Anda di halaman 1dari 60

GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN PADA RUMAH PENDERITA DIARE

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2021

Oleh

MONICA YOLANDA

NIM : 1913451004

PROPOSAL PENELITIAN LAPORAN TUGAS


AKHIR POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG
KARANG JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. proposal penelitian ini membahas Gambaran
Kondisi lingkungan Pada rumah Penderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
sukarame Kota Bandar Lampung tahun 2021.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan proposal selanjutnya.

Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bandar Lampung, 29 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
BAB I ...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................1
A.Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C.Tujuan Penelitian ..................................................................................................................... 4
D.Manfaat Penelitian ................................................................................................................... 5
E.Ruang Lingkup ......................................................................................................................... 5
BAB II ..............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................6
A.DIARE ..................................................................................................................................... 6
1.Pengertian Diare ....................................................................................................................... 6
2.Jenis-jenis Diare ....................................................................................................................... 6
3.Penyebab Diare ......................................................................................................................... 8
4.Gejala Diare ............................................................................................................................ 11
5.Penularan Diare ...................................................................................................................... 13
6.Pencegahan Diare ................................................................................................................... 15
7.PENYEHATAN LINGKUNGAN.......................................................................................... 21
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE ................................................... 23
C.KERANGKA TEORI ............................................................................................................ 43
D.KERANGKA KONSEP ........................................................................................................ 43
E DEFINISI OPERASIONAL ................................................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................51
A.Rancangan Penelitian............................................................................................................. 51
B.Tempat dan Waktu penelitian ................................................................................................ 51
C.Subjek Penelitian ................................................................................................................... 51
D.Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................................. 53
E.Mengumpulkan Data .............................................................................................................. 53
F.Pengolahan Data dan Analisa Data ........................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................56

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi

lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya

tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. (Depkes RI, 2011).

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian

anak di berbagai negara belahan dunia termasuk Indonesia, sehingga dunia melalui

WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan diare sebagai

kedaruratan global (Kemenkes RI, 2011).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di indonesia

karena kejadiannya sering dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB),yang di sertai

kematian cukup tinggi. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdes) tahun 2007 diare

merupakan penye bab utama kematian pada balita.beberapa faktor penyebab terjadinya

diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar

tinja atau kontak langsung dengan penderita (Depkes RI,2007)

Menurut WHO, diare merupakan penyebab kematian sebanyak 4% dari semua

kematian dan 5 % dari angka kesakitan di seluruh dunia, sekitar 2,2 juta orang di dunia

meninggal di sebabkan oleh diare, populasi terbesar terjadi pada balita terutama di

negara berkembang

1
Di Asia Tengggara angka kematian akibat diare sebanyak 8,5% dan di afrika 7,7% dari

seluruh kematian. Di seluruh dunia sekitar 1,1 miliar orang tidak memiliki akses

terhadap sumber air bersih dan dan 2,4 miliar tidak memiliki sanitasi dasar. Diare

merupakan gejala infeksi yang di sebabkan oleh sejumlah bakteri, virus dan organisme

parasit yang sebagian besar di tularkan melalui air yang terkontaminasi kotoran manusia

(WHO,2009).

Data United Nations Childern‟s Fun (UNICEF) dan World Health Organization

(WHO) tahun 2009, diare merupakan penyebab kematian urutan kedua pada balita di

dunia, urutan ketiga pada bayi, dan urutan kelima bagi segala umur. Berdasarkan data

UNICEF bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahun-nya karena diare. (WHO,

2009).

Tahun 2016 di Indonesi jumlah penderita Diare mencapai angka

3.176.079 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 yaitu menjadi 4.274.790

kasus atau sekitar 60,4% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.inseden diare semua

umur secara nasional adalah 270/1000 penduduk (Rapid Survey Diare tahun 2015).

Berdasarkan data di Indonesia penderita diare pada tahun 2017 mencapai

7.077.299 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 mencapai 7.157.483

kasus. Sedangkan untuk Provinsi Lampung sendiri pada tahun 2017 penderita diare

mencapai 223.819 kasus dan mengalami peningkatan pula pada tahun 2018 dengan

jumlah penderita diare mencapai 226.003 kasus dan menempati posisi ke-8 diare

tertinggi di Indonesia. (Profil Kesehatan Indonesia 2017 dan 2018).

2
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,

karena masih sering timbul dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB), dan disertai dengan

kematian yang tinggi, terutama di Indonesia bagian timur. Kasus diare di wilayah

puskesmas sukarame kota Bandar lampung pada tahun 2017 sudah melampaui dari

target yang ditentukan yaitu sebanyak 28.867 kasus dari target 26.805 kasus yang

ditentukan. Angka kesakitan Diare pada tahun 2017 sebesar 270 per 1.000 penduduk.

(Profil Kesehatan Lampung Selatan 2017).

Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,

karena masih sering timbul dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB), dan disertai dengan

kematian yang tinggi, terutama di Indonesia bagian timur. Kasus diare di Bandar

lampung pada tahun 2018 sudah melampaui dari target yang ditentukan yaitu sebanyak

28.405 kasus dari target 27.062 kasus yang ditentukan. Angka kesakitan Diare pada

tahun 2018 sebesar 270 per 1.000 penduduk. (Dinas Kesehatan Bandar lampung).

Tingginya penderita diare di wilayah kerja Puskesmas sukarame kota Bandar

Lampung pada tahun 2019 mencapai 749 kasus dengan persentase 3,1%. Dimana pada

Triwulan I sebanyak 172, Triwulan II sebanyak 129, Triwulan III sebanyak 232, dan

Triwulan IV sebanyak 216 penderita diare. (Puskesmas sukarame kota Bandar

Lampung)

Sanitasi lingkungan yang buruk akan berpengaruh terhadap terjadinya diare.

Kesehatan lingkungan hidup di Indonesia masih merupakan masalah utama dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, besarnya masalah kesehatan lingkungan

hidup dengan masih tingginya prevalensi penyakit infeksi, termasuk diare. (Suharyono,

2008).

3
Menurut jurnal penelitian I Wayan Arimbawa, dkk. 2016. menyebutkan bahwa

penyakit diare dapat ditularkan melalui makanan/minuman yang terkontaminasi serta

adanya kontak langsung dengan tangan yang terkontaminasi. Beberapa faktor yang

dikaitkan dengan peningkatan transmisi infeksi penyakit diare meliputi faktor

lingkungan, faktor perilaku, faktor sanitasi lingkungan, faktor sosio- ekonomi dan

pengetahuan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dan tertarik untuk meneliti Gambaran

Kondisi Lingkungan pada Rumah Penderita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas

sukarame kota Bandar Lampung pada tahun 2020.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut: “Bagaimana Gambaran Kondisi Lingkungan pada Rumah Penderita Diare di

wilayah kerja Puskesmas sukarame Kota Bandar Lampung?”.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Gambaran Kondisi Lingkungan pada Rumah Penderita Diare di

wilayah kerja Puskesmas sukarame kota Bandar Lampung

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan makanan pada rumah


penderita Diare di wilayah kerja sukarame Bandar Lampung
b. Untuk mengetahui gambaran Sumber air bersih pada rumah
penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas sukarame kota Bandar
Lampung
c. Untuk mengetahui gambaran Sarana Jamban Kelurga pada rumah
penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas sukarame kota Bandar
Lampung
d. Untuk mengetahui gambaran Pengelolaan sampah rumah tangga
4
pada rumah penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas sukarame
kota Bandar Lampung
e. Untuk mengetahui gambaran Saluran pembuangan air limbah pada
rumah penderita Diare diwilayah kerja Puskesmas sukarame kota
Bandar lampung

D.Manfaat Penelitian

a. Bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung sebagai informasi

masalah penyakit Diare

b. Bagi pihak Puskesmas sukarame kota Bandar Lampung sebagai

informasi dan mendapat masukan tentang masalah penyakit Diare

c. Bagi Institusi sebagai informasi tentang penyakit diare di wilayah kerja

Puskesmas sukarame kota Bandar Lampung

E.Ruang Lingkup

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian ini hanya menggambarkan


bagaimana faktor lingkungan pada penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas
sukarame kota Bandar Lampung . Ruang lingkup dalam penelitian ini di batasi yaitu
pengelolaan makanan rumah tangga, sarana air bersih, sarana jamban kelurga,
pengelolaan sampah rumah tangga, saluran pembuangan air limbah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.DIARE

1.Pengertian Diare

Menurut WHO (2009),diare adalah buang air besar

encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare adalah buang

air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya

(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dengan

kosistensi tinja lembek/cair bahkan dapat berupa air saja

(Depkes RI,2007)

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang

tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih

lembek atau cair (Suharyono, 2008)

2.Jenis-jenis Diare

Penyakit diare menurut Sang GedePurnama(2016), berdasarkan


jenisnya dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Diare Akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi

yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau

cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung

dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut yaitu diare

yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-

seling berhenti lebih dari 2 hari.

6
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit
diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
(1) Diare tanpa dehidrasi,
(2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat
badan,
(3) Diare dengan dehidrasi sedang,
(4) apabila cairan yang hilang berkisar( 5-8% dari berat badan,
Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% .

b. Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-

30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau

peralihan antara diare akut dan kronik.

c. Diare Kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau

berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti

penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan

metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari

30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun

atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

7
3.Penyebab Diare

Menurut Widoyonno (2011) Penyebab diare

dapat dikelompokkan menjadi:

d. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus

e. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigella sp, (1-

2%), Vibrio cholerae, dan lain-lain.

f. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%),

Giardia lamblia, Cryptosporidium (4-11%).

g. Keracunan makanan

h. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein

i. Alergi: makanan, susu sapi

j. Imunodefisiensi: AIDS

Penyebab diare akut terbesar adalah infeksi virus

dari golongan rotavirus. Genus rotavirus merupakan

virus golongan RNA yang termasuk dalam famili

reoviridae. Ada 7 spesies yang sudah berhasil

diidentifikasi, yaitu rotavirus A (RV-A), B, C, D, E, F,

dan G. Diameter virus dapat mencapai 100 nm. Virus

mengandung 11 segmen RNA yang dilapisi oleh 3

lapisan protein yang berfungsi menahan asam lambung

dan enzim-enzim pencerna (Widoyono, 2011).

8
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan

environment (Sang Gede Purnama, 2016), yang

diuraikan sebagai berikut:

a. Host

Host yaitu diare lebih banyak terjadi pada

balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun

system pencernaan dalam hal ini adalah lambung

tidak dapat menghancurkan makanan dengan baik

dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah

tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi

kuman untuk menginfeksi saluran pencernaan. Jika

terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam

penyakit termasuk diare.

b. Agent

Agent merupakan penyebab terjadinya diare,

sangatlah jelas yang disebabkan oleh faktor infeksi

karena kuman, malabsorbsi dan faktor makanan.

Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita

yaitu infeksi kuman E.colli, salmonella, vibrio

chorela (kolera) dan serangan bakteri lain yang

jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan

kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas,

9
c. Environment

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam

hubungan interaksi antara penjamu (host) dengan

faktor agent. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua

bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan

fauna disekitar manusia) yang bersifat biotik:

mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir

penyakit infeksi

(binatang, tumbuhan), vektor pembawa penyakit,

tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan

makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan

fisik, yang bersifat abiotik: yaitu udara, keadaan

tanah, geografi, air dan zat kimia.

Keadaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh

sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan

dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan

sangat mempengaruhi perkembangan agent yang

berdampak pada host (penjamu) sehingga mudah

untuk timbul berbagai macam penyakit, termasuk

diare.

10
4.Gejala Diare

Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan

tanda diare diantaranya adalah :

k. Gejala Umum

1) Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan

gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis bahkan gelisah

l. Gejala Spesifik

1) Diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.

2) Tinja berlendir dan berdarah


Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :

a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang

hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.

b. Gangguan Sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi

dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan lebih

dari 10 % berat badan, pasien dapat mengalami syok atau

presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume

darah (hipovolemia).

11
c. Gangguan Asam-Basa

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit

(bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kopensasinya

tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan

PH arteri.

d. Kadar gula darah rendah

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang

sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi).

Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab

yang pasti belum diketahui,kemungkinan karena cairan

ekstra seluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam

cairan intraseluler sehingga terjadi odema otak yang

mengakibatkan koma.

e. Gangguan Gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang

kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan

bertambah berat bila pemberian

makanan dihentikan serta sebelumnya penderita sudah

mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

12
5.Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh

kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare

melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut ini.

(Widoyono, 2008)

m. Melalui air yang merupakan media penularan utama.

Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air

minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke

rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di

rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat

penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari

tempat penyimpanan.

n. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila

tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian

binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan

itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

o. Faktor-faktor yang menimbulkan risiko diare adalah :

1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI

ekslusif lagi. (ASI ekslusif adalah pemberian ASI

saja sewaktu bayi berusia bayi 0-4 bulan). Hal ini

akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian

karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat

kekebalan terhadap infeksi.

13
2) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.

Pemakaian botol akan meningkatkan risiko

pencemaran kuman, dan susu akan terkontaminasi

oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat

berkembang bila susu tidak segera diminum.

3) Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi

tersebut akan menyebabkan permukaan makanan

mengalami kontak dengan peralatan makan yang

merupakan media yang sangat baik bagi

perkembangan mikroba.

4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan,

atau sesudah buang air besar (BAB) akan

memungkinkan kontaminasi langsung.

Beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan

cara penularan penyakit Diare adalah antara lain:

(WHO,2009)

a. Tidak tersedianya air bersih yang memenuhi standar kesehatan.

b. Air yang tercemar oleh agen penyebab diare.

c. Pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

d. Perilaku yang tidak sehat dan lingkungan yang kurang bersih.


Pengolahan, penyediaan, dan penyajian makanan yang

14
tidak memenuhi standar kesehatan. Pencemaran pada

makanan dapat terjadi karena :

1) Kontaminasi oleh mikroorganisme, pada saat

penggunaan peralatan makan yang terkontaminasi, oleh

orang yang terinfeksi, penggunaan bahan pangan

mentah yang terkontaminasi, kontaminasi silang, dan

akibat penambahan zat kimia toksik atau penggunaan

bahan pangan yang mengandung toksik dari alam.

2) Bertahan hidupnya mikroorganisme, akibat pemanasan

atau proses pengolahan makanan yang tidak memadai

3) Pertumbuhan mikroorganisme akibat Refrigerasi yang

tidak memadai, misalnya pendinginan yang tidak

memadai atau penyimpanan masakan yang panasnya

tidak memadai.

6.Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI (Lintas Diare, 2011) Kegiatan

pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang

dapat dilakukan adalah :

1. PERILAKU SEHAT

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang

ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara

optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk

menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada

makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

15
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu

lain seperti susu formula atau cairan lain yang

disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian

ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa

menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan

diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara

penuh (memberikan ASI Eksklusif).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,

pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan

dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara

imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain

yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru

lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya

lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada

pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora

normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya

bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko

tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk.

16
b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah

saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan

makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan

pendamping ASI yang baik meliputi perhatian

terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan

pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:

1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur

6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI.

Tambahkan macam makanan setelah anak berumur

9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering

(4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan

semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x

sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi

/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan

hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna

hijau ke dalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.

Suapi anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya

pada tempat yang dingin dan panaskan dengan

benar sebelum diberikan kepada anak.


17
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare

ditularkan melalui Face-Oral kuman tersebut dapat

ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan

tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah

atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air

tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air

yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita

diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang

tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap

serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang

bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Ambil air dari sumber air yang bersih

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta gunakan gayung khusus untuk mengambil

air.

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang

dan untuk mandi anak-anak

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air yang bersih dan cukup.


18
d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare

adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

menyuapi makan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare

(Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan

bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak

yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

membuat jamban dan keluarga harus buang air besar

di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang

berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh

anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

19
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu

tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi

dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan

orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.

Yang harus diperhatikan keluarga :

1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih

dan mudah di jangkau olehnya.

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk

membuang tinja seperti di dalam lubang atau di

kebun kemudian ditimbun.

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar

dan cuci tangan dengan sabun.

