Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL INSIDENCE REPORT (CIR)

TINDAKAN FISIOTERAPI DADA

OLEH :

NUR AFNI

C051171004

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN DASAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas Critical Insidence
Report (Cir) Tindakan Fisioterapi Dada yang merupakan syarat utuk memeuhi tugas praktek
profesi keperawatan dasar mahasiswa keperawatan Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
penulis berharap kepada pembaca agar kiranya memberi kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan dan perkembangan pengetahuan. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah
wawasan kita semua.

Makassar, 30 Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

I.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

II.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

II.3 Manfaat..............................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

II.1 Definisi Tindakan.............................................................................................................6

II.2 Tujuan Kegiatan...............................................................................................................6

II.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Tindakan............................................................................6

II.4 Standar Operasional Prosedur Fisioterapi Dada...............................................................6

II.5 Kesenjangan antara Video dan Teori Terkait Tindakan Fisioterapi Dada......................10

II.6 Analisa Berdasarkan EBP..............................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................................13

III.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

III.2 Saran...............................................................................................................................13

Diharapkan kepada pembaca setelah membaca tulisan ini, dapat benar-benar memahami
prosedur fisioterapi dada, agar pasien nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat
....................................................................................................................................................13

3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fisoterapi dada merupakan suatu kelompok terapi digunakan untuk memobilisasi


sekret pulmonal. Terapi tersebut termasuk drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi.
Fisioterapi dada diikuti dengan batuk produktif dan pengispan pada klien yang
mengalami penurunan kemmapuan batuk. Fisoterapi dada direkomendasikan untuk klien
yang memproduksi leboh dari 30 ml sputum setiap harinya atau ditemukan adanya
atelectasis pada pemeriksan rontgen dada. Prosedur ini aman untuk bayi dan anak kecil,
tetapi ada beberapa keadaan atau penyakit tertentu pada anak, prosedur ini kontraindikasi.

Drainase postural adalah komponen dari hygiene pulmonal, terdiri atas drainase,
posisi, dan berbalik, serta terkadang disertai perkusi dada dan vibrasi. Teknik ini
meningkatkan pembersihan sekret dan oksigenasi. Posisi termasuk sebagaian besar
segmen paru dan membantu untuk mengeluarkan sekret dari segmen paru tertentu dan
bronkus ke dalam trakea. Beberapa klien tidak memerlukan drainase postural seluruh
segmen paru, dan pengkajian klinis penting dilakukan guna menentukan segmen paru
tertentu yang memerlukan drainase postural.

Perkusi dada berupa pemukulan dinding dada diatas area yang didrainase. Posisi
tangan sedemikian rupa sehingga jari dan ibu jari bersentuhan dan membentuk kubah.
Perkusi pada permukaan dinding dada, mengirimkan gelombang berbagai amplitude dan
frekuensi melalui dada, perubahan konsistensi dan lokasi sputum. Perkusi dada dilakukan
dengan memukul dinding dada bergantian dengan menangkupkan tangan. Lakukan
perkusi di atas satu lapis pakaian, bukan diatas kancing atau reslating. Pakaian yang tebal
atau beberapa pakaian mengurangi vibrasi.

4
Perkusi dikontraindikasikan pada klien dengan penyakit perdarahan, osteoporosis,
atau fraktur iga. Pastikan melakukan perkusi lapangan paru dan bukan daerah scapula,
teruma mungkin akan terjadi pada kulit dan struktur musculoskeletal dibawahnya.

Vibrasi merupakan tekanan bergetar yang baik digunakan pada dinding dada
hanya pada saat ekspirasi. Teknik ini meningkatkan kecepatan dari turbelensi udara yang
dikeluarkan, serta memfasilitasi pemindahan sekret. Vibrasi meningkatkan pengeluaran
udara yang terperangkap dan mempercepat penglepesan mucus dan menginduksi batuk
[ CITATION Pot102 \l 1033 ].

II.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari tindakan fisioterapi dada ?


2. Apa tujuan dari tindakan fisioterapi dada ?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi dari tindakan fisioterapi dada ?
4. Bagaimana standar operasional prosedur dari tindakan fisioterapi dada ?
5. Bagaimana kesenjangan antara video dan teori terkait tindakan fisioterapi dada ?
6. Bagaimana analisa bersarkan EBP terkait video yang dilihat ?

