Anda di halaman 1dari 37

HUKUM JAMINAN

(GADAI & FIDUSIA)

OLEH:
SULISTYANDARI
GADAI (Ps.1150-1161 KUHPdt)
Pengertian gadai (Ps. 1150 KUHPerdata):
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain
atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk lelang tersebut dan
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang
tersebut digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan

Persetujuan gadai dibuktikan dg segala alat yg diperbolehkan bg pembuktian


persetujuan pokoknya (Ps.1151 KUHPdt)

Para Pihak Dalam Gadai (lihat Ps.1150 d 1152 ayat 1 KUHPdt):


1. Pihak yang memberikan jaminan gadai (Pemberi gadai)/Deb.
2. Pihak yang menerima gadai (Penerima/Pemegang gadai)/Kred
3. Pihak ketiga (Pihak yg menerima penguasaan barang gadai)
Sifat Umum Gadai:
1. Gadai adalah untuk benda bergerak (bertubuh d tdk bertubuh) (Ps.1150,
1152, 1152 bis, 1153, 1158 KUHPdt)

2. Sifat sebagai hak kebendaan (Ps.1150 jo Ps.528 KUHPdt)

3. Benda gadai dikuasai Pemegang gadai (Inbezitstelling) (Ps.1150 jo Ps.1152


ay 3 , 1153 KUHPdt.)

4. Hak gadai tak dapat dibagi-bagi (Ps.1160 KUHPdt)

4. Hak menjual sendiri benda gadai (Ps.1155 ay 1 KUHPdt)

5. Hak yang didahulukan (Ps.1150 jo Ps 1133 KUHPdt)

6. Hak gadai diperjanjikan dan perj gadai sbg perj accessoir (Ps.1151
KUHPdt)

7. Jika Debitur wanprestasi, Kreditur dilarang memiliki benda gadai, segala


janji yg bertentangan dg itu batal (Ps.1154 KUHPdt).
Terjadinya Gadai:

1. Perjanjian gadai:
- lisan
- tertulis; akta notaris atau akta bawah
tangan

2. Inbezitsteling
Yaitu penyerahan barang yang digadaikan dari pemberi
gadai/Debitur kepada penerima gadai/Kreditur.
Jadi barang yang digadaikan itu harus dilepaskan dari
kekuasaan pemberi gadai/Debitur dan diserahkan kepada
penerima gadai/Kreditur atau pihak ketiga yang disetujui oleh
Kreditur dan Debitur.
Hak-Hak Pemegang Gadai:

1. Hak untuk menahan barang gadai (hak retentie) (Ps.1159


KUHPdt)

2. Hak untuk mendapat pelunasan dari pendapatan penjualan


barang yang digadaikan (Ps. 1155 KUHPdt)

3. Hak untuk memperhitungkan biaya-biaya yang perlu


guna mempertahankan barang gadai (Ps.1157 ay 2 KUHPdt)

4. Hak untuk menagih utang (Ps.1155 KUHPdt)

5. Hak untuk didahulukan menerima pembayaran utangnya


dari para berpiutang lainnya (Ps.1150 KUHPdt)
Kewajiban Pemegang Gadai:

1. Merawat benda gadai yang ada dalam tangannya


(Ps.1157 ay 1 KUHPdt)

2. Bertanggungjawab atas kehilangan atau kemerosotan


nilai benda gadai akibat kesalahannya (Ps.1157 ay 1
KUHPdt)

3. Mengembalikan barang yang dijadikan jaminan


dalam hal hutang pokoknya lunas
Hapusnya Gadai :
1. Dengan hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai

2. Dengan terlepasnya benda gadai dari kekuasaan penerima gadai


(Ps.1152 ay 2 KUHPdt)

3. Dengan musnahnya benda gadai

4. Dengan dilepaskannya benda gadai secara sukarela

5. Dengan percampuran (penerima gadai menjadi pemilik benda


gadai)
EKSEKUSI GADAI
1. Parate eksekusi yi menjual benda gadai dimuka umum
(lelang), tanpa perantaraan Pengadilan, syaratnya Debitur
wanprestasi/lalai
Jika barang gadainya terdiri atas barang-barang dagangan
atau efek-efek yang dapat diperdagangkan dipasar atau
dibursa, maka penjualannya dapat dilakukan ditempat-tempat
tersebut asal dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli
dalam perdagangan barang-barang itu. (Ps.1155 KUHPdt).

2. Diperjanjikan oleh para pihak bahwa penjualan benda gadai


dibawah tangan/tanpa melalui lelang, syaratnya Debitur telah
wanprestasi (Ps.1155 KUHPdt)
3. Eksekusi benda gadai dg perantaraan Pengadilan menurut cara
yg ditentukan Hakim, syaratnya Debitur telah wanprestasi
(Ps.1156 KUHPdt)
PR
Bagaimana penyerahan (inbezitelling) jaminan gadai:
- saham ?
- deposito ?

Bagaimana eksekusi jaminan gadai:


- saham ?
- deposito ?
jika Debitur wanprestasi

Cari dan analisis akta gadai saham (para pihak d isi/klausul)

Cari dan analisis putusan ttg gadai saham/deposito!


CESSIE
Pengaturan dalam KUHPdt:
- Buku II
Sebagai bagian dari Hukum Benda merupakan cara untuk peralihan hak
milik piutang atas nama (Ps.613 KUHPdt)
“penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak
bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta
autentik atau akta di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas
kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain” (Ps.613 ay 1 KUHPdt)
“Penyerahan itu bg berutang (Deb) tiada akibatnya, melainkan setelah
penyerahanan itu diberitahukan kepdnya, atau scr tertulis disetujui d
diakuinya” (Ps.613 ay 2 KUHPdt)

- Buku III
Sebagai lembaga perikatan merupakan lembaga penggantian kualitas
kreditur
PARA PIHAK DALAM CESSIE

Terdapat tiga pihak dalam tiga hubungan hukum:

1. Hubungan antara kreditur semula (cedent) dan debitur


(cessus)

2. Hubungan antara kreditur semula (cedent) dan kreditur baru


(cessionaris)

3. Hubungan antara kreditur baru (cessionaris) dan debitur


(cessus)
HUBUNGAN ANTARA CEDENT DAN CESSIONARIS
Syarat umum dalam cessie (Ps.584 KHUPdt cara memperoleh
hak milik krn pnyerahan):

1. Adanya suatu rechstitel atau peristiwa perdata yang


menimbulkan kewajiban penyerahan hak milik piutang atas
nama)

2. Dilakukan oleh orang yang mempunyai kewenangan


beschikking (mengambil tindakan pemilikan)

Syarat khusus dalam cessie:


Dilakukan dengan membuat suatu akta yang disebut akta cessie
HUBUNGAN ANTARA CESSIONARIS DAN CESSUS

1. Pemberitahuan
Akta cessie baru berlaku terhadap cessus, kalau terhadapnya
sudah diberitahukan adanya cessie atau secara tertulis telah
disetujui atau diakui olehnya (pasal 613 ayat 2 KUH Perdata)

2. Cessie dan pembayaran dengan itikad baik


Pada prinsipnya pembayaran harus diterima oleh kreditur atau
kuasanya (atau orang yang oleh undang-undang atau hakim ditunjuk
sebagai orang yang dikuasakan untuk menerimanya). Dengan
perkataan lain kepada kreditur yang sebenarnya. Dalam Pasal
1386 KUH Perdata dikatakan, bahwa pembayaran yang dilakukan
dengan itikad baik kepada orang yang memegang surat tagihannya
adalah sah.
3. Cessie sebagai Jaminan
Dalam praktek perbankan, Bank menuntut adanya cessie atas tagihan atas
nama yang dipunyai oleh Debitur sebagai jaminan (tambahan) kreditnya,
jadi cessie di sini bukan dimaksudkan agar kreditur menjadi pemilik dari
tagihan tersebut tetapi hanya untuk jaminan saja.

Beda gadai piutang atas nama dg Cessie sbg jaminan:


1.Pada gadai piutang atas nama, bentuknya bebas, hak gadai lahir pd saat
pemberitahuan kepd Debitur ttg penggadaian piutang atas nama (Ps.1153
KUHPdt)
2.Pada cessie sbg jaminan, bentuknya hrs tertulis (otentik atau dibawah tangan),
hak jaminan lahir pada saat dibuatnya akta cessie. (Doktrin)

Men Sri Soedewi M.S: pembedaan mempunyai arti penting dlm hal tejadi
kepailitan
Pada Cessie jika terjadi kepailitan pd Cedent setelah dibuatnya akta cessie,
Cessionaris aman, meskipun terjadi penyitaan pd Cedent, krn hak atas piutang
tsb sdh beralih pd Cessionaris. Beda pd gadai, jika terjadi kepailitan pd kreditur
lama setelah dibuatnya akta sebelum ada pemberitahuan pd Debitur akan
mengganggu kreditur baru krn hak gadai belum beralih kpd kreditur baru.
CESSIE
SEBAGAI JAMINAN HUTANG BANK