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat

penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena

penyakit campak. Anak yang sakit campak sering

disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah

imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

20
7.PENYEHATAN LINGKUNGAN

h. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang

dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare,

kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit

mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan

air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak

diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari- hari

termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit

tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap

rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku

hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

i. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat,

nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat

mencemari tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap

dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena

itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

mencegah penularan penyakit tersebut.

21
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat

penampungan sementara.Bila tidak terjangkau oleh

pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan

sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

j. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah

rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar

tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Sarana pembuangan air limbah yang tidak

memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu

estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis

untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran

pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus

dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga

tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak

menjadi tempat perindukan nyamuk.

22
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE

Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare meliputi

faktor gizi, faktor makanan yang terkontaminasi pada masa

sapih, faktor sosial ekonomi, dan faktor lingkungan

(Suharyono, 2008).

Sanitasi makanan dinilai penting dalam hal penyebab

terjadinya diare. Sanitasi makanan merupakan upaya yang

bertujuan untuk menjaga keamanan pangan agar tidak

menyebarkan toksisitas dan penyakit bawaan

makanan. Selain faktor makanan, faktor lain yang umum

sebagai penyebab diare pada balita adalah personal hygiene.

Sanitasi lingkungan yang buruk akan berpengaruh

terhadap terjadinya diare. Interaksi antara „agent (S)‟ penyakit,

tuan rumah (manusia) dan faktor-faktor lingkungan yang

mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam

penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan (air, ekstreta,

makanan, lalat dan serangga lain), enterobakteri, parasit usus,

virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik

dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemioldeogis

sebagai penyebab penyakit diare; walaupun demikian, banyak

yang masih perlu dijelaskan mengenai pentingnya sebagai

faktor lingkungan.

Kesehatan lingkungan hidup di Indonesia masih

merupakan masalah utama dalam usaha peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Masalah kesehatan lingkungan hidup

meliputi :

23
a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan

memenuhi persyaratan kesehatan,

b. Kurangnya pembuangan kotoran yang sehat,

c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat,

d. Usaha higene dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh,

e. Banyaknya faktor penyakit,

f. Belum ditanganinya higene dan sanitasi industri secara insentif,

g. Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan,

h. Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik


Besarnya masalah kesehatan lingkungan hidup dengan

masih tingginya prevalensi penyakit infeksi, termasuk diare.

Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya

diare seperti faktor lingkungan yang meliputi pengolahan

sampah, saluran limbah maupun sumber air. Pengolahan

sampah dan saluran limbah yang tidak tepat dapat

menyebabkan terjadinya diare , hal ini disebabkan karena

vektor lalat yang hinggap disampah atau limbah lalu

kemudian hinggap dimakanan. Selain itu, diare dapat terjadi

apabila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar baik

perjalanan sampai kerumah- rumah, atau tercemar pada saat

disimpan dirumah. Selain itu kebiasaan mencuci tangan pada

saat memasak makanan atau sesudah Buang Air Besar (BAB)

akan akan memunkinkan terkontaminasi langsung. (Widoyono,

2011)

24
Faktor Makanan

Pengelolaan Makanan Rumah Tangga :

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak

menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh.

Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan

prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di

rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah

tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi

makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan :

1. Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan

mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk

bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar,

tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan

kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber

yang resmi atau jelas.

Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil

pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas,

terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2. Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan

tidak dikemas maupun dalam kemasan harus

memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan,

waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan.

Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar

25
dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri,

serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia

berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan

lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal

dimanfaatkan terlebih dahulu.

3. Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat

mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu

harus memenuhi persyaratan, yaitu :

a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus

memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk

mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta

dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat,

vektor dan hewan lainnya.

b. Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food

grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan

(lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana

asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan

beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak

retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.

c. Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah

sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan

sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas

cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

26
d. Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat,

tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup

bersih dan sehat.

4. Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus

memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan

lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat

baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat

serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan

cita rasa makanan matang.

5. Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun

makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu

alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan,

lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk

menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia

maupun bakteriologis.

6. Penyajian makanan

Makanan dinyatakan laik santap apabila telah

dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji

laboratorium,

27
hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap

makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:

a. Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara

meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia

yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur,

keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi

misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik

baik maka makanan dinyatakan laik santap.

b. Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara

sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak

terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut

dinyatakan aman.

c. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat

cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk

pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang

diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan

hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada

penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu

penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya

waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses

pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan

disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat)

jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama

makanan yang mengandung protein tinggi,

28
kecuali makanan yang disajikan tetap dalam

keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh

dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat

menyebabkan gangguan pada kesehatan.

Faktor Lingkungan

1. Air Bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang di gunakan sehari-

hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,

membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci

pakaian dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit

atau terhindar dari sakit.

Syarat-syarat air bersih :

Air bersih secara fisik dapat di bedakan memalui

indra kita, antara lain (dapat di lihat, di rasa, di cium, dan di

raba) air tidak berwarna harus bening / jernih, air tidak

keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa

dan kotoran lainnya air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak

berasa asam, tidak payau dan tidak pahit harus bebas dari

bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti amis, anyir,

busuk atau belerang (Anik Maryunani, 2013)

29
Sumber air bersih :

Mata air, air sumur atau air sumur pompa, air ledeng

atau perusahaan air minum, air hujan dan Air dalam

kemasan. Dan Cara menjaga kebersihan sumber air bersih :

Letak jarak sumber air dengan jamban dan tempat

pembuangan sampah paling sedikit 10 meter, sumber mata

air harus di lindungi dari pencemaran, sumur gali, sumur

pompa, kran umum dan mata air harus di jaga bangunannya

tidak rusak seperti sumur tidak boleh retak, bibir sumur

harus di plester dan sumur di tutup, harus di jaga

kebersihannya seperti tidak ada bercak -bercak kotoran,

tidak berlumut pada lantai/ lantai dinding sumur. Ember/

gayung pengambil air harus tetap bersih dan di letakan di

lantai (ember/ gayung di gantung di tiang sumur ). (Anik

Maryunani, 2013)

Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat

adalah berasal dari :

a. Air Permukaan

Air yang mengalir di permukaan bumi akan

membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat

pengotoran selama pengalirannya. Sumber air meliputi

antara lain air sungai, danau, telaga, rawa, waduk, air

terjun ; dalam keadaan murni sangat bersih terutama air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Sumber air

tersebut sudah mengalami pencemaran oleh tanah,

sampah dan sebagainya.

30
b. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke

permukaan bumi dan mengadakan perkolasi atau

penyerapan ke dalam tanah serta mengalami proses

filtrasi secara alamiah. Oleh karena itu, air tanah lebih

baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

Secara umum air tanah terbagi menjadi :

1) Air tanah dangkal yaitu terjadi akibat proses

penyerapan air dari permukaan tanah.

2) Air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

c. Air Atmosfer/Meteriologi/Air Hujan

Merupakan sumber utama air bersih, tetapi sering

terjadi pengotoran karena industri, debu, dan lain

sebagainya. Pada saat proses presipitasi merupakan air

yang paling bersih, namun cenderung mengalami

pencemaran ketika berada di atmosfer oleh partikel

debu, mikroorganisme dan gas, seperti karbondioksida,

nitrogen dan amonia.

2. Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai

fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas

tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

(cemplung) yang di lengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya.

31
Jenis-jenis jamban yang digunakan :

a. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya

berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja

ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar

lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup

agar tidak berbau.

b. Jamban tangki septik/ leher angsa adalah jamban

berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa

tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah

proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia yang

dilengkapi dengan resapan.

Memilih Jenis Jamban :

a. Jamban cemplung di gunakan untuk daerah yang sulit air.

b. Jamban tangki septik / leher angsa di gunakan untuk:

1) Daerah yang cukup air

2) Daerah yang padat penduduk, karena dapat

menggunakan “multiple latrine” yaitu satu lubang

penampungan tinja / tangki septik di gunakan oleh

beberapa jamban (satu lubang dapat menampung

kotoran / tinja dari 3 – 5 jamban)

a. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran /

tinja hendaknya di tinggikan kurang lebih 60 cm dari

permukaan air pasang.

32
Siapa yang seharusnya menggunakan jamban :

Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban

untuk buang air besar / buang air kecil.

Alasan mengapa harus menggunakan jamban :

a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau

b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya

c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga

yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera,

disentri, typus, kecacinggan, penyakit saluran

pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.

Syarat-syarat jamban yang sehat :

a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara

sumber air minum dengan lubang penampungan

minimal 10 meter)

b. Tidak berbau

c. Kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus

d. Tidak mencemari tanah sekitarnya

e. Mudah di bersihkan dan aman digunakan

f. Di lengkapi dinding dan atap pelindung

g. Penerangan dan ventilasi yang cukup

h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

i. Tesedia air, sabun, dan alat pembersih

33
Cara memilih jamban yang sehat :

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada

genangan air

b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang

jamban dalam keadaan bersih

c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat


d. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran

e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)

f. Bila ada kerusakan, segera perbaika

Pembuangan Tinja

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua

benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan

yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang

harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja /

faces, air seni (urine), dan CO2 (Notoatmodjo, 2011).

Dilihat dari segi kesehatan masyarakat masalah

pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang

pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran

manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit yang

bersumber pada faces dapat melalui berbagai macam

jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada

gambar berikut ini.

34
Ma
Ai ti
r
Makanan
Lal minuman
at Ho
Tinj sayur- st
a
sayuran
Tang
an dsb
Sa
kit
Tan
ah

Gambar 2.1
Tinja dan penyakit

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan

tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Di

samping dapat langsung mengontaminasi makanan,

minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah,

serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) dan bagian-bagian

tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut.

Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari

seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu,

sudah barang tentu akan menjadi penyebab bagi orang

lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja

disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas

akan mempercepat penyakit-penyakit yang ditularkan

melalui tinja.

35
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang

yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata

sehari 330 gram dan meghasilkan air seni 970 gram. Jadi

bila penduduk di Indonesia dewasa saat ini 200 juta,

maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000

juta gram (190.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja

tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar

(Notoatmodja, 2011).

Pembuangan tinja yang yang tidak sainter dapat

menyebabkan penyebaran berbagai macam penyakit.

Hal ini dimulai dari tinja yang terinfeksi mencemari air

tanah atau air tinja diminum manusia. Bisa juga tinja

yang terinfeksi dihinggapi kecoa atau lalat, kemudian

kecoa atau lalat merayap atau hinggap pada makanan

atau tempat meletakkan makanan seperti piring atau

sendok untuk makan. Penyakit-penyakit seperti tifus

abdominalis, kolera, disentri basiler maupun amuba,

hepatitis infektiosa,

36
berbagai jenis cacing, dapat disebarkan lewat tinja

(Ircham Machfoedz, 2008).

1) Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia

Untuk mencegah sekurang-kurangnya

mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola

dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus

di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan

harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut (Notoatmodja, 2011):

a) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling

jamban tersebut

b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya

c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya

d) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan

kecoa dan binatang-binatang lainnya

e) Tidak menimbulkan bau

f) Mudah digunakan dan di pelihara (maintenance)

g) Sederhana desainnya

h) Murah

i) Dapat diterima oleh pemakainya Agar

37
persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu
diperhatikan antara lain :

a) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya

bangunan jamban terlindungi dari panas dan

hujan, serangga dan binatang lain, terlindungi

dari pandangan orang (privasi) dan sebagainya.

b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai

yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan

sebagainya.

c) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan

pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan,

tidak menimbulkan bau dan sebagainya.

d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih

seperti air atau kertas pembersih.

3. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat

berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk,

tikus, kecoa dan sebagainya. Selain itu sampah dapat

mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan

dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemadangan

yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pembuangan

sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit

tersebut.

38
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat

penampungan sementara.Bila tidak terjangkau oleh

pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan

akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara

ditimbun atau dibakar. (Kemenkes RI, 2011)

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak

langsung. Yang dimaksud dengan efek yang disebabkan

karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut.

Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap

tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lain-lainnya.

Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman

patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini

dapat berasal dari sampah rumah tangga selain dari sampah

industri (Juli Soemirat, 2014).

Pengelolaan sampah adalah beberapa tahapan seperti tahap

pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber, tahap

pengangkutan, dan tahap pemusnahan.

39
a. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah

tangga, hotel, dan sebagai nya) ditempatkan dalam tempat

penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah.

Sampah basah dan sampah kering sebaiknya

dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk

memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat

penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan

harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1) Kontruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

2) Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan


3) Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulakn

kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah).

b. Tahap pengangkutan

Dari dipo, sampah diangkut ke tempat

pembuangan akhir atau peemusnahan sampah dengan

menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan

oleh Dinas Kebersihan Kota.

c. Tahap pemusnahan

Pada tahap ini ada beberapa metode

pemusnahan, contohnya seperti sanitary lanfill adalah

sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini

pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun

sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi

selapis.

40
Dengan demikian sampah tidak berada di tempat

terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau tidak

menjadi sarang vektor. Ada juga dengan inceneration

adalah pemusnahan dengan cara pembakaran sampah

besar-besaran (Arif Sumantri, 2010).

4. Saluran Pembuangan Air Limbah

Limbah cair rumah tangga adalah limbah yang

berbentuk cair yang merupakan tim bulan dari kegiatan

rumah tangga. Limbah cair berasal dari kamar mandi,

peturasan, cucian barang/ bahan dapur. Limbah cair rumah

tangga volume nya lebih sedikit di banding dengan luas

lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah

cair tersebut tetap harus dikelola karena apabila di buang

sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau, dan

mengurangi estetika dan keberihan lingkungan (Anik, 2013).

Pentingnya limbah cair di kelola dengan baik :

a. Limbah cair harus di kelola dengan baik dan benar

karena bila tidak akan dapat menjadi tempat

perkembangbiakan bibit penyakit

b. Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang

dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan

penyakit, seperti lalat, kecoa, dan tikus.

41
c. Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan limbah

cair yang tidak dikelola dengan benar antara lain :

demam berdarah, disentri, thypus dan lain-lain.

Tempat pembuangan limbah cair :

a. Limbah cair harus di buang pada sarana pengelolaan

limbah, SPAL yang dapat dibuat oleh masing-masing

rumah tangga

b. Bentuk SPAL dapat berupa sumuran ataupun saluran

dengan ukuran tertentu

c. Sumuran atau saluran tersbut diberi bahan-bahan yang

dapat berfungsi untuk menyaring unsur yang terkandung

dalam limbah cair

d. Bahan tersebut disusun dengan formasi urutan sebagai

berikut: batu belah ukuran diameter 5-10 meter, ijuk dan

batu belah diameter 10- 15 meter (Anik, 2013).

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah

tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi

sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah

yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,

mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasisuntuk

daerah yang endemis filaria.Bila ada saluran pembuangan air

limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air

limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau

yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk. (Kemenkes RI, 2011)


42
C.KERANGKA TEORI

Bedasarkan referensi yang digunakan sebagai dasar

teori penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka teori :

Fakor Lingkungan
Gambar 2.1. Kerangka Teori

Faktor Gizi

Faktor Makanan yang


Faktor yang
terkontaminasi
mempengaruhi
terjadinya diare

Faktor Sosial Ekonomi

Faktor Lingkungan
Sumber : Suharyono, 2008

D.KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat disusun

konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


Faktor Makanan :

1. Pengelolaan Makanan

Kejadian Diare
Faktor Lingkungan :

1. Sarana air bersih


2. Sarana Jamban Keluarga
3. Pengelolaan Sampah
4. Saluran Pembuangan Air
Limbah

43
E.DEFINISI OPERASIONAL

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA ALAT HASIL SKALA


UKUR
UKUR UKUR

1. Pengelolaa Kegiatan pengolahan makanan Wawancara/ Quisioner 1= Ordinal


n makanan untuk dimakan sehari-hari Observasi / Cheklist Memenuhi
yang meliputi penyimpanan syarat jika
bahan makanan, pengolahan semua
makanan, dan penyimpanan komponen
makanan jadi. memenuhi
syarat
Syarat penyimpanan bahan
makanan :

