Anda di halaman 1dari 2

NAMA : SALSABILA

NIM : 1801111335
DOSEN : PELICAN LANDRI M.I.Kom
Mata Kuliah : MANAJEMEN PRODUKSI FILM

TILIK (2018)

Cast: Siti Fauziah, Brilliana Desy, Angelina "Punyk", Dyah Mulani, Luly Syahkisrani,
Hardiansyah Yoga Pratama, Tri Sudarsono Gotrek, Ratna Indriastuti, Stephanus
Wahyu Gumilar
Director: Wahyu Agung Prasetyo

Sinopsis:
Dian adalah seorang kembang desa. Banyak lelaki yang mendekatinya hingga datang
melamarnya. Warga desa bergunjing tentang status lajang Dian. Dalam satu kesempatan
perjalanan naik truk dalam rangka menjenguk (tilik) Bu Lurah di Rumah sakit di kota, beberapa
warga berdebat tentang siapa yang bakal mempersunting Dian. Perjalanan “tilik” menjadi penuh
gosip dan petualangan bagi para warga desa yang naik truk tersebut.

Review:

Memiliki cerita yang relatable


Dari awal, film ini sudah memberikan warna komedi yang kocak. Komedi yang ditemui
akan dapat dinikmati siapa saja karena ceritanya yang relatable di keseharian kita. Pengambilan
gambar dalam film menyajikan gambaran dan suasana pedesaan yang kental. Kesederhanaan
kehidupan masyarakat desa juga diperlihatkan dari detail kendaraan warga pedesaan yang lalu-
lalang yang jauh berbeda dengan masyarakat di kota-kota besar pada umumnya.
Adapun karakter yang terkenal juga iconic dari film pendek ini yaitu, Bu Tejo. Bu Tejo
ini yang menggambarkan secara ideal kelakuan ibu-ibu pada umumnya di masyarakat, seperti
tukang gosip yang bisa ngomongin orang seharian non-stop tanpa capek, nyinyir, bermulut
pedas, dan ahli dalam mengetahui segala bentuk informasi. Hanya saja dalam film pendek ini
karakter Bu Tejo menjadi lead bagi ibu-ibu lainnya karena lebih gaya dan tau informasi yang
beredar di internet yang menggambarkan realita saat ini bahwa orang-orang yang hebat pada
umumnya saat ini adalah yang dapat menguasai internet.
Selanjutnya dalam film pendek ini juga menghadirkan sosok Bu Tejo diimbangi sama
karakter bernama Yu Ning yang selalu kontra terhadap setiap omongannya. Karakter yang selalu
kontra ini membuat film pendek ini semakin menarik. Karakter Yu Ning juga menggambarkan
karakter ideal ibu-ibu dalam masyarakat. Yu Ning yang mengedepankan pentingnya ber
prasangka baik terlebih dahulu. Yu Ning yang memiliki ikatan darah dengan tokoh yang
digosipkan, digambarkan keterpihakannya dalam karakternya dengan selalu membela.
Menyajikan Karakter yang Multi-dimensi
Dalam film pendek ini kita akan mendapati empat karakter yang menjadi perhatian dari
awal cerita. Pertama, karakter Bu Tedjo yang menggambarkan sosok orang yang ter up-to-date
dan terkesan suka bergossip. Kedua, karakter Yu Ning yang berbaik sangkat akan semua hal dan
selalu kontra dengan Bu Tedjo. Ketiga, karakter Yu Sam yang digambarkan sebagai orang yang
plin plan alias tidak punya pendirian. Kadang mengikuti arus, kadang melawan. Hal ini dilihat
dari celetukan-celetukannya yang terkadang berpihak pada Bu Tejo dan terkadang berpihak pada
Yu Ning Terakhir, ada juga karakter Yu Tri yang digambarkan sebagai sosok tukang kompor.
Keempat karakter ini sukses memerankan karakter ideal masyarakat yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain sifat-sifat karakter tadi, dalam film ini kita tidak akan dapat menebak siapa sosok
protagonis dan antagonis di awal cerita. Karakter Bu Tejo tidak melulu buruk sehingga dikira
sebagai antagonis. Bu Tejo juga dipertunjukkan memiliki karakter yang loyal dan kuat.
Kemudian dari karakter Yu Ning yang terkesan sabar, dalam film ini kita akan menemui karakter
Yu Ning yang dapat marah dan kesal.

Ending dan Pesan Moral yang sangat Ngena


Setiap film pasti memiliki pesan dan moral yang disampaikan. Dalam film pendek Tilik
ini, kita tidak hanya dapat menyimpulkan pesan moral yang disampaikan teatapi juga dapat
menyimpulkan keadaan yang terjadi dalam dinamika sosial masyarakat saat ini. Dinamika sosial
masyarakat dan efek perkembangan teknologi terkhususnya internet ditunjukkan dalam film
pendek ini. Secara umum film ini menunjukkan bagaimana kita sebagai masyarakat jangan
langsung percaya dan menyebarkan suatu informasi yang didapat mentah-mentah dan berlagak
sebagai yang paling tau karena mudahnya informasi tersebut kita dapatkan. Jangan hanya
mengandalkan internet sebagai sumber informasi tetapi juga perlu mengecek akan kebenaran
atas informasi tersebut.
Film ini sangat menggambarkan situasi dimana banyak sekali orang yang haus akan
informasi, namun sangat sedikit yang niat buat konfirmasi kebenarannya. Di akhir film, baru kita
akan mendapati kebenaran akan kondisi yang sebenarnya atas apa yang menjadi omongan bagi
ibu-ibu tadi yang dipimpin atas prasangka/ghibahan oleh Bu Tejo. Kita yang dari awal film
dibawa jadi sangat simpati dengan sosok Dian yang jadi bahan julid ibu-ibu, di akhir film malah
dibuat kesal dan gondok sendiri sama kebenaran yang ternyata memojokkan Dian. Kita sebagai
penonton dibuat tidak akan menyangka dan menyalahkan terlebih dahulu akan karakter Bu Tejo
yang terkesan sangat tendensius. Sejahat dan sepedas apa pun perkataannya, bukan berarti pula
semua yang diungkapkannya itu bohong, bisa jadi beberapa di antaranya ada benarnya juga.

Anda mungkin juga menyukai