Anda di halaman 1dari 3

MOH. KAMAL IBRAHIM H.P.

20200340007

Nama Epidemiology of dengue hemorrhagic fever in Indonesia:


Jurnal : analysis of five decades data from the National Disease
Surveillance
Judul Harapan et al. BMC Res Notes
Jurnal :
Tahun 2019
:
Penulis Harapan Harapan, Alice Michie, Mudatsir Mudatsir, R. Tedjo
: Sasmono dan Allison Imrie

Tujuan Untuk memberikan angka insidensi dan angka fatalitas


Penelitian kasus demam berdarah dengue di Indonesia secara nasional
melalui analisis database Surveilans Penyakit Nasional dari
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan
Metode Sumber data
Penelitian Dengue menjadi penyakit yang wajib dilaporkan di
Indonesia sejak tahun 1968 dan dilaporkan terus menerus ke
dalam Surveilans Penyakit Nasional yang dijalankan oleh
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Depkes RI.
Pelaporan DBD oleh Puskesmas dan rumah sakit umum
atau swasta kepada otoritas kesehatan kabupaten adalah 72
jam setelah diagnosis.
Definisi dan kriteria kasus
Sejak dimulai pada tahun 1968, sistem surveilans telah
menggunakan sistem klasifikasi dengue World Health
Organization (WHO), yang mengklasifikasikan dengue
simptomatik menjadi DF dan DBD. Definisi dan kriteria
DBD yang digunakan dalam sistem surveilans ini tetap stabil
selama periode waktu tertentu.
Demam berdarah dengue didefinisikan sebagai memiliki
setidaknya dua pertama dari empat manifestasi klinis berikut:
MOH. KAMAL IBRAHIM H.P.
20200340007

(a) demam akut mendadak dengan durasi 2 sampai 7 hari; (b)


manifestasi perdarahan spontan atau tes Tourniquet positif;
(c) hepatomegali; dan (d) kegagalan sirkulasi, dalam
kombinasi dengan kriteria hematologi trombositopenia
(≤100.000 sel/mm3) dan hematokrit meningkat lebih dari
20% di mana kasus DBD diklasifikasikan menjadi kasus
kemungkinan dan kasus dikonfirmasi.
Kasus terkonfirmasi didefinisikan sebagai kasus dengan
konfirmasi laboratorium melalui isolasi DENV, atau deteksi
antigen virus atau RNA dalam serum. Klasifikasi ini terus
digunakan secara nasional oleh rumah sakit dan Puskesmas di
Indonesia
Proses pengumpulan dan sintesis data
Jumlah kasus dan kematian yang terkait dengan DBD,
tercatat antara tahun 1968 dan 2017, diambil dari registri
Pengawasan Dengue Nasional. Ukuran populasi tahunan
Indonesia yang digunakan dalam analisis didasarkan pada
jumlah populasi yang digunakan oleh Depkes dan dilaporkan
dalam laporan tahunannya (Profil Kesehatan Indonesia).
IR dinyatakan per 100.000 orang/tahun. CFR dihitung
sebagai jumlah kematian yang terkait dengan DBD dibagi
dengan jumlah kasus DBD, dinyatakan dalam persentase (%).
Hasil Selama periode 50 tahun, terjadi peningkatan tajam dalam IR
Penelitian tahunan DBD di Indonesia, dari hanya 0,05 kasus per 100.000
orang-tahun pada tahun 1968 menjadi 77,96 kasus per
100.000 orang-tahun pada tahun 2016.
IR DBD memiliki pola siklik, dengan puncak terjadi kira-kira
setiap 6 – 8 tahun. Puncak kejadian terjadi pada tahun 1973,
1988, 1998, 2009, dan 2016.
IR tahunan DBD telah meningkat secara signifikan selama
lima dekade terakhir, CFR tahunan telah menurun seiring
waktu. Pada akhir 1960-an, CFR diperkirakan lebih dari 20%
dari mereka yang terinfeksi, yang kemudian menurun kira-
MOH. KAMAL IBRAHIM H.P.
20200340007

kira setengahnya setiap dekade.


Bali telah melaporkan IR tertinggi sejak 2011, mulai dari
65,90 per 100.000 penduduk pada tahun 2012 hingga 484,02
per 100.000 penduduk pada tahun 2016.
Beberapa provinsi yang tidak endemis DBD seperti Papua
dan Papua Barat, daerah-daerah tersebut pernah mengalami
KLB DBD terkait dengan CFR yang tinggi, seperti epidemi
tahun 2012 dan 2015 di Papua Barat. dan wabah Papua 2013.
Bali dan Kalimantan (Kalimantan) memiliki IR DBD
tertinggi sedangkan Papua Barat memiliki IR terendah di
Indonesia.
Kesimpula Kesimpulannya, selama lima dekade terakhir, telah terjadi
n peningkatan dramatis IR DBD di Indonesia dengan pola siklik
yang mencapai puncaknya kira-kira setiap 6 sampai 8 tahun
sementara CFR tahunan telah menurun, dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai