimaksud yakni dasar falsafah negara Republik In
donesia yang isinya sebagaimana tertera dalam alinea IV bagian akhir
Pembukaan UUD 1945.
Pancasila yang semula berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti
lima aturan hal yang penting, dan selanjutnya “Ma Lima” dalam baha
sa Jawa Kuno berarti lima pantangan yang kesemuanya itu digunakan
dalam agama Buddha, yang akhirnya Pancasila menjadi bahasa Indo
nesia yang dipakai sebagai istilah untuk nama dasar filsafat negara Re
publik Indonesia sampai sekarang.
Di samping perkembangan arti istilahnya, penulisannya pun me
ngalami proses perkembangan. Menurut ejaan aslinya ditulis huruf
latin pertama-tama, ditulis dengan Panca-Syila. Kemudian dise su
aikan dengan ejaan Bahasa Indonesia lama menjadi Pantja-Sila. Ka
rena istilah Pancasila dipakai nama dasar filsafat negara yang isinya
merupakan satu kesatuan, maka menurut Prof. Notonagoro penu
lisannya tidak dapat dipisahkan, tetapi harus dirangkai jadi satu yaitu
28
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
UP
penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini telah menimbulkan se
RO
mangat berbangsa yang satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu
G
yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya menjadi latar belakang para
ED I A
pemimpin yang mewakili atas nama bangsa Indonesia memandang
M
pentingnya dasar filsafat negara sebagai simbol nasionalisme.
D A
Kajian pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau
NA
dari aspek kausalitasnya dan tinjauan perspektifnya dapat dibedakan
PRE
menjadi dua, yaitu: aspek asal mula langsung dan aspek asal mula tidak
langsung.
29
spiritualisme pancasila
UP
RO
pandangan hidup bangsa Indonesia seperti yang dilukiskan oleh
A G
Ir. Soekarno dalam tulisannya “Pancasila adalah lima mutiara ga
I
ED
lian dari ribuan tahun sap-sapnya sejarah bangsa sendiri.”
D A M
NA
PRE
D. Bangsa Indonesia BerPancasila dalam
Tri Prakara
Dengan nilai adat istiadat, nilai budaya, dan nilai religius yang
telah digali dan diwujudkan dalam rumusan Pancasila yang kemudian
disahkan sebagai dasar negara tersebut pada hakikatnya telah menja
dikan bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga prakara atau tiga asas:
a. Asas Kebudayaan
Secara yuridis Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia da
lam hal adat istiadat dan kebudayaan.
b. Asas Religius
Toleransi beragama yang didasarkan pada nilai-nilai religius telah
mengakar kuat dalam sehari-hari kehidupan masyarakat Indo
nesia.
c. Asas Kenegaraan
Karena Pancasila merupakan jati diri bangsa dan disahkan men
jadi dasar negara maka secara langsung Pancasila sebagai asas
kenegaraan.
30
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
P
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan ber
kembang secara dinamis dan menghasilkan sebuah pandangan hidup
RO U
G
bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang
I A
diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa sehing
ED
ga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di
A M
dalam sikap hidup sehari-hari.
D
NA
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman
PRE
sikap hidup yang dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat.
Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap
hidup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-
nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal
dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia maka Pancasila
dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-cita moral
inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan, atau kekuat
an rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita
moral bagi bangsa Indonesia, juga sebagai perjanjian luhur bangsa In
donesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa Indo
nesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila
merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia, maka
Pancasila sudah seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi.
Pandangan hidup terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
merupakan suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu
31
spiritualisme pancasila
P
atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai da
RO
sar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara
U
G
Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya
I A
yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya
ED
seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara
A M
dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
D
NA
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pan
PRE
casila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sum
ber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang
berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan per
undang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya
semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia
bersumber pada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai
implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum,
terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di
dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
di mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lan
jut terjelma ke dalam pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari
pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak
32
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
UP
RO
dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
I A G
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah ter
ED
tentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh
M
unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hi
D A
dup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas da
NA
pat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan
PRE
tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila
Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia
sendiri merupakan:
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan
kita serta memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka
ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila mem
berikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat
dipi
sahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas
yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang
lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas
dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-
bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
33
spiritualisme pancasila
U
menghayati, dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidup
P
RO
an. Tanpa ini, maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-
A G
kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
I
ED
perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehi
M
dupan bangsa kita.
D A
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita
NA
rasakan wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun
PRE
kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan
luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku
sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan
melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah
begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila.
Akhirnya, perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan me
ngenai Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang diru
muskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per
musyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
itulah yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang
ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada 18 Agustus 1945
34
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
UP
RO
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea
A G
IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD
I
ED
1945 (terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta).
M
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
D A
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)
NA
PRE
tanggal 27 Desember 1945, alinea IV.
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS
RI) tanggal 17 Agustus 1950.
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI
tanggal 5 Juli 1959.
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum
dalam dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut
adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama
sebagai berikut:
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 untuk pertama
kalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan
dan tata-urutannya sebagai berikut:
a. Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
c. Mufakat atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan sosial.
e. Ketuhanan.
35
spiritualisme pancasila
UP
RO
Sesudah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Ke
I A G
merdekaan Indonesia) merampungkan tugasnya dengan baik, maka
ED
dibubarkan dan pada 9 Agustus 1945, sebagai penggantinya dibentuk
A M
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 17
D
NA
Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
PRE
oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh
PPKI tersebut.
Keesokan harinya pada 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan si
dangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting:
a. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.
b. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945.
c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir.
Soe karno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai
Presiden RI dan Wakil Presiden RI.
d. Sebelum terbentuk MPR – DPR, Presiden dibantu oleh KNIP.
Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh
sebuah badan yaitu KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada
19 Agustus 1945 PPKI memutuskan, pembagian wilayah Indonesia ke
dalam 8 provinsi dan setiap provinsi dibagi dalam karesidenan-ka
residenan. Juga menetapkan pembentukan departemen-departemen
Pemerintahan.
36
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
I A G
Pembentukan bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang ada
ED
dalam suatu masyarakat. Demikian pula dengan pembentukan bangsa
A M
Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan identitas
D
NA
nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, Bhin
PRE
neka Tunggal Ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan ke
lembagaan. (Ramlan Surbakti, 1992)
a. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku
bangsa, daerah, bahasa, dan adat istiadat merupakan faktor-faktor pri
mordial yang dapat membentuk negara bangsa.
Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sa
ma, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang masyarakat-
negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan kekerabatan dan kesa
maan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa, namun
kemajemukan secara budaya mempersulit pembentukan satu nasio
nalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan melahirkan
konflik nilai.
b. Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan
37
spiritualisme pancasila
ideologi yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat
membentuk negara-bangsa. Namun, kadang terjadi kesamaan agama
dan ideologi suatu masyarakat juga menjadi faktor yang mempersulit
proses pembentukan negara-bangsa. Sebagai contoh dapat disebutkan
kesamaan agama Islam di beberapa negara Arab, kesamaan agama
Katolik di negara Amerika Latin, dan sejumlah negara komunis.
c. Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati
secara luas oleh masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan
suatu negara-bangsa. Pemimpin ini menjadi panutan, sebab masya
rakat mengidentifikasi diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap
sebagai ‘penyambung lidah rakyat’.
Pengalaman menunjukkan, suatu masyarakat yang sedang mem
bebaskan diri dari belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin
yang karismatik untuk menggerakkan massa rakyat dalam mencapai
UP
RO
kemerdekaannya. Kemudian, pemimpin ini muncul sebagai simbol
I A G
persatuan bangsa, seperti dwitunggal Soekarno-Hatta di Indonesia,
ED
Yosep Bros Tito di Yugoslavia, dan Gamal Abdul Nasser di Mesir.
D
d. Sejarah
A M
NA
PRE
Persepsi yang sama tentang asal usul (nenek moyang) dan/atau
tentang pengalaman masa lalu, seperti penderitaan yang sama akibat
dari penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas (sependeritaan
dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar
kelompok suku bangsa.
Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas
yang menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk
konsep ke-kita-an dalam masyarakat. Sejarah tentang asal usul dan
pengalaman masa lalu ini biasanya dirumuskan dan disosialisasikan
kepada seluruh anggota masyarakat melalui media massa.
38
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
f. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spe
sialisasi pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin bervariasi kebutuhan
UP
RO
masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara
I A G
berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain
ED
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling
M
bergantung antar-anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi,
D A
maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
NA
PRE
g. Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerin
tahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai
politik. Setidaknya terdapat dua sumbangan birokrasi pemerintahan
(pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa, yakni memperte
mukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah dengan ber
bagai macam kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun
suatu kepentingan nasional, watak kerja, dan pelayanan yang bersifat
impersonal, tidak membedakan di antara warga masyarakat. Angkat
an bersenjata berideologi nasionalistis karena fungsinya memelihara
dan mempertahankan keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, per
sonelnya direkrut dari berbagai etnis dan golongan dalam masyarakat.
Selain soal ideologi, mutasi dan kehadirannya di seluruh wilayah ne
gara merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi pembinaan
persatuan bangsa.
Keanggotaan partai politik bersifat umum (terbuka bagi warga ne
gara yang berlainan etnis, agama, dan golongan), kehadiran cabang-
39
spiritualisme pancasila
a. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, diangkat dari bahasa
melayu. Alasan diangkatnya bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
di antaranya: (a) bahasa melayu telah lama dipakai sebagai bahasa per
UP
gaulan di antara suku-suku bangsa di Indonesia, (b) bahasa melayu
RO
banyak digunakan dalam berbagai prasasti yang tersebar di wilayah
I A G
Indonesia, (c) bahasa melayu telah lama digunakan dalam buku-buku
ED
bacaan yang tersebar di seluruh Indonesia (d) adanya sifat demokra
A M
tik dalam bahasa melayu, yang memungkinkan diterima ke dalam ber
D
NA
bagai kalangan masyarakat pengguna bahasa.
PRE
Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan diakui keberadaan
nya dengan dinyatakan dalam sumpah pemuda pada Oktober 1928.
Kemudian ditetapkannya UUD 1945 pada 18 Agustus 1945, bahasa
Indonesia menjadi bahasa negara (Pasal 36 UUD 1945). Penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahasa resmi yang
berlaku di Indonesia adalah bahasa Indonesia dengan tidak menghi
langkan keberadaan bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, artinya bahasa yang
digunakan untuk mempersatukan keberadaan bangsa Indonesia mela
lui pergaulan bersama secara nasional.
b. Bendera Negara
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap
bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini
ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada 17 Agus
tus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi di
40
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
P
serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu
lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar li
RO U
G
patannya memudar.
I A
Setelah 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun
ED
kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra.
A M
Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya 'menyaksikan'
D
NA
dari dalam kotak penyimpanannya.
PRE
1) Sejarah
Warna Merah-Putih bendera negara diambil dari warna kerajaan
Majapahit. Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang me
makai bendera Merah-Putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum
Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji Merah-Putih.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun
memakai warna Merah-Putih sebagai warna benderanya, bergambar
pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih.
Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja
XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka
raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pe
juang——pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa
umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang
diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta
beberapa ayat suci Al-Qur’an. Di zaman kerajaan Bugis Bone, Sula
wesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah
41
spiritualisme pancasila
2) Arti Warna
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani,
putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan
putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan
UP
RO
menyempurnakan untuk Indonesia.
G
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah
ED I A
dan putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan
M
warna gula jawa/gula aren dan warna putih mirip dengan warna
D A
nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indone
NA
sia, terutama di pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit berjaya di Nu
PRE
santara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih
(umbul-umbul abang putih). Sejak dahulu warna merah dan putih
ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan
bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang
diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan
dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu
darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih
sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.
42
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Gambar 1.1 .
P
Pengibaran Pertama Kali Sang Saka Merah Putih pada Hari Proklamasi,
RO U
Tanggal 17 Agustus 1945.
Sumber: Wikipedia Indonesia.
I A G
ED
Setiap orang dilarang:
M
a. Merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan
D A
perbuatan lain dengan maksud menodai, menghina, atau meren
NA
dahkan kehormatan Bendera Negara;
PRE
b. Memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
c. Mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut,
atau kusam;
d. Mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar, atau
tanda lain, dan memasang lencana atau benda apa pun pada
Bendera Negara;
e. Memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus
barang, dan tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan
Bendera Negara.
c. Lagu kebangsaan
Lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya. Lagu tersebut
diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Penggunaan lagu kebangsaan
Indonesia Raya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 44/1958. Le
bih lanjut setelah UUD 1945 diamendemen, lagu kebangsaan yakni
Indonesia Raya, ditegaskan dalam Pasal 36B UUD 1945.
43
spiritualisme pancasila
d. Lambang Negara
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Lambang
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 66/1951 tentang
Bentuk dan Ukuran Lambang Negara dan Tata Cara Penggunaannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958. Setelah UUD 1945
di
amendemen, lambang negara ditegaskan dalam Pasal 36A UUD
1945, bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila de
ngan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan sem
boyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk
burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari su
dut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh
UP
Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh
RO
Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang
A G
negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat
I
ED
tanggal 11 Februari 1950.
D A M
1) Sejarah Terbentuknya
NA
PRE
Garuda, kendaraan (wahana) Wishnu tampil di berbagai Candi
kuna di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran,
Belahan, Sukuh, dan Cetho dalam bentuk relief atau arca. Di Prambanan
terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan
untuk Garuda, akan tetapi tidak ditemukan Arca Garuda di dalamnya.
Di Candi Siwa Prambanan terdapat relief episode Ramayana yang
menggambarkan keponakan Garuda yang juga bangsa dewa burung,
Jatayu, mencoba menyelamatkan Sinta dari cengkeraman Rahwana.
Arca Anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah
mengendarai Garuda dari Candi Belahan mungkin adalah Arca Garuda
Jawa Kuna paling terkenal, kini arca ini disimpan di Museum Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali.
Dalam banyak kisah, Garuda melambangkan kebajikan, pengetahu
an, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan
Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan
penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan
sebagai “Tuan segala makhluk yang dapat terbang” dan “Raja agung
para burung”. Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang
44
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh
dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus
dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam posisi
sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan
Naga. Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna
telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai
perwujudan ideologi Pancasila.
Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional
Indonesia, Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga meng
gunakan Garuda sebagai lambang negara.
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul peng
akuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja
Bundar pada 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu Republik
Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950
dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di
P
bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid
II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ke
RO U
G
tua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Moh. Natsir, dan RM Ng
I A
Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usul
ED
an rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
A
pemerintah.
D M
NA
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Men
PRE
jawab untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Men
teri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lam
bang negara terbaik, yaitu karya Sultan
Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses
selanjutnya yang diterima pemerintah
dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid
II. Karya M. Yamin ditolak karena me
nyertakan sinar-sinar matahari yang me
nampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog
intensif antara perancang (Sultan Hamid
II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana
Menteri Mohammad Hatta, terus dila
kukan untuk keperluan penyempurnaan
rancangan itu. Mereka bertiga sepakat
mengganti pita yang dicengkeram Ga Gambar 1.2 Sultan Hamid II
Perancang lambang negara
ruda, yang semula adalah pita merah Republik Indonesia.
putih menjadi pita putih dengan me Sumber: Wikipedia Indonesia.
45
spiritualisme pancasila
P
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada 11 Februari 1950. Ketika
RO U
itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul”
G
dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno
I A
kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara
ED
itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari
1950.
D A M
NA
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada 20
PRE
Maret 1950, Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis
kembali rancangan tersebut, setelah sebelumnya diperbaiki antara lain
penambahan “jambul” pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah
posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita
menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya
bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda
gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika
Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan pe
nyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan me
nambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Ran
cangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari
bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemer
dekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lam
bang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga
kini.
46
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
P
kenal melalui mitologi kuna dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu
kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda
RO U
G
digunakan sebagai lambang negara untuk menggambarkan bahwa
ED I A
Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan
D A M
dan kejayaan. Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang me
NA
lambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.
PRE
Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, antara lain:
• 17 helai bulu pada masing-masing sayap.
• 8 helai bulu pada ekor.
• 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor.
• 45 helai bulu di leher.
47
spiritualisme pancasila
UP
RO
Terjemahan:
G
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka
ED I A
memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran
Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu
A M
jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
NA D
PRE
3. Pancasila sebagai Identitas Nasional
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa warga
negara percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan
dan ketakwaan itu bersifat aktif, sepenuh hati berusaha menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya menurut aga
manya masing-masing.
Ketuhanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa diwu
judkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ajaran agama dan keper
cayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kita mendapatkan tuntunan
tingkah laku yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dalam
hubungannya dengan sesama manusia, serta hubungannya dengan
alam sekitarnya.
Bangsa Indonesia sudah sejak zaman dahulu dikenal sebagai
bangsa yang religius, bangsa yang selalu meyakini adanya Tuhan Yang
Maha Esa, yaitu Tuhan yang menciptakan alam semesta dan Yang
Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Pemurah, dan Maha Pencipta (causa
48
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
UP
RO
beradab dari bangsa Indonesia berupa pengakuan dan pelaksanaan
I A G
hak asasi manusia. Pelaksanaan hak dalam diri manusia Indonesia
ED
mengandung konsekuensi adanya keseimbangan dengan kewajiban
M
yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini diatur dalam Pasal 28A-28J
D A
UUD 1945, dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
NA
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki akal
PRE
budi dan kehendak, yang merupakan potensi untuk berkembang seca
ra terus-menerus untuk menjadi pribadi yang sempurna. Keberadaan
manusia yang sempurna dalam pemahaman masyarakat Indonesia
bersifat monopluralis.
Manusia Indonesia yang bersifat monopluralis memiliki unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Susunan kodrat manusia, bahwa manusia terdiri atas raga dan jiwa.
Raga adalah tubuh manusia yang bersifat kebendaan, sedangkan
jiwa merupakan unsur manusia yang bersifat kerohanian yang
berupa akal, rasa, dan kehendak.
2. Sifat kodrat manusia, bahwa manusia merupakan makhluk in
dividu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu
sebagai pribadi yang berupaya merealisasikan potensi pribadinya,
pada sisi lain sebagai makhluk sosial adalah manusia yang hidup
bermasyarakat.
3. Kedudukan kodrat manusia, bahwa manusia adalah makhluk yang
berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk
49
spiritualisme pancasila
c. Persatuan Indonesia
Konsep persatuan Indonesia dinyatakan dalam pembukaan UUD
1945 alinea kedua dan keempat. Persatuan dan kesatuan bangsa Indo
nesia mempunyai arti penting dikarenakan beberapa hal, di antaranya
sebagai berikut:
1. Kondisi masyarakat yang bersifat pluralistis (beraneka ragam) da
lam hal memeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, dan tingkatan
sosial. Hal itu sangat memerlukan kesadaran masing-masing pihak
untuk saling menghormati dan bekerja sama, merasa sebagai satu
bangsa yang bertanggung jawab untuk mengemban terwujudnya
U
tujuan pembangunan nasional dengan berprinsip pada semboyan
P
RO
Bhinneka Tunggal Ika.
A G
2. Kondisi alamiah Nusantara yang berada pada posisi silang, di an
I
ED
tara dua benua dan dua samudra, terdiri atas ribuan pulau yang
M
terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Kondisi geografis
D A
Indonesia yang berada di lintasan garis khatulistiwa mengakibatkan
NA
PRE
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat subur untuk
ditanami berbagai macam tanaman khatulistiwa. Berbagai macam
kondisi bangsa dan negara Indonesia ini memungkinkan berbagai
macam masalah yang muncul dari berbagai macam wilayah
yang mengancam eksistensi sebagai sebuah bangsa dan negara.
Ancaman ini bisa berasal dari dalam sendiri maupun yang sifatnya
datang dari luar masyarakat kita. Oleh karena itu, salah satu
cara untuk menghadapi ini baik yang bersifat preventif maupun
represif adalah penguatan identitas nasional dan ideologi negara.
3. Pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang mengalami masa
penjajahan selama kurang lebih 3,5 abad oleh bangsa Belanda,
dan 3,5 tahun oleh bangsa Jepang memberikan pelajaran bagi
tumbuhnya kesadaran nasional.
50
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
P
berdasarkan kedaulatan rakyatlah yang menentukan bentuk dan isi
pemerintahan yang dikehendaki sesuai dengan hati nuraninya. Dalam
RO U
G
hal ini, sudah sewajarnya pemerintah harus memfokuskan perhatian
I A
nya kepada kepentingan rakyat banyak dalam rangka tercapainya
kemakmuran yang merata.
ED
D A M
NA
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
PRE
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya adalah memberikan
apa yang menjadi haknya, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, sesuai dengan kebenaran dan kejujuran.
Dalam keadilan terdapat adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Keadilan adalah kata sifat yang berarti perbuatan atau
perlakuan adil. Kata sosial berarti berkenaan dengan masyarakat atau
kemasyarakatan. Jadi, keadilan sosial berarti adanya keseimbangan
antara hak dan kewajiban di dalam masyarakat. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, berarti adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban di dalam masyarakat.
Pada prinsipnya, sila keadilan sosial bagi seluruh Indonesia meng
hendaki kemakmuran yang merata dan dinamis, artinya seluruh po
tensi bangsa diolah bersama-sama menurut kemampuan di bidang
masing masing yang kemudian dimanfaatkan sebesarnya untuk ke
makmuran seluruh rakyat. Keadilan sosial berarti harus melindungi
yang lemah. Perlindungan yang diberikan adalah untuk mencegah
kesewenangan dari yang kuat dan untuk menjamin keadilan.
51
spiritualisme pancasila
UP
RO
lai-nilai luhur bangsa Indonesia.
I A G
ED
1. Analisis Kasus
A M
Menimbang SKB Menteri
D
NA
Kemajemukan dalam komposisi, cara pandang, dan sosiokultur rakyat
PRE
di negeri ini sudah diantisipasi sejak Republik dilahirkan. Sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945, negara menjadi rumah bagi kebhinnekaan
warga negaranya. Namun, perjalanan sejarah bangsa menun jukkan,
kekerasan bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan masih saja
berulang.
Ujian bagi kerukunan beragama tak datang pekan lalu saja, sebagainya
terjadi di Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, atau Temanggung
Jawa Tengah. Kasus penyerangan terhadap warga Ahmadiyah, dalam
catatan Setara Institut, terjadi 276 kali selama tahun 2008-2010. Ini
belum termasuk kasus penyerangan, intimidasi, a tau
pun penutupan
tempat ibadah milik warga minoritas.
Aksi negatif itu seolah menafikan peran negara yang sudah mener
bit kan berbagai peraturan untuk meredam pertentangan dan “men
ji
nak kan” perbedaan. Dalam konteks Ahmadiyah, pemerintah mener
bitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 3 Tahun 2008 dan No.
199/2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut Jemaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Masyarakat. SKB yang ditandatangani
Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri ini, antara lain,
memerintahkan pengikut JAI menghentikan kegiatannya dan warga lain
tidak melakukan kekerasan.
52
1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Artinya, SKB yang keluar tiga tahun setelah Majelis Ulama Indonesia me
ngeluarkan fatwa Ahmadiyah ajaran sesat itu semestinya adalah jaminan
negara atas keselamatan anggota JAI. Namun, di lapangan, terpantau
berbagai komplikasi yang muncul pasca SKB. Sering dinyatakan adalah
kurangnya sosialisasi SKB, ketidakpatuhan pihak pada keputusan itu,
dan abainya penyelenggara negara pada maksud SKB.
P
rumah ibadah.
Dalam perjalanan era Otonomi Daerah, pemerintah mengambil jalan
RO U
G
tengah dengan mengganti SKB No.1/1969 dengan Peraturan Bersama
I A
No.8/2006 dan No.9/2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala
ED
daerah atau wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan ber
M
agama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian
D A
tempat beribadah. Peraturan ini menambahkan persyaratan pendirian
NA
rumah ibadah, yakni dukungan dari 90 nama pengguna dan 60 tanda
PRE
tangan warga sekitar.
Namun, kebijakan campur tangan negara itu sejauh ini tampaknya belum
memberikan solusi ideal kemajemukan umat beragama.
Kompas, 14-2-2011
Diskusikanlah kasus ini dengan teman dan orang lain yang peduli
dengan masalah kebangsaan dan kenegaraan, lalu coba Anda jawab
beberapa pertanyaan di bawah ini!
1. Mengapa kasus kekerasan dan konflik antar-umat beragama ma
sih terus berlangsung sampai dengan sekarang?
2. Bagaimana peranan negara menyikapi hal di atas?
3. Bagaimana implementasi ideologi Pancasila dan UUD 1945 dalam
memelihara kerukunan umat beragama?
4. Solusi apa saja yang kelompok Anda tawarkan dalam memelihara
kerukunan umat beragama dan kebhinnekaan bangsa Indonesia.
53
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
2
pancasila dalam
konteks sejarah perjuangan
bangsa indonesia
UP
RO
diami wilayah Indonesia hidup berburu dan mengumpulkan makanan
I A G
(food gathering). Mereka hidup berkelompok dan mengembara, karena
ED
belum memiliki tempat tinggal tetap. Perkembangan selanjutnya, me
M
reka sudah bisa bercocok tanam dan hidup menetap (food producing).
D A
Dalam kondisi ini, mereka hidup berdasarkan hubungan kekeluargaan
NA
dan selalu menerapkan prinsip kebersamaan dan gotong royong dalam
PRE
melakukan pekerjaan.
Adapun dari segi ras, orang Indonesia berasal dari ras melayu yang
datang dan kemudian menyebar mendiami berbagai wilayah yang ada
di Nusantara. Kehadiran mereka telah memberikan dasar pondasi ba
gi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kelak. Orang
Indonesia memiliki kemiripan dengan orang yang berasal dari dataran
Asia, khususnya Asia Tenggara. Persamaan inilah yang menjadi dasar
hubungan yang erat antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Nenek moyang kita secara jelas dari zaman dahulu telah menjalani
hidup dalam tata masyarakat yang teratur, bahkan sudah dalam ben
tuk kerajaan kecil kuno, seperti kerajaan Kutai yang lahir pada abad
V di Kalimantan Timur, dengan rajanya yang terkenal Mulawarman.
Berikutnya adalah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang memperoleh
masa kejayaan pada masanya masing-masing.
35
spiritualisme pancasila
P
kang. Beberapa peninggalan Sriwijaya juga ditemukan di Jambi, Lam
pung, Riau, dan Thailand.
RO U
G
Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang
I A
banyak berpengaruh di Nusantara. Bukti awal mengenai keberadaan
ED
kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing,
A M
menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.
D
NA
Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu
PRE
Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada 683. Kerajaan ini
mulai jatuh sekitar tahun 1200-1300 karena berbagai faktor, termasuk
ekspansi kerajaan Majapahit.
Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak
mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui
secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedès dari
École française d'Extrême-Orient. Sekitar 1992 hingga 1993, Pierre-
Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai
Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi
Sumatra Selatan, Indonesia).
Sebuah prasasti di Khmer pada masa belakangan menyebutkan
bahwa Jayawarman II sebelum naik takhta telah mengunjungi Jawa.
Jelasnya, Jayawarman II adalah raja yang ditunjuk Sriwijaya sebagai
pengganti raja yang dihabisi oleh Sriwijaya tersebut yang sebelumnya
dibawa ke istana Syailendra untuk mengabdi dan dididik agar jangan
mengulangi perbuatan raja yang dipenggal kepalanya. Cerita ini terjadi
pada tahun 851, zaman keemasan Sriwijaya saat Sriwijaya juga ber
kuasa atas Sumatra dan Jawa Tengah dengan bukti kemakmuran dan
36
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
rampungkan memoirnya yang akhirnya diselesaikan pada 692 dan
pada 695 ia kembali ke Cina.
RO U
G
Pada 1005 seorang raja Sriwijaya membangun Vihara di Nega
I A
patam, Pantai Timur India, dan Raja Chola, menghadiahkan hasil pa
ED
jak tahunannya, sebuah tempat bagi para saudagar Sriwijaya untuk
A M
singgah, berdiam dan memuja. Hal ini menunjukkan pada waktu itu
D
NA
sudah intensif hubungan dagang antara Sriwijaya dengan India. Pada
PRE
era bersama, ada sebuah catatan Cina yang mengatakan bahwa pada
masa itu hidup seorang reformis agama Buddha di Tibet bernama Atisa
yang mengatakan telah belajar di Sriwijaya dari tahun 1011 sampai
dengan 1023 pada seorang mahaguru, Dharmakirti namanya, seorang
kepala kuil Buddha di Sumatra. Dalam biografi Atisa disebutkan, Su
matra merupakan pusat terbesar agama Buddha dan Dharmakirti sar
jana terbesar pada masa itu.
a. Silsilah
Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah de
ngan melakukan perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini juga dila
kukan oleh penguasa Sriwijaya. Dapunta Hyang yang berkuasa sejak
664 M, melakukan pernikahan dengan Sobakancana, putri kedua raja
kerajaan Tarumanegara, Linggawarman. Perkawinan ini melahirkan
seorang putra yang menjadi raja Sriwijaya berikutnya: Dharma Setu.
Dharma Setu kemudian memiliki putri yang bernama Dewi Tara.
Putri ini kemudian ia nikahkan dengan Samaratungga, raja kerajaan
Mataram Kuno dari Dinasti Syailendra. Dari pernikahan Dewi Setu
37
spiritualisme pancasila
UP
b. Wilayah Kekuasaan
A G RO
ED I
Dalam sejarahnya, kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nu
A M
santara. Salah satu faktor yang menyebabkan Sriwijaya bisa menguasai
D
NA
seluruh bagian barat Nusantara adalah runtuhnya kerajaan Fu-nan di
PRE
Indocina. Sebelumnya, Fu-nan adalah satu-satunya pemegang ken
dali di wilayah perairan Selat Malaka. Faktor lainnya adalah kekuatan
armada laut Sriwijaya yang mampu menguasai jalur lalu lintas perda
gangan antara India dan Cina. Dengan kekuatan armada yang besar,
Sriwijaya kemudian melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Jawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa, kekuasaan Sriwijaya sampai ke
Brunei di Pulau Borneo.
Dari prasasti Kota Kapur yang ditemukan JK Van der Meulen di
Pulau Bangka pada Desember 1892 M, diperoleh petunjuk mengenai
Kerajaan Sriwijaya yang sedang berusaha menaklukkan Bhumi Jawa.
Meskipun tidak dijelaskan wilayah mana yang dimaksud dengan
Bhumi Jawa dalam prasasti itu, beberapa arkeolog meyakini, yang
dimaksud Bhumi Jawa itu adalah Kerajaan Tarumanegara di Pantai
Utara Jawa Barat. Selain dari isi prasasti, wilayah kekuasaan Sriwijaya
juga bisa diketahui dari persebaran lokasi prasasti-prasasti pening
galan Sriwjaya tersebut. Di daerah Lampung ditemukan prasasti Palas
Pasemah, di Jambi ada Karang Berahi, di Bangka ada Kota Kapur, di
Riau ada Muara Takus. Semua ini menunjukkan bahwa, daerah-daerah
38
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
c. Struktur Pemerintahan
Kekuasaan tertinggi di kerajaan Sriwijaya dipegang oleh raja. Un
tuk menjadi raja, ada tiga persyaratan yaitu:
1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.
2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu
memberikan kesejahteraan pada rakyatnya.
3. Ekachattra. Eka berarti satu dan chattra berarti payung. Kata ini
bermakna mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.
Penyamaan raja dengan Dewa Indra menunjukkan raja di Sriwijaya
P
memiliki kekuasaan yang bersifat transenden. Belum diketahui secara
jelas bagaimana struktur pemerintahan di bawah raja. Salah satu pem
RO U
G
bantunya yang disebut secara jelas hanya senapati yang bertugas se
bagai panglima perang.
ED I A
A M
d. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
D
NA
Sebagai kerajaan besar yang menganut agama Buddha, di Sriwijaya
PRE
telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama
Buddha tersebut. Dalam catatan perjalanan I-tsing disebutkan bahwa,
pada saat itu, di Sriwijaya terdapat seribu pendeta. Dalam perjalanan
pertamanya, I-tsing sempat bermukim selama enam bulan di Sriwijaya
untuk mendalami bahasa Sansekerta. I-tsing juga menganjurkan, jika
seorang pendeta Cina ingin belajar ke India, sebaiknya belajar dahulu
setahun atau dua tahun di Fo-shih (Palembang), baru kemudian belajar
di India. Sepulangnya dari Nalanda, I-tsing menetap di Sriwijaya selama
tujuh tahun (688-695 M) dan menghasilkan dua karya besar yaitu Ta
T‘ang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan dan Nan-hai-chi-kuei-neifa-chuan
(A Record of the Budhist Religion as Practised in India and the Malay
Archipelago) yang selesai ditulis pada 692 M. Ini menunjukkan bahwa,
Sriwijaya merupakan salah satu pusat agama Buddha yang penting
pada saat itu.
Sampai awal abad ke-11 M, kerajaan Sriwijaya masih merupakan
pusat studi agama Buddha Mahayana. Dalam relasinya dengan India,
raja-raja Sriwijaya membangun bangunan suci agama Buddha di India.
Fakta ini tercantum dalam dua buah prasasti, yaitu prasasti Raja Dewa
39
spiritualisme pancasila
P
pulaga, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading,
RO
timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah, dan
U
G
penyu. Barang-barang ini dibeli oleh pedagang asing, atau dibarter de
I A
ngan porselen, kain katun, dan kain sutra.
ED
Pada abad ke-11 M, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran.
A M
Pada 1006 M, Sriwijaya diserang oleh Dharmawangsa dari Jawa Timur.
D
NA
Serangan ini berhasil dipukul mundur, bahkan Sriwijaya mampu
PRE
melakukan serangan balasan dan berhasil menghancurkan kerajaan
Dharmawangsa. Pada 1025 M, Sriwijaya mendapat serangan yang me
lumpuhkan dari kerajaan Cola, India. Walaupun demikian, serangan
tersebut belum mampu melenyapkan Sriwijaya dari muka bumi.
Hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya masih tetap berdiri, walaupun ke
kuatan dan pengaruhnya sudah sangat jauh berkurang.
40
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
a. Berdirinya Majapahit
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keselu
ruhan pada 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah
tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti
Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke
Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kera jaan
Singhasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mem
permalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memo
tong telinganya. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan eks
pedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kerta
nagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengam
punan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanagara, yang datang
me nyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia
membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai
Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit”
UP
RO
dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu
A G
dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang.
I
ED
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga me
M
maksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang
D A
kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan
NA
PRE
kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar
dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi
di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu
pada 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kerta
ra
jasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. B ebe
ra
pa
orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi
memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak
berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Ha la
yudha
lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang
terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam peme
rintahan. Namun, setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Hala
yudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Raden Wijaya
meninggal dunia pada 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat
dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti “penjahat lemah”.
Pada 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tiri nya
41
spiritualisme pancasila
b. Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit
dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, Majapahit mencapai pun
cak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di ba
wah perintah Gajah Mada (1313–1364), Majapahit menguasai lebih
banyak wilayah. Pada 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah
UP
Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menye
RO
babkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Maja
I A G
pahit lainnya adalah Adityawarman, yang terkenal karena penakluk
ED
annya di Minangkabau.
M
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah ke
D A
kuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo,
NA
Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian
PRE
Kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi
menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya
tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhu
bungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa mo
nopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa,
Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan me
ngirim duta-dutanya ke Tiongkok
c. Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Maja
pahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara
(Perang Paregreg) pada 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wi
kra
mawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang
dipertengkarkan pada 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilan
carkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Dalam tradisi Jawa, ada sebuah kronogram atau candrasengkala
yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah
42
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
d. Sistem Perekonomian Majapahit
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perda
RO U
I A G
gangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi peda
ED
gang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibukota kerajaan mau
M
pun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
D A
Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas
NA
ekspor Jawa pada saat itu adalah lada, garam, kain, dan burung
PRE
kakak tua sedangkan komoditas impor adalah mutiara, emas, perak,
sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uang dibuat dari
campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu,
catatan Odorico da Pordenone biarawan Katolik Roma dari Italia yang
mengunjungi Jawa pada 1321 menyebutkan bahwa istana raja Jawa
penuh dengan perhiasan emas perak dan permata.
e. Kebudayaan Majapahit
Ibukota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan ter
kenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan tiap
tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk
oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha
Siwa maupun Wisnu.
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa
se
belum arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.
Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan me
manfaatkan getah tumbuhan merambat maupun gula merah sebagai
43
spiritualisme pancasila
perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui
sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan
Mojokerto.
UP
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan
RO
pemerintahan.
3.
A G
Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan.
I
ED
4. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan.
A M
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat
D
NA
yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi.
PRE
Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-
sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Se
lain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggota para sanak saudara raja yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah yang
disebut Paduka Bhattara. Mereka biasa merupakan saudara atau kera
bat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kera
jaan penyerahan upeti dan pertahanan kerajaan di wilayah masing-
masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa
pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan yang di
pimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan
tersebut yaitu:
1. Kelinggapura.
2. Kembang Jenar.
3. Matahun.
4. Pajang.
5. Singhapura.
6. Tanjungpura.
44
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
7. Tumapel.
8. Wengker.
9. Daha.
10. Jagaraga.
11. Kabalan.
12. Kahuripan.
13. Keling.
g. Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa ter
dapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (pe
nguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh
krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi
dua kelompok.
P
1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293- 1309).
2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309-1328).
RO U
G
3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328- 1350).
4.
5.
I A
Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350-1389).
Wikramawardhana (1389-1429).
ED
6.
A M
Suhita (1429-1447).
D
NA
7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447-1451).
PRE
8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451-1453).
9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456-
1466).
10. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466-1468).
11. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468-1478).
12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478-1498).
13. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518).
45
spiritualisme pancasila
P
Perlak yaitu pusat perdagangan samudra dengan ibukotanya adalah
Pasai.
RO U
G
Adapun menurut berita Cina pada abad ke-7, pengaruh Islam
I A
masuk Nusantara melalui para pedagang Gujarat yang terletak di
ED
pesisir Pantai Barat (India). Penduduk Gujarat itu sendiri mendapat
A M
pengaruh Islam dari Persia. Adapun ulama Persia yang terkenal, Al-
D
NA
Ghazali, berusaha menyesuaikan beberapa hukum Islam dengan alam
PRE
pikiran orang Hindu.
46
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
b. Kerajaan Malaka
Pada masa kejayaannya, kerajaan Malaka merupakan pusat perda
gangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Perkembangan
kerajaan Malaka ini tidak dapat dipisahkan dengan posisi petak yang
sangat strategis dalam aktivitas pelayaran perdagangan pada masa itu,
yaitu terletak di Semenanjung Malaya dengan ibukotanya terletak di
tepi Selat Malaka. Letak yang sangat strategis ini, berpengaruh besar
terhadap perkembangan pada bidang politik, ekonomi, dan sosial
budaya.
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkem
bangan pesat yang dicapai oleh kerajaan Aceh tidak terlepas dari letak
P
kerajaan yang sangat strategis dalam perdagangan pada saat itu.
RO U
G
d. Kerajaan Demak
ED I A
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau
M
Jawa. Secara geografis, kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
D A
tetapi pada awal munculnya kerajaan Demak mendapat bantuan dari
NA
para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah me
PRE
nganut agama Islam.
Pada masa sebelumnya, daerah Demak bernama Bintaro meru
pakan daerah vasal atau daerah di bawah kerajaan Majapahit. Kekua
saan pemerintahannya diberikan kepada Raden Patah, salah seorang
keturunan Raja Brawijaya V (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya me
nganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa daerah Pasai.
e. Kerajaan Banten
Dasar-dasar kerajaan Banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra
Fatahillah) dan mencapai kejayaannya pada masa Sultan Ageng Tirta
yasa. Perkembangan kerajaan Banten yang demikian pesatnya tidak
lepas dari posisi letaknya yang strategis.
Secara geografis, kerajaan Banten terletak di daerah Jawa Barat ba
gian utara. Kerajaan ini menjadi jalur perdagangan yang melalui Selat
Sunda. Dengan posisinya yang strategis ini, kerajaan Banten tumbuh
berkembang dan menjadi kerajaan besar.
47
spiritualisme pancasila
U
kan akulturasi (perpaduan) antara kebudayaan asli Hindu, Buddha,
P
RO
dan Islam. Upacara Grebeg Maulid yang bersumber pada pemujaan
A G
roh nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi
I
ED
sejak zaman Majapahit waktu perayaannya pada hari raya Idul Fitri,
M
grebeg Mulud pada bulan Rabiul Awal.
D A
NA
g. Kerajaan Goa dan Tallo
PRE
Kerajaan Goa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan kerajaan
Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geo
grafis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat penting ka
rena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik
yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun para pedagang yang
berasal dari Barat.
48
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
UP
RO
Pada masa kekuasaan kerajaan Islam, kehidupan sosial masyara
G
katnya dilandasi oleh ajaran-ajaran Islam seperti zakat dan se
ED I A
dekah. Ajaran tentang zakat dan sedekah hingga kini tetap dilak
M
sanakan di mana setiap orang yang mampu diharapkan dapat
D A
menyisihkan sebagian rezekinya untuk dizakatkan kepada orang
NA
yang tidak mampu.
PRE
d. Nilai Toleransi Beragama
Berkembangnya agama Islam di indonesia dilaksakanakan dengan
cara damai. Para pemeluk agama Islam di Indonesia dapat hidup
berdampingan dengan pemeluk agama lainnya. Bahkan di antara
mereka memiliki toleransi yang tinggi, saling menghargai, dan
menghormati.
e. Nilai Cinta Tanah Air
Kerajaan kerajaan Islam yang berkuasa pada abad ke-16 dan 17
memiliki peranan penting dalam mempertahankan wilayah ke
kuasaannya dari pendudukan bangsa Eropa. Kerajaan Islam mela
kukan berbagai bentuk perlawanan seperti perlawanan Sultan
Agung dari Mataram terhadap Belanda, perlawanan Hasanuddin
dan sebagainya.
f. Nilai Budaya
Perkembangan seni budaya pada masa kekuasaan Islam cukup
pesat. Terbukti dengan munculnya hasil karya budaya masyarakat
seperti seni kaligrafi, seni ukir, seni pahat dan seni bangunan.
49
spiritualisme pancasila
A G
dian kembali ke negeri Belanda dengan membawa sejumlah rempah-
I
ED
rempah yang mereka inginkan.
D A M
1. Lahirnya VOC
NA
PRE
Persaingan antara sesama pedagang Belanda dan pedagang Eropa
lainnya, misalnya Portugis, untuk mendapatkan rempah-rempah se
banyak mungkin semakin hari semakin meningkat. Untuk memper
kuat kongsi dagang, maka atas dukungan dan prakarsa pemerintahan
atau kerajaan Belanda, maka pada 1602 dibentuklah kongsi dagang
yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie yang berarti perse
kutuan dagang Hindia Timur, kemudian lebih terkenal dengan nama
VOC.
a. Tujuan VOC
VOC didirikan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Intern, untuk menghindari persaingan antara sesama pengusa Be
landa.
2. Ekstern, menggalang kekuataan untuk menyaingi bangsa Spanyol-
Portugis yang merupakan musuh besar bangsa Indonesia.
Kenyataannya VOC berkembang dan bertahan lama di bumi Nu
santara karena didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:
50
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
b. Runtuhnya VOC
Pada akhir abad ke-18 VOC mengalami kemunduran, sebab-sebab
runtuhnya VOC, antara lain:
P
1. Gaji pegawai VOC terlalu rendah, sehingga banyak pejabat yang
korup dan bertindak curang.
RO U
G
2. Dalam bidang perdagangan banyak saingan yang harus dihadapi
I A
VOC, yaitu bangsa Perancis (Compagnie Des Indies/CDI) dan Ing
ED
gris (East Indian Company/EIC).
A M
3. Pembagian keuntungan tetap diberikan kepada pedagang-peda
D
NA
gang, walaupun VOC pada waktu itu mengalami kerugian, karena
PRE
khawatir para pedagang tersebut menarik modalnya.
4. Terlalu banyak dana yang keluar untuk peperangan melawan para
raja dan sultan.
5. Karena kekuasaan VOC makin luas, maka perlu pegawai yang sa
ngat besar pula.
51
spiritualisme pancasila
P
sarnya dengan mengeluarkan biaya yang sekecil-kecilnya, karena
RO
kas negara dalam keadaan kosong. Untuk menghimpun modal,
U
G
diterapkan sistem cultuur stelsel atau tanam paksa. Selama masa
I A
tanam paksa, bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan yang
ED
sangat dalam. Hal ini disebabkan para pribumi dijadikan pekerja
A M
rodi untuk menghidupi dan meningkatkan sektor ekonomi di ne
D
NA
geri Belanda.
PRE
b. Politik Liberal (1850-1890)
Politik liberal swasta Belanda menuntut adanya kebebasan dalam
perekonomian dan perdagangan. Kebijaksanaan ini merupakan
pengaruh Revolusi Perancis. Pengusaha Belanda mendapat ke
sempatan berusaha dan berdagang dengan bebas di Indonesia.
Akibatnya, rakyat Indonesia semakin menderita dan miskin, se
lain itu, perlakuaan Belanda terhadap bangsa Indonesia tidak ber
perikemanusiaan karena mereka menganggap orang pribumi se
bagai budak yang bisa dipekerjakan setiap waktu.
c. Politik Etika (1890-1918)
Politik etis muncul atas kebijakan liberal yang diterapkan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Politik etis pada awal pembentukan
programnya adalah untuk membalas budi rakyat Indonesia karena
telah menyelamatkan Belanda dari kesulitan ekonomi. Namun,
karena jiwa yang tertanam dalam diri mereka bahwa mereka ada
lah yang menjajah politik balas budi ini tetap diselewengkan untuk
kepentingan Belanda.
52
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
tanian desa.
3. Tanah yang digunakan bebas dari pajak.
RO U
G
3. Tenaga yang digunakan untuk menanam tanaman tersebut
ED I A
tidak melebihi tenaga yang digunakan untuk menanam padi.
5. Waktu yang digunakan untuk memelihara tanaman cultuur
D A M
stelsel adalah 60 hari.
NA
6. Penduduk yang bukan petani diwajibkan bekerja di kebun, di
PRE
pabrik, atau untuk pengangkutan.
7. Hasil bumi yang telah ditentukan diserahkan kepada Belanda.
e. Penyelenggaraan Tanam Paksa
Sebetulnya, teori dan aturan tanam paksa ini baik, namun dalam
pelaksanaannya menjadi sangat buruk karena adanya sistem cul
tuur procen. Sistem ini berupa semacam upah yang diberikan
kepada pegawai-pegawai Belanda atas banyaknya hasil tanaman
yang diserahkan, makin banyak pula mereka memperoleh upah.
Penyelewengan sistem tanam paksa ini membawa dampak sebagai
berikut:
1. Menurut teori, tanah desa yang digunakan adalah seperlima
bagian, tetapi dalam praktiknya sampai setengahnya atau
lebih.
2. Tanah subur untuk kepentingan pihak belanda, sedang tanah
yang tidak subur untuk kepentingan rakyat.
3. Waktu yang digunakan untuk memelihara tanaman melebihi
waktu menanam padi, sehingga waktu untuk mencari kebu
tuhan keluarga semakin berkurang.
53
spiritualisme pancasila
P
Sekitar tahun 1847, ia tinggal di Indonesia sebagai seorang
RO U
pendeta. Dalam perjalanannya di Jawa, Bali, dan Madura, ia
G
menyaksikan langsung beban penderitaan, kesengsaraan,
I A
dan siksaan rakyat Indonesia akibat sistem tanam paksa. Me
ED
nurut Van Hoevel, sistem tanam paksa ini berlangsung tidak
A M
manusiawi.
D
NA
2. Eduard Douwes Dekker
PRE
Ia adalah seorang politikus dan pernah menjabat sebagai
asisten Bupati Lebak di Banten. Ia sangat cinta dan simpati
terhadap bumiputera dari penindasan, penyiksaan, dan pe
nganiyaan. Dengan memakai nama samaran Multatuli, pada
tahun 1859, ia mengarang sebuah buku dengan judul Max
Havelaar (lelang kopi persekutuan dagang Belanda).
54
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
Organisasi-organisasi yang berdiri pada masa itu disebut sebagai orga
nisasi pergerakan nasional, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
RO U
G
a. Keanggotaan tidak didasarkan atas kelompok etnis (suku) tertentu
tetapi semua kelompok etnis.
ED I A
M
b. Sebagian besar pemimpin organisasi pergerakan nasional itu ber
D A
asal dari kalangan terdidik yang memperoleh pendidikan Barat
NA
serta kelompok intelektual yang sudah bergaul dengan berbagai
PRE
bangsa, baik melalui sekolah dalam negeri, Belanda, maupun yang
telah menunaikan ibadah haji.
c. Organisasi-organisasi pergerakan nasional tersebut memiliki tu
juan yang jelas bagi kepentingan seluruh bangsa di bidang sosial,
pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik.
d. Organisasi-organisasi pergerakan nasional memiliki paham ke
bangsaan atau nasionalisme (Nur Wahyu Rochmadi, 2008: 116).
Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia:
1. Faktor Ekstern
a. Munculnya kesadaran tentang pentingnya semangat kebang
saan, semangat nasional, perasaan senasib sebagai bangsa
terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat
lepas dari cengkeraman imperalisme di seluruh negara-ne
gara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20.
b. Fase tumbuhnya anti imperalisme tersebut berkembang ber
sa
maan dengan atau dipengaruhi oleh lahirnya golongan
55
spiritualisme pancasila
P
terjajah bahwa negara-negara imperalis telah berperang di
RO U
antara mereka sendiri. Perang tersebut merupakan perang
G
memperebutkan daerah jajahan.
I A
e. Munculnya rumusan damai mengenai penentuan nasib sen
ED
diri (self determination) Presiden Amerika Serikat Woodrom
D A M
Wilson pasca Perang Dunia I disambut tokoh-tokoh perge
NA
rakan nasional Indonesia sebagai pijakan dalam perjuangan
PRE
mewujudkan kemerdekaan.
f. Lahirnya komunisme di Rusia pada Oktober 1917 yang diikuti
dengan semangat anti kapitalisme dan imperalisme telah
memengaruhi tumbuhnya ideologi perlawanan di negara-
negara jajahan terhadap imperialisme, dan kapitalisme, Barat.
Konflik ideologi dunia antara kapitalisme dan imperalisme
sosialisme atau komunisme telah memberikan dorongan
bangsa-bangsa terjajah untuk melawan kapitalisme dan kolo
nisme yang dilakukan bangsa-bangsa Barat.
g. Munculnya nasionalisme di Asia dan di negara-negara ja
jahan lainnya di seluruh dunia telah mengilhami tokoh-tokoh
pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap
penjajahan Belanda. Kemenangan Jepang atas Rusia pada
1905 telah memberikan keyakinan bagi tokoh nasionalis In
donesia, bahwa bangsa kulit putih Eropa dapat dikalahkan
oleh bangsa kulit berwarna Asia. Demikian juga, model per
gerakan nasional yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di
India, Mustafa Kemal Pasha di Turki, dan Dr. Sun Yat Sen di
56
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (Sriwijaya dan
Majapahit). Kejayaan ini menimbulkan kebanggaan dan me
RO U
G
ningkatnya harga diri sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu,
I A
rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan kebanggaan
ED
dan harga diri sebagai suatu bangsa tersebut.
A M
c. Lahirnya kelompok terpelajar yang memperoleh pendidikan
D
NA
Barat dan Islam dari luar negeri. Kesempatan ini terbuka
PRE
setelah pe merintah kolonial Belanda pada awal abad ke-
20 menjalankan politik etis (edukasi, imigrasi, dan irigasi).
Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat
berasal dari kalangan priayi abangan yang memiliki status
bangsawan. Sebagian lainnya ber asal dari kalangan priayi
dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan
untuk menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan
di luar negeri.
d. Lahirnya kelompok terpelajar Islam telah menyadarkan
bangsa Indonesia terjajah yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam. Kelompok intelektual Islam telah menjadi
agent of change atau agen pengubah cara pandang masyarakat,
bahwa nasib bangsa Indonesia yang terjajah tersebut tidak
dapat diperbaiki melalui belas kasihan penjajah, seperti po
litik etis, misalnya. Nasib bangsa Indonesia harus diubah
oleh bangsa Indonesia sendiri dengan cara memberdayakan
bangsa melalui peningkatan taraf hidup di bidang ekonomi,
pendidikan, sosial, dan budaya.
57
spiritualisme pancasila
1. Budi Utomo
U
Budi Utomo adalah organisasi modern pertama yang dipelopori
P
RO
oleh para mahasiswa Stovia (Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta
G
pada 20 Mei 1908. Kelahiran Budi Utomo tidak dapat dilepaskan dari
ED I A
gagasan tentang perlunya memperluas dan meningkatkan pendidikan
M
bangsa Indonesia. Tanggal kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai
D A
hari kebangkitan nasional, karena melalui Budi Utomo gagasan untuk
NA
membangkitkan semangat perjuangan melalui organisasi modern.
PRE
Gagasan ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh para pelajar
Stovia, tidak hanya sebatas masalah pendidikan namun perjuangan
nya kemudian melebar ke segi yang lain salah satunya adalah masalah
kebudayaan, perekonomian dan usaha-usaha lain di bidang sosial.
Dr.Wahidin Sudirohusodo adalah tokoh yang membidani lahirnya
Budi Utomo melalui kegiatannya menghimpun dana beasiswa untuk
memberikan pendidikan Barat kepada golongan priayi Jawa. Kegiatan
yang dilakukan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo tersebut disambut oleh
Soetomo, seorang mahasiswa School Tot Opleiding van Indische Arsten
(Stovia).
Pada mulanya, organisasi ini dipimpin oleh anak-anak muda
dan mendapatkan simpati dari orang-orang yang berjiwa muda. Budi
Utomo mengadakan kongres pertama pada Oktober 1908, pada saat
kongres ini terjadi perdebatan mengenai arah dan tujuan perjuangan.
Dalam kongres ini, terbentuk pengurus yang diketuai oleh R.M. Tirtpok.
Bupati Karanganyar, seorang priayai yang moderat. Keputusan yang
diambil dalam kongres, antara lain penegasan bahwa keanggotaan B udi
Utomo terbatas pada suku bangsa yang berkebudayaan Jawa (Suku
58
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
2. Sarekat Islam
Sarekat Islam muncul dilatarbelakangi oleh adanya monopoli
pedagang-pedagang Cina dalam penjualan bahan baku yang dirasakan
oleh para pengusaha batik Indonesia khususnya di Solo. Keadaan ini
mendorong H. Samanhudi untuk menghimpun para pengusaha batik
dalam sebuah organisasi. Pada akhir 1911, di Solo berdiri organisasi
yang bercorak agama dan ekonomi seperti Sarekat Dagang Islam
(SDI). Kemudian pada 1912 nama SDI diganti menjadi SI, H. Umar
Said Cokroaminoto diangkat sebagai ketua sedangkan H. Samanhudi
sebagai ketua kehormatan.
Dengan adanya pergantian nama itu, maka lingkup dan perjuang
an organisasi bertambah luas. Kalau semula SDI hanya terbatas di kota
UP
RO
Solo, sejak bernama SI, organisasi ini melebarkan sayapnya ke daerah-
G
daerah lain. Kedudukan organisasi dipindahkan ke Surabaya.
ED I A
Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa
M
yang beragama Islam, berbeda dengan Budi Utomo 1908 yang mem
D A
batasi keanggotaannya pada suku bangsa tertentu. Dengan demikian,
NA
bukan hanya orang-orang Indonesia yang beragama Islam yang me
PRE
masuki SI, melainkan juga sebagian keturunan Arab.
Sarekat Islam bertujuan memajukan perdagangan, membantu
anggotanya yang mengalami kesukaran, dan memajukan kepentingan
Islam tanpa kepentingan rohani dan jasmani. Sejak diawal kelahiran
nya sarekat Islam tidak menyatakan dirinya sebagai organisasi politik.
Sarekat Islam dalam perkembangannya menjadi partai massa.
Hal itu membuat pemerintah Belanda mulai hati-hati dan mewaspa
dai organisasi ini. Berbagai peraturan dikeluarkan untuk menghambat
perkembangan Sarekat Islam. Selain itu, sistem keanggotaan rangkap
kecenderungan untuk lebih bergiat di bidang politik mengancam ke
utuhan Sarekat Islam, sehingga pada 1920-an Sarekat Islam tidak lagi
menjadi organisasi yang kuat.
3. Indische Partij
Organisasi yang pertama yang secara terang-terangan menyata
kan dirinya sebagai partai politik adalah indische partij. Organisasi ini
didirikan oleh Douwes Dekker (kemudian mengganti nama menjadi
Danudirja Setiabudi), Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Surya
59
spiritualisme pancasila
4. Muhammadiyah
Salah satu organisasi Islam yang penting pada masa pergerakan
nasional adalah Muhammadiyah. Berbeda dengan Sarekat Islam, orga
nisasi ini tidak berhaluan politik, namun kegiatannya bersifat sosial-
keagamaan.
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November
1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan atas dorongan muridnya dan anggota
Budi Utomo. Tujuannya mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan
Sunnah Rasul, memberantas kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai
dengan ajaran agama yang benar, dan memajukan ilmu agama Islam
di kalangan anggota-anggotanya. Tujuan itu ingin dicapai dengan cara
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, sosial, mendirikan masjid-
UP
masjid, dan mengusahakan penerbitan.
RO
Pada mulanya, Muhammadiyah hanya terdapat di Yogyakarta,
G
namun sejak tahun 1917 pengaruhnya sudah menjalar ke berbagai
ED I A
macam daerah. Enam tahun kemudian tepatnya pada 1931, cabangnya
M
berkembang menjadi 267 dengan anggota lebih dari 24.000 orang.
D A
Dengan perkembangan yang pesat ini, Muhammadiyah dapat di
NA
terima secara baik di kalangan umat Islam. Hal ini didukung oleh dua
PRE
faktor utama yaitu; Pertama, pertentangan antara komunis dan Sarekat
Islam telah membuat jenuh masyarakat, justru Muhammadiyah hadir
dengan membawa kesejukan dan ketenangan dalam memengaruhi
hidup serta hidup sosial baik di masyarakat maupun pada level ber
negara. Kedua, kesediaan para pemimpin Muhammadiyah untuk ber
korban. Dalam usaha pembinaan pendidikan, banyak di antara mereka
yang menyerahkan tanah wakaf untuk mendirikan sekolah, ada juga
yang menyumbang sejumlah uang.
60
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
pemimpinan yang baru, PKI mengorganisasikan berbagai aksi pemo
gokan. Akan tetapi, karena pemogokan itu pula, sejak 1924 Pemerintah
RO U
G
Hindia Belanda mengawasi PKI dengan ketat. Ruang gerak aktivitas
I A
partai dipersempit dan tokoh-tokohnya diusir dan dibuang ke daerah
lain dan ke luar negeri.
ED
A M
Pada 25 Desember 1925, tokoh PKI yang masih bebas se
D
perti
NA
Sadjono dan beberapa kawannya mengadakan rapat di Prambanan.
PRE
Dalam rapat itu diputuskan bahwa mereka akan melakukan pem
berontakan untuk menegakkan Negara Soviet Indonesia. Pem be
rontakan ini direncanakan pada Juni 1926. Pemberontakan akhirnya
benar-benar dilakukan oleh PKI walaupun kurang mendapat du
kungan, baik pendukungnya maupun dari tokoh-tokoh PKI yang
lain. Karena pemberontakan ini tidak terorganisasi dengan baik,
maka pemberontakan ini dengan sangat mudah ditumpas dan di
lumpuhkan oleh pihak kolonial. Kegagalan ini sangat merugikan per
juang an pergerakan nasional karena pemerintah Hindia Belanda
melakukan pengawasan ketat terhadap partai-partai dan organisasi
lainnya. Akibatnya, perjuangan pergerakan kemerdekaan pada saat itu
mengalami kemunduran.
6. Taman Siswa
Taman siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar De
wantara) pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Dalam melaksanakan pen
didikan, Taman Siswa berpedoman kepada pernyataan asas yang di
susun pada 1922. Pernyataan asas ini mengandung dasar kemerdekaan
61
spiritualisme pancasila
P
landa di Indonesia. Untuk membatasi kegiatan tersebut, pada 1932
RO U
pemerintah mengeluarkan peraturan yang disebut Ordonansi Sekolah
G
Liar. Dalam ordonansi itu, ditegaskan bahwa guru-guru yuang akan
I A
mengajar sekolah-sekolah harus mendapat izin dari pemerintah.
ED
Sekolah-sekolah swasta menganggap ordonansi ini dapat meng
A M
hambat kegiatan dan aktivitas belajar dan pembelajaran. Dengan di
D
NA
pelopori oleh Taman Siswa, perguruan swasta melancarkan protes
PRE
menuntut agar ordonasi tersebut dicabut. Karena kuatnya reaksi dari
perguruan-perguruan swasta dan juga dari kalangan pergerakan nasio
nal, pemerintah akhirnya mencabut ordonansi tersebut.
62
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
Soe karno berpidato membangkitkan semangat. Tema utama yakni
melawan imperalisme dan kolonialisme serta merebut kemerdekaan.
RO U
G
Rapat-rapat umum diadakan di berbagai daerah dan dihadiri oleh ri
I A
buan orang. Dengan menyelenggarakan rapat-rapat umum, berarti
ED
PNI melakukan cara baru, yakni agitasi politik.
A M
Berkat agitasi-agitasinya, PNI cepat berkembang. Bahkan, partai ini
D
NA
berhasil memengaruhi sebagian pegawai negeri dan anggota angkatan
PRE
perang. Namun, perkembangan yang cepat itu juga mengandung yang
cepat dari pihak pemerintah. Pengawasan polisi terhadap rapat-rapat
PNI dan terhadap tokoh-tokohnya semakin diperketat.
63
spiritualisme pancasila
UP
RO
merah putih, menyanyikan lagi Indonesia Raya, dan untuk menggan
G
ti sementara tenaga administratifnya yang ditenggelamkan Sekutu,
ED I A
pegawai pangreh praja Indonesia dinaikkan pangkatnya meskipun di
M
turunkan gajinya.
D A
Tentara Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua bangsa
NA
Indonesia. Dengan sangat strategis, tentara Jepang juga merekrut inte
PRE
lektual Indonesia dengan memberinya wadah Komisi Penyelidik Adat
Istiadat dan Tata Negara tanggal 8 November 1942 yang bersama 13
orang Jepang mendiskusikan ide-ide mereka tentang nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia, baik untuk kepentingan Jepang maupun untuk
kepentingan Indonesia merdeka yang mereka cita-citakan. Bahkan,
setelah kegagalan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia,
dan Nippon Pemimpin Asia, maka didirikanlah Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) yang diketuai oleh empat serangkai, Soekarno, Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan Mas Mansur, yang mendapat sambutan hangat dari
rakyat.
Setelah itu, dibentuklah berbagai organisasi massa seperti Seinen
dan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Heiho yang
terkenal dengan PETA yang diprakarsai Gatot Mangkupraja. Semuanya
adalah strategi Jepang untuk ‘melunakkan’ hati rakyat Indonesia agar
mau membantu Jepang melawan Sekutu. ‘Kekalahan’ Jepang secara
beruntun dalam perang (PD II) melawan sekutu ‘memaksa’ pemimpin
administrasi militer di Indonesia, yaitu Hayashi menganjurkan kepada
Pemerintah Jepang memberi janji kemerdekaan kepada bangsa In
64
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
Wedyodiningrat diangkat ketua (kaityo), bukan Soekarno, yang pada
waktu itu dianggap sebagai pemimpin nasional yang utama. Peng
RO U
G
angkatan tersebut disetujui oleh Soekarno, alasannya, sebagai anggota
I A
biasa akan lebih mempunyai banyak kesempatan untuk aktif dalam
diskusi-diskusi.
ED
D A M
NA
1. Sidang BPUPKI I (29 Mei – 1 Juni 1945)
PRE
Sidang pleno BPUPKI pertama diadakan dari tanggal 28 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945. Tanggal 28 Mei sidang dibuka dengan
sambutan Saiko Syikikan, Gunseikan, yang menasihati BPUPKI agar
mengadakan penelitian yang cermat terhadap dasar-dasar yang akan
digunakan sebagai landasan negara Indonesia merdeka sebagai suatu
mata rantai dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur
Raya.
Dalam pidato pembukaannya, Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat
antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota sidang: “Apa
dasar negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?” Pertanyaan ini
menjadi persoalan yang paling dominan sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945.
Bahkan, dalam rentang waktu tersebut hadir sejumlah pembicara yang
mengajukan sejumlah gagasan mengenai dasar filosofis atas negara
Indonesia yang hendak dibentuknya. Mereka, misalnya, Soekarno,
Moh. Yamin, dan Supomo yang secara argumentatif mengemukan
pendapatnya tentang dasar negara tersebut, yang pada akhirnya secara
ekplisit tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pidatonya yang
memberikan jawaban yang berisikan uraian tentang lima sila. Pidato
65
spiritualisme pancasila
P
1. Peri kebangsaan.
2. Peri kemanusiaan.
RO U
G
3. Peri ketuhanan.
I A
4. Peri kerakyatan.
ED
5. Kesejahteraan rakyat.
D A M
Pada akhir pidatonya, ia menyerahkan naskah:
NA
PRE
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan, Persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per
musyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Inonesia.
Pada 30 Mei 1945, Ki Bagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wachid
Hasyim mengusulkan dasar negara Islam, akan tetapi tidak menyam
paikan rumusan.
Prof Dr. Soepomo pada 31 Mei 1945 menyampaikan dasar negara
kebangsaan dengan berpaham negara integralistik. Ia mengemukakan
teori-teori negara, sebagai berikut:
1. Teori Negara Perorangan (Individualis)/Hobbes, Rousseau, H.
Spencer, Laski.
2. Paham Negara Kelas (Class theory)/Marx, Engels, Lenin.
3. Paham Negara Integralistik/Spinoza, Adam Muller, Hegel.
Sementara itu, Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 mengusulkan rumus
66
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
annya yang beliau sebut dengan nama Pancasila (nama yang diusulkan
oleh teman ahli bahasa), yaitu:
1. Kebangsaan-Nasionalisme.
2. Perikemanusiaan atau Internasionalisme.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Keadilan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Lima prinsip tersebut agar diberi nama “Pancasila”. Lima sila
tersebut dapat diperas menjadi Trisila yang meliputi: 1) Sosio nasionalis
me, 2) Sosio Demokrasi, dan 3) Ketuhanan. Ia juga mengusulkan “Tri
Sila” dapat diperas menjadi “Eka Sila” yang intinya “gotong royong”
Untuk menindaklanjuti hasil persidangan BPUPKI I disepakati
untuk membentuk panitia kecil. Panitia ini bertugas menampung, me
neliti, dan menyerahkan konsepsi para anggota ke sekretariat. Setelah
melalui pengelompokkan dihasilkan pokok-pokok masalah berikut:
UP
RO
1. Permintaan Indonesia merdeka secepatnya;
G
2. Usul mengenai dasar negara;
I A
3. Usul mengenai bentuk pemerintahan dan kepala negara;
ED
4. Usul mengenai unifikasi dan federasi;
5.
A M
Usul mengenai warga negara;
D
NA
6. Usul mengenai pemerintahan daerah;
PRE
7. Usul mengenai agama dan hubungannya dengan negara;
8. Usul mengenai pembelaan;
9. Usul mengenai keuangan.
Pada 22 Juni 1945 diadakan rapat antara panitia kecil dengan
anggota BPUPKI yang dihadiri oleh 38 orang. Rapat ini menghasilkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Badan penyelidik menetapkan bentuk negara dan menyusun hu
kum dasar;
2. Meminta pemerintah Jepang untuk segera mensahkan hukum
dasar;
3. Meminta pemerintah Jepang untuk secepatnya mengadakan ba
dan persiapan kemerdekaan untuk menyelengarakan negara In
donesia merdeka di atas hukum dasar yang telah disusun dan me
lantik pemerintahan nasional;
4. Pembentukan tentara kebangsaan dan penetapan tentang ke
uangan.
Dalam rapat ini pula berhasil dibentuk panitia kecil yang terdiri
67
spiritualisme pancasila
UP
dikenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang di dalam
RO
nya berisi rumusan dasar negara sebagai berikut:
I A G
1. Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pe
ED
meluknya.
A M
2. Kemanusiaan yang beradab.
D
NA
3. Persatuan Indonesia.
PRE
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per
musyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
68
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
Jepang. Sesudah itu BPUPKI tidak mengadakan sidang lagi.
RO U
G
3. Sidang PPKI
ED I A
Badan ini dibentuk pada 9 Agustus 1945 oleh pemerintah Jepang
M
melalui Marsekal Muda Terauci dalam pertemuannya di Dalat (Viet
D A
nam Selatan) dengan tiga tokoh pemimpin bangsa Indonesia, yaitu
NA
Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Moh. Hatta. PPKI
PRE
dibentuk menyusul dibubarkannya BPUPKI pada 7 Agustus 1945. PPKI
semula beranggotakan 21 orang, dan setelah Jepang menyerah kepada
sekutu, anggotanya menjadi 27 orang. Badan ini diketuai Ir. Soekarno
dan wakilnya Drs. Moh. Hatta.
Sidang PPKI dilaksanakan pada 18 Agustus 1945. Persi dangan
ini dimanfaatkan untuk melengkapi syarat-syarat berdirinya negara
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Ke
giatan PPKI pada 18 Agustus 1945 pada prinsipnya terdiri atas dua
kegiatan, yaitu pertama kegiatan sebelum persidangan, dan kedua ke
giatan selama persidangan.
Kegiatan sebelum persidangan berupa rapat kecil yang terdiri atas
Moh. Hatta, Ki Bagus Hadikoesoemo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Kas
man Singodimedjo, dan Teuku Moh. Hasan mereka mengadakan ra
pat pendahuluan dan menghasilkan kesepakatan mengubah kalimat
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi peme
luk-pemeluknya” dan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan
ini dilakukan untuk mengakomodasi usulan dari wakil Indonesia Ti
mur yang merasa keberatan dengan rumusan pada rancangan dalam
69
spiritualisme pancasila
UP
RO
Latihan
I A G
ED
No. Nama Tokoh- Tahun Pola
M
Organisasi tokohnya Berdiri Perjuangan
D A
NA
PRE
70
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Latihan:
Isilah bagan yang ada di bawah ini dengan benar!
No. Nama Tokoh Gagasan yang Landasan Teoretis
Dikemukakan yang Dibangun
1. Ir. Soekorno
2. Prof. Soepomo
3. Ki Bagus Hadikusumo
4. M. Natsir
5. Moh.Yasin
Essai
Terangkan secara singkat mengenai proses terbentuknya dasar negara
pancasila di Indonesia!
UP
A G RO
ED I
M
G. Wawasan Keislaman—Kebangsaan
D A
NA
1. Pengantar
PRE
Bapak Bangsa pendiri Republik Indonesia; Soekarno, Hatta, Buya
Hamka, Syafruddin Prawiranegara, M. Natsir, dan lainnya meletakkan
sebuah fondasi yang kuat melalui Islam dalam memandang konsep
bangsa. Internalisisai nilai-nilai Islam dalam wawasan kebangsaan
Indonesia menjadi menarik untuk dikaji setidaknya disebabkan oleh
beberapa hal.
Pertama, bahwa pemahaman atas nilai-nilai kebangsaan Indo
nesia selama ini dinilai terpisah dari nilai-nilai spiritualisme Islam.
Terdapat ruang hampa di mana di sana hanya ada semangat kebang
saan tunggal. Pemahaman atas konsep kebangsaan perlu digali untuk
melihat bangunan kebangsaan Indonesia secara utuh baik performa
maupun esensinya. Pemikiran para bapak bangsa diyakini hanyalah
berada dalam semangat duniawi dalam mengonstruksi bangunan ne
gara. Pemaham ini menjadi berbahaya ketika pembacaan narasi ke
bangsaan dijauhkan dari nilai spiritualismenya.
Kedua, bahwa pemahaman atas ketiadaan hubungan konstruktif
antara wawasan kebangsaan Indonesia dengan nilai-nilai spiritualisme
Islam menjadikan seolah-olah kebangsaan Indonesia yang terbentuk
71
spiritualisme pancasila
P
Historisitas wawasan kebangsaan Indonesia perlu digali kembali
secara mendalam, untuk mengetahui hubungan-hubungan dinamis
RO U
G
antara spiritualisme Islam dalam wacana-wacana kebangsaan. Gagasan
I A
keislaman para Bapak Bangsa akan digali secara mendalam. Wacana
ED
spiritualisme Islam dalam mendorong terciptanya konsep wawasan
A M
kebangsaan Indonesia perlu digali dari khazanah pemikiran para Ba
D
NA
pak Bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan Islam menggunakan
PRE
Islam sebagai sumbernya, hal ini tampaknya bertentangan atau tidak
berkesesuaian dengan semangat universalisme Islam. Walaupun corak
Islam adalah universal dan bukan bersifat lokalitas, akan tetapi Islam
sebagai agama yang dianut oleh rakyat memberikan kekuatan bagi
rakyat untuk menuntut haknya. Struktur universalisme yang menolak
batas-batas demografi dalam Islam memperoleh asupan nilai-nilai
nasionalisme Barat. Masuknya nasionalisme ala Barat ke dunia Islam
melalui penjajahan. Pengaruh pendidikan Eropa dalam sistem pen
didikan di negara-negara jajahannya menjadi ide terciptanya sebuah
kebangkitan nasional. Sentimen religius Islam kemudian diletakkan
sekaligus menyelimuti semangat nasionalisme untuk melepaskan diri
dari sebuah penjajahan.1
1
Marcel Boisard, Humanisme dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1980),
h. 328- 332
72
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
UP
RO
a. H.O.S. Tjokroaminoto
I A G
Masuknya spiritualisme Islam yang mewarnai kebangsaan Indo
ED
nesia tidak terlepas dari peran Pondok Pesantren yang berkembang
A M
di Indonesia sejak lama. Banyak pemimpin nasional Indonesia yang
D
NA
dilahirkan oleh pondok pesantren. Pesantren yang menerima santri
PRE
dari berbagai suku di Indonesia berperan pula menghapus semangat
etnosentrisme, dan sekaligus menjadikan Islam sebagai wawasan da
sar nasionalisme Indonesia. Pesantren secara historis berfungsi tidak
saja sebagai pusat pembelajaran Islam. Pesantren berfungsi mem
bang kitkan sebuah kesadaran nasional, mengajarkan kepada para
santri dan para pendukungnya tentang arti penting mempertahankan
Tanah Air, meyelamatkan bangsa, dan merebut kemerdekaan.3
Spiritualisme Islam dalam wawasan kebangsaan Indonesia me
nyelimuti gagasan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. H.O.S. Tjokroa
minoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882, dan meninggal
Yogyakarta, pada 17 Oktober 1934. Beliau mencoba dan berhasil mem
bumikan nilai-nilai Islam dalam ruang dinamika sosial. Islam menjadi
membumi, yang dengan itu, dibangun sebuah kesadaran akan konsep
bangsa. Tjokroaminoto menuangkan pemikirannya dalam bukunya
2
George McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, (Depok: Penerbit
Komunitas Bambu, 2013), h. 52.
3
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: Penerbit Salamadani, 2013),
Buku satu, h. 138-139.
73
spiritualisme pancasila
P
Muslim adalah bersaudara. Nabi Muhammad Saw adalah manusia
yang melaksanakan amanah Allah. Beliau adalah manusia yang mele
RO U
G
takkan hubungan relasi antarmanusia. Nabi Muhammad Saw dalam
ED I A
gagasan Tjokroaminoto adalah manusia sempurna yang dijadi kan
sebagai contoh bagi manusia lainnya. Menurutnya, sosialisme Islam
A M
adalah sebuah jalan kesempurnaan, karena sosialisme Islam berawal
D
NA
dari perubahan akhlak manusia terlebih dahulu. Sosialisme Islam me
PRE
nurutnya adalah sebuah kebersamaan yang menghormati hak-hak
individu.5
Ruang kebersamaan manusia dalam sosialisme Islam ini akan
dengan mudah ditanamkan dalam sikap berbangsa. Menurutnya,
dalam sosialisme Islam ini tidak memandang suku, warna, kulit, ba
hasa, negeri, bahkan benua sekalipun. Semua umat Islam diikat oleh
kesamaan iman, yang dengan itu mewajibkan setiap umat Islam un
tuk bekerja demi kemajuan negeri dan rakyatnya.6 Semangat untuk
bersama dalam naungan Islam menjadi bara api terciptanya semangat
nasionalisme. Islam menjadi sumber kebangkitan jiwa nasionalisme
Indonesia.7
4
HOS Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Bandung: Penerbit Sega Arsy, 2010),
h. 19.
5
HOS Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Bandung: Penerbit Sega Arsy, 2010),
h. 136-137.
6
HOS Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Penerbit Sega Arsy, (Bandung: 2010),
h. 139.
7
Kesadaran akan semangat berbangsa ini menjadikan H.O.S. Tjokroaminoto
diberikan amanah untuk memimpin Sarekat Islam pada 13 Mei 1912. Sebelumnya KH
74
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
b. Soekarno Muda
Tokoh lainnya yang memiliki semangat membangun kemerdekaan
adalah Soekarno. Soekarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan Wafat
di Jakarta, 21 Juni 1970. Ia adalah salah seorang Bapak Bangsa yang
pernah kos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Soekarno muda memiliki
semangat untuk membebaskan negeri melalui tulisan-tulisan yang
pernah dimuat dalam beberapa surat kabar. Soekarno menyatakan:
Islam yang sejati mewajibkan para pemeluknya mencintai dan bekerja
untuk negeri yang ia diami. Mencintai dan bekerja untuk rakyat di antara
mana ia hidup, selama negeri dan rakyat itu masuk Darul Islam? Sayid
Jamaludin al Afghani di mana-mana telah mengkhotbahkan nasionalisme
dan patriotisme, yang oleh musuhnya lantas sahaja disebut “fanatisme”.8
P
antara Islam dan semangat nasionalisme membentuk sebuah negara
yang merdeka. Islam bukanlah sekadar agama yang hanya memuat
RO U
G
konsep-konsep ibadah, melainkan jauh dari itu yakni fungsi dinamika
I A
nilai religius Islam dalam menggerakkan semangat untuk membentuk
ED
bangsa Indonesia yang merdeka. Soekarno menjelaskan lebih jauh
A M
akan pemahamannya atas Islam:
D
NA
Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan
PRE
jiwanya sesuatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia
itu, melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebencanaan.9
Samanhudi telah berhasil mendirikan Sarekat Dagang Islam pada 1905 dengan tujuan
melakukan perlawanan imperilisme ekonomi Eropa. Sarekat Islam (SI) yang dipimpin
oleh Tjokroaminoto ini memiliki nilai semangat nasionalisme yang sangat kuat dengan
tujuan SI adalah Indonesia membangun pemerintahan sendiri (zelfbestuur). Indonesia
merdeka dari penjajahan secara politik dan ekonomi. Kemiskinan adalah bentuk dari
kebijakan ekonomi penjajahan. Semangat mendorong terciptanya Indonesia Merdeka
dengan konsep zelfbestuur ini sangat berbeda dengan tujuan Boedi Oetomo. Boedi
Oetomo dengan semboyan “Hidup Pulau Jawa, Hidup Bangsa Jawa, dan Hidup Boedi
Oetomo” berfokus pada perjuangan untuk meningkatkan taraf hidup orang Jawa dengan
berpijak pada filsufi Agama Jawa (kejawen). Selain itu, Boedi Oetomo menolak cita-
cita persatuan Indonesia. Beberapa anggotanya yang tidak sejalan akhirnya memilih
keluar dari Boedi Oetomo dan mendirikan Jong Islamieten Bond. Lihat: Ahmad Mansur.
Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: Penerbit Salamadana, 2013), h. 62.
8
Soekarno, “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,” tulisan Di Bawah Bendera
Revolusi, Jilid Pertama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 10.
9
Soekarno, “Surat-surat Islam dari Endeh,” tulisan dalam Di Bawah Bendera
Revolusi, Jilid Pertama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 325.
75
spiritualisme pancasila
P
antara lain-lain, ialah hadits yang dhaif dan palsu itu.10
RO U
A G
sitas akal dalam Islam. Soekarno melihat Islam dalam wujudnya yang
I
ED
rasional dan mudah untuk dilaksanakan. Rasionalitas menjadi kunci
M
dari kegemilangan Islam, karena darinya akan dilahirkan ilmu yang
D A
membuka wawasan pemahaman horizon manusia. Soekarno melihat
NA
PRE
bahwa Islam menjadi sumber tumbuh kembangnya nasionalisme ka
rena rasionalitas manusia yang menolak penundukan akal pikir manusia
atas manusia (taqlid). Akal merdeka membuka ruang kesadaran untuk
menumbuhkembangkan kemerdekaan sebuah bangsa. Soekarno me
lihat api Islam melalui rasio akal dalam menumbuhkan semangat ke
merdekaan.
Api Islam adalah jiwa Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an, dan
bukan semata berpedoman pada kitab-kitab fikih. Manusia menjadi
hidup, menjadi bernyawa karena adanya roh. Masyarakat yang se
mata-mata berpedoman pada fikih tanpa melihat pada Al-Qur’an
sama dengan masyarakat yang mati. Dunia Islam kini setengah mati,
tidak memiliki roh karena tenggelam di alam kitab fikih-nya. Soekarno
menjelaskan bahwa dirinya bukan pembenci kitab fikih melainkan
membenci pemikiran yang semata-mata hanya menggantungkan pa
da kitab fikih. fikih hanyalah sebuah kendaraan saja, sedangkan ken
daraan ini dikusiri oleh etika Islam dan Tauhid. Soekarno menjelaskan,
10
Soekarno, “Surat-surat Islam dari Endeh,” tulisan dalam Di Bawah Bendera
Revolusi, Jilid Pertama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 327.
76
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
c. Buya Hamka
Buya Hamka adalah seorang ulama pejuang kemerdekaan
Indonesia, sekaligus Pahlawan Nasional. Beliau lahir di Sungai Ba
tang, Tanjung Raya Agam, Sumatra Barat, 17 Februari 1908. Beliau
meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981. Pemahaman kuat Buya Hamka
atas iman dan rasa cinta kepada Tanah Air dipengaruhi oleh pemi
UP
RO
kiran Jamaluddin al Afghany. Buya Hamka menjelaskan berdasarkan
I A G
pemikiran Jamaluddin al Afghany, bahwa musuh besar yang harus
ED
dihadapi adalah penjajahan Barat yang pada hakikatnya adalah ke
M
lanjutan dari Perang Salib. Untuk itulah, setiap kaum Muslimin wajib
D A
atasnya untuk menentang penjajahan, maka diperlukan kekuatan
NA
Islam yang menyatu walaupun memiliki Tanah Air yang berbeda-beda.
PRE
Perlunya kaum Muslimin untuk memiliki kesatuan pandangan, yaitu
kembali kepada ajaran Islam.14 Islam menjadi motor penggerak bagi
pembebasan atas penjajahan yang membelenggu kaum Muslimin.
Islam yang memiliki nilai-nilai universal (universalisme) mampu me
nyatukan ide-ide nasionalisme dalam sebuah semangat universal,
yaitu kesatuan ide: kemerdekaan dari penjajahan.15
11
Soekarno, “Islam Sontoloyo,” tulisan dalam Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Per
tama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 497-502.
12
Soekarno, “Surat-surat Islam dari Endeh,” tulisan dalam Di Bawah Bendera
Revolusi, Jilid Pertama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 335.
13
Soekarno, “Me‘muda’kan Pengertian Islam,” tulisan dalam Di Bawah Bendera Re
volusi, Jilid Pertama, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bung Karno, 2005), h. 373.
14
Hamka, Said Jamaluddin al Afghany, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1981), h.
44.
15
Kemerdekaan atas penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa kepada ne
geri-negeri Muslim, khususnya Indonesia, dimulai dari adanya perdagangan Eropa
untuk mencari cengkeh di Nusantara, khususnya. Masuknya Belanda pertama kali
mendarat di Pelabuhan Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman pada 1596. Sikap
kesombongan, tidak sopan serta kekurangajaran pedagang Belanda ini dilakukan dengan
cara menyeret perahu milik orang Jawa yang berdagang di pelabuhan Banten. Tindakan
ini mengakibatkan perselisihan antara Kesultanan Banten dan Belanda. Hubungan
77
spiritualisme pancasila
P
arah bangsa dari kesulitan, kepayahan, penderitaan menuju kebaikan
membutuh sebuah pengorbanan yang besar. Pengorbanan yang dila
RO U
G
kukan oleh pemuda tentunya bukanlah pengorbanan yang sia-sia.
ED I A
Pengorbanan yang dilakukan para pemuda demi bangsanya tentu akan
M
diterima oleh ibu pertiwi Indonesia. Jiwa dan semangat berkorban ini
D A
dapat dilakukan oleh para pemuda ketika mereka memiliki iman yang
NA
kuat di dalam jiwa mereka. Iman menjadi landasan untuk membe
PRE
baskan bangsa dari penderitaan akibat penjajahan yang dirasakan.
Perjuangan mempertahankan Tanah Air pada hakikatnya adalah per
juangan mempertahankan akidah. Tanggung jawab melanjutkan per
juangan itu berada di tangan angkatan muda Islam. Angkatan muda
Islam harus mampu mempertahankan akidah dari rongrongan paham
materialisme dan isme-isme lainnya yang akan melemahkan iman
Islam.17 Angkatan Muda, menurut Buya Hamka, adalah mereka yang
sanggup menjadi harapan bagi bangsanya. Angkatan muda yang tidak
inharmoni antara Banten dan Belanda semakin diperburuk dengan masuknya Portugis di
tengah kancah permusuhan tersebut. Perselisihan antara agama ikut mewarnai ketiganya;
Portugis Katolik, Belanda Protestan, dan Banten Islam semakin memperuncing suasana
permusuhan. Akhirnya, terjadilah kesepakatan antara pedagang Belanda dan Banten
untuk menyingkirkan Pedagang Portugis. Pedagang Portugis tersingkir ke Maluku, dan
Belanda segera membentuk VOC pada 1602 untuk memperkuat armada dagangnya
di Kepulauan Nusantara. Inilah dimulainya penjajahan Belanda di Nusantara. Lihat:
Hamka, Sejarah Umat Islam, Pra Kenabian hingga Islam di Nusantara, (Jakarta: Penerbit
Gema Insani Press, 2016), h. 607-611.
16
Hamka, Dari Lembah Cita-cita, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2016), h. 71-
72.
17
Hamka, Dari Hati ke Hati, tentang Agama, Sosial-Budaya, Politik, (Jakarta:
Penerbit Pustaka Panjimas, 2005), h. 141.
78
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
untuk bergerak. Pemuda harus pula menyadari bahwa tidak sekadar
dibutuhkan kekuatan atas tubuh fisiknya, tetapi harus pula menyadari
RO U
G
sebuah kekuasaan Allah atas dirinya. Buya Hamka menjelaskan bah
I A
wa makna shalat berjamaah di masjid ataupun surau mengandung
ED
dua hubungan keterkaitan: hubungan manusia dengan Allah dan
A M
hubungan sosial jamaah. Ketika selesai shalat dan menunggu waktu
D
NA
shalat berikutnya, manusia yang berkumpul di masjid membicarakan
PRE
persoalan-persoalan kemasyarakatan. Di sinilah terdapat upaya untuk
menjauhkan sifat-sifat individualisme dalam diri setiap manusia.19
Menurut Buya Hamka, pencapaian kesejahteraan bangsa melalui
capaian-capaian ekonomi haruslah menuju pada sebuah tujuan luhur,
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Langkah pertama,
menurut Buya Hamka dalam mencapai sebuah kemakmuran bersama
adalah membangun jiwa bangsanya. Setiap orang harus membangun
jiwanya baik taraf individu, kelompok, komunitas, masyarakat hingga
taraf sebuah jiwa bangsa. Upaya mencapai kemakmuran tersebut di
mulai dengan menghormati hak kepemilikan individu. Hak ini di
hor
mati sekaligus diatur agar tidak terjadi kecemburuan sosial, di
sinilah peran ulil amri atau penguasa yang adil untuk mengatur dan
mengendalikannya.20 Membangun jiwa bangsa oleh seorang ulil amri
18
Hamka, Angkatan Baru, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2016), h. 18-34.
19
Hamka, Kesepaduan Iman dan Amal Saleh, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press,
2016), h. 83.
20
Hamka, Keadilan Sosial dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2015),
h. 5-6.
79
spiritualisme pancasila
P
mimpin, menurutnya. Meskipun ada orang yang baik juga jujur, be
lumlah tentu ia sanggup untuk memerintah negara sebagai sebuah
RO U
G
amanah. Setiap kesulitan yang dihadapi oleh bangsa dalam mencapai
I A
amanah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat harus mampu diatasi
oleh sebuah pemerintahan yang kuat.22
ED
A M
Buya Hamka juga menjelaskan bahwa wajibnya seorang anggota
D
NA
bangsa untuk berbuat terhadap sesama manusia adalah kehendak
PRE
keadilan itu sendiri. Kita wajib berbuat demi kepentingan masyarakat,
sesama manusia karena kita berasal dari satu keturunan dan tabiat
yang sama, yaitu kemanusiaan dan setiap manusia memiliki tujuan
yang sama yaitu kemuliaan. Kita wajib saling menolong, karena Allah
menghendaki kita hidup bersama dengan manusia lainnya. Ia tidak
dapat tegak sendiri jika tidak dibantu dan ditolong orang yang lain.
Itulah kebajikan, tolong menolong di antara sesama manusia adalah
hak sekaligus kewajiban untuk mencapai masyarakat yang sempurna
dalam pergaulan antarbangsa.23
Mencapai masyarakat yang sempurna dalam tata pergaulan ma
nusia dan antarbangsa tersebut tidaklah sekadar mencapai tujuan
akan pencapaian kepuasaan jasmani semata, melainkan manusia
mampu mencapai sebuah kepuasaan tertinggi, kepuasan mutlak yaitu
21
Hamka, Lembaga Budi, Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri, Berdasar Tun
tunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, (Jakarta: Penerbit Republika, 2016), h. 2-3.
22
Hamka, Keadilan Sosial dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2015),
h. 12-16.
23
Hamka, Lembaga Hidup, Ikhtiar Sepenuh Hati, Memenuhi Ragam Kewajiban un
tuk Hidup sesuai Ketentuan Ilahi, (Jakarta: Penerbit Republika, 2015), h. 157-158.
80
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
berbicara, serta percaya pada kemampuan dirinya.26
Hubungan interaksi positif yang tergali antara sesama manusia,
RO U
G
menurut beliau harus selalu dilandasi oleh semangat bertuhan. Ini
I A
lah menurut beliau disebut sebagai hukum alam atau sunnatullah.
ED
Kita tak akan mampu mengendalikan apa-apa yang telah dikehendaki
A M
oleh Allah bagi alam semesta dan manusia. Alam semesta tunduk
D
NA
pada hukum yang dikehendaki-Nya. Semua telah diatur dalam sebuah
PRE
neraca keseimbangan atas izin dan kehendak-Nya. Manusia mengikuti
kehendak-Nya dengan daya kemampuan yang dimiliki. Manusia ha
nya mampu berbuat yang terbaik, itulah keutamaan manusia: ia sadar
akan kepentingan dirinya, dan ada kepentingan kelompok kaumnya,
dan ada pula kepentingan bangsa pada dirinya. Untuk itulah ia selalu
dituntut untuk berbuat baik kepada setiap makhluk termasuk kepada
dirinya sendiri.27
Kesemua upaya dan kepayahan yang dilakukan dalam berbangsa
dan bernegara menurut Buya Hamka demi kecintaan setiap orang
kepada Tanah Airnya. Beliau menyatakan:
Bersatu Bangsaku menyeru Tuhan, memohon Tanah Air memperoleh
jaya. Terdengar azan di puncak menara, “hayya alal falah”, marilah
bersama-sama mengejar kemenangan. Aku bersama bermiliun bangsaku
24
Hamka, Falsafah Hidup, Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan
al Quran dan As-Sunnah, (Jakarta: Republika, 2015), h. 80.
25
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), h. 271.
26
Hamka, Pribadi Hebat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2014), h. 11-57.
27
Hamka, Falsafah Hidup, Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan
al Quran dan As-Sunnah, (Jakarta: Republika, 2015), h. 80-82.
81
spiritualisme pancasila
I A G
M ED
Kita percaya kepada Tuhan dan kita mengabdi kepada Tuhan. Kita
A
bersyukur kepada-Nya, karena kita dilahirkan di atas setumpuk dunia
NA D
yang indah. Tanah Air kita adalah nikmat Illahi kepada kita. Di atas
PRE
bumi-Nya kita dibesarkan, hasil bumi-Nya yang kita makan, air-Nya
yang mengalir yang kita minum.29
28
Hamka, Lembaga Hidup, Ikhtiar Sepenuh Hati, Memenuhi Ragam Kewajiban
untuk Hidup sesuai Ketentuan Ilahi, (Jakarta: Penerbit Republika, 2015), h. 320-321.
29
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1992), h.
221.
82
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
terdapat Penguasa Yang Maha Tinggi, yaitu: Allah. Laki-laki dan pe
rempuan wajib mengetahui hal ini, sebagai bentuk keimanan kepada
Allah dan kecintaannya pada tanah airnya. Maka keduanya memiliki
ke
wajiban sekaligus memikul tanggung jawab untuk merawat dan
menjaganya.30
d. Mohammad Natsir
Natsir lahir di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, 17 Juli 1908
dan meninggal di Jakarta, 14 Maret 1993. Natsir merupakan Bapak
Bangsa yang begitu kuat menanamkan spirit Islam dalam wawasan
kebangsaan Indonesia. Beliau menyatakan bahwa Islam adalah fon
dasi utama dalam menjadikan tegaknya sebuah negara. Umat Islam
sebagai golongan yang terbanyak dari golongan rakyat Indonesia men
jadi alasan, bahwa Islam diletakkan sebagai fondasi berbangsa dan
bernegara.31 Beliau menjelaskan terdapat hubungan yang erat antara
agama dan negara. Natsir menyatakan:
UP
G
Dfikalau membitfarakan urusan agama dan negara ini ialah, bahwa
A RO
I
dalam pengertian Islam fang dinamakan “agama” itu bukanlah semata-
ED
mata fang disebut “peribadatan” dalam istilah sehari-hari itu sadfa
M
seperti salat dan puasa itu, akan tetapi fang dinamakan “Agama” me
D A
nurut pengertian Islam meliputi semua kaedah-kaedah, hudud-hudud
NA
(batas-batas) dalam muamallah (pergaulan) dalam masfarakat, menurut
PRE
garis-garis fang telah ditetapkan oleh Islam itu. Untuk mendfaga supafa
aturan-aturan dan patokan-patokan itu dapat berlaku dan berdfalan
sebagaimana mestinfa, perlu dan tidak boleh tidak ada suatu kekuatan di
dalam pergaulan hidup berupa kekuasaan dalam negara.32
Natsir melihat hubungan yang erat antara agama dan negara, dan
antara keduanya tidak terpisahkan. Agama dijalankan sebagai sebuah
pedoman dan kaidah hidup manusia. Untuk menguatkan agar ajaran
agama (Islam) dapat berjalan dengan benar, maka diperlukan sebuah
kekuasaan dalam bentuk negara. Negara mengatur, mengendalikan
setiap perilaku orang yang diukur berdasarkan batasan-batasan aga
ma. Negara berupaya menjaga agar hukum Islam dapat diterapkan
dengan benar melalui negara. Di sinilah peran hubungan negara dan
agama. Pemisahan hubungan agama dan negara melalui sekularisasi
tidak dikenal dalam konsep Islam. Natsir juga melihat faktor penting
30
Hamka, Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan, (Jakarta: Gema Insani Press,
2014), h. 3-9.
31
Mohammad Natsir, Islam sebagai Dasar Negara, (Bandung: Sega Arsy, 2014), h. 57.
32
M. Natsir, Arti Agama dalam Negara, tulisan dalam Capita Selecta, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1973), h. 436-437.
83
spiritualisme pancasila
UP
RO
melakukan sebuah gerakan perubahan sosial bagi masyarakatnya.
I A G
Pemikiran Natsir ini sangat tepat bahwa capaian kegemilangan sebuah
ED
bangsa ditentukan dari gerak dinamika aktif para pemudanya, dan
M
bukan di tangan golongan tuanya. Golongan muda memiliki energi
D A
yang kuat untuk mendobrak tatanan yang membelenggu, berupa pen
NA
jajahan.
PRE
Beliau juga menjelaskan hubungan antara falsafah Pancasila
dengan Islam sebagai agama. Dalam kaitan dengan Tauhid Islam dan
Pancasila, beliau menjelaskan:
Pantasila memang mengandung tudjuan-tudjuan Islam, tetapi Pantjasila
itu bukanlah berarti Islam. Kita berkejakinan jang tak kundjung kering,
bahwa di atas tanah dan iklim Islamlah Pantjasila akan hidup subur.
Apabila Sila Pertama ini jang hakikatnja urat tunggal bagi Sila-ila beri
kutnja sudah tumbang maka seluruhnja akan hampa, dan amorph, tidak
mempunjai bentuk jang tentu. Jang tunggal adalah jang mudah sekali
digunakan untuk penutup tiap-tiap langkah perbuatan jang tanpa sila,
tidak bekesusilaan sama sekali.34
33
M. Natsir, “Ichwanus shofa,” tulisan dalam Capita Selecta, (Jakarta: Bulan Bintang,
1973), h. 206.
34
Natsir dalam Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, (Bandung: Salamadani,
2010), h. 388.
84
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
pernyataan-pernyataan Soekarno mengenai Islam Sontoloyo. Beliau
menuangkannya dalam tulisan: Sikap Islam dalam Kemerdekaan Ber
RO U
G
pikir yang beliau tulis pada 1940. Menurut Natsir, bahwa manusia
I A
wajib melindungi dan menghargai akal sebagai bentuk sarana untuk
ED
mengetahui Tuhan. Beragam ayat yang tersebar dalam Quran meme
A M
rintahkan untuk akal dan pikirannya dengan baik. Manusia diminta-
D
NA
Nya untuk memperhatikan setiap gejala-gejala alam dengan tujuan
PRE
untuk melihat adanya kebesaran Tuhan. Untuk itulah, maka Islam
menurut beliau melarang taklid buta kepada paham apa pun yang
tidak berdasar pada wahyu. Akan tetapi akal juga harus ditempatkan
sesuai dengan porsinya. Seorang yang menyatakan, bahwa akal da
pat menjawab semua masalah pada hakikatnya ia telah jatuh pada
sebuah taklid buta pula, yaitu taklid pada rasionalisme.35 Dengan
prinsip rasionalisme semata, maka menurut beliau shalat akan hanya
dipahami sebagai gerak badan semata. Pada masa modern, gerak ba
dan tersebut sudah dapat dilakukan melalui olahraga. Apakah shalat
dapat digantikan melalui badminton? Tentu saja tidak.36
Natsir juga berpendapat atas persatuan umat Muslim sedunia
untuk mengatasi penindasan penjajahan. Menurut beliau mengutip
pendapat Prof. Snouck Hurgronje dan Prof. Bousquet, bahwa periba
35
Mohammad Natsir, Islam dan Akal Merdeka, Kritik atas Pemikiran Soekarno
tentang Islam Sontoloyo dan Seputar Pembaruan Pemikiran Islam Polemik 1934-1940,
(Bandung: Sega Arsy, 2015), h. 136-143.
36
Mohammad Natsir, Islam dan Akal Merdeka, Kritik atas Pemikiran Soekarno
tentang Islam Sontoloyo dan Seputar Pembaruan Pemikiran Islam Polemik 1934-1940,
(Bandung: Penerbit Sega Arsy, 2015), h. 156.
85
spiritualisme pancasila
P
bagian. Banyak negara bagian terbentuk berada dalam kekuasaan
Belanda. Pada 1950 banyak negara bagian yang menyatukan diri me
RO U
G
reka untuk bergabung bersama RIS. Untuk mengatasi, adanya per
I A
pecahan sekaligus mengakomodasi keinginan rakyat untuk bersatu,
ED
maka Natsir mengeluarkan Mosi Integral untuk membentuk sebuah
A M
Negara Kesatuan. Mosi tersebut diserahkan kepada Parlemen dan di
D
NA
terima oleh Parlemen. Hasilnya adalah terbentuknya Negara Kesatuan
PRE
Republik Indonesia, 17 Agustus 1950.38
e. Sjafruddin Prawiranegara
Bapak Bangsa Indonesia yang sempat menjabat sebagai Pejabat
Presiden RI Darurat adalah Sjafruddin Prawiranegara. Beliau dilahirkan
di Serang, Banten, 28 Februari 1911 dan meninggal di Jakarta, 15
Februari 1989. Sjafruddin melihat Islam sebagai kekuatan universal
yang dengannya mampu mengalahkan segala ideologi yang ada di
dunia. Islam, menurutnya, adalah kekuatan penyeimbang di tengah
kutub perdebatan antara ideologi komunisme dan kapitalisme. Sja
fruddin melihat, bahwa cita-cita keadilan sosial yang tertuang dalam
marxisme terdapat pula dalam Islam. Nilai keadilan sosial dalam
37
M. Natsir, “Oleh-oleh dari Algiers”, tulisan dalam Capita Selecta, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1973), h. 197.
38
Waluyo, Dari Pemberontak menjadi Pahlawan Nasional; Mohammad Natsir dan
Perjuangan Politik Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2009), h. 75-78. Lihat Pula:
Nugroho Dewanto, eds., Natsir, Politik Santun di antara Dua Rezim, (Jakarta: Penerbit
KPG-Tempo, 2011), h. 51-57.
86
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
lam pikirannya, yang sesungguhnya menderita dan menjadi korban
sesungguhnya bukanlah kelas, melainkan manusianya. Pada sisi lain
RO U
G
nya terdapat kapitalisme yang menghancurkan nilai kemanusiaan
yang lahir dari etika Protestan.40
ED I A
Sjafruddin lebih jauh menjelaskan bahwa hal yang sangat penting
A M
dalam hidup manusia adalah keadilan. Manusia dapat bersikap dan
D
NA
berbuat adil ketika manusia sepenuhnya mengindahkan hak hidup
PRE
orang lain yang dikenal sebagai hak asasi manusia. Hak ini tidak dapat
dilanggar oleh siapapun termasuk oleh penguasa, karena melanggar
nya adalah sebuah kezaliman. Keadilan mendorong setiap orang orang
untuk berbuat adil pada dirinya sendiri yang terkadang melampaui
batas dan adil dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan sebuah bangsa dimulai dari pembangunan pendidik
annya, dengan kata lain pembangunan atas akhlak manusia. Manusia
yang memiliki akhlak akan merasa senasib sepenanggungan sehingga
rakyat akan dipersatukan dalam bangsa. Beliau melihat bahwa per
juangan kemerdekaan Indonesia adalah merupakan sumbangan be
sar umat Islam bagi bangsa. Umat Islamlah yang juga telah berhasil
menghancurkan komunisme di Indonesia.41
39
Sjafruddin Prawiranegara, “Islam dan Pergolakan Dunia” tulisan dalam Ajip
Rosidi, ed., Islam sebagai Pedoman Hidup, Kumpulan Karangan Terpilih, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 2011), h. 44.
40
Sjafruddin Prawiranegara, “Islam dan Pergolakan Dunia” tulisan dalam Ajip
Rosidi, ed., Islam sebagai Pedoman Hidup, Kumpulan Karangan Terpilih, Jilid 1, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 2011), h. 47-58.
41
Sjafruddin Prawiranegara, “Peranan Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan dan
87
spiritualisme pancasila
P
kita dapat berharap kemerdekaan dapat bermanfaat bagi seluruh Rak
yat Indonesia. Kewajiban pemerintah dalam Islam mengatur hubung
RO U
G
an antara majikan dengan buruh agar tidak terjadi pemogokan akibat
I A
penindasan. Membangun negeri secara Islam berarti menghindarkan
ED
diri dari kesalahan yang dibuat oleh negara-negara demokrasi Barat
A M
dan negara-negara komunis. Membangun bangsa secara Islam berarti
D
NA
mendidik masyarakat untuk menggunakan pengetahuan dan teknologi
PRE
guna keselamatan manusia. Kemerdekaan yang hendak dicapai oleh
bangsa Indonesia bukanlah hanya untuk menjadi kaya, melainkan un
tuk didistribusikan secara adil, untuk diamalkan kepada siapapun yang
membutuhkannya. Prinsip yang utama dalam Islam adalah tidak ada
perbedaan yang signifikan antara membangun dunia dan membangun
akhirat.43
Pembangunan”, tulisan dalam Ajip Rosidi, ed., Islam sebagai Pedoman Hidup, Kumpulan
Karangan Terpilih, Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya, 2011), h. 313.
42
Sjafruddin Prawiranegara, Masalah Negara dan Individu, tulisan dalam Ajip Ro
sidi, ed., Agama dan Bangsa, Pembangunan dan Masalah-Masalahnya, Kumpulan Ka
rangan Terpilih, Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), h. 98.
43
Sjafruddin Prawiranegara, “Membangun Secara Islam,” tulisan dalam Ajip Rosidi,
ed., Agama dan Bangsa, Pembangunan dan Masalah-Masalah-Nya, Kumpulan Karangan
Terpilih, Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), h. 112-113.
88
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
kekufuran, sesudahnja kamu beriman” (QS. Al Baqarah: 109), dan setelah
RO U
mengingat akan itu, terus mereka mulai mengumpulkan segala kekuatan
jang ada buat menangkis serangan jang datang, hal mana sudah lama
G
diperingatkandari dulu itu, kalau begitu maksud orang dengan perkataan
ED I A
aksi dan reaksi itu, kita tidak akan mungkiri. Sebab di sini aksi itu masih
tetap bersifat pantjingan dan reaksi masih tetap diakui sebagai seuatu
A M
kekuatan fang hidup dan mempunfai sumber fang tertentu pula, fakni
NA D
dalam Islam itu sendiri.44
PRE
Penjajahan tidak sekadar diartikan sebagai penjajahan atas tu
buh fisik manusia semata, tetapi juga menghancurkan keimanan
Islam. Natsir melihat hal ini dengan penetrasi Kristen ke dalam per
kam pungan Islam dengan beberapa aksi yang dilakukan oleh ke
lompok yang menamakan dirinya “Tentara Keselamatan” (Salvation
Army). Hubungan antar-agama ini selalu menimbulkan kecurigaan
yang semakin menguatkan persatuan kelompok. Kaum musli min
meng gunakan panji Islam sebagai identitas pribumi dalam meng
hadapi penjajah yang diidentifikasi sebagai Kristen. Faktor Islam ini
mendorong penguatan rasa kebersamaan kelompok, yang secara ti
dak disadari menumbuhkan identitas kebangsaan untuk melawan
penindasan dan penjajahan. Sikap sentimen agama ini muncul ka
rena pemerintah Kolonial Hindia Belanda memperlakukan penduduk
pribumi yang dijajah yang beragama Islam secara diskriminatif dan
congkak.45 Pada saat yang sama, homogenitas agama kelompok pribumi
44
M. Natsir, “Perguruan Partikelir Islam,” tulisan dalam Capita Selecta, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1973), h. 123.
45
Ridwan Lubis dan Muhammad Hisyam, “Islam dan Nasionalisme,” tulisan dalam
89
spiritualisme pancasila
P
versalisme, dapat pula diletakkan dalam konsep-konsep nasionalisme.
Tanpa harus menghilangkan batas-batas negara, Islam diletakkan da
RO U
G
lam membangkitkan semangat berbangsa untuk melepaskan diri dari
belenggu penindasan.
ED I A
Proses penanaman nilai-nilai keislaman bagi terbentuknya sebuah
A M
bangsa Indonesia semakin dipercepat dengan masuknya penetrasi
D
NA
Kristen yang sudah terbaratkan. Penanaman nilai-nilai keislaman da
PRE
lam membentuk sebuah nilai kebangsaan semakin membesar justru
ketika terjadi gelombang kristenisasi terhadap rakyat terjajah. Semakin
gencarnya proses kristenisasi Barat, meningkatkan pula proses-proses
penanaman nilai keislaman. Pertemuan antar-Islam dan Kristen di
Nusantara sejatinya merupakan kelanjutan dari pertemuan keduanya
dalam kancah Perang Salib di Abad Pertengahan. Gaung Perang Salib
yang terjadi sejak dikumandangkan oleh Paus Urbanus II tahun 1095
memunculkan perseteruan yang tak berakhir antara Islam dan Kristen
hingga masuk ke Nusantara.47
Proses penetrasi agama Kristen dengan semangat penyelamatan
ini dibawa melalui jalur penjajahan. Penetrasi ini diwujudkan dengan
pembagian beras yang dilakukan oleh Jan Pieterszoon Coen selaku
Gubernur Jenderal VOC era 1619-1629. Coen untuk pertama kalinya
Taufik Abdullah, eds., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Jilid 5: Asia Tenggara, (Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), h. 394-395.
46
Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, Studi Tentang
Perdebatan dalam Konstituante, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 2006), h. 43-44.
47
Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Se
buah Refleksi Sejarah, (Bandung: Mizan, 2009), h. 80-81.
90
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
jajah dan terjajah, sehingga melahirkan perlawanan ideologis yang
berujung pada perlawanan fisik. Kini hubungan diletakkan dalam ra
RO U
G
nah bangsa yang merdeka, untuk saling menghormati. Fungsi agama
I A
(Islam) untuk memberi makna hidup, sebagai sumber nilai, moral, dan
ED
etika, serta wahana pemersatu anggota komunitas masyarakat, mem
A M
berikan rasa aman dan percaya diri, serta memiliki motivasi yang kuat
D
NA
untuk melaksanakan kemaslahatan. Agama juga berperan sebagai in
PRE
strumen perekat keutuhan bangsa. Di sinilah Islam memiliki daya ke
kuatan penyatu dari beragam kulturmultietnik.50
Manusia secara fitrah memiliki dasar-dasar kesucian yang terba
ngun sejak manusia diciptakan dengan perjanjian suci antara manu
sia dengan Tuhannya. Manusia dihadapan Allah berjanji untuk tun
duk dan patuh menyembah kepada-Nya semata, Tuhan Yang Maha
Esa, Tauhid. Inilah makna hidup yang melahirkan keinsafan, bahwa
manusia berasal dari-Nya dan akan kembali kepada Allah.51 Nilai-nilai
ketuhanan diwujudkan untuk membebaskan manusia dari belenggu-
belenggu perbudakan manusia atas manusia. Proses dehumanisasi
dengan merendahkan martabat manusia dan kemanusiaan dikemba
48
Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Se
buah Refleksi Sejarah, (Bandung: Mizan, 2009), h. 81.
49
M. Nastir, Muhammad dan Charlemagne, tulisan dalam Capita Selecta, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1973), h. 63.
50
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional, Revitalisasi dan Reatualisasi Nilai-Nilai Ke
islaman, (Jakarta: Penerbit Kompas Gramedia, 2014), h. 77-78.
51
Nurcholish Madjid, Islam, Agama Kemanusiaan, Membangun Tradisi dan Visi
Baru Islam Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), h. 178.
91
spiritualisme pancasila
P
tercipta atas dasar kemanusiaan, kesederajatan manusia di antara
manusia lainnya. Relasi manusia untuk selalu menciptakan hubungan-
RO U
G
hubungan yang konstruktif atas nama Tuhan. Maka, ketika ruang di
I A
namis manusia diisi oleh proses-proses dehumanisasi, penindasan
ED
manusia atas manusia lainnya, terjadilah penindasan atas kehendak
A M
kesederajatan manusia dan kehendak manusia. Penjajahan dengan
D
NA
proses dehumanisasi telah melawan arus kuat kemanusiaan sekaligus
PRE
nilai-nilai ketuhanan. Atas dasar nilai Ketuhanan Tauhid yang meya
kini hanya Dialah Allah Sang Maha Penguasa, dan bukan satu pun
manusia yang mampu menjadi penguasa, serta mengembalikan nilai
kesederajatan manusia beserta nilai-nilai kemanusiaan yang telah
binasa, para pejuang berupaya dengan sekerasnya untuk merebut ke
merdekaan. Kemerdekaan bukanlah sekadar bebas, melainkan bentuk
tanggung jawab untuk melaksanakan amanah Allah sebagai manusia
yang beradab.
Kemerdekaan direbut oleh umat Islam, sekaligus dipertahankan
dari upaya-upaya untuk mengembalikan bangsa Indonesia ke dalam
penjajahan. Bagaimana proses Islam mampu menumbuhkan nasio
nalisme Indonesia? Hubungan Islam dengan terbentuknya semangat
kejuangan secara historis dapat dilacak ke masa abad ke-17. Pada masa
itu tercipta hubungan antara beberapa kerajaan Islam Nusantara yang
mengirimkan para pelajar untuk belajar di kawasan Timur Tengah,
serta perjalanan ibadah haji. Hubungan ibadah dan belajar ke kawasan
52
Soedewo, PK, Keesaan Ilahi, (Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah, 2015), h. 150.
92
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
Nusantara. Beberapa pelajar dikirimkan belajar ke Belanda, dan bah
kan Belanda kemudian mendirikan beberapa perguruan tinggi di
RO U
G
Indonesia. salah satu tujuannya adalah mengatasi penetrasi pengaruh
kekuatan ulama Timur-Tengah di Nusantara.53
ED I A
Pengaruh haji dan interaksi ulama Nusantara dengan Timur-Te
A M
ngah ini sangat menggusarkan para petinggi kolonial. Thomas Stam
D
NA
ford Raffles, Letnan Jenderal Inggris yang berkuasa di Hindia Belanda
PRE
tahun 1811-1816, menyatakan:
Para Imam agama Muhammad tanpa terkecuali ditemukan dalam setiap
pemberontakan yang paling efektif. Kebanyakan dari mereka keturunan
campuran Arab dan pribumi yang pergi dari satu negeri ke negeri lain
di belahan timur dan pada umumnya, karena intrik dan desakan para
pemimpin lokal, tergerak untuk menyerang atau memerangi orang-orang
Eropa sebagai kafir dan pengacau.54
53
Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad, Garda Depan Mene
gakkan Indonesia (1945-1949), (Tangerang: Pustaka Compass, 2014), h. 59-81.
54
Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan, Pergumulan Elite Muslim dalam Seja
rah Indonesia, (Bandung: Mizan, 2012), h. 104.
93
spiritualisme pancasila
P
berontakan yang menggunakan simbol sekaligus identitas Islam. Per
lawanan Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme dalam Perang
RO U
G
Jawa (1825-1830), memberikan gambaran yang nyata atas penggunaan
I A
identitas religius keislaman. Dalam Perang Jawa, Pangeran Diponegoro
ED
mencukur rambutnya sebagai tanda, bahwa ia ingin menjadi santri dan
A M
menjauhi tradis kaum ningrat Jawa yang memakai rambut panjang.
D
NA
Selama Perang Jawa, Diponegoro dan seluruh pengikutnya memakai
PRE
nama-nama Islam dan mencukur rambut agar serupa dengan paras
Nabi Saw. Ia pun mengganti busana kepangerannya dengan busana
santri sehari-hari, dengan seorban sebagai penutup kepala. Sebelum
pelaksanaan perang, Diponegoro mengunjungi pesantren-pesantren
dan masjid-masjid di wilayah selatan Yogyakarta. Nama yang beliau
sandang dalam Perang Jawa bukan menggunakan nama Diponegoro,
melainkan Pangeran Ngabdulkamit (Abbdul Hamid). Ia menggunakan
nama tersebut, karena memiliki kesamaan atau keterhubungan de
ngan Abdul Hamid I, Sultan Ottoman Turki yang bergelar Khalifah.
Pasukan yang dipimpin olehnya menggunakan simbol-simbol tanda
pangkat dan resimen ala Kesultanan Turki, seperti: Bulio, Turkio,
dan Arkio.57 Perlawanan Pangeran Diponegoro menurut Lombard di
sebut sebagai Perang Sabil. Dalam peperangan tersebut, Pangeran
55
Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, (Depok: Penerbit
Komunitas Bambu 2015), h. 157.
56
Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan, Pergumulan Elite Muslim dalam Se
jarah Indonesia, (Bandung: Mizan, 2012), h. 107.
57
Peter Carey, Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), (Jakarta: Kompas,
2015), h. 57-71.
94
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
P
an terhadap kolonial di Banten semakin memuncak sejalan dengan
bangkitnya kesadaran Islam di Banten. Pertumbuhan pesat jumlah
RO U
G
Pesantren di Banten menjadi pusat pendidikan bagi pihak yang akan
ED I A
terlibat dalam pergerakan kebangkitan Islam. Purifikasi Islam m
enguat
di kalangan terdidik Banten ketika mereka bermukim di Mekkah me
A M
lalui Haji. Mereka mnyebarkan rasa permusuhan terhadap penguasa
D
NA
kolonial. Kembalinya jamaah haji ke Banten menjadikan kampanye
PRE
anti kolonial semakin gencar dan gigih dilakukan. Akhir atau ujung dari
kampanye anti kolonialisme ini adalah pemberontakan yang matang
terhadap para penguasa kafir. Pada saat menjelang pemberontakan
Banten, periode haji tahun 1880, 1885, dan 1888 adalah Periode Haji
Akbar, di mana periode ini menarik sangat banyak jamaah untuk
pergi beribadah haji ke tanah suci. Pada saat yang bersamaan, muncul
kebangkitan Islam pada akhir abad ke-19, semakin menguatkan per
la
wanan Rakyat Banten terhadap penguasa kolonial. Gerakan Ke
bangkitan Islam semakin kuat dengan gerakan Fundamentalisme Islam
yang tumbuh di Tanah Suci turut menyuburkan rasa nasionalisme
di Nusantara, tidak terkecuali Banten. Muncul pula gerakan-gerakan
tarekat ikut menyemarakkan kebangkitan perlawanan terhadap pe
merintah kolonial. Hingga pada titik tertentu, yaitu tahun 1888, mele
daklah Perlawanan Petani Rakyat Banten terhadap pemerintah kolonial
Belanda.59
58
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Jaringan Asia, Buku 2, (Jakarta: Gra
media, 2008), h. 351.
59
Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, (Depok: Komunitas
95
spiritualisme pancasila
P
an melawan penjajah yang akan merusak Kemerdekaan RI termasuk
jihad atau tidak. Maka Hadaratussyaikh mengundang seluruh Kiai
RO U
G
Pimpinan Pondok Pesantren se Jawa-Madura berkumpul di Surabaya
I A
untuk merundingkan hal itu. Hasilnya adalah Resolusi Jihad membela
ED
Kemerdekaan, yang berisi: pertama, hukumnya memerangi orang kafir
A M
yang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardu
D
NA
ain bagi tiap-tiap orang Islam yang mungkin bagi orang fakir. Kedua:
PRE
hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan melawan NICA
serta komplotan-komplotannya adalah mati syahid. Ketiga: hukumnya
orang yang memecah persatuan kita sekarang ini wajib dihukum
mati.60 Munculnya Resolusi Jihad ini semakin menguatkan keyakinan
untuk mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan atas kedatangan
Pasukan Sekutu semakin gencar, dan pada 30 Oktober 1945 dilakukan
gencatan senjata antara Pemuda Surabaya dengan Pasukan Sekutu. Di
tengah gencatan senjata, tiba-tiba Brigjen Mallaby tewas oleh sebuah
ledakan granat yang tidak diketahu asal-usulnya. Gencatan senjata
pun berakhir dan pimpinan sekutu mengultimatum Pemuda Surabaya
untuk meyerahkan senjata yang dimiliki. Jika 10 November belum juga
diserahkan, maka Kota Surabaya akan dibumihanguskan Pasukan Se
kutu. Ancaman tersebut dibalas dengan perlawanan keras dari para
Pemuda Surabaya. Bung Tomo pun menyerukan Perlawanan Jihad
dengan pidatonya yang membakar semangat Para Pemuda dan Laskar
96
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
UP
RO
ada di Surabaya ini. Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
G
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
ED I A
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
M
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-
D A
mana.
NA
PRE
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke
Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
97
spiritualisme pancasila
UP
RO
Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
A G
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-sau
I
ED
dara.
M
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
A
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!
NA D
PRE
Inilah jihad Umat Islam atas masuknya penetrasi asing untuk
meng hancurkan kemerdekaan yang telah diproklamasikan tanggal
17 Agustus 1945 melalui perlawanan para ulama, santri dan seluruh
Pemuda Surabaya pada 10 November 1945. Pertempuran ini menim
bulkan kerusakan yang cukup parah bagi Pasukan Sekutu. Se kitar
25.000 (dua puluh lima ribu) Pasukan Sekutu dengan persenjataan
militer yang sangat kuat dihadapi oleh 140.000 (seratus empat puluh
ribu) pejuang Jihad fi Sabilillah dengan persenjataan sederhana, di
tambah dengan pasukan rakyat yang berjumlah tiga kali lipat besar
nya.61 Akibatnya cukup fatal, Brigjen Robert Loder Symonds tewas
setelah pesawatnya ditembak jatuh di hari kedua pertempuran oleh
Pejuang Jihad fi Sabilillah Surabaya. Dalam pertempuran Surabaya ini,
tercatat dua Jenderal Sekutu tewas, Brigjen Mallaby dan Brigjen Robert
Loder Symonds. Dalam pertempuran di Front Eropa menghadapi Jer
man, Sekutu tidak pernah kehilangan satu pun Jenderalnya. Dalam
Pertempuran Surabaya inilah untuk pertama kalinya sekutu langsung
61
Hario Kecik, Pemikiran Militer 1, Sepanjang Masa bangsa Indonesia, (Jakarta: Ya
yasan Obor Indonesia, 2009), h. 237.
98
2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
H. Konklusi
Islam dalam sejarah tidak sekadar meletakkan gagasan-gagasan
ibadah ritual, tetapi telah pula diletakkan pada nilai-nilai kema
nusiaan. Islam menggerakkan nilai kemanusiaan untuk melawan se
genap nilai dehumanisasi, penindasan manusia atas manusia. Islam
menjadi sumber yang menyalakan semangat kebangsaan bagi terben
tuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para pejuang Muslim di
Nusantara telah membuktikan kepada dunia bahwa Islam yang melekat
UP
RO
pada jiwa bangsa Indonesia menjadi api yang menyalakan semangat
G
cinta Tanah Air. Islam yang membentuk semangat Berketuhanan Yang
ED I A
Maha Esa serta membentuk Manusia-manusia yang penuh keadaban.
M
Inilah bakti kaum Muslimin terhadap bangsa Indonesia.
D A
NA
PRE
99
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
3
nilai SPIRITUALISME DALAM
Filsafat Pancasila
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat” atau dalam bahasa Inggrisnya
UP
RO
“philosophi” berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang secara la
I A G
zim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut
ED
berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berda
M
sarkan pengertian bahasa tersebut, filsafat berarti cinta kearifan. Kata
D A
kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsa
NA
fat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata
PRE
tersebut, maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep
kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang
ahli pikir disebut filsuf, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok
orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang di
cita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Ciri-ciri berpikir filosofis:
a. Berpikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
b. Berpikir secara sistematis.
c. Menyusun suatu skema konsepsi.
d. Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat, yakni:
a. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari
101
spiritualisme pancasila
oleh Metafisika.
b. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh
Epistemologi.
c. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Antropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam
khazanah ilmu adalah:
a. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenar
nya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui
adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua va
riasi, yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
b. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia ada
lah ide yang sifatnya rohani atau intelengesi. Variasi aliran ini
adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
c. Realisme, aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan
dunia materi murupakan hakikat yang asli dan abadi.
d. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak
UP
RO
bersikap mutlak (absolut), tidak doktriner tetapi relatif tergantung
kepada kemampuan manusia.
I A G
A M ED
Manfaat filsafat dalam kehidupan, yakni:
D
a. Sebagai dasar dalam bertindak.
NA
b. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
PRE
c. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
d. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu ber
ubah.
102
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
(dijawab dengan agama); (d) Apakah yang dinamakan manusia
(dijawab dengan antropologi).
RO U
G
g. Harold H. Titus mengemukakan 4 pengertian filsafat, yakni: (a)
I A
satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (philosophy
ED
is an attitude toward life and the universe); (b) Filsafat adalah satu
A M
metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah (philosophy is
D
NA
a method of reflective thinking and reasoned inquired); (c) Filsafat
PRE
adalah satu perangkat masalah (philosophy is a group of problems);
(d) Filsafat adalah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy
is a group of system of thought).
8) Prof. Dr. Fuad Hassan, guru besar psikologi Universitas Indonesia,
menyimpulkan, bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal dalam arti mulai dari radiks suatu gejala dari akar suatu
hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajakan
yang radikal, filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal.
9) Al-Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua
yang wujud karena ia wujud. (al-ilm bil maujudat bimahiya mau
judah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui
tuhan, bahwa Ia Esa dan tidak Bergerak, bahwa Ia menjadi Sebab
yang Aktif Bagi Semua yang Ada, bahwa Ia Mengatur Alam Ini de
ngan Kemurahan, Kebijaksanaan, dan Keadilan-Nya. Seorang filsuf
atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan ten
tang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud
selain Allah, yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
103
spiritualisme pancasila
2. Sejarah Filsafat
Filsafat yang dibahas dalam tulisan ini mula-mula merujuk pada
penelusuran secara historis tentang perkembangan filsafat yang
dimulai pada masa Yunani Kuno. Di masa Yunani Kuno (abad IV–VI
SM), anggapan berfilsafat selalu diartikan sebagai upaya manusia
dalam mencari kebijaksanaan. Upaya ini sejalan dengan melihat se
cara etimologis tentang arti filsafat, yaitu philosophia, yang artinya
senang, suka (philos) akan kebijaksanaan (sophia). Bagi orang Yunani,
senang akan kebijaksanaan selalu diarahkan dengan kepandaian yang
bersifat teoretis dan praktis. Kepandaian bersifat teoretis adalah upaya
manusia mencari pengetahuan yang penuh dengan gagasan dan
ide-ide, ataupun konsep-konsep yang tentunya sejalan dengan cara
atau alam pikiran mereka. Pada mulanya, gagasan ataupun ide-ide
bangsa Yunani diarahkan untuk memahami alam semesta ini dengan
cara membuat atau menghadirkan mitos-mitos. Di dalam mitos-mi
tos itulah kekuatan alam semesta berada pada genggaman para pe
UP
RO
nguasanya, yaitu para Dewa. Dengan demikian, manusia atau bangsa
I A G
Yunani sangat tergantung pada alam pikiran yang bersifat magis bah
ED
kan dianggap tidak rasional, karena hanya di tangan para Dewalah
M
dunia dengan segala isinya itu hadir di antara mereka.
D A
Adapun kepandaian yang bersifat praktis adalah upaya mencari
NA
pengetahuan yang diarahkan untuk menemukan kegunaan dari pe
PRE
nge tahuan itu. Apabila pengetahuan itu bermanfaat ataupun ber
guna, maka peran ataupun fungsi pengetahuan sangatlah berarti bagi
manusia ataupun orang banyak. Bagi bangsa Yunani, pengetahuan
praktis adalah pengetahuan yang mendasarkan pada suatu keteram
pilan dan memiliki tujuan tertentu. Keterampilan itu, misalnya, kete
rampilan atau keahlian membuat suatu bangunan, suatu karya sas
tra, suatu karya musik, atau seni suara, keterampilan olah tubuh atau
berolahraga dan sebagainya. Sebenarnya, di dalam pengetahuan prak
tis tersebut, terdapat upaya bangsa Yunani untuk menemukan cara
bagaimana pengetahuan atau keterampilan praktis itu muncul, ber
peran, berfungsi, dan berguna bagi kepentingan orang dengan optimal.
Dari perkembangan secara historis, bangsa Yunani mengalami
perubahan dalam cara berpikir, cara untuk mendapatkan pengetahu
an yang berbeda dengan yang telah ada, yaitu mulai mengembangkan
daya penalaran yang lebih rasional dan logis. Penalaran tersebut di
aktualisasikan atau diwujudkan dengan bentuk mencari sebab ter
dalam atau “sebab pertama” dari alam semesta ini. Perubahan cara
berpikir dari mistis ke logos (rasional) memunculkan juga pandangan
104
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
para filsuf yang berusaha menguak rahasia alam dengan berbagai pen
dapat atau argumen tertentu yang lebih rasional. Seperti misalnya,
para filsuf alam yaitu Thales yang berpendapat bahwa asas di dunia
ini adalah air, sedang Anaximandros mengatakan asas itu adalah “yang
tidak terbatas” (apeiron) dan Anaximenes menyebut udara sebagai
asas pertama. Beberapa filsuf lainnya yang secara tidak langsung me
wariskan pengetahuan pada umat di dunia ini seperti Plato (dengan
dunia idea). Aristoteles (teori materi bentuk-hilemorfisme), Phytagoras
(dasar perhitungan aritmatika dan dalil phytagoras) dan Hipocrates
(dianggap sebagai bapak kedokteran–ahli pengobatan).