II.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui definisi dari tindakan fisioterapi dada .


2. Untuk mengetahui tujuan dari tindakan fisioterapi dada.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari tindakan fisioterapi dada.
4. Untuk mengetahui standar operasional prosedur dari tindakan fisioterapi dada.
5. Untuk mengetahui kesenjangan antara video dan teori terkait tindakan fisioterapi
dada.
6. Untuk mengetahui hasil analisa bersarkan EBP terkait video yang dilihat.

5
BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Definisi Tindakan
Fisoterapi dada merupakan suatu kelompok terapi digunakan untuk memobilisasi
sekret pulmonal. Terapi tersebut termasuk drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi.
Fisioterapi dada diikuti dengan batuk produktif dan pengispan pada klien yang
mengalami penurunan kemmapuan batuk. Fisoterapi dada direkomendasikan untuk klien
yang memproduksi leboh dari 30 ml sputum setiap harinya atau ditemukan adanya
atelectasis pada pemeriksan rontgen dada [ CITATION Pot102 \l 1033 ].

II.2 Tujuan Kegiatan


Tujuan tindakan fisioterapi dada adalah [ CITATION Ist21 \l 1033 ]:
1. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
2. Membersihkan jalan nafas

II.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Tindakan


Maidarti 2014 (Presetyawati, 2019), menyatakan indikasi fisioterapi dada terdapat
penumpakan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan dengan pengkajian fisik dan data
klinis, sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran nafas.
Fisioterapi dada ini dapat dilakukan pada semua orang tanpa memandang umur, dari bayi
hingga dewasa. Sedangkan kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak
seperti gagal jantung, status asmatikus, renjantan dan pendarahan [ CITATION Pra191 \l
1033 ]

II.4 Standar Operasional Prosedur Fisioterapi Dada


1. Alat dan bahan, terdiri atas [ CITATION Ist21 \l 1033 ] :
a. Pot sputum berisi desinfektan
b. Kertas tisu
c. Dua balok tempat tidur (untuk drainase postural)
d. Satu bantal (untuk drainase postural)
e. Stetoskop

6
2. Prosedur dan rasional tindakan (Lynn, P, & Lebon, M., 2011).
No Prosedur Rasional Tindakan
.
1 Cek program terapi medik pasien Memastikan bahwa tindakan
terkait yang akan dilakukan sesuai
dengan pasien

2 Mencuci tangan Mencegah transmisi


mikroorganisme
3 Salam terapeutik Membina hubungan saling
percaya antara perawat dengan
pasien
4 Melakukan evaluasi/validasi Mengetahui kondisi atau keluhan
yang dirasakan pasien
4 Melakukan kontrak (waktu, tempat, Agar pasien mengetahui tindakan
topik) apa yang akan dilakukan serta
berapa lama waktu tindakan
5 Menjelaskan prosedur tindakan Menjelaskan kepada pasien
mengenai tindakan yang
dilakukan, pentingnya tindakan
bagi pasien, serta efek yang akan
dirasakan pasien setelah atau
selama tindakan. Hal ini dapat
mengurangi kecemasan pasien.
6 Mempersiapkan alat Memudahkan dalam melakukan
prosedur tindakan
7 Menjaga privasi pasien dengan Menjaga kenyamanan lingkungan
memasang penghalang atau tirai pasien
8 Memastikan pasien telah berkemih Mencegah pasien gelisah ingin
dan menanyakan kapan terakhir berkemih dan muntah saat
pasien makan tindakan dilakukan
9 Memeriksakan suara nafas pasien Memudahkan dalam menentukan
menggunakan stetoskop area target tindakan
10 Mengatur posisi pasien sesuai dengan Memudahkan perawat dalam