Tempat penyimpanan bahan 2 = Tidak


makanan terhindar dari memenuhi
serangga, tikus dan hewan lain syarat jika
maupun bahan berbahaya salah satu
atau lebih
Tempat dan wadah komponen
penyimpanan sesuai dengan yang
jenis bahan makanan dinilai
Syarat pengolahan makanan : tidak
terpenuhi
Lantai rata, kedap air, tidak
licin dan mudah dibersihkan,

terdapat ventilasi pada dapur,

44
- ruangan pengolahan makanan tidak
berhubungan langsung dengan
jamban dan kamar mandi, dan
- tersedia tempat pencucian
peralatan dengan kran
Syarat penyimpanan makanan jadi :
- Makanan tidak rusak, tidak busuk
atau basi, tidak berlendir, berubah
warna, berjamur, berubah aroma
- Tempat atau wadah penyimpanan
harus terpisah untuk setiap jenis
makanan yaitu kering dan basah
- Menempatkan makanan dalam
wadah tertutup dan menghindari
penempatan makanan terbuka
dengan tumpang tindih
- Makanan jadi tidak dicampur dengan
bahan makanan mentah
2. Sarana Sarana air bersih yang digunakan oleh Observasi Cheklist 1 = Memenuhi Ordinal
Air syarat
apabila semua

45
Bersih masyarakat untuk kebutuhan komponen
sehari-hari. terpenuhi

Persyaratan Air untuk keperluan


Higiene Sanitasi (Permenkes No. 2 = Tidak
32 tahun 2017) : memenuhi
syarat jika
- Kualitas fisik air bersih
salah satu
dikatakan memenuhi syarat
atau lebih
apabila tidak berwarna, tidak
komponen
berasa, tidak berbau, tidak
yang
keruh.
dinilai
Syarat kualitas sarana air bersih :
tidak
- Jika SGL, maka : lantai terpenuhi
dinding sekitar dibuat dengan
jarak minimal 1 m dari
dinding sumur, tinggi dinding
3 meter dari permukaan tanah,
dinding sumur terbuat dari
tembok yang tak tembus air/
kedap air (disemen), bibir
sumur minimal 70 cm
- Jika SPT, maka : kedalaman
sumur cukup untuk mencapai
lapisan tanah yang
mengandung air, dinding
sumur dibuat
yang kuat agar tanah tidak
longsor,

46
dinding sumur harus kedap air
setinggi 70 cm diatas
permukaan tanah, lantai sumur
dibuuat 1 m dari dinding sumur
dengan ketinggian 20 cm di atas
permukaan tanah, bagian pompa
tidak berkarat
- Jika pelindung air hujan, maka :
lokasi jauh dari sumber
pencemar, talang/ saluran air
tidak kotor dan dapat
mengalirkan air, dinding
penampungan air hujan harus
kuat dan tidak bocor, bak
saringan terbuat dari bahan yang
kuat dan rapat nyamuk serta
dilengkapi kerikil, ijuk, dan
pasir, pipa peluap dipasang
kawat kasa rapat nyamuk dan
tidak menghadap ke atas, kran
air tidak rusak, bak resapan
terdapat batu, pasir dan bersih
- Jika perlindungan mata air
(PMA), maka: sumber dari
mata air, jarak mata air
dengan sumber pencemar
minimal 10 m,

47
atap dan dinding kedap air, di
sekeliling bangunan dibuatkan
saluran air dan mengarah keluar
bangunan, lubang kontrol pada bak
penampungan dipasang tutup dan
terbuat dari bahan yang kuat
- Jika sistem perpipaan, maka :
pemasangan pipa tidak boleh
terendam air kotor atau air sungan,
bak penampungan harus kedap air
dan tidak dapat tercemat oleh
kontaminasi, bak pengambilan air
dari sarana perpipaan harus
melalui kran, pipa distribusi yang
dipakai harus terbuat dari bahan
yang tidak mengandung atau
melarutkan bahan kimia

Menggunakan jamban di rumah Observasi Cheklist 1 = Memenuhi Syarat bila


semua komponen terpenuhi
yang sesuai syarat-syarat jamban
sehat.

Persyaratan kesehatan bangunan


jamban (Permenkes No. 3 Tahun
2014 tentang

48
STBM) : 2 = Tidak
- Terdapat dinding dan atap Memenuhi
- Tempat pembuangan kotoran Syarat jika salah
dilengkapi oleh leher angsa satu atau lebih
- Lantai jamban terbuat dari komponen yang
bahan kedap air, tidak licin dinilai tidak
- Terdapat tangki septik terpenuhi

4 Pengelola Sarana pembuangan sampah yang Observasi Chekli 1 = Memenuhi Ordinal


. digunakan oleh masyarakat untuk st syarat jika
an
kebutuhan sehari-hari. Memenuhi semua
sampah
syarat jika terdapat tempat sampah, komponen
rumah
kedap air, dan tertutup. terpenuhi 2 =
tangga
Tidak
Memenuhi
Syarat jika salah
satu atau lebih
komponen yang
dinilai tidak
terpenuhi
5 Saluran Sarana yang digunakan untuk Wawancara Kuisio 1 = Memenuhi Ordinal
. ner
Pembuang mengumpulkan air buangan sisa syarat jika
an Air pemakaian dari kran/hidran umum, semuakompone
Limbah sarana cuci tangan, kamar mandi, n terpenuhi

49
dapur, dan lain-lain. Sehingga 2 = Tidak Memenuhi
air limbah tersebut dapat Syarat jika salah satu
tersimpan atau meresap ke atau lebih komponen
dalam tanah dan tidak baik yang dinilai tidak
menyebabkan penyebaran terpenuhi
penyakit serta tidak mengotori
lingkungan sekitarnya.

Persyaratan Limbah Cair


Rumah Tangga (Permenkes
N0. 3 Tahun 2014 tentang
STBM) :

- Air limbah kamar mandi dan


dapur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban
- Tidak boleh menjadi tempat
perindukan vektor
- Tidak boleh menimbulkan bau
- Tidak boleh ada genangan
- Terhubung dengan
saluran limbah
umum/got atau sumur
resapan

50
BAB III METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran

kondisi lingkungan pada rumah penderita Diare di wilayah Puskesmas

sukarame kota Bandar Lampung pada tahun 2021.

B.Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas sukarame kota

Bandar Lampung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Tahun 2021

c.Subjek Penelitian

3. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang di teliti. (Notoadmojo,2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh masyarakat yang menderita penyakit Diare di Wilayah

kerja Puskesmas sukarame kota Bandar Lampung pada tahun 2019

dengan Jumlah 749 masyarakat. (Puskesmas RI sukarame

51
4. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

di teliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010).


n=
1+� (�)2

749
n=
1+749 (0,1)2

749
n=
8,49

n = 88,22 = 89 sampel

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Presisi (0,1)

Menetapkan interval sampel.

I=�

I = 749 = 8,5 = 9 (Interval)


88

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Sampel

I = Interval

52
D.Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara rancangan Random

Sistematik (Systematic Random Sampling).

Langkah-langkah pengambilan sampel

5. Menetapkan daftar penelitian ini adalah penderita diare Puskesmas

sukarame kota Bandar Lampung

6. Menetapkan interval.

Cara menetapkan interval adalah membagi jumlah populasi dengan

perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel.

Sampel diambil secara acak antara 1 sampai dengan banyaknya anggota

populasi. Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan,

hasilnya sebagai interval X, maka yang terkena sampel adalah setiap

kelipatan dari X tersebut. Pada Teknik Random Sistematik hanya individu

pertama saja yang dipilih secara random, sementara individu berikutnya

terpilih menurut aturan yang ditetapkan.Maka anggota populasi yang

terkena sampel adalah tiap subyek (nama orang) yang mempunyai

interval9.

E.Mengumpulkan Data

7. Jenis Data yang di kumpulkan

a. Data Primer

Di peroleh melalui wawancara langsung terhadap responden

dengan menggunakan quisioner dan pengamatan langsung rumah

tinggal dengan ceklis yang berkaitan langsung dengan kejadian

penyakit diare dan pengamatan terhadap faktor lingkungan

meliputi: sarana air bersih, sarana jamban keluarga, pengelolaan

sampah, dan saluran pembuangan air limbah.

53
b. Data Sekunder

Data yang di peroleh dari sumber yang sudah ada, seperti

buku-buku, catatan, dan laporan data Puskesmas sukarame kota

Bandar Lampung

8. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data yang diperoleh dari hasil ini, yaitu sesuai

dengan Variabel yang akan diteliti. Data yang di kumpulkan dapat

menggunakan Kuisioner dan Cheklist.

F.Pengolahan Data dan Analisa Data

9. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini di lakukan dengan cara :

a. Menyunting Data (editing): kegiatan untuk melakukan pengecekan

dan perbaikan isian formulir atau quesioner apakah jawaban yang

ada di quesioner telang lengkap, jelas, relevan dan kosisten.

b. Mengkode Data : kegiatan untuk merubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

54
c. Mengentri Data (entry) : kegiatan memasukan data ke dalam

program atau software computer. Salah satu paket program yang

paling sering di gunakan untuk entry adalah paket program

SPSS.Membersihkan data atau pengecekan ulang (cleaning) :

apabila semua data atau responden selesai di masukan, perlu di cek

kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya kemudian di lakukan

pembetulan atau koreksi. (Notoadmojo,2010

10. Analisis Data

Data yang telah di olah kemudian di analisis secara univariat

untuk menjelaskan masing-masing variabel dan disajikan dalam

bentuk tabel.

55
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, I Wayan, dkk. 2016. Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor

Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati,

Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. ISM VOL.6 NO.1, MEI-AGUSTUS.

Departement kesehatan RI. 2011. LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan

Diare). Jakarta

Dinas Kesehatan Lampung Selatan. 2017. Profil Dinkes Kabupaten Lampung

Selatan. Lampung Selatan

Kemenkes Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Kemenkes Republik Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Kemenkes Republik Indonesia. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta

Kisham, Yuhanantini Gopal. 2014. Gambaran Perilaku Hidup Sehat Ibu Yang

Memiliki Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I, Kab. Gianyar Bali

Tahun 2014. Vol. 4. No. 1. September-Desember

Langit, Lintang Sari. 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal). Hubungan

Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah

Kerja Puskesmas Rembang 2. Vol 4, Nomor 2, April 2016.

Machfoedz, Ircham. 2008. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit.

Yogyakarta: Fitramaya

Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Trans Info

Media

56
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. 2011. Jakarta: PT

Asdi Mahasatya

Purnama, Sang Gede. 2016. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan

Samiyati, Menik. 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Hubungan Sanitasi

Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Karanganyar Kab. Pekalongan .Vol 7, No.1, Januari 2019

Soemirat, Juli. 2014. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Suharyono. 2008. Diare Akut. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Wati, Farman. 2018. Jurnal Formil. Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi

Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Umulharjo I

Yogyakarta. Vol 3. No. 2. Oktober 2018

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

57

Anda mungkin juga menyukai