Masa berikutnya adalah Abad Pertengahan (Middle Ages). Masa
ini merupakan masa yang berlangsung sekitar 9 abad, dan pada awal
Abad Masehi itu ditandai dengan munculnya para pujangga Kristen
dan mereka mendasarkan pengetahuan keagamaan secara teologis.
Alam pemikiran manusia di masa itu bersifat teosentris dan imago dei.
P
Bersifat teosentris artinya, dasar pengetahuan manusia diarahkan pada
ajaran teosentris atau agama, sedang imago dei memiliki pengertian
RO U
G
bahwa manusia di Abad Pertengahan dianggap sebagai citra Tuhan,
I A
manusia dalam bertindak, berperilaku haruslah sesuai dengan ke
ED
inginan Tuhan, dan ajaran keagamaan. Pada Abad Pertengahan, ter
A M
jadi pertukaran kebudayaan antara bangsa Timur dengan bangsa Ba
D
NA
rat. Kebudayaan Arab mewarisi banyak karya Yunani Klasik. Banyak
PRE
filsuf Arab seperti Ibnu Sina sangat berminat dengan ajaran Aristoteles
dan ia memberikan dasar ilmu pengetahuan kedokteran di Barat.
Karya-karya bangsa Yunani, khususnya ajaran dari Aristoteles banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh para filsuf Arab dan dari
sanalah para filsuf Barat menerjemahkan dan mempelajarinya dan
mengembangkannya ke dalam pemikiran para filsuf Barat.
Setelah Abad Pertengahan, muncul Abad Renaissance (X–XVII).
Abad ini merupakan abad yang sangat memperhatikan dan berpusat
pada “kekuatan” manusia, tidak hanya kekuatan yang bersifat fisik,
tetapi juga kemampuan akal budi manusia. Pengertian Renaissance
atau kelahiran kembali diartikan sebagai lahirnya atau dihidupkannya
kebudayaan Yunani Kuno dan Roma. Pada awalnya, Abad Renaissance
ditandai dengan gerakan kesenian, yaitu suatu gerakan yang mencoba
menghadirkan karya-karya seni yang bernapaskan atau bergaya Yuna
ni Kuno dan Roma. Bebagai karya seni seperti seni pahat, seni lukis,
seni bangun——arsitektur, kesusasteraan, sangat mewarnai kehidupan
bangsa Eropa pada waktu itu. Gerakan kesenian tersebut, disebut juga
sebagai Gerakan Seni Humanisme, (memuncak pada abad XIV), yang
105
spiritualisme pancasila
P
ti Pertrarca, Bocasio, Eramus, Michelangelo, Leonardo da Vinci, Galileo
RO U
Galilei, Copernicus, J. Keppler sangat berperan dalam perkembangan
G
seni dan ilmu pengetahuan kealaman di dunia ini.
I A
Abad berikutnya adalah Abad Aufklaerung/Pencerahan (abad
ED
XVIII). Puncak kejayaan bangsa Eropa ditandai dengan hadirnya masa
A M
Aufklaerung (yang disebut juga sebagai masa Pencerahan atau Fajar
D
NA
Budi). Abad ini merupakan abad kelanjutan dari masa Renaissance,
PRE
kemampuan akal budi manusia diaktualisasikan dengan munculnya
ilmu pengetahuan kealaman yang didukung dengan berbagai perco
baan. Eksperimentasi yang berlandaskan aspek metodologis dan aka
demis. Faktor akademis yang telah dirintis sejak Abad Renaissance
memunculkan kaum intelektual dari berbagai universitas di Eropa,
yang mencoba menggabungkan antara unsur teoretis dengan unsur
praktis. Mereka berupaya menginginkan bahwa ilmu pengetahuan
harus memiliki peran dan berguna bagi orang banyak. Gerakan inte
lektual berkembang cepat di kawasan Eropa, seperti di Inggris, Pe
rancis, Jerman, dan Belanda. Salah satu sumbangan bagi kemajuan
khazanah ilmu pengetahuan adalah munculnya kaum Ensiklopedis
yang berusaha menyusun pemikiran-pemikiran tentang ilmu penge
tahuan, kesenian, ke dalam sejumlah buku dan kelak kemudian lebih
dikenal sebagai Ensiklopedia. Salah satu ensiklopedia yang tertua ada
lah Ensiklopedia Britanica. Tokoh yang sangat terkenal dalam bidang
fisika adalah Newton, David Hume tokoh Empirisme dari Inggris, serta
Voltaire, Montesquieu, dan J.J. Rousseau yang berasal dari Perancis,
mereka adalah para ahli di bidang kenegaraan dan politik.
106
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
berlomba menciptakan teknologi baru dalam mengantisipasi arus
globalisasi yang semakin cepat.
RO U
3. Pembagian Bidang Filsafat
I A G
M ED
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam
A
D
filsafat yang menyangkut tema tertentu, yaitu;
NA
a. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini,
PRE
hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji
secara khusus dalam ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam
semesta dibahas dalam kosmologi.
b. Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan
(episteme secara harfiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi
membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sum
ber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
c. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada
kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat
yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
d. Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharus
nya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebe
naran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik
yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung
jawab, suara hati, dan sebagainya.
e. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada
kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai
kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
107
spiritualisme pancasila
P
disiplin yang disebut di atas tadi, meski ada kekecualian, seperti fisika
RO U
dan psikologi telah mendapat privilesenya sendiri. Filsafat sering di
G
anggap sebagai ilmu politik. Teologi telah digantikan oleh filsafat
agama.
ED I A
Di samping itu, tanggung jawab filsafat terhadap bidang-bidang
A M
lain semakin diakui melalui perkembangan filsafat, studi, dan kursus
D
NA
interdisipliner. Yang paling penuh perkembangannya adalah filsafat
PRE
ilmu pengetahuan. Disiplin ini mengandung anataf filsafat ilmu-ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial: filsafat sejarah, filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat pendidikan.
108
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
fleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Filsafat Panca
sila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat
dari Pancasila (Notonegoro).
Kalau dibedakan antara filsafat yang religius dan nonreligius,
maka filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti, bah
wa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran menge
nal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
(kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan
manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Jika filsafat dibedakan dalam arti teoretis dan filsafat dalam arti
praktis, filsafat Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti,
bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang se
dalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan ke
P
bijaksanaan, tidak sekadar untuk memenuhi hasrat ingin tahu dari
manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil
RO U
G
pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut digunakan se
I A
bagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup,
ED
way of the life, dan Weltanschaung, agar hidupnya dapat mencapai
A M
kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
D
NA
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang
PRE
bermacam-macam dan bertingkat-tingkat sebagai berikut:
a. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
b. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
c. Kebenaran filosofis (filsafat);
d. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan, bahwa Pancasila itu adalah ajaran fil
safat, sebaiknya kita kutip ceramah Mr. Moh. Yamin pada Seminar
Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan Pancasila
Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya antara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam sua
tu sistem filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas, bahwa
ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat ulung, yaitu
Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan
seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan
Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut
paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant
(1724-1804).
109
spiritualisme pancasila
P
Negara yang berbentuk Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pan
RO U
casila. Di sini disebut sila yang lima untuk mewujudkan kebahagia
G
an, kesejahteraan, dan perdamaian dunia dan kemerdekaan. Kalimat
I A
ini jelas kalimat antitesis. Sintesis kemerdekaan dengan ajaran Pan
ED
casila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama kebahagiaan dan
A M
kesejahteraan rakyat.
D
NA
PRE
B. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat
dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta meng
analisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif.
2. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang
hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan
sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, salilng bekerja sama untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila
itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi.
110
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
UP
A G RO
I
3
ED
DAM
4
E NA
PR
5
Gambar 3.1
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
2 1 3 4 5
3 2 1 4 5
3 2 1 5
Gambar 3.2
111
spiritualisme pancasila
Gambar 3.3
UP
RO
1) Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
I A G
2) Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
ED
menjiwai sila 3, 4, dan 5;
A M
3) Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
NA Dmenjiwai sila 4, 5;
PRE
4) Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
5) Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
• Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
• Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial Satu,
yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
• Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong.
• Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan onto
logi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap
mencakup kesemestaan. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas lan
dasan ontologis Pancasila, epistemologis Pancasila, dan aksiologis
Pancasila.
112
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
Sistematika Filsafat
AXIOLOGY
Makna dan sumber nilai, wujud, jenis, tingkat, sifat nilai.
Hakikat nilai: manusia, materia, etika, estetika, politika,
budaya, agama, posthumous, dan Tuhan . . . (Allah Maha
Pencipta).
EPISTEMOLOGY
philosophy Makna dan sumber pengetahuan, proses, syarat
terbentuknya pengetahuan, validitas, batas, dan hakikat
pengetahuan, meliputi: semantika, gramatika, logika,
retorika, matematika, meta teori, philosophy of science,
Wissenschaftslehre . . .
ONTOLOGY
Makna dan sumber ada; proses, jenis, sifat, dan tingkat
ada: ada umum, terbatas, manusia, kosmologia; Ada tidak
terbatas, ADA mutlak . . . metafisika, posthumous.
UP
RO
2. Landasan Filsafat Pancasila
a. Landasan Ontologis Pancasila
I A G
ED
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat
A M
sesuatu atau tentang ada, keberadaan, atau eksistensi dan disamakan
D
NA
artinya dengan metafisika. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna
PRE
yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta
(kosmologi), metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat
sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu,
sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimak
sudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang
memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena
itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokok
dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipim
pin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
113
spiritualisme pancasila
UP
Menurut Titus (1984: 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar
RO
dalam epistemologi, yaitu:
1.
A
Tentang sumber pengetahuan manusia;
I G
ED
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
M
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
D A
NA
Secara epistemologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
PRE
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh ka
rena itu, Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipi
sahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Panca
sila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat
manusia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pe ngetahuan
Pancasila.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipa
hami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.
Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam
arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila
114
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
UP
RO
tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berba
G
gai bidang kehidupan konkret.
ED I A
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila se
M
bagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama
D A
dalam tertib hukum Indonesia.
NA
3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkret, yaitu isi arti
PRE
Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehi
dupan sehingga memiliki sifat khusus konkret serta dinamis (Lihat
Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu
hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang
terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis
anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa,
kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia
yang melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran
memoris, reseptif, kritis, dan kreatif. Selain itu, potensi atau daya ter
sebut mampu meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan
pengetahuan dalam demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi,
intuisi, inspirasi, dan ilham.
Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut. Sila Ketu
hanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan ma
nusia yang bersumber pada intuisi.
115
spiritualisme pancasila
P
suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
RO U
G
c. Landasan Aksiologis Pancasila
ED I A
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu ke
M
satuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pan
D A
casila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pan
NA
casila mengandung arti, bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
PRE
Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai,
manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu, atau teori. Aksiologi
adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang
baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan ke
dudukan metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang arti
nya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu
yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna.
Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai
adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science).
Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.
Ada berbagai macam teori tentang nilai. Max Scheler mengemu
kakan, bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan men
jadi empat tingkatan, yaitu:
116
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
I A
melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
G
ED
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
A M
yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
D
NA
a. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
PRE
manusia.
b. Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur
perasaan (aesthetis, rasa) manusia.
c. Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak (will, karsa) manusia.
d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan
mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ke
tuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan.
2. Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam per
aturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
117
spiritualisme pancasila
A
I
unsur–unsur Pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan ter
ED
sebut di antaranya:
A M
a. Unsur Ketuhanan. Pada hakikatnya penjajahan bertentangan
D
NA
dengan ajaran Tuhan. Tuhan mengajarkan kesetaraan antarma
PRE
nusia tidak ada yang lebih rendah derajatnya dan Tuhan pula
mengajarkan sesama manusia harus saling mengasihi dan menya
yangi antarmanusia. Penjajahan yang dilaksanakan oleh negara-
negara Barat justru mengeksploitasi manusia dan menjauhkan
nya dari sifat kemanusiaannya. Penjajahan tidak mengenal cinta,
kasih, dan sayang sebagai mana diajarkan oleh Tuhan. Oleh karena
itu, perlawanan terhadap kolonialisme ada yang didorong oleh
keyakinan melaksanakan tugas-tugas agama.
b. Unsur Kemanusiaan. Penjajahan tidak mengenal perikemanusia
an. Penjajahan pada hakikatnya adalah hendak menemukan kem
bali nilai-nilai kemanusiaan yang telah dihancurkan oleh penjajah.
c. Unsur Persatuan. Di dalam kenyataan memang bangsa Indonesia
dipecah-belah oleh penjajah. Meskipun demikian, bangsa Indo
nesia menyadari bahwa perpecahan akan mengakibatkan kerun
tuhan sebagaimana semboyan yang berbunyi bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh. Oleh karena itu, bagaimanapun juga persa
tuan sebagai senjata ampuh tidak hancur sama sekali.
d. Unsur Kerakyatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa pen
118
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
Latihan
Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini
a. Bandingkan perbedaan filsafat yang berkembang pada masa Yu
nani Kuno, pada masa Abad Pertengahan, zaman Renaissance,
P
dan pada masa Abad Pencerahan! (Dari segi isi yang dibahas, latar
belakangnya, maupun hasil yang dikembangkan).
RO U
G
b. Kajilah filsafat Pancasila, mengapa cocok dijadikan sebagai dasar
I A
negara dan ideologi bangsa Indonesia! (Hal-hal apa saja yang
ED
menjadikannya diterima oleh bangsa Indonesia).
A M
c. Uraikan secara singkat landasan ontologism, epistemologis, dan
D
NA
aksiologis Pancasila!
PRE
C. Falsafah Pancasila Kontempelasi
spiritualisme
1. Pendahuluan
Pancasila merupakan landasan berpikir sekaligus visi bangsa In
donesia. Pancasila sebagai sistem nilai mengadopsi lima nilai dasar di
dalamnya: Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai
Demokrasi yang mengutamakan musyawarah, serta Nilai Keadilan
sosial. Kajian terhadap peletakan Pancasila sebagai nilai dasar ini me
narik untuk dikaji setidaknya disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, bahwa Pancasila diletakkan sebagai sebuah falsafah se
kaligus fundamen hukum berbangsa-bernegara berupaya untuk me
warnai corak hukum di Indonesia dengan lima nilai dasar. Kelima
nilai dasar Pancasila akan diturunkan dalam bentuk peraturan-per
aturan hukum di bawah Pancasila yang akan mengendalikan perilaku-
perilaku dalam berbangsa dan bernegara. Peletakan Pancasila sebagai
119
spiritualisme pancasila
roh atau esensi dari terbentuknya aturan hukum ini menjadikan semua
aturan hukum harus mengacu pada lima nilai dasar hukum Indonesia.
Kedua, bahwa nilai religiusitas ketuhanan dan komunalitas ke
bhinnekaan Pancasila yang diambil dari lima nilai dasar tersebut selalu
memiliki ruang dinamika dengan fondasi nilai-nilai Tauhid Islam. Pada
titik-titik tertentu, relasi interaksi Islam dan Pancasila selalu diletak
kan dalam dinamika konfrontatif. Pada titik lain dapat menunjukkan
dinamika keterhubungan. Perlu ditelusuri secara mendasar substansi
religiusitas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan konsep Tauhid sebagai
pengakuan Ketunggalan Tuhan dalam religiusitas Islam.
Ketiga, bahwa Pancasila sebagai sebuah nilai dasar falsafah In
donesia menghadapi tantangan berat ketika ia berhadapan dengan
masuknya beragam nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Ia berhadapan
dengan beragam nilai baru seperti sosialisme, kapitalisme, dan seba
gainya. Pancasila kini berhadapan dengan beragam sistem filsafat
P
lainnya, dengan beragam nilai lainnya untuk berupaya saling mewar
RO
nai dan menanamkan nilai-nilainya. Nilai kapitalisme sebagai lawan
U
G
berat Pancasila berupaya terus menanamkan nilai-nilai dasarnya da
I A
lam pembentukan beragam peraturan-peraturan hukum khususnya
ED
lapangan hukum ekonomi di Indonesia.
D A M
NA
2. Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
PRE
Pancasila
Falsafah Pancasila tidak terlepas dari lima nilai dasar pemben
tuknya yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, Ke
adilan Sosial. Kelima nilai ini membentuk sebuah sistem falsafah,
yaitu falsafah Pancasila. Secara ontologis, falsafah Pancasila dimaknai
sebagai seperangkat nilai berisi nilai ketuhanan dan kemanusiaan
dalam sekelompok manusia yang bersatu, yang mengutamakan mu
syawarah guna mencapai sebuah keadilan sosial. Nilai ketuhanan dan
kemanusiaan melekat sebagai substansi manusia (aspek ontologis).
Metode pencapaian dilakukan dengan cara bersatu dan selalu meng
utamakan musyawarah (aspek epistemologis). Tujuan dan nilai guna
yang hendak dicapai adalah sebuah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (aspek aksiologis dan teleologis).
120
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
nya. Tuhan hadir dalam ruang batin manusia, ia dengan segala ke
sadar annya merefleksikan kehendak-kehendak Allah pada dirinya.
Nilai ketuhanan melekat pada manusia, ketuhanan mengandung
sebuah konsekuensi kepatuhan manusia atas kehendak-Nya. Maka
kita menyadari akan asal kesejatian manusia, berasal dari Tuhan
bekerja untuk dan atas nama Tuhan, serta kembali kepada Tuhan.
Proses bergulirnya hidup yang selalu bersama dengan-Nya. Sifat-
sifat ketuhanan yang melekat pada jiwa manusia ini mengakibatkan
manusia dalam ruang akalnya, ingin mengenal Tuhannya. Tuhan
yang seperti apa, bagaimana, dan untuk apa disembah? Tuhan Yang
Maha Esa adalah jawaban ontologis atas dimensi ruang akal manusia.
Tuhan Yang Hanya Satu, Dialah Allah. Perlu dipahami bahwa Pancasila
bukanlah agama, walaupun ia menjelaskan watak Tauhid, ia adalah
sistem falsafah yang memuat konstruksi Tauhid yang melibat spiritual
dan moral agama khususnya Islam.1
P
Allah menyebutkan Diri-Nya sebagai Zat Yang Tunggal (Qs.
an-Nahl [16]: 22). Pengakuan sifat kemanusiaan akan eksistensi Zat
RO U
G
Yang Maha Tunggal menunjukkan sebuah konsep monoteisme (Qs.
I A
al-Iklash: 112). Konsep ini menuntut sebuah pengakuan akan ke
ED
berbedaan manusia yang plural dengan Tuhan Yang Maha Tunggal.
A M
Berbeda akan sifat, di mana manusia berasal dari-Nya dan menuju
D
NA
pada-Nya. Pengakuan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus menutup
PRE
adanya pengakuan ketiadaan Tuhan. Ketiadaan Kausa materi meng
akibatkan ketiadaan alam dan manusia. Dia yang menjadikan, me
ngendalikan, serta menentukan struktur serta dimensi manusia dan
alam semesta. Allah adalah Tuhan yang dengan-Nya pula segalanya
menjadi ada. Wujud-Nya tergambar pada ciptaan-Nya, karena wujud-
Nya tidak muncul dalam jangkauan indrawi manusia. Ketika ia di
personifikasikan dalam wujud benda yang memenuhi dimensi waktu
dan ruang, maka Tuhan menjadi materi. Adapun materi adalah sifat
manusia, tentunya ini bukan Tuhan hakiki, karena ada yang menyamai-
Nya (Qs. asy-Syuura [42]: 11). Dia ada bukan karena wujud materi, Dia
ada di atas segala dimensi ruang dan menembus dimensi segala waktu.
Dia yang menciptakan ruang dan waktu tentunya Dia tidak berada
dalam konsep ruang dan waktu.
1
Bandingkan dengan Yudi Latif, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila, (Jakarta: Penerbit Gramedia, 2011), h. 110. Lihat pula: Adian Hu
saini, Pancasila bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2009), h. 147.
121
spiritualisme pancasila
P
yang beradab.
Nilai-nilai ketuhanan memiliki empat makna: pengakuan atas
RO U
G
sebuah penciptaan oleh Tuhan, penyempurnaan oleh-Nya, segala Se
I A
suatu diukur menurut ketentuan, serta konsep kepemimpinan untuk
ED
mencapai sebuah tujuan. Manusia Indonesia mengakui adanya peran
A M
Tuhan atas penciptaan sesuatu. Terbentuknya sebuah bangsa yaitu
D
NA
Indonesia terbentuk-tercipta atas kehendak-Nya. Tuhan menjadikan
PRE
segala sesuatu untuk disempurnakan. Cara serta faktor tercapainya
sebuah kesempurnaan bangsa berada di bawah kekuasaan-Nya. Segala
yang ada tercipta terbentuk menurut ukuran, yaitu dengan kesanggup
an yang tertanam dalam pembawaan masing-masing, dan berkem
bang di bawah kendali-Nya.2
Pengakuan atas eksistensi Tuhan Yang Maha Esa merupakan gerak
dinamik olah akal pikir manusia Indonesia. Gerak dinamika ini dapat
diketahui dari pendekatan Comte, menurutnya manusia mengalami
tahap-tahap dalam peradabannya, yaitu: tahap teologis menuju tahap
berpikir metafisik hingga mencapai tahap positif, yang bercirikan per
wujudan empiris melalui akal pengetahuan. Pada kasus masyarakat
Timur, proses alur berpikir tidak linear seperti apa yang dikemukakan
oleh Comte tersebut. Ketika kelompok masyarakat telah berada dalam
tahap positif dengan mengedepankan akal pengetahuan, pada saat
yang sama masih pula meyakini adanya kekuatan-kekuatan imateri
yang mengatur dan mengendalikan semesta.
2
Soedewo, PK, Keesaan Allah, (Jakarta: Darulkutubil Islamiyah, 2015), h. 5.
122
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
gagasan ruang ide semata, tetapi jauh merasuk pada sisi materi ma
nusia terdalam, yaitu jiwa. Manusia merasakan bahwa ia bersama
RO U
G
dengan Tuhannya karena ia menyadari bahwa ia berasal dari-Nya
I A
atas kehendak-Nya. Ia menjadi milik-Nya, dan memunculkan sebuah
ED
keyakinan bahwa Tuhannya adalah permulaan, dan dengan-Nya ia
A M
tertolong dan diteguhkan. Kepada-Nya pulalah tujuan dan akhir ma
D
NA
nusia, bersama-Nya ia bertawakal dan bersandar. Pengakuan atas
PRE
Keesaan Tuhan dalam Sila Pertama ini adalah urat tunggang keselu
ruhan sila Pancasila. Ia menjiwai sila-sila yang ada dalam Pancasila.
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak
beriman, hati mereka mengingkari keesaan Allah, dan mereka adalah
orang yang sombong” (Qs. An Nahl [22]:16)
123
spiritualisme pancasila
P
an atas posisi kemanusiaan manusia yang membedakannya dengan
makhluk lainnya. Manusia yang menggunakan ilmu pengetahuan se
RO U
G
kaligus kebaikan sebagai manusia beradab.3 Pemahaman atas sub
I A
jek manusia dan objek benda akan ditransformasikan dalam bentuk
ED
perilaku-perilaku. Perilaku yang tampak adalah hasil dari keseluruhan
A M
pemahaman yang mengendap dalam ruang ide. Nilai keadaban ini
D
NA
diukur dalam standar nilai, dan moral yang ditentukan secara ter
PRE
struktur oleh budaya. Budaya suatu kaum akan menjelaskan pelak
sanaan-pelaksanaan keadaban manusia. Pluralitas budaya me nim
bulkan pluralitas persepsi atas adab perilaku manusia (Qs. al-Hujuraat
[49]: 13). Pluralitas budaya tersebut bukan sebagai sarana perusak in
tegrasi antarmanusia, melainkan pemahaman untuk saling menolong,
bekerja untuk berbuat kebajikan (Qs. al-Maa’idah [5]: 2).
Relasi antarmanusia menjadi sarana membuktikan kualitas hu
bungan baiknya dengan Tuhannya. Norma bergerak, dan bekerja
dalam relasi-relasi antarmanusia. Norma menjadi struktur sarana
membentuk keadaban manusia. Kemanusiaan menunjukkan adanya
ruang kreasi manusia yang penuh keadilan dan keadaban. Dua bentuk
perilaku yang diharapkan oleh Allah kepada diri manusia, setelah
ia menyembah-Nya: berbuat adil, karena adil itu merupakan bukti
keadaban manusia.
Adil adalah perilaku yang tidak cenderung pada hawa nafsu yang
memicu kezaliman. Adil memiliki makna menempatkan sesuatu sesuai
3
Notonagoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, (Bandung: Bina Aksara, 1988), h. 22.
124
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
Dan, bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa
RO U
yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Maa’idah [5J:8).
A
D
relatif. Untuk itu ia menjadi manusia utuh ketika ia mampu hidup
NA
bersama dengan manusia lainnya. Hidup bersama ini adalah hidup
PRE
dinamis, untuk saling bekerja sama, tolong menolong dan bergotong
royong (Qs. al-Maa’idah [5]: 2) Ruang-ruang relasi dibangun untuk
menuju sebuah tujuan bersama, karena kerja optimum hanya ter
capai melalui sebuah kekuatan yang dihimpun secara bersama. Ini
lah hakikat persatuan yang menghendaki adanya kebersamaan untuk
membangun sebuah kekuatan. Persatuan di antara ruang-ruang per
bedaan, untuk memahami budaya yang beragam (pluralitas budaya).
Corak suku bangsa Nusantara adalah kehendak Allah (Qs. al-Hujuraat
[49]: 13), yang dengannya kita menyadari akan kenyataan hidup ber
sama, bekerja, membangun kebersamaan dalam rumah yang ber
nama Indonesia. Kebersamaan di antara corak ragam suku bangsa ini
hakikatnya satu: bahwa ia adalah bangsa Indonesia, bahwa ia adalah
makhluk Allah yang beradab. Inilah Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan
keragaman yang menyatu dalam sebuah tubuh bangsa Indonesia.
Kesadaran akan hidup bersama, memahami bahwa kita memiliki ru
ang yang sama. Kerja sama antarumat untuk mempertahankan rumah
yang ditempati secara bersama. Kekayaan alam yang dimiliki adalah
sebagai pendukung pembangunan manusia Indonesia sendiri.
125
spiritualisme pancasila
P
serupa. Dinamika relasi antarbudaya dibangun untuk memahami an
tarpendukung budaya. Kebersamaan kegotongroyongan tidak akan
RO U
G
tercipta ketika tidak ada kesepahaman di antara pendukung kebuda
I A
yaan yang berbeda. Sekat-sekat kecurigaan dan kesalahpahaman di
ED
hilangkan dengan membuka ruang-ruang dialog antarbudaya. Inilah
A M
hakikat Bhinneka Tunggal Ika, Bhina Ika Tunggal Ika, Beragam itu Satu
D
NA
itu, Beragam tetapi satu hakikatnya.
PRE
“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (Qs. Al-Hujuraat
[49]:13)
4
Yudi Latif, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia, 2011), h. 370.
126
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
katan.5 Dalam demokrasi kerakyatan desa ini, kesemuanya mengarah
kepada konsensus-konsensus yang di bangun di antara kelompok
RO U
G
dan individu pendukung masyarakat desa. Konsensus ini dibangun
I A
sebagai jalan untuk mengakomodasi kepentingan setiap kelompok
ED
maupun individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Tujuan di
A M
lakukan hal ini adalah untuk mencapai sebuah kemaslahatan umat.
D
NA
Kekuatan konsensus yang dibangun dalam demokrasi ini membuat
PRE
semua kekuatan-kekuatan sosial pendukung demokrasi tersebut ikut
merasa memiliki, bertanggung jawab, serta loyal terhadap keputusan
yang dihasilkan dalam musyawarah tersebut. Hikmah kebijaksanaan
juga menunjukkan adanya sebuah kearifan dalam menerima segala
perbedaan yang muncul dalam proses musyawarah.6
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan mu
syawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka” (Qs. As-Syuraa [42J: 38)
5
Lihat Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2013), h.
375.
6
Yudi Latif, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia, 2011), h. 475-488.
127
spiritualisme pancasila
P
setiap sumber daya yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi orang
lain. Keadilan sosial menginginkan distribusi sumber daya secara adil
RO U
G
kepada individu lainnya dalam ruang kolektif (Qs. adz-Dzaariyaat [51]:
I A
19). Keadilan yang diharapkan mampu memutus kesenjangan antara
ED
si kaya dan si miskin dalam akses penguasaan sumber daya. Keadilan
A M
yang dicapai meliputi keadilan ekonomi, sosial, dan juga politik yang
D
NA
terwujud dalam negara kesejahteraan. Keadilan ini bukan sekadar
PRE
dalam perspektif hukum, melainkan diikuti oleh sebuah semangat
kasih sayang.7 Keadilan sosial ini mengandung penghormatan atas
hak-hak perseorangan atau individu.8 Perwujudan keadilan sosial ini
menjadi amanah bagi pemimpin yang adil untuk menggerakkan po
tensi negara mewujudkan sebuah keadilan yang dapat dirasakan oleh
semua ka langan dan lapisan masyarakat. Pemimpin yang mampu
mendorong dan menyempurnakan masyarakat yang adil dan makmur.
Keadilan sosial adalah pencapaian keadilan terhadap manusia
Indonesia secara menyeluruh. Proses pencapaian keadilan sosial
ini tercapai melalui konsep musyawarah. Capaian keadilan sosial ini
membuktikan, bahwa nilai-nilai ketuhanan tidaklah terpisah dari nilai
kesejahteraan manusia. Unsur jiwa rohani tak terpisahkan dari unsur
tubuh fisik manusia. Musyawarah dilaksanakan untuk mencapai suatu
kesejahteraan secara menyeluruh bagi manusia Indonesia. Dalam
pencapaian keadilan sosial ini, musyawarah menjadi sarana untuk
7
Yudi Latif, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia, 2011), h. 584-586.
8
Hamka, Keadilan Sosial dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), h. 79.
128
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
ekonomi tidaklah dapat mengganggu kepentingan rakyat banyak yang
miskin. Keadilan yang diharapkan adalah keadilan didasarkan atas
RO U
G
kemakmuran dan kebahagiaan. Prinsip negara yang terbangun dengan
I A
semangat nilai keadilan sosial ini adalah sebuah negara kesejahteraan.
ED
Dalam negara kesejahteraan, Indonesia yang dituntut adalah etika po
A M
litiknya bukanlah penghapusan hak milik pribadi, melainkan bahwa
D
NA
hak milik pribadi itu memiliki fungsi sosial. Negara bertanggung jawab
PRE
atas kesejahteraan sosial. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat In
donesia pada hakikatnya adalah aksiologis pelaksanaan Pancasila.
Ia adalah nilai guna dari nilai ketuhanan dan kemanusiaan, serta
bersatunya masyarakat Indonesia dengan melaksanakan musyawa
rah, bertujuan sebuah nilai etik yaitu keadilan sosial. Kelima nilai ini
membentuk sebuah sistem kefilsafatan yang merasuki jiwa hukum
Indonesia berupa Falsafah Hukum Pancasila.
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang me
minta, dan orang miskin yang tidak meminta” (Qs. adz-Zaariyaat [51J:
19)
129
spiritualisme pancasila
P
pok manusia yang bersatu dan mengutamakan musyawarah demi
terciptanya sebuah keadilan sosial.9 Di sinilah hukum tercipta, ter
RO U
G
bentuk sesuai dengan ruang kosmik berpikir manusia Indonesia.
I A
falsafah hukum Pancasila ini tidak sekadar berada dalam konstruksi
ED
ilmu pengetahuan hukum saja, tetapi ia telah terefleksikan dalam gerak
A M
dinamika pikir, sikap-tindak, serta perilaku manusia Indonesia. Ruang
D
NA
kosmik ini tidak terlepas dari alam ketimuran yang selalu meletakkan
PRE
posisi dunia dan alam akhirat secara bersama dan tidak terpisah.
Tuhan bukan sekadar sebagai sebuah gagasan yang menghiasi akal,
melainkan juga ia tertanam dalam jiwa sehingga terefleksikan dalam
gerak manusia Indonesia.10 Hubungan gerak manusia dalam kehendak
akal dengan kehendak Illahiah dapat dijelaskan melalui konsep-konsep
ilmu pengetahuan. Dalam struktur ilmu pengetahuan terdapat hierarki
ilmu pengetahuan. Pada lapisan atas terdapat ilmu-ilmu ketuhanan
melalui ilmu agama, dan pada lapisan kedua terdapat ilmu duniawi.
9
Fokky Fuad, Filsafat Hukum, Akar Religiositas Hukum, (Jakarta: PrenadaMedia,
2015), hlm. 252.
10
Hubungan antara agama dan filsafat menjadi menarik untuk ditelaah mengingat
kedua hubungan ini terkadang ditafsirkan dalam ruang yang berbeda. Filsafat mem
buktikan kebenarannya dengan pendekatan akal, sedangkan agama membuktikan kebe
narannya melalui hati yang bersifat imanen. Inti norma agama ditujukan pada sisi alam
gaib yang sulit dibuktikan melalui fakta-fakta empiris. Pada hakikatnya, agama yang
berasal dari Yang Maha Gaib kebenarannya acapkali juga gaib, akan tetapi kebenaran
yang diterima oleh hati menjadi sebuah kepercayaan dibawa ke alam pikir manusia untuk
dibuktikan kebenarannya. Ruang akal diberikan oleh agama secara kritik dan analitik
dengan tujuan memberikan alasan-alasan yang bersifat rasional untuk membenarkan
agama. Dalam hal ini, terdapat keselarasan antara logika, akal, dengan agama. Lihat: Sidi
Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 70-71.
130
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
serta nilai-nilai baru dalam kosmik keilmuan. Gagasan keilmuan kini
jauh lebih logis, perhitungan-perhitungan mekanis menjadi pilihan
RO U
G
yang rasional.12 Kosmik Religiusitas hukum pun tergantikan oleh kos
I A
mik logika mekanis karena religiusitas dianggap sebagai irasional.
ED
Ruang-ruang hukum kini lebih fokus pada perlindungan individual
A M
dibandingkan perlindungan sekelompok manusia (komunal). Maka
D
NA
hukum kini menempatkan gagasan pembuktian logika, persidangan
PRE
pengadilan begitu jauh dari pemaknaan keadilan yang dirasakan
oleh masyarakat, karena ia memiliki logikanya sendiri. Ruang-ruang
peradilan tak mampu dipahami oleh kebanyakan manusia Indone
sia sendiri selaku subjek hukum. Pengadilan yang logis begitu sulit
menghadirkan keadilan sosial yang diharapkan oleh manusia Indo
nesia. Paradigma hukum Barat dengan logika hukumnya yang me
kanis tak dapat menerima ruang religius komunal. Di sinilah ruang
pengadilan yang menghadirkan gagasan keadilan individual hukum
Barat begitu asing dalam pemahaman berhukum manusia Indonesia.
11
Adian Husaini, Filsafat Ilmu, Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2013), h. 67-68.
12
Perubahan sosial yang begitu besar merubah pola pikir manusia khususnya sejak
masa Renaissance di Eropa. Hukum tidaklah sekadar ruang bertindak berdasarkan ide
dan kreastivitas Tuhan sehingga abai terhadap eksistensi akal manusia. Menempatkan
akal sebagai sumber kebenaran menjadi acuan utama sejak kejatuhaan Filsafat Hukum
Alam Irasional yang tergantikan oleh Filsafat Hukum Alam Rasional oleh Hugo Grotius.
Gerakan untuk menolak ide irasional dalam hukum menjadi semakin menguat sejak
kemunculan Mazhab Positivisme Hukum. Kebenaran hukum haruslah dapat diwujudkan
karena kewujudan itulah yang dapat diterima oleh ruang akal manusia. Lihat: Theo
Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Kanisius 1993).
131
spiritualisme pancasila
P
intersubjek. Sila ketiga-keempat adalah proses kebersatuan melalui
musyawarah menunjukkan sifat dinamis bangsa Indonesia da
RO U lam
G
beragam kondisi. Konflik, sengketa, dan juga kerja sama antarsubjek
I A
menunjukkan sifat dinamis ini. Dalam proses interaksi untuk mem
ED
bangun nilai-nilai kemanusiaan terjadi dinamika sesuai dengan sifat
A M
relativitas manusia. Sila kelima mengandung nilai keadilan sosial, dan
D
NA
nilai terakhir ini adalah aksiologi dan teleologis dari nilai-nilai Pancasila
PRE
secara keseluruhan.
Dalam ruang kosmik religius-komunal-kebhinnekaan, apakah
menghilangkan sama sekali ide atas perlindungan hak fundamental
manusia yaitu hak asasi manusia? Tidak sama sekali. Gagasan ber
ketuhanan tidak pernah dilepaskan dalam hubungan kemanusiaan.
Berketuhanan tidak terlepas dari perikemanusiaan yang adil dan ber
adab. Melindungi hak komunal sebagai perlindungan yang utama
juga menempatkan individu-individu di dalamnya untuk dilindungi
haknya. Untuk itu, yang lebih tepat adalah kemerdekaan individu se
bagai pengganti kata kebebasan individu dalam hukum. Kebebasan
dapat berarti membuang jauh ide dan cita hukum religus-komunal-
kebhinnekaan dalam konstruksi falsafah hukum Pancasila.
Ia merdeka untuk berbuat, merasa, bersikap, dan bertindak selama
dalam bingkai kemerdekaannya sebagai manusia. Kemerdekaan di sini
bukanlah kebebasan tak berbatas, karena kebebasan mutlak hanyalah
utopia, ia akan selalu terbatasi kebebasannya oleh kebebasan orang
lain. Maka, ruang dinamika gerak manusia akan selalu berada dalam
bingkai optik ketuhanan dan sekaligus optik komunal: kebersamaan
132
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
dengan manusia lainnya. Dua nilai yang akan selalu menjadi pembatas:
Kehendak Tuhan dan kehendak manusia lainnya.13 Ruang komunal ini
memiliki sebuah kekhasan tertentu, yaitu: keberagaman. Kebersamaan
ini merupakan ruang dinamis, di dalamnya terdapat kerja sama untuk
saling bergotong royong antar-individu dan kelompok. Kebersamaan
ini berada dalam ruang multikultur, multi-etnik, multibahasa, dan
multireligi. Maka ruang komunal ini menjadi ruang yang diisi oleh
proses penerimaan antar-beragam unsur budaya, religi, dan nilai-
nilai yang membentuknya. Layak apabila dinyatakan, bahwa komunal
bangsa Indonesia adalah komunal keragaman, komunal kebhinneka
an. Jika dikaitkan dengan eksistensi keyakinan akan wujud Immateri
Tuhan, maka dapat dinyatakan sebagai: religius-komunal-kebhinne
kaan. Nilai religius-komunal-kebhinnekaan ini diturunkan dari nilai
falsafah Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm. Darinya akan di
bentuk grundnorm yaitu Konstitusi, Undang-Undang Dasar.
P
Pada kondisi, inilah maka manusia Indonesia menyadari akan arti
penting falsafah hukum Pancasila sebagai sebuah kebenaran. Bahwa
RO U
G
manusia Indonesia menyadari akan posisinya dalam hubungannya
I A
dengan Allah sebagai bentuk Tauhid dan kebersamaan dengan manusia
ED
lainnya. Manusia Indonesia berhukum dengan dua nilai tersebut,
A M
sehingga ketika terdapat keberlakuan hukum yang menghilangkan
D
NA
konsep religius atau komunal-kebhinnekaan, maka ia akan terasing
PRE
dengan hukumnya sendiri. Hukum mengajarkan, bahwa ia lahir dan
berkembang bersama dengan jiwa bangsanya. Jiwa bangsa Indonesia
akan melahirkan hukum yang sesuai dengan ruang jiwa bangsa In
donesia. Forma hukum baik hukum negara maupun hukum rakyat
secara ideal akan terisi oleh dua nilai utama sebagai esensi dari hukum:
Nilai Religiusitas dan Nilai Komunalitas-Kebhinnekaan.14
13
Kehendak bebas manusia selalu ditentangkan dengan kehendak absolut Tuhan
atas diri manusia. Keterikatan dan ketergantungan ataukah kebebasan? Hubungan ini
menjadi perdebatan dalam kalangan Islam terdidik, khususnya. Hakikat gerak manusia
selalu dikaitkan dengan fungsi akal yang menopang gerak kehendak manusia. Pada sisi
lain, terdapat kehendak Tuhan yang mengendalikan perilaku manusia dalam konsep
takdir Tuhan. Dalam hal ini, maka sesungguhnya kedua kehendak tersebut tidak perlu
dipertentangkan. Tuhan memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi bertindak dengan
akalnya, akan tetapi ruang kreasi gerak itu tidaklah bebas secara penuh atau mutlak.
Kebebasan manusia adalah utopia karena tidak ada yang bebas mutlak, tetapi bebas
dalam keterikatannya atas kehendak Tuhan. Ia bebas dalam ruang keterbatasannya. Ia
selalu menghadirkan Tuhan untuk menyelaraskan hubungannya dengan Tuhan. Lihat:
Fokky Fuad, Filsafat Hukum, Akar Religiositas Hukum, (Jakarta: Kencana, PrenadaMedia
Group, 2015), h. 20-32.
14
Konsep hukum Barat melihat hubungan antara individu dan komunal bertolak
dari keyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang bebas dan sederajat,
men are created free and equal. Konsep filsafat Pancasila bertolak dari sebuah konsep
133
spiritualisme pancasila
P
berarti menafikan peran Tuhan dalam proses pembentukan bangsa
Indonesia. Buya Hamka bahkan menjelaskan, bahwa Ketuhanan Yang
RO U
G
Maha Esa sebagai urat tunggang Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa melahirkan sila-sila Pancasila lainnya.16
ED I A
Pemikiran Buya Hamka ini membuktikan bahwa ruang kosmik
A M
manusia Indonesia tidaklah terlepas pada keyakinan atas eksistensi
D
NA
Yang Maha Gaib yaitu Allah. Manusia menyadari bahwa hubungan
PRE
interaksi manusia selalu tidak terlepas dari interaksinya kepada Allah
selaku Tuhannya. Membangun manusia tidak semata membangun
konsep-konsep akal budi sebagai gerak kendali perilaku, tetapi juga
dengan meletakkan gagasan ketuhanan sebagai kendali peri laku.
Gotong royong yang membangun nilai kebersamaan sesama manusia
sebagai sebuah gerak dinamis dikukuhkan pula oleh semangat ber
bahwa manusia diciptakan dalam kebersamaan dengan sesamanya. Konsep Timur yang
terwujud dalam Pancasila ini sering kemudian disalahtafsirkan untuk menciptakan
sebuah kekuasaan yang otoriter ketika tidak memberikan ruang bagi individu. Kesalahan
utama adalah terciptanya misinterpretasi terhadap menerapkan gagasan Pancasila
dan UUD 1945. Lihat: Soediman Kartohadiprodjo, Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia, (Jakarta: Gatra Pustaka, 2010), h. 31.
15
Pada pidato dalam rapat BPUPKI Bung Karno menjelaskan gagasan agung Panca
sila pada 1 Juni 1945. Beliau menjelaskan bahwa Pancasila dapat diperas menjadi Trisila
yaitu: Sosio-nationalisme, sociodemocratie, dan Ketuhanan dan kemudian Trisila dapat
diperas lagi menjadi Eka Sila yaitu: Gotong Royong. Gotong Royong adalah sifat komunal
dinamis bangsa Indonesia untuk menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan.
Lihat: Erman Rajagukguk, Sejarah Hukum Lahirnya Pancasila dan Masalahnya Dewasa
Ini, (Jakarta: Penerbit FHUI, 2016), h. 85-86.
16
Hamka, Dari Hati ke Hati tentang Agama, Sosial-Budaya, Politik, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 2005), h. 242-244.
134
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
kukan tidak lagi mengadopsi Pancasila sebagai staatsfundamental
norm. Peraturan perundangan sudah begitu asing dengan semangat
RO U
G
keadilan sosial sebagai sebuah aksiologi pembentukan hukum yang
I A
paripurna. Gagasan baru melalui penanaman nilai-nilai baru sudah
ED
tidak lagi memberikan ruang bagi nilai ketuhanan dalam hukum. Nilai
A M
ketuhanan tidak sekadar diartikan sebagai pelaksanaan perundangan
D
NA
syariah semata, tetapi jauh lebih dari itu memberikan ruang bagi
PRE
semangat berketuhanan melalui hukum dengan penanaman nilai-
nilai kebajikan moral. Ketika Pancasila dengan segenap nilainya su
dah mulai kabur dalam pandangan optik hukum, sedangkan pada sisi
lainnya begitu besar ilmu hukum memberikan ruang bagi ekspresi
individu.
Dunia hukum menjadi semakin jauh dari nilai-nilai dasarnya,
semakin jauh moral dan roh falsafah Pancasila, semakin jauh dari
idealita, yang tersisa adalah pencapaian keuntungan ekonomi semata
sebagai motif utama. Penghilangan Pancasila dalam pembelajaran
studi ilmu hukum khususnya dalam kajian filsafat hukum juga ber
dampak pada pelemahan pemahaman atas falsafah hukum Pan
casila dalam ruang dogmatika hukum. Para Bapak Bangsa seperti:
Soekarno, Buya Hamka, dan Natsir mengedepankan terlebih dahulu
landasan-landasan falsafahnya terlebih dahulu, sebelum meletakkan
dogma hukum sebagai aturan pelaksanaan hukum secara empirik.
Reaktualisasi Pancasila dalam kehidupan berhukum dimulai dengan
reaktualisasi pendidikan falsafah hukum Pancasila sebagai akar fal
safah bangsa Indonesia.
135
spiritualisme pancasila
P
royongan di tengah masyarakat.17
Beberapa pertanyaan penting dalam kajian falsafah hukum Pan
RO U
G
casila ini adalah: apakah falsafah hukum Pancasila sama dan sebangun
I A
dengan filsafat hukum alam? Filsafat hukum alam berintikan pada ajar
ED
an moral yang meletakkan Tuhan sebagai kendali atas perilaku manu
A M
sia. Hukum adalah benar ketika ia mampu merefleksikan kehendak-
D
NA
kehendak Tuhan. Dalam gagasan ini tampak, bahwa falsafah hukum
PRE
Pancasila sebangun dengan filsafat hukum alam. Perlu dipikirkan
lebih jauh, bahwa falsafah hukum Pancasila merupakan gagasan yang
meletakkan dua komponen nilai utama: nilai religiusitas dan nilai
komunal. Nilai Religiusitas meletakkan nilai ketuhanan Yang Maha
17
Mengenai Pancasila, Bung Karno pernah menyatakan: buanglah sama sekali
paham individualism itu, janganlah dimasukkan dalam Undang-Undang Dasar kita
yang dinamakan rights of citizens, maka karena itu jikalau kita betul-betul hendak
melaksanakan negara kita pada paham kekeluargaan, paham tolong menolong, paham
gotong royong dan keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap-tiap paham
individualism, dan liberalism daripadanya. Keberanian menunjukkan bahwa kita tidak
hanya membebek kepada contoh undang-undang yang baru, yang berisi kepahaman
keadilan, yang menentang individualism dan liberalism, yang berjiwa kekeluargaan dan
gotong royong. Pada keadaan ini tampak, bahwa Bung Karno menolak konsep hak asasi
manusia karena jiwa Pancasila adalah kekeluargaan. Lihat: Soediman Kartohadiprodjo,
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Gatra Pustaka,
2010), h. 61-62. Pendapat Bung Karno ini memang perlu dikritisi dalam konteks keki
nian, di mana gagasan dan konsep hak asasi manusia merupakan gagasan universal.
Penyelenggaraan kekuasaan yang terlalu kuat tanpa kendali pada satu sisi akan meng
hancurkan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai hak fundamental yang melekat pada
setiap diri manusia. Hak asasi manusia berupaya untuk melindungi nilai-nilai kema
nusiaan manusia. Dalam kaitan ini maka perlu terjadi titik temu antara gagasan dan
konsep religius-komunal dengan hak asasi manusia yang lebih melindungi individu.
136
3 Nilai Spiritualisme dalam Filsafat Pancasila
P
lam kehendak sekaligus kepemimpinan Tuhan. Nilai ketuhanan se
lalu diikuti oleh nilai kemanusiaan, di mana manusia tercipta secara
RO U
G
bersama manusia lainnya atas kehendak-Nya. Di sinilah nilai ketuhan
an kemudian menumbuhkan nilai-nilai komunal.
ED I A
Nilai-nilai komunal sebagai karakter falsafah keindonesiaan tidak
A M
tampak dalam gagasan hukum alam. Hukum alam meletakkan Tuhan
D
NA
sebagai penentu kebenaran gerak alam, sebagai contoh perilaku ke
PRE
patuhan. Gagasan falsafah hukum Pancasila meletakkan sebuah ruang
ilahiah dan kegotong-royongan sebagai gerak dinamis manusia yang
tidak dapat terlepas dari manusia yang lain. Hak-hak asasi manusia
dalam konstruksi filsafat hukum alam rasional yang mengagungkan
akal pikir juga terealisasi dalam gagasan falsafah hukum Pancasila.
Ruang-ruang dinamika nilai individu berada dalam sebuah lingkaran
nilai komunal tanpa saling menindas di antara nilai individu dan nilai
komunal. Konsep manusia dalam falsafah hukum Pancasila adalah
monopluralis,18 ia menyadari kedudukannya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari arena-arena sosial. Ia sebagai pribadi yang harus di
hormati hak-hak privatnya, pada saat yang bersamaan ia menyadari
posisinya sebagai bagian dari lingkungannya.
Dalam nilai komunal terdapat nilai individu, karena pada dasarnya
nilai komunal terbentuk dari satuan individu. Akan tetapi, mengingat
posisi nilai komunal berada pada lingkaran luarnya yang melindungi
18
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila, Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya, (Yogyakarta: Penerbit Paradigma, 2013), h. 516.
137
spiritualisme pancasila
nilai dan hak individu di dalamnya, maka nilai komunal tampak me
miliki ruang yang lebih besar dibandingkan nilai individu. Di sinilah
pertemuan kedua nilai dalam falsafah hukum Pancasila. Kebenaran
dalam gagasan falsafah hukum Pancasila selalu melihat pada nilai
ketuhanan sebagai kebenaran tertingginya. Kebenaran ini akan diak
tualisasikan dalam ruang gerak dinamika sosial-komunal, dan kebe
naran nilai komunal tidak mengabaikan nilai kebenaran individu.
Mengapa demikian? Karena aksiologi dalam falsafah hukum Pancasila
adalah mencapai sebuah keadilan sosial dan bukan keadilan individu
semata.
4. Konklusi
Falsafah hukum Pancasila adalah sebuah keniscayaan, ia ada
sebagai bentuk dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam falsa
fah hukum Pancasila dapat terlihat paduan utama nilai hukumnya
UP
yaitu: Nilai Religius dan Nilai Komunal. Nilai religius adalah sebuah
RO
pengakuan manusia atas eksistensi Tuhan yang mengendalikan alam
G
semesta dan manusia. Nilai ini menuntun manusia Indonesia dalam
ED I A
bertindak, berbuat, dan berinteraksi dengan sesama manusia, dan
M
dengan lingkungannya. Dalam hubungan interaksi dengan sesama dan
D A
lingkungannya, maka tercipta nilai kedua yaitu nilai komunal. Nilai
NA
kedua ini merupakan turunan dari nilai pertama sebagai nilai yang
PRE
utama dan pertama. Nilai komunal ini merupakan bentuk kesadaran
akan kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang bersatu. Kesadaran
akan eksistensi Tuhan sebagai pengendali diwujudkan dalam nilai-
nilai komunal.
Pada hakikatnya, berbuat baik dan benar adalah dalam hubungan
erat dengan pelaksanaan kehendak-kehendak Tuhan. Dalam posisi ini
kebenaran hukum yang tercipta adalah kebenaran yang berkait de
ngan fungsi nilai ketuhanan dan fungsi akal. Falsafah hukum Pancasila
mencoba menuangkan dua fungsi nilai tersebut secara operasional
dalam bentuknya yaitu peraturan perundang-undangan serta putusan-
putusan lembaga peradilan di Indonesia.
138
4
hak asasi manusia
dalam pancasila
UP
RO
dengan munculnya Magna Charta (Piagam Agung), yaitu perjuangan
I A G
di kalangan para bangsawan Inggris yang membatasi kekuasaan Raja
ED
John. Demikian pula pada abad ke-17, ketika tidak ada harapan bahwa
M
keadilan dapat diwujudkan, perjuangan untuk menegakkan hak asasi
D A
manusia berjalan terus. Melalui pergolakan dan perundingan yang
NA
lama akhirnya Bill of Rights (Undang-Undang Hak) diterima oleh Raja
PRE
William III pada 1869. Bill of Rights merupakan suatu naskah per
undang-undangan yang dihasilkan melalui suatu revolusi tak berdarah
(the Glorius Revolution of 1688) terhadap Raja James II.
Perjuangan yang yang serupa juga berlangsung di Perancis dan
Amerika Serikat. Dengan gigih rakyat Perancis menentang Raja di
nasti Bourbon yang memerintah dengan kekuasaan mutlak. Melalui
perjuangan yang dikenal dengan revolusi Perancis (1789) kemudian
menghasilkan Declaration droits de I’homme et du Citoyen (pernyataan
hak asasi manusia dan warga negara). Dalam tahun yang sama, per
juangan rakyat Amerika Serikat berhasil membuahkan Bill of Rights
yang kemudian menjadi bagian dari Undang-Undang Dasar Amerika
Serikat pada 1791.
Timbulnya gagasan mengenai hak ini pada dasarnya merupakan
akibat dari perkembangan aliran rasionalisme. Pemikiran ini tercermin
dalam karya-karya Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-
1704) keduanya dari Inggris dan Montesquieu (1689-1755) serta Rous
seau (1712-1778) dari Perancis. Aliran pemikiran yang rasional ini ingin
spiritualisme pancasila
P
ngan ketentuan, bahwa manusia bersedia menaati raja, asalkan hak-
hak mereka dilindungi.
RO U
G
Di bawah ini akan diulas secara singkat pemikiran dari aliran kon
I A
trak sosial yang berkembang pada waktu itu. Dalam penjabarannya,
ED
para filsuf ini tidak selalu sepaham. Hobbes misalnya berpendapat,
A M
bahwa manusia menyerahkan hampir semua haknya dan bahwa raja
D
NA
harus mempunyai kekuasaan yang besar untuk melaksanakan keter
PRE
tiban dalam masyarakat karena manusia bersifat egois dan mengejar
kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, raja yang kuat hampir
mirip dengan raja yang absolut, sebaliknya Locke dan dan Montesquieu
memperjuangkan pemerintahan yang terbatas.
140
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
Kekuaasaan Leviathan ini bersifat mutlak atau absolut dan tidak bisa
ditandingi dan disaingi oleh kekuasaan apa pun. Atas dasar pemikiran
RO U
G
ini, maka Hobbes dikenal dengan peletak monarki absolut.
NA
mana manusia hidup dalam kedamaian, kebajikan, saling melindungi,
PRE
penuh kebebasan, tak ada rasa takut, dan penuh dengan kesetaraan.
Manusia dalam keadaan alamiah, menurut Locke, pada dasarnya baik,
selalu terobsesi untuk berdamai dan menciptakan perdamaian, saling
tolong menolong, dan telah mengenal hubungan sosial.
Keadaan alamiah yang penuh damai itu berubah setelah manusia
menemukan sistem moneter dan uang. Inilah sumber malapetaka bagi
manusia menurut Locke. Sebelum ditemukannya uang, perbedaan
kekayaan antara sesama manusia tidak begitu mencolok sebab orang
tidak akan mengumpulkan benda-benda kebutuhan hidupnya mele
bihi apa yang dibutuhkan dan dikonsumsinya.
Locke adalah salah satu penganjur bagi suatu pemerintahan yang
terbatas. Dengan gagasannya yang terkenal monarki konstitusional,
Locke menghendaki kekuasaan raja yang terbatas. Kekuasaan raja
ini dibatasi oleh suatu perundang-undangan yang jelas sehingga raja
memiliki aturan main yang tidak dapat berbuat sekehendaknya. De
ngan kekuasaan raja yang dibatasi, maka kemungkinan pelanggaran
hak asasi manusia yang dilakukan oleh raja dapat diminimalisasi.
141
spiritualisme pancasila
UP
Rousseau, tidak mengenal dasar kontraktual, hanya organisasi poli
RO
tiklah yang dibentuk dengan kontrak sosial. Pemerintah sebagai pim
G
pinan organisasi itu dibentuk dan ditentukan oleh yang berdaulat dan
ED I A
merupakan wakil-wakilnya. Yang berdaulat menurut Rousseau ada
M
lah seluruh rakyatnya melalui kemauan umum. Kemauan umum ini
D A
bersifat mutlak. Adakalanya terdapat perbedaan-perbedaan antara
NA
kemauan umum dan kemauan seluruh rakyat. Kemauan umum selalu
PRE
benar dan ditujukan untuk kepentingan bersama, sedangkan kemauan
seluruh rakyat juga memperhatikan kepentingan individual.
Dengan konstruksi perjanjian masyarakat itu, Rousseau mengha
silkan bentuk negara yang kedaulatannya berada dalam tangan rakyat
melalui kemauan umumnya. Ia adalah peletak dasar paham kedaulatan
rakyat atau jenis negara yang demokratis, yakni rakyat yang berdaulat
dan penguasa-penguasa negara hanya merupakan wakil-wakil rakyat.
Pemikiran-pemikiran dari teori kontrak sosial ini telah banyak
mengilhami perjuangan rakyat, khususnya di Amerika Serikat, Inggris,
dan Perancis dalam melawan kekuasaan raja. Pemikiran mereka ini
lah yang banyak mewarnai konstitusi di negara Amerika Serikat dan
perkembangan di banyak negara-negara lain. Gagasan pemerintahan
yang terbatas dan perlindungan hak asasi manusia merupakan suatu
pemikiran yang sejalan dengan kodrat manusia yang memiliki hak
asasi yang harus dilindungi oleh negara.
Dalam pada itu, pecah perang dunia II telah menggeser hak asasi
manusia ke pinggir kehidupan umat manusia. Penguasa fasis Jerman
dengan tegas menyangkal persamaan di antara umat manusia mau
142
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
berbagai macam belahan negara yang ada di dunia. Sehingga, kemu
dian perserikatan bangsa-bangsa berniat untuk merumuskan landasan
RO U
G
yuridis yang mempunyai kekuatan mengikat bagi seluruh negara di
I A
dunia. Maka, pada 1966 Sidang Umum PBB menyetujui dua perjanjian
ED
internasional, yaitu perjanjian tentang hak-hak ekonomi, sosial buda
A M
ya, (covenat on economic, sosial and cultural rights) dan perjanjian ten
D
NA
tang hak-hak sipil dan politik (covenant on civil and political rights).
PRE
Secara institusional, kedua perjanjian tersebut dapat dianggap
sebagai peraturan pelaksanaan dari naskah pokok pernyataan umum
mengenai hak asasi manusia. Sehingga, memberikan ratifikasi terha
dap kedua perjanjian itu akan sangat penting, artinya secara yuridis,
sedikitnya sebagai bukti akan adanya hasrat yang tulus untuk mem
perjuangkan dan berperan serta dalam menegakkan hak asasi manusia.
Perjanjian ini baru dapat dilaksanakan setelah 35 negara ikut menan
datangani, karena salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi perjanjian
tersebut minimal ditandatangani oleh 35 negara.
Kedua perjanjian ini telah memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam mewarnai dinamika hubungan antarbangsa. Dengan
adanya perjanjian ini, maka setiap bangsa yang berada di dunia harus
menghormati secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya dari suatu
bangsa dan setiap orang. Oleh karena itu, semua tindakan yang berten
tangan tidak boleh dilakukan. Setelah adanya kedua perjanjian ini telah
mengilhami munculnya bentuk kesepakatan lain dalam melindungi
hak asasi manusia.
143
spiritualisme pancasila
P
misalnya hak untuk memilih pendidikan dan mengembangkan
kebudayaan.
RO U
G
6. Hak asasi untuk mendapatkan tata cara peradilan dan perlindung
I A
an atau procedural rights, misalnya peraturan dalam hal penang
ED
kapan, penggledahan, peradilan dan sebagainya.
D A M
NA
PRE
C. Hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila
Konsep hak asasi yang berlaku di Indonesia adalah penjabaran
dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan disemangati oleh
sila-sila lainnya dari Pancasila. Hak asasi manusia ditinjau dari sila-sila
Pancasila mempunyai definisi sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia menurut sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sila ini mengandung pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan menjamin setiap orang untuk melakukan ibadah menurut
agama dan keyakinannya masing-masing. Sila ini, menjamin ke
merdekaan beragama bagi setiap orang untuk memilih serta men
jalankan agamanya masing-masing. Tuhan memandang sama
terhadap semua umat manusia, memerintahkan manusia untuk
berlaku adil terhadap yang lain, menghormati, dan tidak meram
pas hak orang lain. Dengan demikian, sila ini mengandung pe
ngakuan terhadap segenap hak asasi manusia sebagaimana ajaran
Tuhan yang meliputi seluruh kehidupan. Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah Kausa prima atau sebab pertama. Artinya, asal dari
144
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
negara berada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat itu terwujud
dalam bentuk hak asasi antara lain:
RO U
G
a. Hak mengeluarkan pendapat;
I A
b. Hak berkumpul dan mengadakan rapat;
ED
c. Hak ikut serta dalam pemerintahan;
A M
d. Hak menduduki jabatan.
D
NA
5. Hak asasi menurut sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat In
PRE
donesia. Menurut sila kelima, setiap warga negara memiliki ke
bebasan hak milik dan jaminan sosial, serta berhak mendapatkan
pekerjaan dan perlindungan kesehatan.
145
spiritualisme pancasila
Di bawah ini adalah hak-hak warga negara yang ada dalam UUD
1945:
1. Hak di bidang hukum, pemerintahan, memperoleh pekerjaan, dan
upaya pembelaan negara.
a. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualian (Pasal 27
[1]).
b. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidup
an yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 [2]).
c. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara (Pasal 27 [3]**).
2. Hak di bidang politik dan hak asasi yang bersifat umum.
a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pi
kiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang (Pasal 28).
UP
RO
b. Untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupan
G
(Pasal 28A) **.
ED I A
c. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan, hak anak
M
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
D A
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B) **.
NA
d. Mengembangkan diri, mendapat pendidikan, memperoleh
PRE
manfaat dari IPTEK, seni dan budaya, memajukan diri secara
kolektif (Pasal 28C) **.
e. Pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja
dan kesempatan yang sama dalam pemerintahan, berhak atas
status kewarganegaraan (Pasal 28D) **.
f. Kebebasan memeluk agama, meyakini kepercayaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal, kebebasan berse
rikat, berkumpul dan berpendapat (Pasal 28E) **.
g. Berkomunikasi, memperoleh, mencari, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi (Pasal 28F) **.
h. Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
harta benda, dan rasa aman serta untuk bebas dari penyik
saan (Pasal 28G) **.
i. Hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh pelayanan ke
sehatan, mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat guna mencapai per
samaan dan keadilan (Pasal 28H) **.
146
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
TNI dan POLRI, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung (Pasal 30 [2]**).
RO U
G
5. Hak pendidikan.
I A
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Pasal
31 [1]****).
ED
A M
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
D
NA
pemerintah wajib membiayainya (Pasal 31 [2]****).
PRE
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sis
tem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang (Pasal
31 [3]****).
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-ku
rangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 31
[4]****).
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia (Pasal 31 [5]****).
6. Hak mengembangkan budaya.
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional (Pasal 32 [2]****).
f. Hak ekonomi
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
147
spiritualisme pancasila
P
b. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
RO U
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan ti
G
dak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan (Pasal 34
[2]****).
ED I A
c. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
A M
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Pasal 34
D
NA
[3]****).
PRE
E. Hak Asasi Manusia Menurut UU No. 39
Tahun 1999
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat
manusia.
148
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
hadap Hak Asasi Manusia.
RO U
I A G
ED
G. Negara Hukum dan Hak Asasi
A M
Menjadi kewajiban dari pemerintah atau negara hukum untuk
D
NA
mengatur pelaksanaan hak asasi ini yang berarti menjamin pelaksa
PRE
naannya, mengatur pembatasan pembatasannya demi kepentingan
umum, kepentingan bangsa dan negara. Ada kecenderungan bahwa
demi penghormatan akan perlindungan hak asasi manusia itu, maka
negara bertugas hanyalah menjaga ketertiban masyarakat, karena yang
penting dalam hal ini adalah negara tidak akan turut campur dalam
hal dianggap sebagai pelanggaran akan hak asasi itu, seperti masalah
setiap orang berjuang dan bersaing dalam kehidupan ekonomi. Dalam
hal ini, para anggota masyarakat dibiarkan bersaing dalam kehidupan
dengan suatu anggapan dasar, bahwa bila setiap orang berjuang dan
bersaing dengan melaksanakan hak asasinya, maka dengan sendirinya
masyarakat akan makmur.
Dengan menghormati hak asasi manusia itu, maka setiap orang
akan menggunakan haknya dengan sendirinya setiap orang berjuang
untuk mencapai kemakmurannya masing-masing. Dengan adanya ke
makmuran masing-masing, maka kemakmuran rakyat akan tercapai
dengan sendirinya di dalam masyarakat. Dalam hal ini, timbulah ma
syarakat liberal, di mana individu di kedepankan peranannya.
149
spiritualisme pancasila
1. Kejahatan Genosida
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghan
curkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara:
1) Membunuh anggota kelompok;
2) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok;
3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengaki
batkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
P
4) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kela
hiran di dalam kelompok;
RO U
G
5) Memindahkan secara paksa anak-anak dan kelompok tertentu ke
kelompok lain.
ED I A
A M
2. Kejahatan Kemanusiaan
D
NA
Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dan serangan
PRE
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya, bahwa serangan ter
sebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang;
f. Penyiksaan;
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemak
saan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau
bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkum
pulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan,
etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
150
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
UP
RO
Pada 1948 PBB mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Ma
G
nusia (Universal Declaration of Human Rights) yang menjadi dasar
I A
hukum internasional baru bagi persoalan HAM. Kemudian dibentuk
ED
lah lembaga bernama International Criminal Court yang mulai bekerja
A M
pada 2002 untuk mengadili kejahatan perang, pembersihan etnik (ge
D
NA
nosida), kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan agresi.
PRE
5. Proses Peradilan HAM Internasional
Dalam rangka menyelesaikan masalah pelanggaran HAM, PBB
membentuk Komisi PBB untuk Hak Asasi manusia (The United Nations
Commission on Human Right). Cara kerja Komisi PBB untuk hak asasi
manusia untuk sampai pada proses peradilan internasional, melaku
kan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang di
lakukan, baik dalam suatu negara tertentu maupun secara global. Ter
hadap kasus-kasus pelanggaran yang terjadi, kegiatan komisi terbatas
pada himbauan serta persuasi. Kekuatan himbauan dan persuasi ter
letak pada tekanan opini dunia internasional terhadap pemerintah
yang bersangkutan.
Seluruh temuan komisi ini dimuat dalam Yearbook of Human
Rights yang disampaikan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Mahkamah Internasional sesuai dengan tugasnya, segera me
nindaklanjuti baik pengaduan oleh anggota maupun warga negara
anggota PBB, serta hasil pengkajian dan temuan Komisi Hak Asasi
151
spiritualisme pancasila
UP
RO
b. Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Peristiwa ini membuk
A G
tikan bahwa bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai bangsa
I
ED
yang bertanah air satu dan menjunjung satu bahasa persatuan
M
Indonesia. Hal ini mencerminkan adanya upaya bangsa Indonesiaa
D A
untuk memajukan dan menegakkan hak atas kedaulatan yang
NA
dimiliki oleh negara Indonesia.
PRE
c. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus1945. Prokla
masi ini merupakan puncak perjuangan pergerakan kemerdeka
an Indonesia yang diikuti dengan penetapan UUD 1945 pada
18 Agustus 1945, yang dalam Pembukaannya m engamanatkan:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus diha
puskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri
keadilan”. Selain itu, dalam pasal-pasal undang-undang dasarnya
juga ditetapkan aturan dasar yang sangat pokok, termasuk hak
asasi manusia.
d. Pencantuman rumusan hak asasi manusia dalam UUD RIS dan
UUDS 1950. Dalam kedua konstitusi tersebut, rumusan HAM le
bih terperinci daripada rumusan dalam UUD 1945. Hal ini karena
ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RIS 1945 dan UUDS
1950 diadopsi dari Universal Declaration of Human Rights. Peng
adopsian ini dilakukan karena adanya kesadaran bahwa b angsa
Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggung jawab untuk
152
4 Hak Asasi Manusia dalam Pancasila
P
i. MPR melaksanakan kewenangannya untuk mengamendemen
UUD 1945. Salah satu hasil amendemen UUD 1945 adalah menam
RO U
G
bahkan Bab X A tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28A-28J. Pasal-
I A
pasal tersebut secara khusus mengatur tentang hak asasi manusia.
ED
j. Pada 2000 dibentuk Undang-undang No. 26 yang mengatur ten
A M
tang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
D
NA
PRE
7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Banyak isu HAM mencuat di Indonesia. Isu HAM yang mencuat
di Indonesia tidak hanya berkaitan dengan pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, tetapi juga pada masa Reformasi.
Contoh pelanggaran HAM pada Orde Baru, seperti kasus Tanjung
Priok, Haur Koneng, kasus 27 Juli tahun 1996, kasus Situbondo, kasus
Tasikmalaya, penangkapan dan pemenjaraaan atas aktivis pemuda dan
mahasiswa yang berbeda pendapat dengan pemerintah yang berkuasa,
DOM di Aceh, kasus Trisakti, dan Semanggi. Contoh pelanggaran HAM
pada era Reformasi seperti berlanjutnya penzaliman terhadap rumah-
rumah ibadah, pelanggaran HAM di Timor Leste, konflik terbuka an
tara Dayak dan Madura di Kalimantan, konflik terbuka di Ambon dan
Poso, Perlawanan GAM di Aceh, aktivis OPM di Papua, dan kasus pem
bunuhan Munir.
Itulah beberapa kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Dari beberapa kasus pelanggaran HAM tersebut, ada yang sudah selesai
diadili seperti kasus pelanggaran HAM di Timor Leste, ada yang sedang
153
spiritualisme pancasila
dalam proses penekanan untuk diadili seperti kasus Tanjung Priok, ada
juga yang belum ditangani seperti kasus Trisakti dan Semanggi. Khusus
pelanggaran HAM di Timor Leste, penyelesaiannya dilakukan melalui
Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia dan Timor Leste.
KKP Indonesia dan Timor Leste dibentuk berdasarkan kesepakatan
bersama dan Memorandum of Understanding (MoU) antara dua kepala
negara pada 14 Desember 2004.
Latihan
Isilah latihan di bawah ini!
No. Konsep Penjelasan
1. Pengkajian
2. Penelitian
3. Penyuluhan
UP
G RO
4. Pemantauan
ED I A
5. Meditasi tentang HAM
A M
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
D
NA
1. Mengapa pemerintah memiliki tanggung jawab utama dalam
PRE
penegakkan dan perlindungan HAM di Indonesia?
2. Jelaskan permasalahan yang dihadapi dalam penegakkan HAM
khususnya dalam bidang politik!
3. Mengapa HAM menjadi salah satu isu pokok dalam globalisasi
dewasa ini?
4. Jelaskan pentingnya kerja sama internasional dalam penegakkan
HAM?
5. Bagaimana peran LSM dalam rangka menegakkan HAM di Indo
nesia?
154
5
pancasila dan
etika kehidupan bernegara
Pendahuluan
N UP
ilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkait
RO
an. Dalam hubungannya dengan Pancasila, maka ketiganya akan
I A G
memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika.
ED
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
M
suatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma, baik
D A
norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Di
NA
samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
PRE
mendasar, rasional, sistematis, dan komprehensif. Oleh karena itu,
suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar
yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat
praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa, dan negara
maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjadi pe
doman. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan meru
pakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma.
A. Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas ba
gaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi
dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
spiritualisme pancasila
UP
RO
serta panggilan nuraninya, kewajibannya, dan tanggung jawabnya
G
terhadap Tuhannya. Etika sosial di lain hal membahas kewajiban
ED I A
serta norma-norma sosial yang seharusnya dipatuhi dalam hu
M
bungan sesama manusia, masyarakat, bangsa, dan negara.
D A
NA
PRE
B. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu
pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu
objeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan
yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Menilai ber
arti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan se
suatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil
keputusan.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan me
ngarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu
sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya. Alport mengidentifikasikan enam nilai-nilai yang ter
dapat dalam kehidupan masyarakat, yaitu: nilai teori, nilai ekonomi,
nilai estetika, nilai sosial, nilai politik, dan nilai religi. Adapun ciri-ciri
nilai:
156
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
1. Hierarki Nilai
Hierarki nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang
UP
RO
individu——masyarakat terhadap sesuatu objek. Misalnya, kalangan ma
I A G
terialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai material.
ED
Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama
A M
tingginya dan luhurnya. Menurutnya, nilai-nilai dapat dikelompokan
D
NA
dalam empat tingkatan, yaitu:
PRE
a. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra
yang memunculkan rasa senang, menderita, atau tidak enak.
b. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni:
jasmani, kesehatan, serta kesejahteraan umum.
c. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,
keindahan, dan pengetahuan murni.
d. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai
dari yang suci.
Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani ma
nusia yang dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut:
1. Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi,
akal atau cipta manusia.
157
spiritualisme pancasila
UP
nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang sistematis-
RO
hierarkis, yang dimulai dari sila ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar
A G
sampai dengan sila keadilan sosial bagai seluruh rakyat Indonesia.
I
ED
Setiap nilai memiliki kedudukan atau hierarki yang lebih tinggi
M
dibandingkan nilai-nilai yang lain, ada yang lebih rendah, bahkan ada
D A
tingkatan nilai yang bersifat mutlak. Tetapi hal ini bergantung pada
NA
filsafat dari masyarakat atau bangsa sebagai subjek pendukung nilai-
PRE
nilai tersebut. Bagi bangsa Indonesia, nilai religius merupakan suatu
nilai yang tertinggi dan mutlak, artinya nilai religius tersebut hie
rarkinya di atas segala nilai yang ada tidak bisa didasarkan pada akal
manusia, karena pada tingkatan tertentu nilai tersebut bersifat di atas
dan di luar kemampuan jangkauan akal pikiran manusia.
Pancasila mengandung nilai-nilai yang tidak diragukan lagi ke
benarannya dan karena itulah dijadikan sebagai dasar negara, pan
dangan hidup, dan ideologi negara. Nilai-nilai itu harus menjadi ke
nyataan yang berwujud dalam kehidupan kita.
Oleh karena itu, tidak hanya menjadi tertib negara tetapi juga
sumber tertinggi hukum yang harus mengatur kehidupan bermasya
rakat dan bernegara yang harus dituangkan dalam peraturan perun
dangan. Selain tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, juga harus
selaras dengan nilai Pancasila dan dijiwai olehnya sehingga menjadi
terlaksana, baik sebagai penerapan penjabaran maupun jaminan pe
laksanaannya.
158
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
P
barkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak
asasi manusia). Dan, jika nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat
RO U
G
suatu benda (kuantitas, aksi, ruang, dan waktu) maka nilai dasar itu
I A
dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehi
ED
dupan yang praksis. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa
A M
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
D
NA
PRE
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksa
naan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya
apabila belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang
jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai itu akan
menjadi norma moral. Namun, jika nilai instrumental itu berkaitan
dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu me
rupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada
nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal undang-undang da sar
yang merupakan penjabaran Pancasila.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instru
159
spiritualisme pancasila
UP
dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat
RO
umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan
A G
kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilai
I
ED
nya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang
M
mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri khasnya. Nilai
D A
dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar
NA
Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia
PRE
melawan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, mau
pun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi ten
tang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan ke
bersamaan, persatuan, dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
b. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kon
tekstual. Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai
dasar tersebut, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun
waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini
dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar
yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif
dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan se
mangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh
nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental
merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana,
program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai
dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai
instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.
160
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
UP
RO
yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya
A G
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
I
ED
Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan yang amat ideal de
M
ngan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar
D A
dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai praksisnya ru
NA
musan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut
PRE
akan kehilangan kredibilitasnya. Bahkan, Moerdiono (1995/1996: 15)
menegaskan, bahwa tantangan terbesar bagi suatu ideologi adalah
menjaga konsistensi antara nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksisnya. Sudah barang tentu jika konsistensi ketiga nilai itu dapat
ditegakkan, maka terhadap ideologi itu tidak akan ada masalah.
Masalah baru timbul jika terdapat inkonsisitensi dalam tiga tataran
nilai tersebut.
Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai Pan
casila ke dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara, maka perlu
Pancasila formal yang abstrak-umum-universal itu ditransformasikan
menjadi rumusan Pancasila yang umum kolektif, dan bahkan menjadi
Pancasila yang khusus individual (Suwarno, 1993: 108). Artinya, Pan
casila menjadi sifat-sifat dari subjek kelompok dan individual, sehingga
menjiwai semua tingkah laku dalam lingkungan praksisnya dalam
bidang kenegaraan, politik, dan pribadi.
Secara kausalitas, nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dan sub
jektif. Artinya, esensi nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal
161
spiritualisme pancasila
UP
RO
Indonesia sendiri. Hal itu dijelaskan sebagai berikut:
G
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga
ED I A
bangsa Indonesia sebagai kausa matrealis. Nilai-nilai tersebut
M
sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, dan hasil refleksi fi
D A
losofis bangsa Indonesia.
NA
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup)
PRE
bangsa Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang
diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, ke
adilan, dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, ber
bangsa, dan bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-
nilai kerohanian yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius, yang manifes
tasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena
bersumber pada kepribadian bangsa.
Nilai-nilai Pancasila itu, bangsa Indonesia menjadi landasan,
dasar serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan se
hari-hari, maupun dalam kehidupan bernegara. Dengan perkataan
lain bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das sollen atau cita-cita
tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan
atau das sein.
Pancasila merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber
dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral,
162
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
a. Nilai dasar
Pada prinsipnya, Pancasila memuat lima nilai dasar mengenai
penyelenggaraan negara. Nilai-nilai dasar tertuang dalam kelima sila
Pancasila, juga tercermin dalam pasal-pasal UUD 1945 yang sifatnya
relatif tidak berubah namun maknanya selalu dapat menyesuaikan
dengan perkembangan zaman.
UP
RO
1) Pengakuan dan Tanggung Jawab kepada
G
Tuhan Yang Maha Esa
ED I A
Hal ini diwujudkan dalam penolakan terhadap ajaran anti agama
M
(ateis) dalam kehidupan bernegara sebagaimana yang dikembang
D A
kan oleh PKI dulu yang membawa dampak yang dahsyat terhadap
NA
pemerintahan negara. Penyelenggaraan hidup bernegara didasarkan
PRE
pada sikap dan budi pekerti yang luhur dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai toleransi beragama. Tata nilai yang dijiwai oleh rasa tang
gung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa akan melahirkan sikap
dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kebaikan, dan
keadilan. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, negara cenderung
mengedepankan kepentingan umum serta keseimbangan antara kebu
tuhan jasmani dan rohaniah. Dalam penyusunan kebijakan harus da
pat dipertanggungjawabkan secara moral pada Tuhan Yang Maha Esa
serta dilandasi oleh hati nurani yang luhur.
163
spiritualisme pancasila
UP
RO
Nilai ini mengakui adanya persamaan kedudukan, hak dan ke
I A G
wajiban bagi semua warga negara. Oleh karena itu, tidak boleh ada
ED
paksaan kehendak kepada orang lain. Untuk memutuskan permasa
A M
lahan yang berkaitan dengan kepentingan umum hendaknya diupa
D
NA
yakan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah
PRE
mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, serta menghormati,
dan melaksanakan hasil keputusan dengan penuh rasa tanggung
jawab. Adapun keputusan yang diambil dalam permusyawaratan ter
sebut harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan derajat manusia, men
junjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa.
164
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
A G
hukum, harus dicabut lagi. Pihak yang dirugikan dapat mengadukan
I
ED
kepada lembaga pengadilan, termasuk kepada pengadilan tata usaha
M
negara dan mahkamah konstitusi.
D A
Nilai praksis merupakan penjabaran dari nilai instrumental dalam
NA
PRE
situasi konkret pada tempat dan situasi tertentu serta bersifat dinamis.
Nilai praksis ini tercermin dalam kenyataan hidup sehari-hari, yaitu
dalam melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam praktik hidup sehari-
hari. Pada dasarnya, ideologi Pancasila bagi bangsa Indonesia memiliki
empat fungsi pokok, yaitu:
1. Mempersatukan bangsa;
2. Memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan;
3. Membimbing dan mengarahkan bangsa dalam mewujudkan tu
juannya;
4. Melihat kenyataan hidup yang dihadapi dan mengkritisi dalam
upaya mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam nilai-nilai
Pancasila itu sendiri.
C. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesu
silaan, tabiat, atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik
dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
165
spiritualisme pancasila
D. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk
budaya, sosial, moral, dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran
dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh
karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
UP
norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
RO
Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
G
Norma adalah aturan atau pedoman bagi manusia sebagai per
ED I A
wujudan dari nilai. Norma merupakan peraturan tentang bagaimana
M
seyogianya manusia berperilaku dalam kehidupan. Dengan demikian,
D A
norma berfungsi sebagai acuan, tuntunan dan pedoman tingkah laku
NA
manusia. Ada empat norma utama di dalam masyakat yang akan di
PRE
bahas pada pembahasan selanjutnya.
1. Norma Kesusilaan
Norma susila merupakan serangkaian aturan yang berasal dari
hati nurani manusi. Norma susila bersumber dari hati nurani manusia.
Sanksi dari norma kesusilaan bersifat individual, artinya sanksi itu
bukan dijatuhkan oleh lembaga pengadilan ataupun masyarakat, me
lainkan oleh orang yang bersangkutan.
Bentuk pelanggaran kesusilaan merupakan pengingkaran terha
dap hati nurani. Sanksi atas pelanggaran norma kesusilaan muncul
berupa penyesalan dan kegelisahan. Bila bertindak bertentangan de
ngan norma kesusilaan, maka perasaan hati kita tidak tenang dan di
hantui oleh perasaan yang bersalah.
2. Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan aturan hidup yang berasal dari
masyarakat dalam suatu komunitas tertentu dan berlaku hanya terbatas
166
5 Pancasila dan Etika Kehidupan Bernegara
3. Norma Agama
Norma agama merupakan serangkaian aturan hidup yang berasal
dari Tuhan yang diturunkan melalui para rasulnya. Aturan atau norma
ini tampil dalam bentuk ajaran agama tertentu. Norma agama berupa
perintah dan larangan yang ada dalam setiap kitab suci masing-ma
sing agama. Pelanggaran terhadap norma agama disebut dengan dosa,
sedangkan perintah yang dijalankannya dinamakan dengan pahala.
Setiap dosa maupun pahala dalam norma agama diyakini akan ada
UP
RO
pembalasan pada waktu di akhirat.
I A G
ED
4. Norma Hukum
M
Norma hukum merupakan aturan hidup yang dibuat oleh ma
D A
syarakat (negara) yang dapat dipaksakan berlakunya oleh pejabat yang
NA
berwenang. Norma hukum bersifat tegas dan mengikat, maksudnya
PRE
hal-hal yang dilanggar dalam norma hukum akan mendapatkan hu
kuman yang nyata dari para penegak hukumnya.
Pada dasarnya, norma hukum melengkapi dari norma-norma
yang lain yang ada dalam masyarakat. Norma hukum memperkuat
sanksi atas pelanggaran terhadap aturan dari ketiga norma yang lain.
Selain itu, norma hukum juga mengatur hal-hal yang belum diatur oleh
ketiga norma tersebut.
Dengan adanya norma hukum, maka keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dapat ditegakkan. Dengan adanya sanksi yang jelas
dan para aparat penegak hukum, maka seseorang akan ditindak tegas
sesuai dengan pelanggaran dan kejahatan yang dilakukannya.
Operasionalisasi dari nilai dasar Pancasila menjadi norma dasar
bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Pancasila berkedudukan
sebagai norma dasar atau staats fundamental norm (norma funda
mental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Adapun
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu berupa peraturan perundang-
undangan, ketetapan, keputusan, kebijakan pemerintah, program-
program pembangunan, dan peraturan lainnya.
167
spiritualisme pancasila
Latihan 1
Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
1) Bagaimana hubungan antara nilai sosial dengan norma sosial?
P
2) Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber nilai sosial dalam masya
rakat!
RO U
G
3) Mengapa hukum yang dibuat oleh suatu negara harus sesuai
dengan norma moral?
ED I A
4) Nilai-nilai apa saja yang membuat keterbukaan Pancasila?
D A M
NA
PRE
Latihan 2
Sila I
Sila II
Sila III
Sila IV
Sila V
168
6
pancasila sebagai paradigma
kehidupan dalam bermasyarakat
berbangsa dan bernegara
A. Pengertian Paradigma
UP
Secara terminologis, tokoh yang mengembangkan istilah tersebut
RO
dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya
I A G
yang berjudul The Structure Of Scientific Revolution, paradigma adalah
ED
suatu asumsi-asumsi dasar dan teoretis yang umum (merupakan suatu
M
sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta
D A
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat me nentukan
NA
sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
PRE
Dalam ilmu-ilmu sosial, manakala suatu teori yang didasarkan
pada suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode
kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada
sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif, dan positivistik, maka hasil
dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji
satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia.
Dalam masalah yang populer, istilah paradigma berkembang
menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber
nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, serta tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan, serta proses dari suatu bidang ter
tentu termasuk dalam bidang pembangunan dan pendidikan.
P
IPTEK
RO U
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya meru
I A G
pakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) ma
ED
nusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan po
M
tensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas,
D A
rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika).
NA
Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat ma
PRE
nusia, sehingga Iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat
oleh nilai. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengomplementasikan ilmu pe
ngetahuan, mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional,
antara akal, rasa, dan kehendak. Berdasarkan sila ini, Iptek tidak hanya
memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan tetapi
juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan ma
nusia dengan sekitarnya.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-
dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus
bersifat beradab. Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang ber
adab dan bermoral.
Sila Persatuan Indonesia, mengomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengem
170
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
P
rakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
RO U
G
2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Bidang Politik
ED I A
M
Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus menda
D A
sarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah
NA
ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia.
PRE
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan
yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai indivi
du——makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain sistem politik,
negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Drs.
Moh. Hatta, menyatakan, bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan
yang Maha Esa, atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak
berdasarkan kekuasaan.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis,
bahwa dalam politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila
IV). Adapun pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan
pada moralitas berturut-turut moral ketuhanan, moral kemanusia
an (sila II), dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu
bangsa (sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan politik negara
demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V).
171
spiritualisme pancasila
UP
RO
ekonomi yang berdasarkan Pancasila, karena dengan cara ini, maka
A G
perekonomian dapat terlaksana dengan baik dan masyarakat Indonesia
I
ED
dapat hidup secara makmur dan sejahtera.
D A M
4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
NA
PRE
Sosial Budaya
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial budaya. Da
lam pengembangan sosial budaya pada masa Reformasi dewasa ini,
kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran
yang dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu melepaskan simbol-
simbol dari keterikatan struktur, dan transendentalisasi, yaitu mening
katkan derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
172
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
UP
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
A G RO
ED I
Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu
M
menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujud
D A
nya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat
NA
PRE
kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat
yang demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang ber
moral kemanusiaan dan beradab.
Reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan ke arah
sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa
Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok
orang, baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Proses Reformasi
walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki
platform dan sumber nilai yang jelas dan merupakan arah, tujuan,
serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
1. Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II
Pelita ke tujuh bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu
dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menye
babkan stabilitas politik menjadi goyah.
Toritarian dan suatu sistem korporatik. Sistem ini ditandai de
ngan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi di dalam pembuatan ke
173
spiritualisme pancasila
P
an DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui
Pemilu secepatnya.
RO U
I A G
2. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
M ED
Arti reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation de
A
D
ngan akar kata reform yang artinya make or become better by removing
NA
or putting right what is bad or wrong. Secara harfiah, reformasi me
PRE
miliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau
menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat. Oleh karena itu, suatu gerakan reformasi memiliki kon
disi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyim
pangan-penyimpangan. Misalnya, pada masa Orde Baru, asas ke
keluargaan menjadi nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak se
suai dengan makna dan semangat UUD 1945.
b. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas (landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini, Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
c. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada
suatu kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai
kerangka acuan reformasi.
d. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta ke
adaan yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang po
litik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.
174
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
UP
RO
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif,
G
artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menye
ED I A
suaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi per
M
kembangan zaman, yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksana
D A
an-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat.
NA
PRE
D. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Setelah peristiwa 21 Mei 1998, saat runtuhnya kekuasaan Orde
Baru, salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah
bidang hukum. Produk hukum, baik materi maupun penegaknya di
rasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan,
serta keadilan.
Kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam
berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi, dan bidang lainnya, maka
bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata kembali
subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
175
spiritualisme pancasila
P
formal yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara pe
nyusunan hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya
RO U
G
UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah. Sumber hukum material
I A
yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu
norma hukum.
ED
A M
Jika terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum
D
NA
dengan norma hukum lainnya, yang secara hierarkis lebih tinggi apa
PRE
lagi dengan Pancasila sebagai sumbernya, berarti terjadi inkonstitu
sionalitas (unconstitutionality) dan ketidaklegalan (illegality) dan ka
renanya norma hukum yang lebih rendah itu batal demi hukum.
176
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
P
Negara, pada hakikatnya, secara formal harus melindungi hak-hak
warganya terutama hak kodrat sebagai suatu hak asasi yang merupa
RO U
G
kan karunia Tuhan YME. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap hak
I A
asasi manusia adalah sebagai pengingkaran terhadap dasar filosofis
ED
negara, misalnya pembungkaman demokrasi, penculikan, pembatasan
A M
berpendapat berserikat, dan berunjuk rasa.
D
NA
Pelaksanaan hukum pada masa Reformasi harus benar-benar
PRE
dapat mewujudkan negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum.
Artinya, pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas
terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara, yaitu keseimbangan
antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara, tidak memandang
pangkat, jabatan, golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warga
negara bersamaan kedudukannya di muka hukum dan pemerintah
(Pasal 27 UUD 1945). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap
warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang meliputi
seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komulatif,
serta keadilan legal.
Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia ada
lah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi, “......maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Un
dang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta de
177
spiritualisme pancasila
UP
Pada era Ekonomi Global dewasa ini dalam kenyataannya tidak
RO
mampu bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda
I A G
Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga ke
ED
pailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh
rakyat.
D A M
NA
Dalam kenyataannya, sektor ekonomi yang justru mampu ber
PRE
tahan pada masa krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu
ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Langkah yang strategis dalam
upaya melakukan Reformasi Ekonomi yang berbasis pada ekonomi
rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang mengutamakan
kesejahteraan seluruh bangsa, sebagai berikut:
a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dila
kukan dengan program social safety net yang popular de ngan
program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Sementara untuk me
ngembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pe
merintah harus secara konsisten menghapuskan KKN, serta me
ngadili bagi oknum pemerintah masa Orde Baru yang melakukan
pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan dan kepastian
usaha.
b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilaku
kan dengan menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan
diwujudkan perlindungan hukum serta undang-undang persaing
an yang sehat. Untuk itu, pembenahan dan penyehatan dalam
sektor perbankan menjadi prioritas utama, karena perbankan me
178
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
UP
E. Pola dan Bentuk Demokrasi
A G RO
Ekonomi Pancasila
ED I
A M
Pasal 33 UUD 1945 pada dasarnya merupakan landasan konsti
D
NA
tusional bagi berkembangnya sistem perekonomian di Indonesia. Di
PRE
dalam Pasal 33 tersebut terkandung pola dan bentuk perekonomian
yang dianut oleh bangsa Indonesia. Berikut ini adalah isi dari Pasal 33
UUD 1945:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan (Pasal 33 [1]).
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara (Pasal 33 [2]).
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemak
muran rakyat (Pasal 33 [3]).
4) Perekonomian diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjut
an, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Pasal
33 [4]****).
Dari isi Pasal 33 tersebut dapat disimpulkan bahwa perekonomian
yang dilaksanakan di Indonesia dinamakan ekonomi Pancasila yang
menganut pola berikut ini:
179
spiritualisme pancasila
P
tidak terjadi permainan dalam ekonomi yang dapat merugikan
RO
kepentingan umum. Cabang-cabang produksi yang kurang pen
U
G
ting bagi negara dan tidak terlalu vital dapat dikelola oleh per
usahaan perseorangan (swasta).
ED I A
5) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
A M
kuasai oleh negara. Hal ini disebabkan bumi dan air merupakan
D
NA
hal yang vital bagi kepentingan hidup manusia. Demikian halnya
PRE
dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Pengelolaan
barang-barang tambang, galian, dan hasil hutan harus mendapat
izin negara. Hal ini agar terjadi pengawasan yang ketat terhadap
sumber daya alam yang ada. Selain itu, dengan adanya kontrol
dari negara eksploitasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta
dapat terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Pelaksanaan perekonomian yang dibangun Indonesia sekarang ini
harus memperhatikan prinsip kebersamaan, efesiensi keadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta de
ngan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
180
6 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat...
Latihan
Di bawah ini ada tabel, coba lakukan identifikasi mengenai pa
radigma pembangunan, cari bahan-bahan referensi dengan menye
butkan sumbernya untuk menyelesaikan latihan ini:
a. Politik
b. Ekonomi
c. Sosial Budaya
d. Hankam
e. Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama
UP
A G RO
ED I
D A M
NA
PRE
181
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
7
pancasila
sebagai ideologi
Pendahuluan
UP
RO
Indonesia, sekaligus sebagai pengarah perjalanan bangsa, Pan
I A G
casila tidak boleh berubah jati dirinya menjadi sebuah ideologi yang
ED
tertutup, yang sekali tidak mau menerima penafsiran-penafsiran baru.
M
Apabila hal ini sampai terjadi, maka bagi bangsa dan negara Pan
D A
casila harus menjadi sebuah ideologi terbuka. Hanya dengan sikap
NA
membuka diri dari berbagai penafsiran atau interpertasi baru dalam
PRE
operasionalitasnya yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
zamanlah Pancasila akan dapat mempertahankan relevansinya dengan
kebutuhan bangsa dan negara yang senantiasa berkembang dengan
cepatnya.
Sebagaimana pada ideologi-ideologi lainya yang bersikap ter
buka, maka selaku ideologi terbuka Pancasila dapat menunjukkan
persyaratan sebagaimana diuraikan di atas:
1. Dimensi realitas, dalam arti bahwa ideologi Pancasila benar-
benar mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan dengan cara
mengagregasikan nilai-nilai luhur yang terdapat ajaran agama
dan kebudayaan bangsa. Pancasila benar-benar menampilkan diri
sebagai kristalitasi dari nilai-nilai luhur yang dimiliki dan diyakini
oleh bangsa Indonesia.
2. Dimensi Idealisme, dalam arti kualitas idealisme yang tergantung
dalam Pancasila mampu menggugah harapan, memberikan op
timis dan motivasi kepada para pendukungnya, hingga gagasan
spiritualisme pancasila
P
Nurcholish Madjid (Nurcholish Madjid, 1991: 44). Senada dengan
RO U
pendapat Nurcholish Madjid, Syafii Maarif juga mengatakan bah
G
wa, sebagai dasar negara dan ideologi politik Pancasila memang
I A
harus bersifat lentur dan terbuka untuk selalu dikaji ulang, asal
ED
semuanya itu dilakukan secara jujur dan bertanggung jawab
A M
(Musthafa Kamal, 1988). Dengan demikian, peran Pancasila se
D
NA
bagai ideologi akan hadir sebagai “mitra dialog” dengan menun
PRE
jukkan nilai-nilai baru, norma-norma secara konkret, yang sangat
dibutuhkan sebagai dasar dan arah dalam melaksanakan kehidup
an berbangsa dan bernegara (Koento Wibisono: idem).
Terkait dengan soal penafsiran ideologi, sebenarnya ada dua
watak ideologi, yaitu ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi
tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Ideologi ini ciri-cirinya
sebagai berikut:
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah ada dan berkembang dalam
masyarakat, melainkan lebih merupakan cita-cita kelompok yang
digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
2. Apabila kelompok tersebut sudah berhasil menguasai negara, ide
ologinya itu dipaksakan kepada masyarakat untuk mengikutnya.
Berbagai macam norma dan nilai dalam beberapa segi kehidupan
masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat totaliter, artinya ideologi tersebut mengurusi/mencakup
semua bidang kehidupan. Oleh karena itu, ideologi tertutup ini
cenderung untuk cepat berusaha menguasai bidang informasi
184
7 Pancasila sebagai Ideologi
I A G
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya da
ED
lam situasi yang sedang mereka jalani.
A M
4. Tidak pernah membatasi kebebasan dan tanggung jawab masya
D
NA
rakat, tetapi memberi inspirasi pada masyarakat untuk hidup ber
PRE
tanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
5. Menghargai pluralitas/perbedaan yang ada, sehingga dapat dite
rima oleh warga masyarakat dari berbagai latar belakang budaya
dan agama.
Dari kelima jenis ciri-ciri tersebut kiranya dapat dipenuhi semua
dalam ideologi Pancasila. Untuk lebih jelasnya ini adalah penjelasan
lebih terperinci:
Pertama, Pancasila merupakan kekayaan rohani, moral, dan bu
daya masyarakat. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia yang nilai-nilai
nya tercermin dalam kebiasaan dan praktik hidup sehari-hari dari
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala dan menjadi milik bangsa
Indonesia.
Kedua, ideologi Pancasila ini tidak diciptakan negara. Telah kita
ketahui bahwa semua nilai yang terkandung dalam Pancasila ini kita
temukan dalam kebiasaan hidup bangsa Indonesia, baik nilai ketuhan
an (religius), rasa kemanusiaan atau penghargaan harkat dan martabat
manusia, nilai persatuan (gotong royong dan kekeluargaan), nilai
185
spiritualisme pancasila
P
Keenam, Pancasila juga bukan ideologi totaliter. Dalam sejarah
RO U
perumusannya oleh para perumus Pancasila dan para pendiri negara
G
ini, Pancasila tidak dimaksudkan sebagai ideologi totaliter, yang
I A
mengurusi segala segi kehidupan dalam masyarakat. Pancasila meru
ED
pakan ideologi politik, yaitu merupakan sebuah pedoman hidup dalam
A M
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pedoman tersebut menjawab
D
NA
lima masalah pokok tentang negara, yaitu:
PRE
1. Bagaimana kedudukan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
dalam kehidupan negara.
2. Bagaimana kedudukan/posisi manusia dalam negara.
3. Untuk siapa negara didirikan.
4. Siapakah yang berdaulat dalam negara dan bagaimanakah kepu
tusan dalam urusan mengenai negara diambil.
5. Apa tujuan dari negara tersebut.
Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka
secara formal ditampilkan pada 1985, meskipun semangatnya sendiri
dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada 1945. Pan
dangan Pancasila sebagai ideologi terbuka didorong oleh tantangan
zaman. Sejarah menunjukkan, bahwa bila suatu ideologi tidak memiliki
dimensi fleksibilitas atau kelenturan, maka akan mengalami kesulitan
bahkan akan mengalami kehancuran dalam menghadapi tantangan
zaman.
186
7 Pancasila sebagai Ideologi
P
hakikatnya memuat unsur keterbukaan. Karena sumber dari UUD 1945
adalah Pancasila, dan Pancasila juga merupakan hukum dasar yang
RO U
G
tertulis dan paling tinggi kedudukannya di Indonesia, maka Pancasila
I A
juga dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka.
ED
Pada masa Orde Lama dan Orde Baru sifat terbukanya ideologi
A M
Pancasila ini pernah disimpangkan oleh penguasa dengan memono
D
NA
poli penafsiran melalui (P4) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
PRE
Pancasila, di mana rakyat dipaksa memiliki pemahaman Pancasila se
bagaimana yang dipahami oleh penguasa. Sebagai dampaknya, Pan
casila dianggap sakral, kuno, tidak demokratis, tidak reformis, dan
tidak memiliki cita-cita baru.
Bangsa Indonesia yang sedang membangun saat ini dihadapkan
pada banyak masalah dalam negeri, misalnya kemiskinan, kesenjangan
sosial, krisis moral, mau tidak mau ikut terseret dalam jaringan politik
dunia yang semakin dipengaruhi oleh kekuat an ekonomi raksasa.
Globalisasi yang dipicu oleh peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi,
transportasi, dan komunikasi yang merupakan tantangan bagi bangsa
Indonesia dalam mewujudkan bangsa yang mandiri. Tantangan ini
hanya dapat diatasi apabila bangsa Indo nesia di satu pihak tetap
mempertahankan identitasnya dalam ikatan persatuan nasional dan di
lain pihak harus mampu mengembangkan dinamikanya agar mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
187
spiritualisme pancasila
P
nisme.
3) Mencegah berkembangnya paham liberalisme.
RO U
G
4) Larangan terhadap pandangan ekstrem yang menggelisahkan ke
I A
hidupan bermasyarakat.
ED
5) Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.
D A M
Moerdiono (BP7 Pusat, 1992: 399) menyebutkan beberapa faktor
NA
yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka.
PRE
1) Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika ma
syarakat kita berkembang amat cepat. Dengan demikian, tidak
semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara
ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya.
2) Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxisme-lenin
isme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada
pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap
mempertahankan ideologi lainnya.
3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komu
nisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi komunisme
yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot
menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil
sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk
menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat
itu menjadi absolut. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan men
jadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
4) Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya
188
7 Pancasila sebagai Ideologi
P
Sebagai konsekuensi dari ideologi terbuka, maka semua komponen
masyarakat boleh untuk menafsirkannya. Dengan demikian, ideologi
RO U
G
tersebut perlu untuk dicari implikasinya sesuai dengan tuntutan za
I A
man. Namun demikian, hal itu dapat pula membawa serangkaian ma
ED
salah antara lain:
A M
1. Pancasila hanya akan dapat berkembang apabila segenap kom
D
NA
ponen masyarakat bersedia proaktif, secara terus-menerus untuk
PRE
mengadakan penafsiran ulang terhadap Pancasila sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Tanpa itu semua,
maka bisa jadi Pancasila akan kehilangan relevansinya, bahkan
bisa jadi berubah menjadi ideologi tertutup karena penafsirannya
didominasi oleh sekelompok orang tertentu untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya sebagaimana terjadi pada masa Orde
Lama dan Orde Baru.
2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja maka bisa jadi
Pancasila ditafsirkan sesuai dengan kepentingan si penafsir itu
sendiri, dan dampaknya kemungkinan Pancasila ditafsirkan me
nurut ideologi lain.
Kedua tantangan itu menuntut kesediaan dari seluruh rakyat
untuk selalu pro aktif mengungkap pemahaman mengenai Pancasila
di samping juga pengawasan dari pemerintah mengenai berbagai pe
nafsiran yang mungkin muncul, bahkan kalau perlu dibentuk lembaga
khusus yang bertugas mengontrol dan menyeleksi segala penafsiran
yang berkembang dari masa ke masa.
189
spiritualisme pancasila
UP
RO
dengan penuh tanggung jawab.
G
3. Perlunya memfungsikan lembaga-lembaga masyarakat dan lem
ED I A
baga pemerintahan secara maksimal yang didukung oleh kerja
M
sama dan koordinasi yang seimbang di antara bagian-bagian sis
D A
tem dalam masyarakat.
NA
PRE
Untuk menghindari segala bentuk penyimpangan penafsiran ter
sebut semua kekuatan sosial politik dan semua organisasi kemasya
rakatan telah menempatkan diri dalam pagar Pancasila. Keterbukaan
Pancasila bukanlah keterbukaan tanpa batas, melainkan Pancasila
justru merupakan batas, arah, dan tolok ukur bagi pemahaman, pemi
kiran, dan kegiatan bersama.
Beberapa dimensi yang menunjukkan ciri khas dalam ideologi
Pancasila:
1. Dimensi teologis, yaitu dimensi yang menunjukkan bahwa pem
bangunan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan cita-cita prokla
masi kemerdekaan 1945, hidup bukan ditentukan oleh nasib
melainkan bergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan
usaha manusia.
2. Dimensi etis, yaitu dimensi yang menunjukkan bahwa dalam Pan
casila manusia dan martabat manusia mempunyai kedudukan
yang sentral, yaitu seluruh proses pembangunan diarahkan untuk
mengangkat derajat manusia.
3. Dimensi Integral-Integratif, yaitu dimensi yang menempatkan ma
190
7 Pancasila sebagai Ideologi
UP
Latihan
A G RO
ED I
1. Kunjungilah perpustakaan atau kajilah dari berbagai literatur dan
A M
bandingkan antara ideologi terbuka dan ideologi tertutup dari
D
NA
berbagai macam segi, di antaranya pemikiran yang melatarbela
PRE
kanginya, sistem pemerintahan di negara yang menganutnya, dan
sebagainya.
2. Diskusikanlah dengan kelompok Anda mengenai konstitusi suatu
negara dan berikan analisis kelompok Anda apakah negara ter
sebut menganut ideologi terbuka atau tertutup!
191
spiritualisme pancasila
ngan dua tipe, yakni ideologi doktriner dan ideologi pragmatis. Suatu
ideologi dapat dikatakan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkan
dung dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terperinci
dengan jelas, diindoktrinasikan kepada warga masyarakat, dan pe
laksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pe
merintah. Komunisme merupakan salah satu contoh ideologi dalam
arti fungsional ini. Biasanya sistem nilai atau ideologi yang diper
kenankan hidup dalam masyarakat seperti ini hanyalah ideologi yang
doktriner. Akan tetapi, apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam
ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terperinci,
tetapi dirumuskan secara umum. Dalam hal ini, ideologi tidak diin
doktrinasikan, tetapi disosialisasikan secara fungsional melalui keluar
ga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama, dan sistem
politik.
Berikut ini dijelaskan secara sekilas beberapa ideologi dunia, yakni
P
liberalisme, sosialisme, komunisme, dan fasisme.
RO U
G
1. Liberalisme
ED I A
Liberalisme merupakan falsafah ideologi yang mengajarkan bahwa
M
manusia adalah segala-galanya, memiliki hak hidup yang tinggi, serta
D A
hak kebebasan dalam arti luas. Negara dan hukum adalah lembaga
NA
dan sarana untuk manusia. Karena itu, negara dan hukum harus ada
PRE
persetujuan dan untuk kepentingan diri manusia. Ciri-ciri liberalisme
adalah kebebasan yang luas atas hak pribadi/individu. Paham ini di
anut oleh masyarakat atau-negara negara di Eropa.
Liberalisme memandang manusia sebagai makhluk bebas yang
kebebasannya melalui unsur rasionalisme, materialisme, dan indivi
dualisme merupakan milik yang sangat tinggi dan berharga. Ajaran
liberalisme bertitik tolak pada dasar hak asasi manusia yang dimiliki
sejak lahir dan bersifat mutlak, setiap individu memiliki kesempatan
dan kebebasan dalam mengejar kebahagiaan lahir dalam melimpahnya
kekayaan material. Negara dalam paham liberalisme hanya sebagai
alat atau sarana individu saja dalam mencapai tujuannya, sedangkan
manusia lain hanya sebagai pelengkap dalam mengatur negara secara
bersama. Urusan agama dalam negara liberal dipisahkan dari negara,
dalam hal ini negara liberal menganut paham sekular.
Dengan mengartikan liberal sebagai suatu paham kebebasan,
dalam perkembangannya akan muncul liberalisme politik, ekonomi,
kebudayaan, moral, dan sebagainya. Dari liberalisme politik lahirlah
konsepsi negara demokrasi, yaitu negara dikelola dari, oleh, dan untuk
192
7 Pancasila sebagai Ideologi
P
golongan borjuis setelah terjadinya revolusi di Inggris, Amerika, dan
RO
Perancis. Di Inggris muncul Bill of Right yang berisi jaminan atas hak
U
G
parlemen dan rakyat Inggris, di Amerika terjadi revolusi yang mela
I A
hirkan suatu piagam hak asasi manusia dan kebebasan rakyat Amerika
ED
yang dikenal dengan Declaration of Indepence, serta di Perancis mun
A M
cul revolusi dengan semboyan yang terkenal liberte, egalite, dan fra
D
NA
ternite. Liberte artinya kebebasan, egalite artinya persamaan, dan
PRE
fraternite berarti persaudaraan. Ketiga semboyan ini sangat begitu
memberikan motivasi, spirit, dan harapan bagi rakyat Perancis untuk
segera melepaskan dari kungkungan Raja Louis XIV.
193
spiritualisme pancasila
P
Karakteristik sistem perekonomian ini adalah: (1) Adanya pemi
RO U
likan swasta atas aset produksi (tanah, pabrik, mesin, peralatan, dan
G
sebagainya) dan memperoleh jaminan hukum atas kepemilikan ter
I A
sebut; (2) Free enterprise dan kompetitif yang memilki daya tembus
ED
ke dalam pasar; (3) Penjualan produksi komersial yang berlebihan di
A M
dalam pasar yang kompetitif; (4) Pengesampingan tingkah laku kon
D
NA
sumen (behavioral objective) dalam rangka maksimalisasi laba bagi
PRE
produsen serta pemuasan bagi konsumen.
Sumber daya produksi dan barang ekonomi serta jasa dialokasikan
dan didistribusikan di antara berbagai aktivitas dan penggunaan oleh
apa yang dikenal dengan mekanisme pasar di dalam masyarakat ka
pitalis.
Ciri-ciri sistem ekonomi kapitalis (kapitalisme) di antaranya:
1. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi.
2. Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu.
3. Individu bebas memilih pekerjaan/usaha yang dipandang baik
bagi dirinya.
4. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar.
5. Pasar berfungsi memberikan “signal” kepada produsen dan kon
sumen dalam bentuk harga-harga.
6. Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. The In
visible Hand yang mengatur perekonomian menjadi efisien.
7. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba.
8. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang se
lalu mengejar kepentingan (keuntungan) sendiri.
194
7 Pancasila sebagai Ideologi
UP
G RO
Dalam bidang politik di negara liberal yang memisahkan kekuasaan
A
I
negara menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan membentuk
ED
perundang-undangan yang disebut dengan legislatif, kekuasaan men
A M
jalankan pemerintahan atau menjalankan undang-undang yaitu ekse
D
NA
kutif, dan kekuasaan untuk mengadili bagi mereka yang melanggar
PRE
perundang-undangan disebut dengan yudikatif. Lembaga legislatif
dipilih oleh rakyat yang memiliki hak yang sudah ditentukan dalam
perundang-undangan melalui suatu pemilihan yang bebas, umum,
dan rahasia.
b. Sejarah Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah
nilai politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat
Eropa pada Abad Pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan
dua karakteristik. Karakter yang pertama adalah anggota masyarakat
terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan
kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini bersifat statis dan sukar
berubah.
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi
Gereja dan Renaisans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan
(abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari
batasan (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
195
spiritualisme pancasila
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. Ini berkeba
likan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja
dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang
bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham li
beralisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah
dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private
enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang
transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan in
dividu. Oleh karena itu, paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam
sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama menda
sarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Li
P
beral International: Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh
RO U
melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari
G
kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan
I A
dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari ke
ED
lompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas
A M
dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandang
D
NA
an kaum minoritas.
PRE
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberal
isme adalah yang memungkinkan individu mengembangkan kemam
puan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang
baik, semua individu harus dapat mengembangkan pikiran dan bakat-
bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk bertanggung
jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan
sesuatu untuknya atau seseorang untuk mengatakan apa yang harus
dilakukan.
Liberalisme merupakan paham yang menjunjung tinggi nilai
kebebasan terutama kebebasan individual. Segala sesuatu yang mem
batasi kebebasan moral, agama, maupun sosial dianggap telah berten
tangan dengan hak asasi manusia dan kebebasan yang notabene me
rupakan milik setiap individu. Lain halnya dengan ideologi komunis
yang membatasi sekali kebebasan rakyatnya, kerapkali komunis juga
disebut antiliberalis.
Liberalisme merupakan salah satu aliran filsafat dan politik kuno
namun pada saat ini cukup dikenal. Dalam kamus politik, liberalisme
adalah sebuah aliran filsafat yang berpondasikan keyakinan pada
196
7 Pancasila sebagai Ideologi
c. Substansi Liberalisme
Liberalisme sebagai suatu ideologi pragmatis muncul pada Abad
Pertengahan di kalangan masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa pada
saat itu secara garis besar terbagi atas dua, yakni kaum aristokrat
dan para petani. Kaum aristokrat diperkenankan untuk memiliki ta
nah, golongan feodal ini pula yang menguasai proses politik dan
UP
RO
ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagai penggarap
I A G
tanah yang dimiliki oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan
ED
menyumbangkan tenaga bagi sang patron. Bahkan, di beberapa tempat
M
di Eropa, para petani tidak diperkenankan pindah ke tempat lain yang
D A
dikehendaki tanpa persetujuan sang patron (bangsawan).
NA
Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai milik pribadi sang patron.
PRE
Sebaliknya, kesejahteraan para penggarap itu seharusnya ditanggung
oleh sang patron. Industri dikelola dalam bentuk gilde-gilde yang
mengatur secara ketat, bagaimana suatu barang diproduksi, berapa
jumlah dan distribusinya. Kegiatan itu dimonopoli oleh kaum aris
tokrat. Maksudnya, pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-hak
istimewa gereja, peranan politik raja, dan kaum bangsawan, dan kekua
saan gilde-gilde dalam ekonomi merupakan bentuk-bentuk dominasi
yang melembaga atas individu.
Dalam konteks perkembangan masyarakat itu, muncul industri dan
perdagangan dalam skala besar, setelah ditemukan beberapa teknologi
baru. Untuk mengelola industri dan perdagangan dalam skala besar-
besaran ini jelas diperlukan buruh yang bebas dan dalam jumlah yang
banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kebebas
an berkreasi. Kebutuhan-kebutuhan baru itu terbentur pada aturan-
aturan yang diberlakukan secara melembaga oleh golongan feodal.
Yang membantu golongan ekonomi baru terlepas dari kesukaran itu
adalah munculnya paham liberal.
197
spiritualisme pancasila
P
mengembangkan kemampuan bertindak. Menurut asumsi liberalisme
RO U
inilah, John Stuart Mill mengajukan argumen yang lebih mendukung
G
pemerintahan berdasarkan demokrasi liberal. Dia mengemukakan
I A
tujuan utama politik yakni mendorong setiap anggota masyarakat un
ED
tuk bertanggung jawab dan menjadi dewasa. Hal ini hanya dapat ter
A M
jadi manakala mereka ikut serta dalam pembuatan keputusan yang
D
NA
menyangkut hidup mereka.
PRE
Oleh karena itu, walaupun seorang raja yang bijaksana dan baik
hati, mungkin dapat membuat putusan yang lebih baik atas nama
rakyat dari pada rakyat itu sendiri, bagaimanapun juga demokrasi jauh
lebih baik karena dalam demokrasi rakyat membuat sendiri keputusan
bagi diri mereka, terlepas dari baik buruknya keputusan tersebut. Jadi,
ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut:
a. Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih
baik.
b. Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual pe
nuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan
kebebasan pers.
c. Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat se
cara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat
sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri
sendiri.
d. Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain meru
pakan hal yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan
sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat di
198
7 Pancasila sebagai Ideologi
2. Komunisme
Sebelum kita masuk ke alam pemikiran Karl Marx, kita sempat
dipusingkan oleh campur aduknya mengenai komunisme dan marxis
me. Pengertian dari kedua ini tidak sama. Komunisme juga disebut
komunisme internasional adalah gerakan kaum komunis. Komunis
UP
RO
adalah gerakan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang sejak
I A G
revolusi Oktober 1917 menjadi kekuatan politis dan ideologis inter
ED
nasional di bawah pimpinan Lenin. Sehingga kita mengenal sebutan
A M
Marxisme-Leninisme yang diklaim oleh kaum komunis sebagai “ideo
D
NA
logi” resmi komunisme untuk memperlihatkan bahwa mereka sebagai
PRE
pewaris sah ajaran Marx.
Marxisme, istilah ini adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi
Karl Marx yang terutama dilakukan oleh temannya Friedrich Engels dan
tokoh teori ini Karl Kautsky. Dalam pembakuan ini ajaran Marx tidak
mudah dimengerti atau disederhanakan agar sesuai sebagai ideologi
perjuangan kaum buruh. Jadi, Marxisme bukan hanya merupakan
teori tentang perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan kaum
kapitalis tetapi juga tentang kemenangan kaum sosialis.
Ajaran marxisme-leninisme sangat bertolak belakang dengan
ajaran Pancasila, juga bertentangan dengan paham liberalisme dan
individual. Masyarakat yang diidamkan dan dicita-citakan komunis
dunia adalah masyarakat yang tidak dibatasi kesadaran nasional dan
komunis menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme. Di samping
itu, ajaran komunis menyerukan kepada kaum buruh sedunia untuk
bersatu dan memerangi kapitalis dan agama karena agama juga bukan
masalah pribadi melainkan suatu gejala sosial bagian dari masyarakat
yang harus dirombak secara total.
Ajaran komunisme tertuang dalam dialektika materialisme dan
199
spiritualisme pancasila
UP
RO
c. Hukum dibuat oleh manusia dan diterapkan oleh negara dengan
G
tangan besi;
ED I A
d. Menolak keberadaan agama/ateis, tidak percaya adanya Tuhan;
M
e. Manusia makhluk sosial, tanpa demokrasi individu dan manusia
D A
dianggap mesin;
NA
f. Masyarakat sebagai kesatuan manusia tanpa kelas, dengan lan
PRE
dasan teori perjuangan/pertentangan kelas proletar berhadapan
dengan kaum kapitalis/tuan tanah;
g. Bersifat kosmopolitan, artinya menerapkan dan mengembangkan
hegemoninya ke seluruh pelosok dunia.
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme
dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapita
lisme di abad ke-19, yang mana ideologi liberal-kapitalisme lebih me
mentingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.
Secara umum, komunisme sangat membatasi agama pada rakyat
nya, dengan prinsip agama dianggap candu (the religion is opium of the
people) yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rak
yatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Paham komunis ber
keyakinan perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan
cara-cara revolusi dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat di
perlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan ne
gara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milih pribadi dihapuskan
dan diambil alih untuk selanjutnya berada dalam kontrol negara.
200
7 Pancasila sebagai Ideologi
UP
RO
alat produksi.
I A G
Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas,
ED
misalnya proletariat melawan tuan tanah (borjuis) dan kapitalis. Pe
M
merintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan
D A
pembersihan kaum kapitalis (1919-1921). Stalin pada 1927, meng
NA
adakan pembersihan kaum feodal atau tuan tanah. Salah satu doktrin
PRE
komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi
terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Komunisme
memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, ma
syarakat komunis tanpa kelas (unless class community), semua orang
sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat
yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan diktator
proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khu
susnya tuan-tuan tanah dan kapitalis.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu
partai, yaitu partai komunis. Maka, di negara-negara komunis hanya
ada satu partai seperti, Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis
Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satu
nya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak
ada partai oposisi. Partai Komunis menjadi partai pemerintah yang
mengendalikan pemerintahan. Adapun pemilu yang ada hanyalah
sebatas formalisme politik semata, yang penuh dengan kecurangan
dan ketidakjujuran.
201
spiritualisme pancasila
P
b. Marxisme-Leninisme
RO U
Komunisme berideologi bukan hanya marxisme, melainkan juga
I A G
marxisme-leninisme. Artinya, marxisme sebagaimana dipersepsi Le
ED
nin (1870-1924). Tambahan Lenin pada marxisme adalah ajaran ten
M
tang perebutan kekuasaan oleh Partai Komunis, hal yang tak pernah
D A
dipikirkan oleh Karl Marx (1818-1883). Ajaran Marx umum sifatnya,
NA
sementara Lenin bicara strategi dan taktik perjuangan proletariat
PRE
pimpinan Partai Komunis. Lenin dalam arti tertentu berhasil, karena
sukses “menciptakan” Revolusi Oktober tahun 1917.
Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari peran
Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai
dari buruh, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil
jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran
Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya
bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan
komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi diminati.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosia
lisme sebagai alat kekuasaan, di mana kepemilikan modal atas individu
sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat
mem batasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme
juga disebut anti liberalisme.
Menurut Marx, ciri-ciri inti dari masyarakat komunis tersebut,
yakni:
202
7 Pancasila sebagai Ideologi
P
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx,
sedangkan ide keempat berasal dari gagasan Marx mengenai “diktatur
RO U
G
proletariat”. Sementara itu, masa kediktatoran Soviet lebih merupa
ED I A
kan hasil dari langkah-langkah Lenin dan Stalin daripada gagasan
Marx. Hal ini tampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh
D A M
Marx dalam komunisme lebih kecil dari kenyataan sebenarnya, dan
NA
penghargaan orang terhadap tulisan-tulisannya lebih menyerupai
PRE
sekadar etalase untuk membenarkan sifat “keilmiahan” daripada ide
dan politik yang sudah terlaksana dan diterima. Sementara boleh jadi
ada benarnya juga anggapan itu, namun tampaknya terlalu berlebihan.
Lenin misalnya, tidak sekadar menganggap dirinya mengikuti ajaran-
ajaran Marx, tapi dia betul-betul membacanya, menghayatinya, dan
menerimanya. Dia yakin betul yang dilimpahkannya persis di atas rel
yang dibentangkan Marx. Begitu juga terjadi pada diri Mao Tse Tung
dan pemuka-pemuka Komunis lain. Memang benar, ide-ide Marx
mungkin sudah disalahartikan dan ditafsirkan lain.
Mungkin bisa diperdebatkan bahwa Lenin, politikus praktis yang
sesungguhnya mendirikan Negara Komunis, memegang saham besar
dalam hal membangun Komunisme sebagai suatu ideologi yang begitu
besar pengaruhnya di dunia. Pendapat ini masuk akal, Lenin benar-
benar seorang tokoh penting. Tapi tulisan-tulisan Marx begitu hebat
pengaruhnya terhadap jalan pikiran, bukan saja Lenin melainkan juga
pemuka-pemuka Komunis lain. Akhirnya, sering dituding orang bahwa
teori Marxis di bidang ekonomi sangatlah buruk dan banyak keliru.
203
spiritualisme pancasila
UP
Multipartai
RO
kepartaian
A G
5. Paham yang Liberal Totaliter Demokrasi
ED I
dianut
M
6. Perekonomian Individu bebas Etatisme Diatur dalm
D A
berperan dalam UUD 1945
NA
perekonomian Pasal 33
PRE
3. Fasisme
a. Pengertian Ideologi Fasisme
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengagungkan
kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme
yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Kata fasisme di
ambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis,
yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya
ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan
pejabat tinggi. Fascis merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat
pemerintah.
Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito
Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang
masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan
Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang dite
kankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan
204
7 Pancasila sebagai Ideologi
P
pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah
hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan
RO U
G
pribadi rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh
I A
kaum fasis, merupakan salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah
ED
umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.
A M
Namun demikian, bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran.
D
NA
Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka
PRE
perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini
menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italialah yang kemu
dian menjadi pegangan kaum fasis di dunia, karena wawasannya
yang bersifat moderat. Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasis
me terdiri dari tujuh unsur: Pertama, ketidakpercayaan pada kemam
puan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatik
adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didis
kusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu”
terhadap masalah ras, kerajaan, atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia
tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya
idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer me
lampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa
yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui
yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi Yahudi-
Kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan
menggantikan dengan ideologi yang mengedepankan kekuatan.
Ketiga, kode perilaku yang didasarkan pada kekerasan dan ke
205
spiritualisme pancasila
P
patkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur), dan
RO U
kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola
G
pengawasan yang sangat ketat. Adapun bagi kaum penentang, maka
I A
totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuh
an dan penganiayaan.
ED
A M
Keenam, rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis,
D
NA
dalam suatu negara kaum elite lebih unggul dari dukungan massa dan
PRE
karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam
pergaulan antarnegara, maka mereka melihat bahwa bangsa elite,
yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme
juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka le
bih unggul daripada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau
dikuasai. Dengan demikian, hal ini memunculkan semangat imperia
lisme.
Terakhir atau ketujuh, fasisme memiliki unsur menentang hukum
dan ketertiban internasional. Konsensus internasional adalah mencip
takan pola hubungan antarnegara yang sejajar dan cinta damai. Ada
pun fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut. Dengan
demikian, fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi
peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain, bertindak menentang
hukum dan ketertiban internasional.
206
7 Pancasila sebagai Ideologi
latihan
Buatlah esai singkat mengenai pengaruh globalisasi terhadap
kehidupan di dalam masyarakat, bangsa, dan negara. Judul bisa di
kembangkan sendiri. Untuk pengumpulan datanya bisa melakukan
kajian literatur, observasi, wawancara dengan tokoh yang kompeten.
Setelah itu presentasikan di depan kelas esai yang sudah dibuatnya!
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan latar belakang kemunculan ideologi liberal, fasis, dan
komunis!
2. Sebutkan ajaran yang dikembangkan oleh ideologi liberal, fasis,
dan komunis!
3. Mengapa kapitalisme dan demokrasi memiliki sifat dan ciri yang
mirip dengan liberalisme. Faktor-faktor apa yang menyebab
kannya?
4. Apa hubungan antara pembangunan nasional suatu bangsa/ne
gara dengan ideologi di negaranya?
UP
RO
5. Kajilah teori marxisme dan kaitkan dengan ideologi komunisme!
I A G
A M ED
NA D
PRE
207
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
8
pancasila dan
proklamasi kemerdekaan
republik indonesia
A. Latar Belakang
UP
Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas
RO
kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan
I A G
moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian,
ED
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
M
atau Dokuritsu Junbi Cosakai, berganti nama menjadi PPKI (Panitia
D A
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi
NA
Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan
PRE
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Naga
saki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat
dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno—Hatta selaku pim
pin an PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah Timur Laut Saigon,
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan mene
mui Jepang, bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Sementara itu di Indonesia, pada 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memprokla
masikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada 12 Agustus 1945, Jepang me
lalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soe
karno, Hatta, dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemer
spiritualisme pancasila
P
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu, Syah
RO
rir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi
U
G
kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
I A
Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara
ED
dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
A M
telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan
D
NA
Sekutu. Sutan Syahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar
PRE
kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang
bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru, mereka tidak me
nginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Kon
sultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak
menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang di
bentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha
bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta
mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh kon
firmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka), akan tetapi
kantor tersebut kosong. Selanjutnya, Soekarno dan Hatta bersama
Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di
Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jalan Imam Bonjol 1).
Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat
atas keberhasilan mereka di Dalat. Sepulang dari Maeda, Soekarno
dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Ke
210
8 Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
1. Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan
Wikana——yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah
berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka——yang tergabung
dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran untuk segera
mem
proklamasikan kemerdekaan yang sudah ada di depan mata.
UP
RO
Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA (Pembela
G
Tanah Air) dan para pemuda lain, mereka membawa Soekarno (ber
ED I A
sama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke
M
Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengas
D A
dengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
NA
tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan
PRE
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr.
Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo
menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Ja
karta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebar
djo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan
para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemer
dekaan.
Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing.
Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di
Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10
malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan
rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi)
sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
211
spiritualisme pancasila
UP
perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh
RO
Sekutu. Akhirnya, Soekarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan
A G
menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tahu.
I
ED
Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam me
M
ninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda
D A
mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira peng
NA
PRE
hubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun)
dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Soekarno-Hatta menuju rumah
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myo
shiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah
menyapa Soekarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishi
mura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyu
sunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad
Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B. M. Diah, Sudiro (Mbah),
dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi be
lakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada
kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri
penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan
kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini
Bung Karno menegaskan, bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti
transfer of power. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan
Sayuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di
beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
212
8 Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
UP
RO
lamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
G
Indonesia.
ED I A
Teks Proklamasi Indonesia itu kemudian diketik oleh Sayuti
M
Melik. Pagi harinya, 17 Agustus1945, di kediaman Soekarno, Jalan
D A
Pegangsaan Timur No. 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo,
NA
Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul
PRE
10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung
pidato singkat tanpa teks.
Prosesi selanjutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih
yang telah dijahit oleh ibu Fatmawati, disusul dengan sambutan oleh
Soewirjo, Wakil Walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, Pimpinan
Barisan Pelopor. Pada awalnya, Trimurti diminta untuk menaikkan
bendera, namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera se
baiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah
Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed
untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa
nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang
dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini,
bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen
Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang ang
gota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru
karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari
213
spiritualisme pancasila
P
dalam perumusan naskah proklamasi pulang ke rumah masing-ma
RO U
sing. Adapun, golongan pemuda di bawah pimpinan B. M. Diah mem
G
perbanyak naskah proklamasi dan disebarluaskan dari rumah ke
I A
rumah. Karena kerja keras para pemuda tersebut, sebelum pukul 10.00
ED
rumah kediaman Ir. Soekarno dan sekitarnya telah dipadati oleh massa,
A M
terutama pemuda dan tokoh-tokoh PPKI untuk turut menyaksikan
D
NA
pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun, pa
PRE
sukan PETA dengan senjata lengkap siaga penuh mengamankan jalan
nya upacara proklamasi yang akan dilaksanakan.
Mereka yang hadir dalam upacara pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia terdiri atas:
a. Golongan tua yang tergabung dalam PPKI seperti Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, Abikusno Tjokrosoejoso, Sokardjo Wirjopranoto,
M. Soetadjo Kartohadikusumo, K.H. A.Wachid Hasyim, dan lain
lain.
b. Walikota Suwirjo.
c. Ibu Fatmawati.
d. Ny. S.K. Trimurti.
e. Para perwira PETA.
f. Barisan pelopor (Dr. Mawardi dan Asmara Hadi).
g. Barisan Pelopor Istimewa (Sudiro, Soehoed Sastrokoesoemo, Djo
han Nur, dan Soepomo).
h. Pers (Soeroto, S.F. Mendur, dan Sjahrudin).
Upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia yang merupakan pe
214
8 Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
UP
A G RO
ED I
D A M Gambar 8.1 Proklamasi
NA
PRE
Proklamasi
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indo
nesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain,
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”.
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
215
spiritualisme pancasila
UP
RO
diri dari kekuasaan penjajah;
A G
3. Sebagai tonggak sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik
I
ED
Indonesia;
M
4. Berubahnya sistem hukum kolonial menjadi sistem hukum na
D
sional;
A
NA
5. Tonggak pemerintahan yang berkedaulatan rakyat dan negara
PRE
berdasarkan hukum;
6. Tonggak untuk dimulainya pembangunan bangsa dan negara.
Apabila kita simak, isi proklamasi memuat dua hal sebagai berikut:
1. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia;
2. Tindakan-tindakan yang harus segera dilakukan berkenaan de
ngan pemindahan kekuasaan dan/atau penyelenggaraan peme
rintahan negara Indonesia yang merdeka
Dengan demikian, proklamasi kemerdekaan merupakan pernya
taan politik bangsa Indonesia untuk memulai kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam suatu tatanan negara yang merdeka. Jadi, pro
klamasi kemerdekaan adalah sumber hukum berdirinya Negara Indo
nesia yang merdeka. Namun demikian, dalam naskah proklamasi tidak
dijelaskan tentang hakikat negara Indonesia yang merdeka tersebut
sebab naskah proklamasi hanya merupakan pernyataan politik ke
merdekaan negara Indonesia dalam bentuk yang singkat. Penjelasan
tentang hakikat negara Indonesia yang merdeka itu dimuat dalam
216
8 Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
P
Alinea kedua, memuat pernyataan bahwa kemerdekaan Indonesia
dicapai melalui perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Jadi, alinea kedua
RO U
G
ini menyatakan asas perjuangan dari kemerdekaan bangsa Indonesia.
I A
Alinea ketiga, memuat pengakuan bahwa kemerdekaan bangsa
ED
Indonesia itu merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.
A M
Dengan demikian, kemerdekaan bangsa Indonesia itu dicapai berkat
D
NA
perjuangan bangsa Indonesia dan berkat pertolongan Allah Yang Maha
PRE
Kuasa. Bangsa Indonesia mengakui kekuasaan Tuhan yang memberkati
kemerdekaannya. Jadi, alinea ketiga ini memuat azas ketuhanan dari
kemerdekaan Indonesia.
Alinea keempat, memuat tujuan pemerintah negara Indonesia,
bentuk negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat (negara
demokrasi), dan dasar negara. Dengan kata lain, alinea keempat ini
memuat pokok-pokok kaidah negara Indonesia yang fundamental.
Oleh sebab itu, alinea keempat ini memuat asas kerohanian negara.
Kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 itu mem
punyai arti dan makna yang sangat mendalam, karena:
a. Kemerdekaan dicapai dengan kekuatan dan tekad bangsa In
donesia sendiri, tanpa campur tangan dari pihak mana pun.
b. Proklamasi kemerdekaan merupakan titik kulminasi dari per
juangan panjang yang telah dilakukan bangsa Indonesia selama
berabad-abad dalam usahanya mengusir kaum imperalis dan
kolonialis asing.
c. Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas yang da
pat dilalui bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan
217
spiritualisme pancasila
latihan
Buatlah makalah yang berisi mengenai Nasionalisme Generasi
Muda saat ini. Makalah minimal harus mengulas masalah per
UP
RO
kembangan nasionalisme di kalangan pemuda, bentuk-bentuk nasional
G
kekinian, cara meningkatkan nasionalisme, dan sejarah nasionalisme
ED I A
bangsa Indonesia secara singkat. Makalah ini untuk menyadarkan
M
kembali generasi muda akan peran pentingnya nasionalisme dalam
D A
pembangunan bangsa dan negara.
NA
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
PRE
1. Jelaskan latar belakang perbedaan pandangan tentang hari kemer
dekaan antara golongan muda dan golongan tua.
2. Berikan pendapat Anda mengapa yang menandatangani teks
proklamasi adalah Soekarno-Hatta!
3. Jelaskan arti proklamasi bagi bangsa Indonesia!
4. Uraikan secara singkat mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok!
218
9
demokrasi Pancasila
UP
Bahasan mengenai demokrasi Pancasila tidak dapat dipisahkan
RO
dari pertumbuhan dan perkembangan falsafah Pancasila. Hal ini di
I A G
karenakan nilai-nilai Pancasila diciptakan oleh masyarakat Indonesia
ED
dengan ciri-ciri yang masih murni diwarnai oleh watak dan hubungan
M
manusia-masyarkat Indonesia yang bersifat kekeluargaan. Watak atau
D A
karakter yang bersifat kekeluargaan yakni suatu hubungan hidup yang
NA
tercipta dari dalam kelompok manusia yang mengutamakan hubungan
PRE
batin di antara anggota kelompok masyarakat, oleh karenanya setiap
manusia siap berkorban untuk kepentingan manusia lainnya. Watak
masyarakat Indonesia seperti ini berbeda dengan watak masyarakat
komunal.
Demokrasi Pancasila dengan asas musyawarah mufakat pada
hakikatnya merupakan prinsip dan nilai yang terkandung dalam fal
safah Pancasila sehingga segala upaya pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan demokrasi Pancasila terlebih dahulu harus diawali de
ngan proses pemahaman dan penghayatan falsafah negara ideologi
Pancasila. Secara operasional, demokrasi Pancasila senantiasa dijiwai
dan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sejarah
pertumbuhan demokrasi Pancasila, dapat dipandang dari dua aspek
yaitu aspek material dan aspek formal.
1. Aspek Material
Prinsip-prinsip dasar demokrasi Pancasila adalah hasil berpikir
dan ciptaan manusia-manusia Indonesia yang merupakan bagian
spiritualisme pancasila
P
2. Aspek Formal
RO U
Peristiwa Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, selain men
G
datangkan kehidupan yang merdeka dan berdaulat bagi bangsa Indo
ED I A
nesia, juga menghasilkan kehidupan berkonstitusi, khususnya kon
M
stitusi tertulis/formal bagi bangsa Indonesia. Di dalam konstitusi telah
D A
menyepakati dan menetapkan berbagai prinsip hidup bernegara,
NA
antara lain tentang kedaulatan rakyat, pemerintah/penyelenggara ne
PRE
gara, lembaga-lembaga negara, dan hak serta kewajiban negara.
Selama masa penjajahan berlangsung di Indonesia, konstitusi
yang berlaku di Indonesia adalah konstitusi Belanda berdasarkan
asas konkordansi. Konstitusi ini bersifat liberal dan diskriminatif, oleh
karena itu, demokrasi yang tumbuh dan berkembang pada masa itu
adalah demokrasi liberal yang cukup berpengaruh terhadap kehi
dupan rakyat Indonesia. Itulah sebabnya, pada saat proklamasi kemer
dekaan 17 Agustus 1945, falsafah/ideologi Pancasila dengan demokrasi
Pancasila muncul kembali ke permukaan dan dituangkan ke dalam
UUD 1945 untuk selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam peri
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
220
9 Demokrasi Pancasila
UP
RO
kehidupan bernegara, prinsip musyawarah untuk mufakat digunakan
I A G
terutama oleh lembaga-lembaga perwakilan untuk mencari jalan ke
ED
luar pemecahan masalah-masalah rakyat banyak.
D A M
2. Ciri-ciri Pancaran Musyawarah untuk Mufakat
NA
PRE
Di dalam praktik pelaksanaan demokrasi Pancasila, kita menemu
kan beberapa ciri operasional yang secara material mempunyai hu
bungan organik dan fungsional dengan prinsip musyawarah untuk
mufakat. Atas dasar itulah maka di dalam karya ini disebut dengan ciri-
ciri pancaran musyawarah untuk mufakat.
221
spiritualisme pancasila
I A G
Ciri ini selain mengingatkan bahwa musyawarah adalah sarana
ED
strategis dalam proses pencapaian kesatuan pendapat, juga berorientasi
A M
atau berkiblat pada prinsip-prinsip atau aspek-aspek berikut ini:
D
NA
1. Untuk menjamin kebersamaan yang pada gilirannya akan ber
PRE
muara pada rasa senasib dan sepenanggungan.
2. Untuk mendorong setiap pribadi agar ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan keputusan atau kesepakatan yang diambil sebagai
jalan keluar dalam pemecahan masalah-masalah bersama. De
ngan perkataan lain, untuk menghindarkan sikap masa bodoh
dari mereka yang tidak terlibat langsung dalam musyawarah
ketika akan melaksanakan hasil musyawarah, dengan dalih yang
bermacam-macam.
222
9 Demokrasi Pancasila
UP
RO
dah dicapai mufakat/kesepakatan, maka semua perbedaan pendapat
I A G
harus dilupakan dan selanjutnya hanya ada semangat kebersamaan
ED
dalam kegiatan melaksanakan keputusan/kesepakatan yang menjadi
M
hasl bersama.
D A
NA
f. Musyawarah Dilakukan dengan Akal Sehat dan Sesuai
PRE
dengan Hati Nurani yang Luhur
Ciri ini menuntut agar di dalam proses musyawarah harus diupa
yakan sehinga seluruh pembicaraan berlansgung secara objektif/ra
sional dengan rasa keadilan yang mendasar. Hal ini penting untuk
menghindari kemungkinan adanya orientasi kepada kepentingan go
longan atau pribadi yang pada akhirnya hanya akan menguntungkan
pihak-pihak tertentu saja dan merugikan kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara.
223
spiritualisme pancasila
UP
sila ke-4 ini, terkandung makna demokrasi yang luas yaitu sebagai
RO
berikut:
I A G
1. Kerakyatan, yakni sejiwa dengan rakyat.
ED
Negara berasaskan kerakyatan berarti negara untuk rakyat atau
A M
negara untuk kepentingan seluruh rakyat. Hal ini berarti negara
D
NA
melaksanakan persamaan bagi seluruh masyarakat baik di bidang
PRE
hukum, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
2. Permusyawaratan/perwakilan
Segala aspirasi rakyat dirumuskan dan diputuskan melalui meka
nisme musyawarah rakyat atau melalui lembaga perwakilan rak
yat.
Nilai-nilai dari setiap sila pada Pancasila sesuai dengan ajaran
demokrasi bukan ajaran otoritarian atau totalitaian. Jadi, Pancasila
sangat cocok untuk menjadi dasar dan mendukung demokrasi di In
donesia. Nilai-nilai luhur Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945 sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi modern. Nilai-ni
lai Pancasila tersebut sebagai berikut:
1. Kedaulatan rakyat
Hal ini berdasarkan pada bunyi Pembukaan UUD 1945 alinea ke
IV yaitu, “....yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat.” Kedaulatan rakyat dalam
esensi dari demokrasi. Rakyat merupakan subjek dari demokrasi.
Rakyat memiliki hak ikut serta secara efektif dalam proses pe
merintahan.
224
9 Demokrasi Pancasila
2. Republik
Hal ini didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang
berbunyi, “....yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Re
publik Indonesia...”. Republik berarti republika atau negara untuk
kepentingan umum.
3. Negara berdasarkan atas hukum
Hal ini didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi,
“....Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial...”. Negara hukum Indo
nesia menganut hukum dalam arti luas dan material.
4. Pemerintahan yang konstitusional
Berdasarkan pada kalimat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi,
P
“....maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu da
lam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia....”. Undang-
RO U
G
undang Dasar Negara Indonesia 1945 adalah konstitusi negara.
5. Sistem perwakilan
ED I A
Berdasarkan pada sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yan
A M
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
D
NA
perwakilan.
PRE
6. Prinsip musyawarah
Berdasarkan pada sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
Nilai-nilai ini sifatnya sangat ideal dan masih umum. Nilai-nilai
ini dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945. Dengan dasar
UUD 1945 itulah bangsa Indonesia menjalankan praktik pemerintahan
demokrasi. Jika kita lihat, maka nilai-nilai demokrasi Pancasila ini tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi sekarang ini. Dengan
demikian, terdapat kaitan yang erat antara demokrasi Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dengan prinsip-prinsip demokrasi modern.
Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila meliputi 10 hal yang sering
disebut dengan sepuluh Pilar Demokrasi Pancasila yang meliputi se
bagai berikut:
1. Demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi yang menjunjung hak asasi manusia.
3. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat.
225
spiritualisme pancasila
I A G
2. Berpangkal pada kebenaran dan kecintaan kepada Tanah Air dan
ED
bangsa.
A M
3. Berlandaskan budi pekerti yang luhur dan berkepribadian In
D
NA
donesia.
PRE
4. Keseimbangan antara individu dan masyarakat, manusia dan
lingkungan, serta manusia dengan Tuhannya.
5. Berlandaskan tinjauan lahir batin.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandasi oleh semangat keke
luargaan dan kegotong royongan sehingga dapat dihindari adanya
dominasi mayoritas dan tirani minoritas. Sebagi contoh, dalam me
ngambil keputusan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat
sehingga semua pendapat dapat ditampung, dihargai, dan dibahas
untuk kemudian diambil kata sepakat. Oleh karena itu, tidak ada pihak
yang kalah dan pihak yang menang. Musyawarah mufakat hendaknya
dilakukan dengan:
1. Semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengambil keputusan dengan seadil-adilnya.
3. Tetap menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
hak dan kewajiban.
4. Menghargai dan menghormati pendapat, pikiran, atau gagasan
orang lain.
226
9 Demokrasi Pancasila
UP
RO
dan kewajiban seluruh Warga Negara Indonesia. Secara konkret be
A G
rikut ini digambarkan pentingnya kepedulian dan peran aktif setiap
I
ED
warga negara dalam membangun demokrasi Pancasila, antara lain:
A M
1. Dapat mempertahankan keberadaan dan keterlaksanaan prinsip-
D
NA
prinsip demokrasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
PRE
berbangsa, dan bernegara.
2. Dapat mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Terlaksananya kedaulatan rakyat dalam pemerintahan Negara
Republik Indonesia.
4. Dapat meningkatkan semangat kebersamaan, kekeluargaan, ke
gotongroyongan, dan musyawarah mufakat dalam mengambil ke
putusan yang menyangkut kepentingan bersama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Dapat memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
6. Terlaksananya pembangunan nasional untuk mencapai tujuan
nasional seperti termuat dalam Pembukaan UUD 1945, yakni ma
syarakat yang adil, makmur, materiel dan spiritual berdasarkan
Pancasila di seluruh pelosok Tanah Air Indonesia.
7. Semakin berfungsinya organisasi kemasyarakatan, organisasi po
litik dan partai politik sebagai lembaga demokrasi.
227
spiritualisme pancasila
UP
A G RO
ED I
D A M
NA
PRE
228
10
pancasila dan
amendemen uud 1945
UP
RO
kum dasar tertinggi yang berlaku di Indonesia yang terdiri atas Pem
I A G
bukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Pembukaan terdiri atas em
ED
pat alinea yang merupakan pokok kaidah fundamental atau norma
M
dasar. Pada alinea keempat terdapat rumusan Pancasila sebagaimana
D A
ditetapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1968.
NA
Bagian inti adalah batang tubuh yang tersusun atas bab, pasal, ayat
PRE
serta aturan peralihan dan aturan tambahan. Batang tubuh terdri atas
dua bagian pokok, yaitu bagian pertama tentang sistem pemerintahan
negara, dan bagian kedua memuat tentang hubungan negara dengan
warga negara dan penduduk Republik Indonesia, serta memuat konsep
negara di bidang politik.
Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal. Penjelasan umum isinya mengenai:
1. Undang-Undang Dasar sebagian dari hukum dasar.
2. Pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam Pembukaan.
3. Undang-undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan ke dalam pasal-pasalnya.
4. Undang-Undang Dasar bersifat singkat dan supel.
5. Sistem pemerintahan negara.
Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum da
sar yang tertulis. Selain hukum dasar yang tertulis, ada hukum dasar
yang bersifat tidak tertulis yang biasa disebut dengan nama konvensi.
Konvensi merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
spiritualisme pancasila
UP
RO
B. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
I A G
Pembukaan UUD 1945 mengandung nilai-nilai yang dijunjung
ED
tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada di seluruh dunia. Selain itu,
A M
nilai-nilai tersebut mampu menampung dinamika masyarakat sehing
D
NA
ga akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama
PRE
bangsa Indonesia masih setia terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 bagi bangsa Indonesia merupakan sumber
motivasi dan aspirasi, tekad dan semangat bangsa Indonesia, serta cita
hukum dan cita moral yang ingin ditegakkan dalam lingkungan na
sional maupun internasional.
Pembukaan UUD 1945 memuat pokok-pokok kaidah negara yang
fundamental yang menerangkan hakikat negara Indonesia yang di
proklamasikan, 17 Agustus 1945. Adapun pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
1. Negara persatuan, negara mengatasi segala paham golongan dan
perorangan, negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tum
pah darah Indonesia.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indo
nesia. Negara Indonesia menganut paham negara kesejahteraan
(welfare state).
3. Negara yang berkedaulatan rakyat. Negara Indonesia adalah
negara demokrasi.
4. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa menurut dasar
230
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
UP
G RO
“...Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
A
I
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
ED
tumpah darah Indonesia dan untuk mengajukan kesejahteraan umum,
M
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
D A
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
NA
sosial maka disusun kemerdekaan kebangsaan Indonenesia itu dalam
PRE
suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada; Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil Dan Beradab Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang dipimpin
Oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indo
nesia".
231
spiritualisme pancasila
UP
RO
1. Makna Alinea Pertama
G
Alinea pertama berbunyi:
ED I A
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan
M
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
D A
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
NA
PRE
a. Dalil objektif:
1. Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri
keadilan.
2. Semua bangsa di dunia mempunyai hak asasi, yaitu hak untuk
merdeka.
2. Pernyataan subjektif. Aspirasi bangsa Indonesia untuk membe
baskan diri dari penjajahan.
3. Landasan politik luar negeri. Berusaha melawan penjajahan, men
dukung kemerdekaan setiap bangsa dan menentang hal-hal yang
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
232
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
UP
RO
2. Motivasi spiritual yang luhur. Kehidupan yang berkeseim
I A G
bangan material dan spiritual di dunia dan di akhirat.
ED
3. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridha-Nya
M
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.
D A
NA
PRE
4. Makna Alinea Keempat
Alinea ke-4 berbunyi:
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
a. Tujuan nasional:
1. Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
233
spiritualisme pancasila
b. Prinsip dasar:
1. Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam undang-undang
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rak
yat.
2. Dasar falsafah negara adalah Pancasila.
P
a. Negara mengatasi segala paham golongan dan perorangan.
b. Negara menghendaki persatuan dan melindungi segenap
RO U
G
bangsa Indonesia.
I A
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
ED
Hal ini berarti, manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban
A M
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
D
NA
masyarakat.
PRE
3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar kerakyatan dan per
musyawaratan/perwakilan. Hal ini berarti, sistem negara yang ter
bentuk dalam undang-undang harus berdasar kedaulatan rakyat
dan permusyawaratan perwakilan.
4. Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Hal ini berarti, mewajibkan pemerintah/penye
lenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan
yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat luhur.
234
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
UP
2. Unsur Mutlak Pokok Kaidah Negara yang
A G RO
ED I
Fundamental Menurut Hukum Tata Negara
M
a. Dari segi isinya, ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma
D A
dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pem
NA
PRE
bentuk negara, untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-
dasar negara yang dibentuknya.
b. Dari segi isinya, memuat tujuan negara, bentuk negara, ketentuan
diadakannya UUD negara, dasar filsafat negara.
235
spiritualisme pancasila
UP
kehidupan bermasyarakat, bernegara yang tiada lain adalah Pancasila,
RO
pokok-pokok pikiran tersebut yang diwujudkan dalam pa sal-pasal
A G
batang tubuh UUD 1945 yang merupakan aturan-aturan pokok dalam
I
ED
garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain pe
M
nyelenggara negara untuk melaksanakan tugasnya.
D A
Menurut penjelasan UUD 1945, pokok-pokok pikiran tersebut
NA
meliputi suasana kebatinan dari undang-undang negara Indonesia,
PRE
dan mewujudkan cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum
negara baik hukum yang tertulis maupun tidak tertulis. Pokok-pokok
pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal dan UUD itu. Dengan de
mikian dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD1945 dan
cita-cita hukum UUD 1945 tidak lain adalah bersumber kepada atau
dijiwai dasar falsafah negara Pancasila.
Di sinilah arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara. Atau,
dengan kata lain, bahwa Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar
falsafah negara Pancasila, merupakan satu kesatuan nilai dan norma
yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-
pasal dan batang tubuh UUD 1945. Hal inilah yang harus kita ketahui,
dipahami, dan dihayati oleh setiap orang Indonesia. Jadi, Pancasila itu
di samping termuat dalam Pembukaan UUD 1945 (rumusannya dan
pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalamnya) dijabarkan secara
pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
Hal inilah yang termuat dalam penjelasan autentik UUD 1945.
Jadi, Pancasila adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. Secara
teknis dapat dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat
236
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
P
undang, peraturan pemerintah, atau keputusan pemerintah, bahkan
setiap kebijaksanaan pemerintah haruslah berlandaskan atau bersum
RO U
G
berkan pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat
I A
dipertanggungjawabkan pada ketentuan UUD 1945.
ED
Dalam kedudukan yang demikianlah, UUD dalam kerangka tata
A M
urutan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku, merupakan
D
NA
hukum yang berlaku yang menempati kedudukan yang tinggi. Sehu
PRE
bungan dengan undang-undang dasar juga berfungsi sebagai alat
kontrol untuk mengecek apakah norma hukum yang rendah yang ber
laku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.
Selain dari apa yang diuraikan di muka dan sesuai pula dengan
penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang
tubuh undang-undang dasar 1945 itu sendiri. Bahwa, Pembukaan Un
dang-Undang Dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran itu di
ciptakan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, dan dengan memperhatikan hubungan dengan ba
tang tubuh UUD yang memuat dasar falsafah negara Pancasila dan
UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD
1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan
dari pokok-pokok pikiran terkandung dalam UUD1945 yang tidak lain
adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan
rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan
237
spiritualisme pancasila
dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang tidak lain adalah sila dari Pancasila, sedangkan Pan
casila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam
perangkat UUD 1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikat
nya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka, bahwa di samping undang-
undang dasar, masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga
me rupakan sumber hukum, yang menurut penjelasan UUD 1945
merupakan ‘aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang
dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan seba
gai pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktik ke
negaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam undang-undang
dasar.
P
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan
empat pasal aturan peralihan dan dua ayat aturan tambahan, maka
RO U
G
UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat supel atau fleksibel. Dalam
I A
hubungan ini, penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa telah
ED
cukuplah kalau undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan
A M
pokok garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat
D
NA
dan lain-lain penyelenggaraan negara untuk menyelenggarakan ke
PRE
hi
dupan negara. Undang-Undang Dasar yang disingkat itu sangat
menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus
terus berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-aturan
pokok itu akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah
ketinggalan zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang
lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut. Oleh ka
rena itu, makin supel (elastic) sifatnya aturan itu makin baik. Jadi, kita
harus menjadi supaya sistem undang-undang dasar jangan sampai
ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan dan dalam
hal hidupnya negara yakni semangat para pemimpin pemerintahan,
yaitu semangat yang dinamis, positif, dan konstruktif seperti yang di
kehendaki oleh pembukaan UUD 1945.
238
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
I A G
M ED
H. Tujuan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
A
NA D
1. Alinea I untuk mempertanggungjawabkan, bahwa kemerdekaan
PRE
sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang ber
sifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka.
2. Alinea II untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang
ingin dicapai dengan kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara
sungguh-sungguh kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan
bangsa, negara dan daerah atas keadilan hukum dan moral,
bagi diri sendiri dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang
berkeadilan.
3. Alinea III untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan,
menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan
bagi seluruh orang Indonesia, yang luhur dan suci dalam lindungan
Tuhan YME.
4. Alinea IV untuk melaksanakan segala sesuatu dalam perwujudan
dasar-dasar tertentu yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945.
239
spiritualisme pancasila
P
UUD) dapat melalui dua cara yaitu melalui perubahan formal dan
RO U
perubahan informal. Perubahan formal terjadi dengan tata cara yang
G
ditentukan dalam UUD yang bersangkutan seperti diatur dalam Pasal
I A
37 UUD 1945. Perubahan tidak formal adalah perubahan yang terjadi
ED
melalui praktik ketatanegaraan dalam bentuk kebiasan-kebiasaan ke
A M
tatanegaraan (konvensi) atau putusan hakim (yurisprudensi).
D
NA
Oleh sebab itu, amendemen merupakan suatu proses perubahan
PRE
hukum (dalam konstitusi) yang dilakukan dengan cara formal. Amen
demen sendiri merupakan prosedur penyempurnaan, baik yang si
fatnya merevisi (memperbaiki) maupun mengganti atau mengubah
sama sekali. Amendemen dilakukan agar konstitusi selalu sesuai de
ngan perubahan zaman dan karakter manusia.
Selama pemerintahan Orla dan Orba, UUD 1945 tidak pernah
mengalami amendemen. Ketika bergulirnya Reformasi, masyarakat
meng
hendaki adanya amendemen yaitu adanya kelemahan dalam
ketentuan pasal-pasal UUD 1945 yang dimanfaatkan oleh rezim yang
berkuasa untuk mempertahankan kekuasaannya.
240
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
2. Kesepakatan Dasar
Adapun pada saat amendemen UUD 1945 dari pertama sampai
amendemen keempat disepakati beberapa hal yang tidak mengalami
perubahan di antaranya:
a. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Mempertegas sistem presidensiel.
d. Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dima
sukan ke dalam pasal-pasal.
e. Perubahan dilakukan dengan cara “adendum”.
UP
RO
Telah terjadi empat kali perubahan UUD 1945, perubahan pertama
G
pada 19 Oktober 1999, sedangkan perubahan yang keempat pada 19
I A
Agustus 1945.
A M
a. Perubahan Pertama
ED
NA D
Perubahan pertama meliputi, antara lain:
PRE
1. Mengurangi, membatasi, serta mengendalikan kekuasaan presi
den.
2. Hak membentuk undang-undang yang dahulu ada di tangan pre
siden dan sekarang ada pada DPR, sedang presiden hanya berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
Pasal-pasal yang mengalami perubahan/penambahan pada per
ubahan pertama adalah Pasal 5, ayat (1) diubah; Pasal 7 diubah; pasal
9 diubah; Pasal 13, ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat; Pasal 14
diubah menjadi dua ayat; Pasal 15 diubah; Pasal 17, ayat (3) diubah dan
ditambah satu ayat; Pasal 20 diubah menjadi empat ayat; Pasal 21 ayat
(1) diubah.
b. Perubahan Kedua
Perubahan kedua meliputi, antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah.
2. Keanggotaan, fungsi, hak, serta cara pengisian keanggotaan DPR.
241
spiritualisme pancasila
3. Wilayah negara.
4. Warga negara dan penduduk negara RI.
5. Hak asasi manusia.
6. Pertahanan keamanan negara.
7. Mengenai bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan.
Adapun pasal-pasal yang diubah pada perubahan kedua adalah
Pasal 18 dan Bab IV ditambah 2 pasal; Pasal 19 diubah menjadi tiga ayat;
Pasal 20 ditambah satu (ayat 5) dan Bab VII ditambah satu pasal (20A/
empat ayat); Pasal 22 ditambah dua pasal (22A, 22B); Pasal 22 ditambah
dua pasal (22A, 22B); Pasal 25 ditambah satu bab dan ditambah satu
pasal, yaitu Bab IXA tentang Wilayah Negara (Pasal 25A), dan Bab X
diubah judul bab menjadi warga negara dan penduduk; Pasal 26 ayat
(2) diubah dan ditambah satu ayat (3); Pasal 27 satu ayat (3); Pasal 28
ditambah satu bab, yaitu Bab XA tentang Hak Asasi Manusia; Bab XII
judul bab diubah menjadi Pertahanan Keamanan Negara; Pasal 30
diubah; Bab XV judul bab diubah menjadi Bendera, Bahasa, Lambang
UP
RO
Negara serta Lagu Kebangsaan; Pasal 36 Bab XV ditambah 3 pasal (36A,
36B, 36C).
I A G
M
c. Perubahan ketiga
A ED
NA D
Perubahan ketiga meliputi, antara lain sebagai berikut:
PRE
1. Pelaksanaan kedaulatan.
2. Negara Indonesia adalah negara hukum.
3. Kedudukan dan kewenangan MPR.
4. Jabatan presiden dan wakil presiden.
5. Tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung
oleh rakyat.
6. Pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatan.
7. Pembentukan lembaga baru, seperti Mahkamah Konstitusi (MK).
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY).
8. Pengaturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
9. Pemilihan umum (Pemilu).
242
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
d. Perubahaan Keempat
Perubahan keempat dan terakhir ini antara lain sebagai berikut:
UP
RO
1. Keanggotaan MPR.
2.
A G
Pemilihan presiden dan wakil presiden tahap kedua.
I
ED
3. Kemungkinan presiden dan wakil presiden berhalangan tetap.
M
4. Kewenangan presiden.
5.
D A
Keuangan negara dan bank sentral.
NA
PRE
6. Pendidikan dan kebudayaan nasional.
7. Perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat.
8. Fakir miskin dan sistem jaminan sosial.
9. Aturan peralihan dan aturan tambahan.
10. Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Adapun pasal-pasal yang terkena pada perubahan terakhir/keem
pat adalah Pasal 2 ayat (1) diubah; Pasal 6A ditambah satu ayat; Pasal 8
ditambah satu ayat; Pasal 11 ditambah satu ayat; Pasal 16 diubah; Pasal
23 ditambah dua pasal (23B, 23D); Pasal 24 ditambah satu ayat (3); Pasal
32 diubah; Pasal 33 ditambah 2 ayat (4 dan 5); Pasal 34 diubah menjadi
empat ayat; Pasal 37 diubah menjadi lima ayat; kemudian perubahan
aturan peradilan diubah menjadi Pasal I, II, III, dan aturan tambahan
menjadi Pasal I dan II.
243
spiritualisme pancasila
Tabel 1
Masa Orde Baru Masa Reformasi
(Sebelum Amendemen UUD 1945) (Setelah Amendemen UUD 1945)
P
c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan presiden, menteri negara tidak
U
MPR, kedaulatan dipegang oleh MPR bertanggung jawab pada DPR.
RO
sebagai wakil rakyat. MPR sebagai g. Kekuasaan kepala negara tidak tak
G
lembaga tertinggi negara dan presiden terbatas.
I A
harus menjalankan GBHN yang telah
ED
ditetapkan oleh MPR, karena presiden
adalah mandataris MPR.
A M
d. Presiden adalah penyelenggara
D
pemerintahan tertinggi menurut
NA
UUD. Dalam menjalankan kekuasaan
PRE
pemerintah negara bertanggung jawab
penuh di tangan presiden.
e. Presiden tidak bertanggung jawab
kepada DPR.
f. Menteri negara ialah pembantu
presiden, menteri tidak bertanggung
jawab kepada DPR.
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak
terbatas.
244
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
Pancasila
UP
A G RO
I
UUD 1945
ED
DAM
MPR
E NA
PR MA BPK dpr
Gambar 10.1
Presiden dpa
Pancasila
UUD 1945
Gambar 10.2
245
spiritualisme pancasila
UP
h. Dibentuknya Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (Pasal 24
RO
B dan 24 C).
G
i. Anggaran pendidikan minimal 20 persen (Pasal 31).
ED I A
j. Negara kesatuan tidak boleh diubah (Pasal 37).
M
k. Tidak ada lagi lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara,
D A
yang ada adalah lembaga-lembaga negara dan mereka semua se
NA
jajar posisinya.
PRE
l. Penjelasan UUD 1945 dihapus.
m. Penegasan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efi
siensi, keadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, keman
dirian, serta dengan menjaga kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional (Pasal 33).
Dalam kehidupan bernegara di Indonesia, menerapkan prinsip
kedaulatan rakyat. Hal ini bersumber pada dua landasan: Pertama:
Pancasila (sila keempat). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebi
jaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kedua: UUD 1945
(Pasal 1 ayat 2). Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD.
Dari ketentuan Pasal 1 ayat 2 tersebut terkandung maksud bahwa
yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah rakyat
Indonesia. Dalam melaksanakan kedaulatannya dijalankan oleh lem
baga-lembaga negara, yaitu:
a. Lembaga legislatif (pembuat undang-undang) dipegang oleh Ma
246
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
P
1 UUD 1945).
b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan
RO U
G
Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
I A
undang-undang dasar.
M ED
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tidak lagi berkedudukan
A
D
sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Ada dua perubahan
NA
dari kewenangan tersebut, antara lain:
PRE
a. MPR kini tidak lagi memilih Presiden dan Wakil Presiden (mereka
dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu yang luber dan jurdil).
b. MPR tidak lagi menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
Dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung
oleh rakyat, maka setiap calon Presiden dan Wakil Presiden harus
menyusun sendiri GBHN yang akan dilaksanakan kalau nantinya ter
pilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
247
spiritualisme pancasila
UP
RO
3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
I A G
Anggota DPD dipilih melalui pemilihan umum. Fungsinya adalah
ED
menyuarakan kepentingan daerah pada tingkat nasional. DPD meru
A M
pakan wakil dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, di mana jumlah
D
NA
anggota DPD tidak lebih dari sepertiga dari jumlah anggota DPR. Setiap
PRE
anggota DPD menjadi anggota MPR. DPD bersidang sedikitnya sekali
dalam setahun. DPD dapat mengajukan Rancangan Undang-Undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah kepada DPR, dan selanjutnya
DPD juga bisa melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang tersebut. Selain itu, DPD juga ikut mencermati persoalan hu
bungan pusat dengan pemerintah daerah, pembentukan, dan pengga
bungan daerah baru, serta pengelolaan sumber daya ekonomi daerah.
248
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan (UUD 1945 Pasal 7). Sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan presiden memiliki kekuasaan sebagai berikut:
a. Kekuasaan Presiden dalam bidang eksekutif.
1. Pasal 4 ayat 1 UUD 1945, Presiden Republik Indonesia meme
gang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
2. Pasal 5 ayat 2 UUD 1945, Presiden menetapkan Peraturan Pe
merintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
b. Kekuasaan Presiden dalam bidang legislatif.
Dalam bidang legislatif ini, Presiden bertindak sebagai mitra DPR,
artinya Presiden bekerja sama dengan DPR dalam membuat un
dang-undang dan menetapkan anggaran pendapatan belanja ne
gara (APBN).
c. Kekuasaan sebagai kepala negara.
UP
RO
Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai tugas-tugas pokok
A G
yang diatur dalam UUD 1945, di antaranya sebagai berikut:
I
ED
1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat,
M
angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian.
D A
2. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, mem
NA
buat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
PRE
3. Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat, dan aki
batnya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Presiden mengangkat duta dan konsul dengan memperha
tikan pertimbangan DPR.
5. Presiden menerima penempatan duta dari negara lain.
6. Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memper
hatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
7. Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memper
hatikan pertimbangan DPR.
8. Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda ke
hormatan yang diatur dengan undang-undang.
9. Presiden membentuk dewan pertimbangan. Dewan ini bertu
gas memberi nasihat dan pertimbangan kepada Presiden.
249
spiritualisme pancasila
UP
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini di
RO
laksanakan oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
G
Yudisial.
a. Mahkamah Agung (MA)
ED I A
M
1. Mengadili suatu perkara pada tingkat kasasi.
D A
2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU ter
NA
hadap UU.
PRE
b. Mahkamah Konstitusi (MK)
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusan
nya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
undang-undang dasar.
2. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang ke
wenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar.
3. Memutus pembubaran partai politik.
4. Memutus sengketa perselisihan hasil pemilu.
5. Memberi putusan atau pendapat DPR mengenai dugaan pe
langgaran oleh Presiden/atau Wakil Presiden menurut UUD.
c. Komisi Yudisial (KY)
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung.
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, dan mar
tabat perilaku hakim.
250
10 Pancasila dan Amendemen UUD 1945
Latihan
Buatlah perbandingan antara pasal-pasal UUD 1945 sebelum dan
sesudah amendemen. Pilihlah salah satu pasal dan diskusikan dalam
kelompok, terutama dalam hubungannya dengan persoalan-persoalan
yang bisa diatur oleh pasal tersebut.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Bandingkan sistem presidensial Indonesia dengan AS, apa kelebih
an dan kekurangannya!
2. Bandingkan sistem pemerintahan Indonesia sebelum dan sesu
dah amendemen UUD 1945!
3. Mengapa Pembukaan UUD 1945 salah satu hal yang menjadi ke
sepakatan tidak dilakukan perubahan dalam amendemen UUD
1945!
4. Jelaskan hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dan
P
pasal-pasal UUD 1945!
5. Mengapa setelah adanya Reformasi tahun 1998 harus dilakukan
RO U
G
amendemen UUD 1945!
ED I A
D A M
NA
PRE
251
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
11
pancasila dan dinamika
ketatanegaraan
di indonesia
P
Pendahuluan
D RO U
inamika ketatanegaraan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa
I A G
hal, antara lain situasi politik tertentu yang mendorong peme
ED
rintahan melakukan perubahan dan/atau penyimpangan terhadap
M
konstitusi negara yang resmi. Selain itu, perubahan nilai dalam negara
D A
dapat memengaruhi dinamika ketatanegaraan karena nilai yang ter
NA
dapat dalam Undang-Undang Dasar sudah tidak lagi memadai.
PRE
Pembahasan mengenai perkembangan dan pelaksanaan ketata
negaraan suatu negara dan secara lebih khusus Indonesia didasarkan
pada konstitusi negara atau UUD 1945. Perubahan konstitusi akan
merubah pola dan struktur ketatanegaraan yang ada. Begitu pula per
jalanan bangsa dan negara Republik Indonesia diwarnai oleh dinami
ka yang tajam. Hal ini diakibatkan situasi politik dan kondisinya yang
meng haruskan melakukan perubahan untuk mengantisipasi setiap
perubahan.
Di bawah ini adalah periode dinamika ketatanegaraan Indonesia
dari sejak kemerdekaan sampai dengan sekarang.
spiritualisme pancasila
Tabel 5
No. Periode Jenis Bentuk Bentuk Sistem
UUD Negara Pemerintahan Pemerintahan
UP
Presidensial
RO
1966-Oktober (demokrasi
IA G
1999 Pancasila)
D
6. Oktober UUD Kesatuan Republik Presidensial
E
1999-Sekarang 1945 hasil (demokrasi
DA M
amendemen reformasi)
E NA
PR
A. Masa Awal Kemerdekaan
Setelah disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agus
tus 1945 maka secara resmi UUD 1945 berlaku di Indonesia, dan di da
lamnya menyatakan bahwa sistem pemerintahan yang dianut adalah
sistem presidensial.
Dalam kurun waktu 1945-1949, baik mengenai bentuk negara
maupun bentuk pemerintahan, masih tetap berlaku ketentuan UUD
1945, yaitu bentuk negara kesatuan dan pemerintahan republik. Akan
tetapi, dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ternyata terdapat pe
nyimpangan dari ketentuan UUD 1945, terutama karena faktor politik.
Akibat situasi konflik yang tak kunjung selesai dengan pihak Be
landa, pemerintah tetap melaksanakan ketentuan Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Sebelum Majelis Per
musyawaratan, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan
Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaan
254
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
UP
RO
sional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada 11 November 1945, yang
G
kemudian disetujui oleh presiden dan diumumkan dengan Mak
ED I A
lumat Pemerintah pada 14 November 1945.
A M
Sejak 14 November 1945 kekuasaan pemerintah dipegang oleh
D
NA
perdana menteri yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri ber
PRE
tanggung jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai DPR dan tidak
bertanggung jawab kepada Presiden seperti yang dikehendaki oleh
UUD 1945. Kabinet yang pertama dipimpin oleh Sutan Syahrir dan
kemudian dilanjutkan oleh Kabinet Syahrir II dan III.
Sewaktu bubarnya Kabinet Syahrir III, sebagai akibat meruncing
nya pertikaian antara Indonesia-Belanda, pemerintah membentuk
Kabinet Presidensial kembali (27 Juni 1947-3 Juli 1947). Namun, atas
desakan dari beberapa partai politik, Presiden kembali membentuk
Kabinet Parlementer seperti di bawah ini:
a. Kabinet Amir Syarifudin I tanggal 3 Juli 1947-11 November 1947.
b. Kabinet Amir Syarifudin II tanggal 11 November 1947-29 Januari
1948.
c. Kabinet Hatta I tanggal 29 Januari 1948-4 Agustus 1949.
d. Kabinet Darurat (Mr. Sjafrudin Prawiranegara) tanggal 19 De
sember 1948-13 Juli 1949.
e. Kabinet Hatta II tanggal 4 Agutus 1949- 20 Desember 1949.
255
spiritualisme pancasila
UP
serikat mengharuskan adanya penggantian UUD, sehingga disusunlah
RO
naskah UUD RIS dan dibuat oleh delegasi RI serta delegasi BFO pada
G
KMB. UUD yang diberi nama Konstitusi RIS tersebut mulai berlaku
ED I A
tanggal 27 Desember 1949, yang terdiri atas Mukadimah berisi 4 alinea,
M
Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran.
D A
Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Kon
NA
stitusi RIS yang berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka
PRE
& berdaulat adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk
federasi”. Dengan berubah menjadi negara serikat, maka di dalam
RIS terdapat beberapa negara bagian dan masing-masing memiliki
kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-negara
bagian itu adalah: Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pa
sundan, Jawa Timur, Madura, Sumatra Timur, Sumatra Selatan. Selain
itu terdapat pula satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu: Jawa
Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Dae
rah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur. Selama ber
lakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap berlaku hanya untuk
negara bagian RI yang meliputi Jawa dan Sumatra dengan ibukota
Yogyakarta.