7
prosedur drainase postural yang sesuai melakukan tindakan serta
(kepala lebih rendah dari badan) dan memudahkan pasien
sesuaikan letaknya menurut area paru mengeluarkan sputum/sekret
yang perlu diterapi (tutup area yang
terbuka dengan selimut
11 Mempertahankan posisi pasien selama Membantu pengaliran mukus
5 menit sehingga mukus akan berpindah
dari segmen kecil ke segmen
besar dengan bantuan gravitasi
dan akan memudahkan mukus di
ekspektorasikan dengan bantuan
batuk
12 Menaikkan tempat tidur setinggi Memudahkan perawat dalam
pinggang melakukan fisioterapi dada
13 Tepuk selama + 3 menit area target Membantu melepaskan sekret
dengan menggunakan kedua telapak yang melekat pada dinding
tangan membentuk mangkok secara bronkus dan mempertahankan
bergantian (usahakan menimbulkan fungsi otot-otot pernafasan
suara gaung)
14 Menginstruksikan pasien untuk batuk Untuk mengeluarkan
sputum/sekret
15 Menginstruksikan pasien membuang Menjaga kebersihan lingkungan
sekret ke dalam bengkok/wadah sekitar pasien
16 Mengajarkan pasien tentang Pasien mampu melakukan
pernafasan dalam: tindakan Latihan pernafas dalam
a. Bantu dan minta pasien untuk dengan mandiri
duduk (posisi semi atau high-
fowlers) dan instruksikan
pasien untuk menempatkan
kedua telapak tangan
disepanjang thoraks anterior
bawah
b. Anjurkan pasien

8
menghembuskan nafas dengan
lambat
c. Anjurkan pasien untuk
bernafas melalui hidung
sedalam mungkin dan tahan
nafas selama 3 detik
d. Anjurkan pasien untuk
menhembuskan nafas melalui
mulut dengan cara
mengerucutkan bibir seperti
bersiul (Pursed Lip Breathing)
e. Minta pasien untuk
mempraktikkan latihan
pernafasan. Anjurkan pasien
melakukan Latihan setiap 1-2
jam selama 24 jam
17 Mengajarkan pasien tentang batuk  Pasien mampu melakukan
efektif tindakan batuk efektif
a. Minta pasien duduk (posisi dengan mandiri.
semi fowler)  Batuk efektif dapat
b. Letakkan bantal diperut atau memudahkan pengeluaran
dada pasien sekret
c. Anjurkan pasien untuk
menghirup dan
menghembuskan nafas
sebanyk 3 kali
d. Minta pasien untuk menarik
nafas dalam dan tahan selama
3 detik lalu batuk
e. Minta pasien untuk mengambil
nafas melalui mulut lalu

9
batukkan sebanyak 2 kali
f. Anjurkan pasien untuk
melakukan batuk efektif setiap
2 jam
18 Mengkaji kembali kondisi pasien Mengetahui keadaan pasien
setelah dilakukan tindakan
19 Melakukan kembali tindakan jika Jika pasien merasa masih ada
diperlukan sputum/secret yang perlu
dikeluarkan
20 Merapikan dan mengembalikan pasien Agar pasien merasa nyaman
ke posisi yang nyaman
22 Mengevaluasi repon pasien Mengetahui tingkat pemahaman
serta perasaan pasien setelah
dilakukannya tindakan
23 Merencanakan tindakan selanjutnya Pasien dapat mempersiapkan diri
dengan melakukan kontrak yang akan untuk menerima tindakan
datang (waktu, tempat, topik) selanjutnya
23 Dokumentasi Sebagai bukti telah dilakukannya
tindakan

II.5 Kesenjangan antara Video dan Teori Terkait Tindakan Fisioterapi Dada
1. Link Video : : https://www.youtube.com/watch?v=lhe-A5HW7Do
2. Kesenjangan Pada Video :

No Kesenjangan Prosedur Hal Yang Harusnya Dilakukan


1) Tidak melakukan evaluasi/validasi Evaluasi/validasi dilakukan untuk
melihat kondisi terbaru pasien
serta dengan menanyakan kondisi
pasien, pasien akan merasa
diperhatikan
2) Tidak menutup tirai Menjaga privasi pasien disetiap
tindakan sangat penting untuk
menjaga kenyamanan pasien
3) Tidak memastikan pasien telah Memastikan pasien telah

10
berkemih sebelumnya berkemih. Perasaan ingin
berkemih saat prosedur
berlangsung dapat menggangu
atau mengahmbat jalannya
prosedur tindakan
4) Tidak melakukan pendokumentasian Pendokumentasian tindakan perlu
tindakan dilakukan sebagai bukti bahwa
tindakan perawatan telah
dilaksanakan

