Nama Epidemiology of dengue hemorrhagic fever in Indonesia:
Jurnal : analysis of five decades data from the National Disease Surveillance Judul Harapan et al. BMC Res Notes Jurnal : Tahun 2019 : Penulis Harapan Harapan, Alice Michie, Mudatsir Mudatsir, R. Tedjo : Sasmono dan Allison Imrie
Tujuan Untuk memberikan angka insidensi dan angka fatalitas
Penelitian kasus demam berdarah dengue di Indonesia secara nasional melalui analisis database Surveilans Penyakit Nasional dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Metode Sumber data Penelitian Dengue menjadi penyakit yang wajib dilaporkan di Indonesia sejak tahun 1968 dan dilaporkan terus menerus ke dalam Surveilans Penyakit Nasional yang dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Depkes RI. Pelaporan DBD oleh Puskesmas dan rumah sakit umum atau swasta kepada otoritas kesehatan kabupaten adalah 72 jam setelah diagnosis. Definisi dan kriteria kasus Sejak dimulai pada tahun 1968, sistem surveilans telah menggunakan sistem klasifikasi dengue World Health Organization (WHO), yang mengklasifikasikan dengue simptomatik menjadi DF dan DBD. Definisi dan kriteria DBD yang digunakan dalam sistem surveilans ini tetap stabil selama periode waktu tertentu. Demam berdarah dengue didefinisikan sebagai memiliki setidaknya dua pertama dari empat manifestasi klinis berikut: MOH. KAMAL IBRAHIM H.P. 20200340007
(a) demam akut mendadak dengan durasi 2 sampai 7 hari; (b)
manifestasi perdarahan spontan atau tes Tourniquet positif; (c) hepatomegali; dan (d) kegagalan sirkulasi, dalam kombinasi dengan kriteria hematologi trombositopenia (≤100.000 sel/mm3) dan hematokrit meningkat lebih dari 20% di mana kasus DBD diklasifikasikan menjadi kasus kemungkinan dan kasus dikonfirmasi. Kasus terkonfirmasi didefinisikan sebagai kasus dengan konfirmasi laboratorium melalui isolasi DENV, atau deteksi antigen virus atau RNA dalam serum. Klasifikasi ini terus digunakan secara nasional oleh rumah sakit dan Puskesmas di Indonesia Proses pengumpulan dan sintesis data Jumlah kasus dan kematian yang terkait dengan DBD, tercatat antara tahun 1968 dan 2017, diambil dari registri Pengawasan Dengue Nasional. Ukuran populasi tahunan Indonesia yang digunakan dalam analisis didasarkan pada jumlah populasi yang digunakan oleh Depkes dan dilaporkan dalam laporan tahunannya (Profil Kesehatan Indonesia). IR dinyatakan per 100.000 orang/tahun. CFR dihitung sebagai jumlah kematian yang terkait dengan DBD dibagi dengan jumlah kasus DBD, dinyatakan dalam persentase (%). Hasil Selama periode 50 tahun, terjadi peningkatan tajam dalam IR Penelitian tahunan DBD di Indonesia, dari hanya 0,05 kasus per 100.000 orang-tahun pada tahun 1968 menjadi 77,96 kasus per 100.000 orang-tahun pada tahun 2016. IR DBD memiliki pola siklik, dengan puncak terjadi kira-kira setiap 6 – 8 tahun. Puncak kejadian terjadi pada tahun 1973, 1988, 1998, 2009, dan 2016. IR tahunan DBD telah meningkat secara signifikan selama lima dekade terakhir, CFR tahunan telah menurun seiring waktu. Pada akhir 1960-an, CFR diperkirakan lebih dari 20% dari mereka yang terinfeksi, yang kemudian menurun kira- MOH. KAMAL IBRAHIM H.P. 20200340007
kira setengahnya setiap dekade.
Bali telah melaporkan IR tertinggi sejak 2011, mulai dari 65,90 per 100.000 penduduk pada tahun 2012 hingga 484,02 per 100.000 penduduk pada tahun 2016. Beberapa provinsi yang tidak endemis DBD seperti Papua dan Papua Barat, daerah-daerah tersebut pernah mengalami KLB DBD terkait dengan CFR yang tinggi, seperti epidemi tahun 2012 dan 2015 di Papua Barat. dan wabah Papua 2013. Bali dan Kalimantan (Kalimantan) memiliki IR DBD tertinggi sedangkan Papua Barat memiliki IR terendah di Indonesia. Kesimpula Kesimpulannya, selama lima dekade terakhir, telah terjadi n peningkatan dramatis IR DBD di Indonesia dengan pola siklik yang mencapai puncaknya kira-kira setiap 6 sampai 8 tahun sementara CFR tahunan telah menurun, dari waktu ke waktu.