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya
Konstitusi RIS adalah sistem parlementer, sebagaimana diatur dalam
Pasal 118 ayat 1 dan 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa
“Presiden tidak dapat diganggu gugat”. Artinya, Presiden tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena
presiden adalah kepala negara, bukan kepala pemerintahan.
256
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
A RO
I
Federasi Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan tersebut
ED
berdasarkan pada Konstitusi RIS.
A M
2. Kekuasaan legislatif yang seharusnya dilaksanakan Presiden dan
D
NA
DPR dilaksanakan DPR dan Senat.
PRE
C. Masa Undang-Undang Dasar Sementara
Tahun 1950
Pada 1950 sampai dengan 1959, Indonesia menggunakan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 sebagai dasar negaranya. UUDS ter
sebut dimulai pada 17 Agustus 1950 sampai dengan lahirnya dekrit
Presiden pada 5 Juli 1959 yang dikeluarkan Presiden Soekarno.
Pemberlakuan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tersebut
dimulai pada saat Republik Indonesia Serikat berakhir karena adanya
demo besar-besaran dari rakyat yang menuntut kembalinya Indonesia
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga akhirnya pe
me rintah membubarkan Republik Indonesia Serikat dan kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan
Undang-Undang Dasar Sementara sejak 17 Agustus 1950, dengan me
nganut sistem kabinet parlementer.
Pada 1955 berdasarkan hasil pemilu pertama, dibentuk sebuah
badan konstituante yang bertugas membuat dan menyusun Undang-
257
spiritualisme pancasila
UP
RO
e. 1955-1956 : Kabinet Burhanuddin Harahap.
G
f. 1956-1957 : Kabinet Ali Satroamidjojo II.
g.
ED
1957-1959 : Kabinet Djuanda.
I A
A M
Pada masa ini demokrasi yang berkembang adalah demokrasi
D
NA
par
le
menter atau demokrasi liberal yaitu paham demokrasi yang
PRE
menekankan pada kebebasan individu, persamaan hukum, dan hak
asasi manusia. Pada masa ini, bisa dikatakan bahwa unsur-unsur de
mokrasi ditemukan dalam perwujudannya. Hal ini terlihat dari ba
nyaknya jumlah partai politik yang ada, pemilu yang terlaksana dengan
luber dan jurdil, dan terjaminnya hak-hak politik rakyat.
Namun dalam pelaksanaannya, kabinet yang ada mengalami pa
sang surut, dan terjadinya instabilitas politik yang mencakup berbagai
aspek kehidupan politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanaan.
Ada beberapa kegagalan yang dialami pada masa demokrasi ini yaitu:
a. Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan
partai politik yang ada ternyata lebih mengutamakan kepentingan
sendiri dan golongan daripada kepentingan bangsa dan negara.
b. Landasan sosial ekonomi rakyat masih rendah. Pada saat itu ke
adaan ekonomi rakyat masih sangat lemah, sehingga mereka lebih
tertarik mengurusi masalah politik daripada masalah ekonomi.
c. Tidak mampunya para anggota konstituante dalam menetapkan
dasar negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
258
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
UP
RO
kemerdekaan berjuang di Jawa. Setelah kembali ke Sulawesi berga
G
bung dengan Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan pada
ED I A
1950 menuntut agar pasukannya masuk APRIS. Tuntutannya ditolak,
M
tetapi kepada anggotanya yang memenuhi syarat diperbolehkan ma
D A
suk, sedangkan sisanya dimasukkan ke dalam Corps Cadangan Na
NA
sional. Kahar akan diberikan pangkat letkol, tetapi saat pelantikan, 17
PRE
Agustus 1951, ia bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan dan
mengacau. Januari 1952 menyatakan diri ikut sebagai bagian anggota
Kartosuwiryo. Selama 14 tahun memberontak, namun akhirnya ber
hasil dilumpuhkan setelah salah seorang anak buahnya, yaitu Bahar
Matiliu menyerahkan diri. Ia berhasil ditembak oleh pasukan Divisi
Siliwangi pada Februari 1965.
259
spiritualisme pancasila
3. Pemberontakan di Aceh
Pengikut DI di Aceh memproklamasikan daerahnya sebagai ba
gian dari NII pada 20 September 1953. Pemimpinnya adalah Daud
Beureueh, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan yang pernah
menjabat gubernur Militer Daerah Aceh 1947. Pada mulanya mereka
dapat menguasai sebagian besar daerah Aceh termasuk kota-kotanya.
Setelah pemerintah mengadakan operasi, mereka menyingkir ke hu
tan. Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kol. M. Jasin mengambil pra
karsa mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berhasil
mengembalikan Daud Beureueh ke masyarakat (Desember 1962).
P
4. Peristiwa 17 Oktober 1952
RO U
Peristiwa ini bersumber pada kericuhan yang terjadi di lingkung
I A G
an Angkatan Darat. Kol. Bambang Supeno tidak menyetujui kebijaksa
ED
naan Kol. A.H. Nasution selaku KSAD. Ia mengajukan surat kepada
M
Menteri Pertahanan dan Presiden dengan tembusan kepada parlemen
D A
berisi soal tersebut dan meminta agar Kol. A.H. Nasution diganti. Manai
NA
Sophian selaku anggota parlemen mengajukan mosi agar pemerintah
PRE
segera membentuk panitia untuk mempelajari masalahnya dan me
ngajukan pemecahannya. Hal ini dianggap usaha campur tangan par
lemen terhadap tubuh Angkatan Darat. Pimpinan AD mendesak kepada
Presiden untuk membubarkan Parlemen. Desakan ini juga dilakukan
oleh rakyat dengan mengadakan demonstrasi ke gedung parlemen dan
Istana Merdeka. Presiden menolak tuntutan ini dengan alasan tidak
ingin menjadi seorang diktator, tetapi akan berusaha segera memper
cepat pemilu. Kol. A.H. Nasution akhirnya mengundurkan diri, diikuti
oleh Mayjen T.B. Simatupang. Jabatan ini akhirnya digantikan oleh Kol.
Bambang Sugeng.
260
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
angkat Kol. Bambang Utoyo sebagai KSAD yang baru, tetapi pada saat
pelantikannya, 27 Juni 1955, tidak ada satu pun perwira AD yang hadir.
Peristiwa ini menyebabkan kabinet Ali-Wongso jatuh. Kemudian pada
masa Kabinet Burhanudin Harahap, bekas KSAD yang lama, yaitu Kol.
A.H. Nasution, kembali diangkat menjadi KSAD (7 November 1955).
Peristiwa di Angkatan Perang yang bersifat liberal juga terjadi pada 14
Desember 1955, yaitu ketika Komodor Udara Hubertus Suyono dilantik
menjadi Staf Angkatan Udara di Pangkalan Udara Cililitan (Halim
Perdanakusuma), segerombolan prajurit pasukan kehormatan maju
dan menolak pelantikan tersebut. Kemudian mereka meninggalkan
baris dan diikuti oleh pasukan pembawa panji-panji Angkatan Udara,
sehingga upacara batal.
6. Dewan-dewan Daerah
Diawali dengan pembentukan Dewan Banteng oleh Kol (pensiun)
Ismail Lengah di Padang (20 November 1956), dengan ketuanya
UP
RO
Ahmad Husein, Komandan Resimen IV Tentara Teritorium (TT) I di Pa
G
dang. Mereka mengajukan tuntutan kepada pemerintah pusat tentang
ED I A
otonomi daerah. Larangan KSAD agar tentara tidak berpolitik tidak
M
dihiraukan. Mereka malah mengambil alih pemerintahan daerah Su
D A
matra Tengah dari Gubernur Ruslan Mulyodiharjo (20 Desember 1956).
NA
Tindakan tersebut diikuti oleh daerah-daerah lain seperti pem
PRE
bentukan Dewan Gajah di Sumatra Utara (Kol. M. Simbolon), Dewan
Garuda di Sumatra Selatan (Kol. Barlian), dan Dewan Manguni di
Sulawesi Utara (Letkol. H.N.V. Samual). Peristiwa-peristiwa ini dila
tarbelakangi oleh pembangunan yang tidak merata, padahal daerah-
daerah tersebut telah memberikan devisa bagi negara. Pemerintah ber
usaha mengatasi masalah tersebut dengan mengadakan perundingan
dan janji pemerataan pembangunan. Namun usaha tersebut tidak ber
hasil. Akhirnya operasi militer pun dilancarkan (17 Desember 1957).
261
spiritualisme pancasila
UP
dengan Syafrudin Prawiranegara sebaga Perdana Menteri (15 Februari
RO
1958).
G
Hal tersebut diikuti oleh Sulawesi Utara di bawah pimpinan Letkol
ED I A
D.J. Somba yang membentuk Gerakan Piagam Perjuangan Semerta
M
(Permesta). Pemberontakan ini ditumpas dengan operasi militer sela
D A
ma beberapa tahun.
NA
Selain gangguan keamanan, kesulitan juga dialami oleh Peme
PRE
rintah dalam beberapa bidang. Sehingga pada akhir Demokrasi Liberal
terasa terjadi kemunduran. Kesulitan-kesulitan tersebut akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya.
a. Politik
Politik sebagai panglima merupakan semboyan partai-partai pada
umumnya, sehingga berlomba-lombalah para partai politik untuk
memperebutkan posisi panglima ini. Lembaga seperti DPR dan Kon
sti
tuante hasil PEMILU merupakan forum utama politik, sehingga
persoalan ekonomi kurang mendapat perhatian. Pemilihan umum
merupakan salah satu program beberapa kabinet, tetapi karena umur
kabinet pada umumnya singkat program itu sulit dilakukan. Setelah
Peristiwa 17 Oktober 1952, pemerintah berusaha keras untuk melaksa
nakannya. Dalam suasana liberal, pemilu diikuti oleh puluhan partai,
organisasi, maupun perorangan. Anggota ABRI pun ikut serta sebagai
pemilih.
262
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
P
Nations Amergency Forces (UNEF) untuk menjaga perdamaian di Timur
Tengah. Pasukan ini diberi nama Garuda I dan diberangkatkan Januari
RO U
G
1957.
b. Ekonomi
ED I A
D A M
Untuk menyehatkan perekonomian, dilakukan penyehatan ke
NA
uangan dengan mengadakan sanering yang dikenal dengan Gunting
PRE
Syafrudin (19 Maret 1950). Uang Rp. 500 ke atas dinyatakan hanya ber
nilai setengahnya, sedangkan setengahnya lagi merupakan obligasi.
Dari tindakan tersebut pemerintah dapat menarik peredaran uang se
banyak Rp. 1,5 milyar untuk menekan inflasi.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Ekspor
(BE) untuk mengimbangi impor. Eksportir yang telah mengekspor
kemudian memperoleh BE yang dapat diperjualbelikan. Harga BE
meningkat, sehingga pemerintah membatasinya sampai 32,5 persen.
Karena ternyata BE tidak berhasil meningkatkan perekonomian, akhir
nya peraturan tersebut dihapuskan (1959).
Pemerintah kemudian membentuk Dewan Perancang Nasional
(Depernas) yang bertugas menyusun rencana pembangunan Nasional
untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur (1959). Tetapi pe
ningkatan belum juga terjadi, karena labilnya politik dan inflasi yang
mengganas. Pemerintah juga cenderung bersikap konsumtif, jaminan
emas menurun, sehingga rupiah merosot.
263
spiritualisme pancasila
c. Sosial
Partai Politik menggalakkan masyarakat dengan membentuk or
ganisasi massa (ormas), khususnya dalam menghadapi Pemilu tahun
1955. Keadaan sosial-ekonomi yang kian merosot menguntungkan
partai-partai kiri yang tidak duduk dalam pemerintahan karena dapat
menguasai massa. PKI makin berkembang, dalam Pemilu tahun 1955
merupakan salah satu dari empat besar dan kegiatannya ditingkatkan
yang mengarah pada perebutan kekuasaan (1965).
d. Budaya
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, pemerintah dianggap
berhasil dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik
dari perguruan tinggi, pemerintah membuka banyak universitas yang
disebarkan di daerah. Prestasi lain adalah dalam bidang olahraga. Dalam
P
perebutan Piala Thomas (Thomas Cup) Indonesia yang baru pertama
RO U
kali mengikuti kejuaraan ini berhasil memperoleh piala tersebut (Juni
G
1958). Selain itu, juga Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi
I A
Asia-Afrika dengan sukses.
ED
Karena wilayah Indonesia berupa kepualauan, maka pemerintah
A M
mengubah peraturan dari pemerintah kolonial Belanda, yaitu Per
D
NA
aturan Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim Tahun 1939, yang me
PRE
nyebutkan wilayah teritorial Hindia-Belanda dihitung tiga mil laut
diukur dari garis rendah pulau-pulau dan bagian pulau yang merupa
kan wilayah daratannya. Peraturan ini dinilai sangat merugikan bangsa
Indonesia. Karena itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi
13 Desember 1957 yang juga disebut sebagai Deklarasi Juanda tentang
Wilayah Perairan Indonesia. Indonesia juga membuat peraturan ten
tang landas kontinen, yaitu peraturan tentang batas wilayah perairan
yang boleh diambil kekayaannya. Peraturan ini tertuang dalam Peng
umuman Pemerintah tentang Landas Kontinen 17 Februari 1969.
Pemerintah Indonesia mengadakan perjanjian dengan negara-negara
tetangga tentang batas-batas Landas Kontinen agar kelak tidak terjadi
kesalahpahaman.
Keadaan ini yang pada akhirnya membuat Presiden Soekarno me
ngeluarkan dekrit presiden pada 5 Juli 1959 yang isinya sebagai berikut:
1. Pembubaran partai politik.
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS tahun
1950.
3. Dibentuknya lembaga MPRS dan DPAS.
264
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
A RO
I
nyelenggaraan pemerintahan.
ED
2. Terbatasnya peran partai.
A M
3. Berkembangnya pengaruh partai komunis (PKI).
D
NA
4. Meluasnya peran militer sebagai unsur sosial politik.
PRE
Secara ringkas mengenai lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sebagai berikut:
1. Walaupun lebih dari dua tahun bersidang, konstituante belum
berhasil merumuskan Rancangan Undang-Undang Dasar yang
baru. Perbedaan pendapat mengenai dasar negara yang menjadi
perdebatan di dalam sidang konstituante telah menjalar ke luar
gedung dan dikhawatirkan akan dapat menimbulkan ketegangan
politik dan perpecahan bangsa. Dalam suasana seperti itu, pada
22 April 1959 di depan sidang konstituante, Presiden Soekarno
menyarankan untuk kembali ke UUD 1945.
2. Saran tersebut pada umumnya diterima, hanya masih terjadi per
bedaan pendapat di antara anggota konstituante. Ada sejumlah
golongan yang secara utuh menerima UUD 1945 tersebut. Akan
tetapi, ada juga yang mau menerima dengan amendemen dima
sukkannya lagi tujuh kata di belakang sila pertama (seperti diktum
piagam Jakarta).
3. Akibat ketidakmufakatan di antara golongan-golongan tersebut,
sidang konstituante mengadakan pemungutan suara terhadap
265
spiritualisme pancasila
P
tujukan kepada seluruh jajaran TNI/AD untuk melaksanakan dan
mengamankan Dekrit Presiden tersebut.
RO U
G
6. Mahkamah Agung juga membenarkan tindakan Presiden yang
I A
mengeluarkan dekrit tersebut yang didasarkan pada hukum da
ED
rurat negara (staatsnoodrecht). Hukum darurat yang dimaksud
A M
adalah hukum darurat subjektif (hukum darurat negara yang di
D
NA
berikan kepada penguasa untuk mengambil tindakan secara ob
PRE
jektif karena peraturannya belum ada). Selanjutnya, dekrit ter
sebut mendapat persetujuan dari seluruh rakyat Indonesia melalui
persetujuan DPR hasil pemilu dalam sidang DPR pada 22 Juli 1959.
Hal ini mengingat keadaan ketatanegaraan yang membahayakan
keselamatan bangsa dan negara. Demikian juga DPR, hasil pemilu
1955 dalam sidangnya pada 27 Juli 1959 secara aklamasi menya
takan kesediaanya untuk bekerja terus berdasarkan UUD 1945.
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka di Indonesia berlaku kem
bali UUD 1945, dan berlaku pula sistem pemerintahan presidensial
yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945. Sebagai bagian dari
demokrasi terpimpin, maka pelaksanaan sistem pemerintahan saat
itu juga mengalami penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945,
antara lain:
1. Penyimpangan ideologis, yakni konsepsi Pancasila berubah men
jadi konsepsi Nasakom (Nasionalis, agama, dan komunis).
266
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
P
yang mestinya Presiden bertanggung jawab kepada MPR karena
MPR sebagai lembaga tertinggi negara menjadi terbalik MPR ber
RO U
G
tanggung jawab kepada Presiden.
I A
5. Lembaga-lembaga negara yang lain seperti DPR, DPA, dan BPK
ED
yang seharusnya sejajar dengan Presiden kedudukannya menjadi
A M
di bawah Presiden.
D
NA
6. Pada 1960 Presiden membubarkan DPR karena DPR tidak mau
PRE
menyetujui RAPBN yang diusulkan pemerintah, padahal sesuai
dengan UUD 1945, bila RAPBN tidak disetujui DPR maka meng
gunakan APBN tahun yang lalu dan mestinya Presiden tidak ber
hak membubarkan DPR.
7. Banyak ketentuan-ketentuan yang seharusnya mendapat persetu
juan dahulu oleh DPR namun presiden langsung menetapkan
tanpa memperhatikan DPR.
8. Presiden juga memperluas kekuasaan melalui UU No. 19 Tahun
1964 yaitu demi kepentingan revolusi Presiden berhak untuk men
campuri urusan peradilan.
Dua hal keberhasilan yang dicapai pada masa demokrasi ter
pimpin, yaitu:
1. Keberhasilan pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/
TII yang telah berlangsung selama 16 tahun.
2. Keberhasilan dalam menyatukan Irian Barat ke dalam pangkuan
RI setelah cukup lama menjadi sengketa dengan pihak Belanda.
267
spiritualisme pancasila
A G
infrastruktur, sarana, dan prasarana juga sangat meningkat tajam.
I
ED
Pembangunan yang berjalan tidak memperhatikan mental khususnya
M
bagi para pemegang kekuasaan sehingga praktik-praktik KKN sangat
D A
NA
merebak dan menjamur di sana sini.
PRE
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah Orde Baru justru
mengarah pada pemerintahan yang sentralistik yang diarahkan dan
disesuaikan dengan kepentingan atau kehendak pemerintah/pengu
asa. Hal ini dapat dilihat pada makin menguatnya kekuasaan presiden
dalam menopang dan mengatur seluruh proses politik terjadi. Selain
itu, lembaga kepresidenan menjadi pusat dari seluruh proses politik
dan menjadi pembentuk dan penentu agenda nasional, mengontrol
kegiatan politik, dan pemberi legalitas bagi seluruh pemerintahan ne
gara. Akibatnya, harapan tentang majunya kehidupan demokrasi jus
tru mengalami penurunan.
Ada beberapa sebab mengapa demokrasi tidak terwujud pada
masa Orde Baru yaitu sebagai berikut:
1. Rekruitmen politik yang tertutup.
2. Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi.
3. Pengakuan terhadap hak-hak dasar yang masih terbatas.
4. Pers yang dibelenggu.
5. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir tidak ada.
Pemerintahan Orde Baru menerapkan tatanan kehidupan politik
268
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
P
Adapun beberapa penyebab kegagalan masa Orde Baru antara
lain:
RO U
G
1. Hancurnya ekonomi Nasional yang ditandai terjadinya krisis eko
nomi yang tak kunjung teratasi.
ED I A
M
2. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru. Para men
D A
teri tidak lagi memihak pemerintahan, serta militer/TNI tidak lagi
NA
bersedia menjadi alat kekuasaan Orde Baru.
PRE
3. Terjadinya krisis politik dan runtuhnya legitimasi politik. Rakyat
yang sudah trauma sejak masa sebelumnya menjadi semakin ke
cewa dan menderita.
4. Desakan semangat demokratis dari para pendukung demokrasi.
Para pendukung demokrasi terutama adalah para lawan politik
Orde Baru yang tampil menuntut adanya reformasi dan pembu
baran pemerintah yang ada.
5. Adanya berbagai krisis yang terjadi, yang dimulai dari krisis mo
neter, kemudian ekonomi sampai akhirnya menjadi krisis multi
dimensi.
Semangat dan dorongan agar Orde Baru melepaskan kekuasaannya
semakin melebar dan mendapat dukungan semua elemen masyarakat.
Aksi demonstrasi besar-besaran setiap hari terus mewarnai di berbagai
macam kota yang diprakarsai dan dimotori oleh para kaum intelektual.
Mereka menuntut Soeharto mengundurkan diri dan para pejabat poli
tik yang diduga melakukan KKN agar segera diusut dan diadili, karena
rakyat sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus berlarut-larut
269
spiritualisme pancasila
UP
RO
Era reformasi memberi harapan akan terjadinya perubahan, dari
G
penyelenggaraan negara yang otoriter menuju penyelenggaraan ke
ED I A
hidupan bernegara yang demokratis. Orde Reformasi ini muncul ka
M
rena adanya tuntutan perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara
D A
dalam berbagai bidang kehidupan, baik bidang politik, ekonomi, sosial
NA
budaya, hukum maupun bidang agama.
PRE
Kegagalan kehidupan demokrasi sebelumnya, selain disebabkan
oleh moral penguasa juga terdapat beberapa kelemahan yang terkan
dung dalam UUD 1945. Oleh karena itu, selain melakukan reformasi
dalam bidang politik juga diperlukan amendemen UUD 1945.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka berkembanglah tun
tutan untuk melakukan amendemen terhadap UUD 1945. Hal tersebut
diwujudkan dalam satu tahapan reformasi terhadap konstitusi yang
dilakukan secara sistematis dalam empat perubahan konstitusi dalam
empat sidang MPR.
Pada masa pemerintahan Habibie yang merupakan pemerintahan
transisi banyak melakukan perubahan ke arah kehidupan yang lebih
demokratis. Adapun beberapa hal yang terjadi pada masa Presiden
Habibie antara lain:
1. Keluarnya ketetapan-ketetapan MPR RI dalam Sidang Istimewa
pada November 1998 sebagai awal perubahan sistem demokrasi
secara konstitusional.
2. Ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
270
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
P
dalam melaksanakan demokrasi di berbagai daearah.
Pada masa Reformasi rakyat menginginkan kehidupan masyara
RO U
A G
kat yang demokratis, dengan peran rakyat lebih mendominasi dalam
I
ED
struktur pemerintahan. Rakyat pun menuntut adanya keterbukaan dari
M
pemerintahan dalam menentukan kebijakan atau menyelenggarakan
D A
pemerintahan yang mencakup berbagai bidang kehidupan.
NA
PRE
1. Bidang Ideologi dan Konstitusi (UUD 1945)
Berdasarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN
yang kemudian ditindaklanjuti dengan UU No. 3 Tahun 1985 tentang
Partai Politik dan Golkar, serta UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas,
disebutkan bahwa Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi semua
parpol dan Golkar serta semua organisasi kemasyarakatan. Ini meng
in
dikasikan bahwa interpretasi mengenai ideologi Pancasila hanya
ditentukan secara monopoli oleh pemerintah, yang selanjutnya telah
menimbulkan manipulasi interpretasi ideologi untuk kepentingan
status quo penguasa. Oleh karena itu, di masa Reformasi ini menghen
daki kebebasan menginterpretasikan ideologi Pancasila oleh masya
rakat dengan menghilangkan semua tafsir yang bertentangan dengan
demokrasi.
Adapun UUD 1945 pada masa Orde Baru seolah-olah disakralkan
sehingga tertutup untuk masuknya ide-ide atau pemikiran baru atas
perubahan-perubahan UUD 1945 tersebut. Dalam UUD 1945 memberi
wewenang penuh terhadap eksekutif dan mengabaikan kekuasaan
271
spiritualisme pancasila
UP
RO
tidak merumuskan secara pasti apakah tata cara pengisian lembaga
G
MPR tersebut hanya dapat dilakukan dengan melalui pemilihan semata
atau dengan cara yang lain.
ED I A
M
Unsur keanggotaan MPR yang berasal dari DPR merupakan wakil
D A
kekuatan politik di masyarakat, tidak ada pilihan lain kecuali dipilih
NA
dalam pemilu. Adapun unsur golongan dapat diisi dengan melalui
PRE
mekanisme pengangkatan. Utusan golongan dan utusan daerah baik
ditinjau dari segi strukktur bahasa Pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yaitu “di
tambah dengan....” maupun dikaitkan dengan asas kedaulatan rakyat,
semestinya menjadi pelengkap saja. Komposisi MPR seperti yang di
kemukakan Ismail Suny, yakni sekurang-kurangnya yang dipilih oleh
rakyat haruslah lebih banyak jumlahnya daripada yang ditunjuk.
Namun, kenyataannya di masa Orde Baru komposisi MPR menun
jukkan keganjilan, karena lebih banyak anggota MPR diisi dengan cara
diangkat/ditunjuk. Dari 1.000 orang anggota MPR, hanya 425 (42,5%)
orang yang dipilih melalui pemilu, sedangkan yang diangkat sebanyak
575 orang. Akibatnya, terlontar kritik bahwa kedaulatan rakyat di In
donesia hanya 42,5% untuk itu perlu dicarikan jalan keluar terbaik dari
masalah ini agar mencerminkan semangat demokrasi.
Sementara itu, dari pemilu ke pemilu berikutnya susunan ke
anggotaan DPR berubah. Memang, dari segi tingkat pendidikan dan
popularitas semakin baik dari tiap periode. Namun, dari segi represen
tasi dan proporsionalitas, kualitas DPR tampaknya terus merosot. Hal
ini disebabkan undang-undang paket politik, baik sistem kepartaian,
272
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
P
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu perlu ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
RO U
G
a. Anggota DPR harus benar-benar dipilih melalui pemilu yang luber
ED I A
dan jurdil. Tidak ada lagi anggota DPR yang diangkat. Dari sini
M
dapat dihasilkan lembaga legislatif yang memiliki keabsahan tinggi
D A
di mata rakyat. Di samping itu, karena kehadirannya di lembaga
NA
ini sepenuhnya berasal dari rakyat, maka mereka mempunyai rasa
PRE
tanggung jawab yang besar kepada rakyat sehingga mereka me
laksanakan tugasnya dengan baik.
b. Perlu dilakukan perubahan tata tertib DPR yang selama ini meng
hambat kinerja anggota DPR.
c. Untuk memberdayakan MPR, hendaknya seluruh anggota MPR
dipilih melalui pemilu. Dengan mekanisme seperti ini, MPR dapat
me laksanakan fungsinya sebagai pelaksana kedaulatan rakyat
yang memiliki wewenang sesuai dengan peraturan yang ada.
d. Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dan DPR, dengan maksud
agar MPR dapat lebih efektif melakukan tugasnya, begitu pula
dengan DPR agar kinerjanya lebih optiomal sebagai partner kerja
lembaga eksekutif.
273
spiritualisme pancasila
UP
Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk Keppres
RO
dan Inpres;
G
e. Menyusun kode etik kepresidenan.
ED I A
A M
4. Keterbukaan dalam Penyelenggaraan Pemilu
D
NA
Pemilu merupakan pelaksanaan hak asasi warga negara yang
PRE
sudah memenuhi syarat. Dalam pemilu, ada hak pilih yaitu hak dipilih
dan hak memilih. Kedua hak ini dapat digunakan secara bersamaan
pada saat pemilu digelar. Pemilu juga merupakan sarana sirkulasi ke
kuasaan yang sah dan legitimit. Oleh karena itu, pelaksanaan pemilu
harus didasarkan atas asas-asas tertentu sehingga hasilnya dapat di
pertanggungjawabkan kepada konstituennya.
Praktik penyelenggaraan pemilu pada masa Orde Baru telah me
nyimpang jauh dari asas-asasnya. Bahkan seolah hasil pemilu dire
kayasa sehingga fungsi dan tujuan pemilu telah menyimpang dari sa
sarannya. Pemilu pada masa Orde Baru seakan makin memperkukuh
status rezim Orde Baru.
Dalam negara demokrasi, pemilu berkaitan dengan dua aspek,
yaitu aspek legal dan aspek penyelenggaraan. Aspek legal yaitu adanya
hukum yang mengatur keseluruhan proses pemilu, sedangkan aspek
penyelenggaraan atau pelaksanaan di lapangan dari tahap awal sampai
tahap akhir. Pemilu berkaitan dengan kelangsung, keberadaan, dan
eksisten lembaga negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pemilu mutlak
dilaksanakan di dalam suatu negara.
274
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
UP
RO
diusahakan semaksimal mungkin terjamin kejujuran dan keraha
G
siaanya.
ED I A
e. Adanya tindakan khusus (sanksi) yang tegas jika terbukti ada partai
M
politik yang melakukan suap, tekanan, atau bahkan ancaman
D A
kepada masyarakat ketika menggunakan hak pilih mereka.
NA
PRE
5. Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah
Pada masa Orde Baru, kekuasaan bersifat sentralistis, artinya se
gala sesuatu bersumber pada pemerintah pusat. Hal inilah yang meng
hambat perkembangan dan kemajuan daerah dan menimbulkan ke
tergantungan kepada pemerintah pusat. Keadaan ini dapat berdampak
terwujudnya keadilan dan hasil pembangunan serta penerapan oto
nomi daerah yang maksimal.
Oleh karena itu, pada masa Reformasi diperlukan perubahan me
kanisme penyelenggaraan pemerintahan yang tidak bersumber pada
pemerintah pusat saja, tetapi memberikan kesempatan yang luas dan
bertanggung jawab kepada daerah untuk mengadakan pemerintahan
sendiri (otonomi daerah) dengan berpegang pada asas desentralisasi.
Sedangkan reformasi pemerintahan daerah dilakukan dengan peng
aturan institusi daerah yang mendukung ke arah desentralisasi itu.
Adapun cara untuk mewujudkannya adalah sebagai berikut:
a. Penentuan daerah otonomi hanya pada daerah tingkat II saja. Hal
ini dimaksudkan agar lebih memberdayakan wilayah kabupaten/
275
spiritualisme pancasila
I A G
sebagai kekuatan pertahanan, keamanan, dan kekuatan sosial-politik
ED
(dwifungsi ABRI). ABRI lebih banyak dimanfaatkan sebagai alat un
A M
tuk mempertahankan kekuasaan oleh pengusa, daripada sebagai
D
NA
alat negara penjaga dan pengawal keutuhan maupun pelindung dan
PRE
pengayom masyarakat.
Untuk itulah perlu diadakan reformasi atau perubahan pada ABRI
untuk mengurangi peran sosial-politiknya, sehingga di masa yang akan
datang peran dan fungsi ABRI hanya terpusat untuk menjalankan peran
peratahanan dan keamanan. Hal ini perlu dilakukan karena mengingat,
bahwa keamanan negara kita akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan
apalagi dengan adanya globalisasi.
276
11 Pancasila dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia
UP
RO
rakyat akan pemerintahan, karena pada dasarnya keberadaan partai
A G
politik menjadi indikasi terwujudnya suatu negara demokrasi.
I
M
8. Penyelenggaraan Perekonomian Negara
A ED
NA D
Berbicara mengenai perekonomian negara, tidak lepas dari UUD
PRE
1945 Pasal 33 yang mengatur hal ini. Pada pasal tersebut dijelaskan
bahwa perekonomian negara dikelola untuk kesejahteraan rakyat. Pada
ayat 4 pasal ini diuraikan, “Perekonomian nasional diselenggarakan
oleh negara berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersa
maan, efesiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan ke
satuan ekonomi nasional”.
Pada ayat ini jelas terlihat bahwa perekonomian harus dikelola
dengan adil untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Namun, dalam
praktiknya, seringkali perekonomian dikuasai oleh beberapa orang
yang berafilasi dengan kekuasaan. Para pengusaha memiliki jaringan
atau kenalan dengan pejabat negara yang seringkali mereka mendapat
berbagai keistimewaan dalam mengembangkan bisnisnya.
Di era Reformasi ini, tentu saja kondisi seperti ini harus mengalami
perubahan. Pemerintah harus memperhatikan perkembangan, kema
juan dan pertumbuhan rakyat secara keseluruhan, karena memang
secara riil perekonomian secara garis besar berjalan atas dasar fondasi
perekonomian rakyat. Untuk mewujudkan hal ini, dapat ditempuh de
277
spiritualisme pancasila
Latihan
UP
G
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
A RO
I
1. Uraikanlah latar belakang munculnya Maklumat Wapres No. X
A M ED
dan munculnya Maklumat Pemerintah tahun 1945!
2. Bandingkan sistem ketatanegaraan yang terjadi pada masa Orde
NA D
Lama dan Orde Baru!
PRE
3. Mengapa pada masa awal kemerdekaan sampai dengan masa
UUDS 1950 terjadi banyak pemberontakan didalam negeri?
4. Sebutkan penyimpangan konstitusional yang dilakukan Orde
Lama dan penyimpangan hukum yang dilakukan Orde Baru!
5. Bandingkan sistem pemerintahan yang terjadi pada masa Orde
Baru dan Reformasi!
278
Daftar Pustaka
daftar pustaka
UP
RO
Badrika, I Wayan. 2003. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Erlangga.
I A G
Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pus
ED
taka Pelajar.
M
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Er
D A
langga.
NA
Budiardjo, Miriam. 1996. Demokrasi Di Indonesia, Demokrasi Parle
PRE
menter dan Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bizawie, Zainul Milal. 2014. Laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad,
Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949). Tangerang:
Pustaka Compass.
Boisard, Marcel. 1980. Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Burhanuddin, Jajat. 2012. Ulama dan Kekuasaan, Pergumulan Elite
Muslim dalam Sejarah Indonesia. Bandung: Mizan.
Carey, Peter. 2015. Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855).
Jakarta: Kompas.
Chaniago, Andrinof. 2001. Gagalnya Pembangunan Kajian Ekonomi
Politik Terhadap Akar Krisis Indonesia. Jakarta: LP3S.
Darmodihardjo, Darji. 1983. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Jakarta:
Aries Lima.
Dewanto, Nugroho, (Ed). 2011. Natsir, Politik Santun di antara Dua
Rezim. Jakarta: KPG-Tempo.
Frederick, William H dan Soerto Soeri. 2005. Pemahaman Sejarah Indo
nesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3S.
279
spiritualisme pancasila
Hadad, Ismid (Ed). 1979. Kebudayaan Politik dan Keadilan Sosial In
donesia. Jakarta: LP3ES.
Hamka. 2016. Angkatan Baru. Jakarta: Gema Insani Press.
———————. 2014. Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan. Jakarta:
Gema Insani Press.
———————. 2005. Dari Hati ke Hati, tentang Agama, Sosial-Budaya, Politik.
Jakarta: Pustaka Panjimas.
———————. 2016. Dari Lembah Cita-cita. Jakarta: Gema Insani Press.
———————. 2015. Falsafah Hidup, Memecahkan Rahasia Kehidupan Berda
sarkan Tuntunan al Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Republika.
———————. 2015. Keadilan Sosial dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
———————. 2016. Kesepaduan Iman dan Amal Saleh. Jakarta: Gema Insani
Press.
———————. 2016. Lembaga Budi, Menegakkan Budi, Membangun Jati
Diri, Berdasar Tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Jakarta: Re
P
publika.
———————. 2015. Lembaga Hidup, Ikhtiar Sepenuh Hati, Memenuhi
RO U
G
Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketentuan Ilahi. Jakarta:
Republika.
ED I A
———————. 1992. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang.
A M
———————. 2014. Pribadi Hebat. Jakarta: Gema Insani Press.
D
NA
———————. 1981. Said Jamaluddin al Afghany. Jakarta: Bulan Bintang.
PRE
———————. 2016. Sejarah Umat Islam, Pra Kenabian hingga Islam di
Nusantara. Jakarta: Gema Insani Press.
———————. 2003. Tasauf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Herdiawanto, Heri dan Hamdayama, Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan
Aktif Berwarganegara. Jakarta: Erlangga.
Kahin, George McTurnan. 2013. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia.
Depok: Komunitas Bambu.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia.
Kartodirdjo, Sartono. 2015. Pemberontakan Petani Banten 1888. Depok:
Komunitas Bambu.
Kecik, Hario. 2009. Pemikiran Militer 1, Sepanjang Masa bangsa
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Lubis, Ridwan dan Muhammad Hisyam, Islam dan Nasionalisme, tu
lisan dalam Taufik Abdullah, (Ed). 2003. Ensiklopedi Tematis Dunia
280
Daftar Pustaka
P
PT Gramedia.
Mahmud MD. Moh. 1997. Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi. Yogya
RO U
G
karta: Gama Media.
I A
Makalah-makalah dalam Kongres Pancasila Diselenggarakan oleh
ED
UGM-MK RI Tanggal 30, 31 dan 1 Juni di Kampus UGM.
A M
Majalah Filsafat Drijarkara, Th XXII No.3.
D
NA
Natsir, Mohammad. 1973. Capita Selecta. Jakarta: Bulan Bintang.
PRE
———————. 2015. Islam dan Akal Merdeka, Kritik atas Pemikiran Soekarno
tentang Islam Sontoloyo dan Seputar Pembaruan Pemikiran Islam
Polemik 1934-1940. Bandung: Sega Arsy.
———————. 2014. Islam sebagai Dasar Negara. Bandung: Sega Arsy.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Cet. 9.
Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
Nurdin Muhamad, Hendara M. Saragih, dan Imran Husnayan. 2006.
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII. Jakarta: Widaya Utama.
Nugroho, Riant dan Tri Hanurita S. 2005. Tantangan Indonesia:
Solusi Pembangunan Politik Negara Berkembang. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Nurtjahjo, Hendra. 2006. Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Oetojo Oesman dan Alfian. 1996. Pancasila Sebagai Ideologi
dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Ber
negara. Jakarta: BP-7 Pusat.
281
spiritualisme pancasila
P
Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan
Bangsa. Jakarta: Kompas Gramedia.
RO U
G
Subekti, Valina Singka. 2014. Partai Syarikat Islam Indonesia. Jakarta:
Pustaka Yayasan Obor Indonesia.
ED I A
Simamora, Sahat. 1985. Pembangunan Politik dalam Perspektif. Jakarta:
A M
Bina Aksara.
D
NA
Suhelmi, Ahmad. 1999. Pemikiran Politik Barat, Bandung: Darul Falah.
PRE
Suwarno, PJ. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.
Surapto, Bibit. 1985. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan di In
donesia. T.P.: Ghalia Indonesia.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Sutirto, Tunjung W. 2000. Perwujudan Kesukubangsaan Kelompok Et
nik Pendatang. Surakarta: Pustaka Cakra.
Stiglitz, Josep E. 2007. Making Globalization Work Menyiasati Globalisasi
Menuju Dunia yang Lebih Adil. Bandung: Mizan.
Soedewo. 2015. Keesaan Illahi. Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah.
Soekarno. 2005. “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,” tulisan
Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Pertama. Jakarta: Yayasan Bung
Karno.
Suryanegara, Ahmad Mansur. 2010. Api Sejarah 2. Bandung: Salama
dani.
———————. 2013. Api Sejarah. Buku 1. Bandung: Salamadani.
Tri Pranoto, Marimin. 2006. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Cakrawala
Maha Karya.
282
Daftar Pustaka
UP
RO
Situs Internet
http://wikipedia.org.
I A G
ED
http://id.shvoong.com/books/mythology-ancient-literature
M
/1946472-sejarah-berdirinya-kerajaan-majapahit/.
D A
http://dot-majapahit.blogspot.com/2010/03/sejarah-kerajaan
NA
majapahit.html.
PRE
283
spiritualisme pancasila
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE
284
Tentang Penulis
tentang penulis
UP
RO
Indonesia (UAI). Menjadi Koordinator mata
ku
A G
liah Pancasila dan Kewarganegaraan
I
ED
(PPKn) UAI. Anggota Forum Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan
M
(Fornika). Menjadi peneliti bidang kebijakan pada Laboratorium Peng
D A
ukuran Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional Republik
NA
Indonesia (Labkurtannas Lemhannas RI, 2009-2010) dan Mahkamah
PRE
Konstitusi Republik Indonesia (2005). Meraih Predikat Dosen Ber
prestasi FH Universitas Al-Azhar Indonesia (2012). Pada 2009 meng
ikuti shortcourse pada Japan Patent Office (JPO) dan Kyoto University.
Mengikuti Training of Trainers Dosen Wawasan Kebangsaan pada
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (2014).
Buku lain yang pernah ditulis dan diterbitkan, yaitu: Legal Stan
ding Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Berperkara di Mahka
mah Konstitusi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010). Budaya Hukum
Pedagang Kecil Gina Benteng Kampung Sewan (FHUI, Jakarta: Lembaga
Studi Hukum Ekonomi, 2012). Pancasila, Suatu Tinjauan Historis, Fi
losofis, dan Hukum, (Jakarta: Media Hutomo, 2012). Hukum dalam
Dinamika Socio Legal di Indonesia, jilid 1 dan 2, (T.P. FH Universitas
Al-Azhar Indonesia, 2012, edisi Revisi 2014).
Penghargaan Dikti “Insentif Penulisan Buku Ajar” untuk judul
Pancasila, Suatu Analisis, Yuridis, Historis, dan Filosofis. Penerbit Har
tomo Media Pustaka Jakarta. 2011.
285
spiritualisme pancasila
P
Pendidikan Kewarganegaraan, Tata Negara dan Pendidikan Pancasila
dan Pemantapan Kemampuan Mengajar, Pemantapan Kemampuan
RO U
G
Profesional, Pembelajaran Kelas Rangkap.
I A
Karya tulis yang sudah dihasilkan di antaranya adalah “Peranan
ED
Wanita dalam Partai Partai Politik” (Skripsi: 2004), “Konflik dan Ke
A M
kerasan Politik dalam Pilkada Langsung” (Tesis: 2007), “Tingkat Parti
D
NA
sipasi Politik Pelajar dalam Pemilu 2009” (Proyek Penelitian), Pancasila
PRE
Suatu Telaah Yuridis, Historis, dan Filosofis (Hartomo Media: 2012),
Cerdas Kritis dan Aktif Berwarga Negara (Erlangga: 2010), Model dan
Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (Ghalia: 2014), akan terbit
Metodologi Pengajaran (Bumi Aksara: 2015), serta puluhan artikel dan
makalah yang dipublikasikan maupun yang diseminarkan. Selain aktif
mengajar, penulis juga sering menjadi peserta dan pembicara dalam
berbagai pelatihan. Untuk bisa berkomunikasi dengan penulis silakan
kirim ke email jumantahamdayama@ yahoo.com.
286
Tentang Penulis
P
ABuddhabi tahun 2007), Brunei, Singapura, (2010-2013). Alamat pe
nulis di Ciputat-Tangsel, Banten. Email: heriherdiawanto@yahoo.
RO U
G
co.id/08128729173.
•
ED I A
Penghargaan Dikti untuk buku Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwar
M
ganegara: Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
D A
(Erlangga, 2010).
NA
• Finalis National Program Inovasi Citi Succes Fund 2004. Tentang
PRE
Tema “Berbeda Itu Indah”.
287
UP
A GRO
ED I
D A M
NA
PRE