II.6 Analisa Berdasarkan EBP


Empati merupakan sikap yang paling utama dalam menunjukkan caring. Empati
berarti memahami pikiran dan perasaan klien dan ikut merasakan perasaannya tapi tidak
ikut terlarut didalamnya. Dalam mencapai empati ada 2 proses yang dilewati yaitu
memahami dan validasi. Langkah yang pertama memahami perasaan kline melalui
observasi. Langkah kedua memvalidasi perasaan klien dengan cara meminta klien
mengungkapkan perasaanya. Empati dapat memfasilitasi hubungan terapeutik dan
membantu klien memahami dirinya sendiri [CITATION Sar \l 1033 ].
Dalam video tersebut perawat melakukan tindakan tampa menutup sampiran, hal
ini menandakan perawat tidak menghargai privasi klien. Hal ini didukung oleh penelitian
Papastavrou, dkk 2016 (dalam safitri, dkk, tanpa tahun) menyatakan bahwa terkadang
perawat tidak sadar terhadap hal-hal yang dilakukannya melanggar privasi
[ CITATION Safun \l 1033 ]. Menurut Bagheri, dkk (2012) (dalam safitri, dkk, tanpa tahun)
ketika seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak menutup
sampiran yang menyebabkan tereksposnya tubuh klien bisa dikategorikan mengganggu
martabat klien [ CITATION Safun \l 1033 ].
Dalam video tersebut perawat tidak memastikan pasien telah berkemih
sebelumnya. Perasaan ingin berkemih saat prosedur berlangsung dapat menggangu atau
mengahmbat jalannya prosedur tindakan [ CITATION Lyn11 \l 1033 ]
Dalam video tersebut perawat tidak melakukan pendokumnetasian. Dokumentasi
keperawatan mempunyai tujuan sangat penting daloam bidang keperawatan. Tujuan
dokumentasi keperawatan adalah [ CITATION Yus16 \l 1033 ] :

11
1. Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan;
2. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban perawat pada klien;
3. Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu;
4. Sebagai bukti aplikasi standar praktik keperawatan;
5. Sebagai sumber informasi statistic untuk standard an riset keperawatan;
6. Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan kesehatan;
7. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan dalam dokumen keperawatan
yang lain sesuai dengan data yang dibutuhkan;
8. Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan;
9. Informasi untuk peserta didik keperawatan;
10. Menjaga kerahasian informasi klien; dan
11. Sebagai sumber data dna perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan
datang.

12
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Perawat sebagai bagian pelayanan kesehatan yang professional harus mampu
menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Menjaga privasi klien salah satu
melaksanakn prinsip etik dalam praktik keperawatan yaitu confidentially dengan menjaga
atau menrahasiakan segala bentuk keadaan pasien sperti menutup sampiran ketika
melakukan tindakan. Pendokumentasian pun sangat penting dilakukan oleh perawat
karena dokumentasi merupakan bukti legall pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit.
III.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca setelah membaca tulisan ini, dapat benar-benar
memahami prosedur fisioterapi dada, agar pasien nyaman dengan pelayanan yang
diberikan oleh perawat

13
DAFTAR PUSTAKA

Istichomah. (2021). Modul Praltikum Keperawatan I. Bandung: Media Sains Indonesis.

Lynn, P., & Lebon, M. (2011). Skill checklists for taylor’s clinical nursing skills: A nursing
process, approach, 3/E. United state of America: Wolters Kluwes Health.

Potter, P., & Perry, A. (2010). Fundamentals of Nursing, 7th Edition. Singapore: Elsevier.

Prasetyawati, R. Y. (2019). Inovasi Keperwatan Fisioterapi Dada Untuk Mempertahankan


Kebersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan Ispa di Kabupaten Magelang.
Magelanghttps://eprintsalib.ummgl.ac.id/784/1/15.0601.0041_BAB%20I_BAB
%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PSUTAKA.pdf.

Safitri, I., Hapsah, & Harisa, A. (tanpa tahun). Nursing Attitude Toward Patiens As A
Translating Of Nursing Coe Of Ethics In Universitas Hasanuddin Hospital. Indonesia
Contempory Nursing Journal, 4(2), 83-92.

Sarfika, R., Maisa, E., & Freska, W. (2018). Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi
Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang: Andalas University Press.

Yustiana, O., & Ghofur, A. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI.

14

Anda mungkin juga menyukai