Piutang Dagang A
A B
CEDENT CESSUS
(Debitur Bank) Dialihkan sebagai (Debitur)
Jaminan hutang
Akad Kredit

(Kreditur)
Persyaratan : Bank Cessionaris
1. Pengalihan harus dengan Akta Otentik atau dibawah tangan
2. Cessus diberitahu, atau diakui oleh yang bersangkutan dan disetujui secara
tertulis (agar berlaku bagi Cessus Ps.613 ayat 2 KUHPdt)
3. Cessie dapat dilakukan antara 2 (dua) pihak CEDENT dan CESSIONARIS
dengan memperhatikan butir persyaratan ke 2 di atas atau idealnya
4. Cessie dibuat antara tiga pihak CEDENT, CESSUS, dan CESSIONARIS
dalam satu Akta
POJK No. 31 /POJK.05/2016 ttg USAHA PERGADAIAN
Usaha Pergadaian adalah segala usaha menyangkut pemberian pinjaman
dengan jaminan barang bergerak, jasa titipan, jasa taksiran, dan/atau jasa
lainnya, termasuk yang diselenggarakan berdasarkan prinsip syariah

Perusahaan Pergadaian adalah perusahaan pergadaian swasta dan perusahaan


pergadaian pemerintah yang diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Perusahaan Pergadaian Pemerintah adalah PT Pegadaian (Persero) sebgmn


dimaksud dlm Staatsblad Tahun 1928 No. 81 ttg Pandhuis Regleement dan
PP No. 51/2011 ttg Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Bentuk Bd Hk Perush Pegadaian: PT atau Koperasi

Perush Pegadaian hrs melakukan pendaftaran atau ijin OJK


Kegiatan usaha Perusahaan Pergadaian meliputi: a. penyaluran Uang
Pinjaman dengan jaminan berdasarkan hukum Gadai; b. penyaluran Uang
Pinjaman dengan jaminan berdasarkan fidusia; c. pelayanan jasa titipan
barang berharga; dan/atau d. pelayanan jasa taksiran; e. Keg us lain
berdsrkan komisi.

Pengawasan dan pemeriksaan dilakukan oleh OJK kpd Perusahaan


Pegadaian
FIDUSIA
Fidusia berasal dr kata “fides” artinya percaya

SEJARAH TIMBULNYA FIDUSIA

Sebelum UU.No.42/1999 (UU JF) → yurisprudensi:


1. Bierbrouwerij arrest
2. Bataafsche Petroleum Matchappij (BPM)

Ad.1 Bierbrouwerij arrest (25 Januari 1929)


Bierbrouwerij meminjamkan f 6000 (6 rb gulden) pada Bos (pengusaha cafe),
jaminannya tanah dan bangunan tempat usaha, untuk lebih menjamin
pelunasan hutang → Bos menjual inventaris café dengan hak membeli
kembali → dengan syarat Bos tetap menguasai inventaris tersebut dengan
hak pinjam pakai
Pinjam pakai berakhir jika:
1. Bos cidera janji
2. Bos pailit
Ternyata bos pailit → kekayaan diurus oleh curator pailit
Bierbrouwerij → menuntut revindikasi beslag (sita hak milik)
Curator menolak → alasan jual beli dengan hak membeli kembali tidak
sah k arena perjanjian pura-pura
Putusan Pengadilan:
Tingkat I → menolak gugatan dengan membatalkan
perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali
dengan alasan → perjanjian pura-pura karena
sebenarnya gadai dengan syarat inbezitstelling tidak
dipenuhi bertentangan dengan pasal 1152 ayat 2
KUHPerdata
Tingkat II → menyatakan perjanjian jual beli dengan hak
membeli kembali sah, Bos harus menyerahkan
inventaris pada BIERBROUWERIJ
Tingkat III → Kasasi HOGERAAD → perjanjian nya adalah perjanjian
pinjam meminjam dengan jaminan kebendaan
Tidak bertentangan dengan UU dan kesusilaan 1338 ayat (1)
KUHPdt
HOGERAAD berpendapat perjanjian penyerahan hak milik
sebagai jaminan, curator harus menyerahkan inventaris café
pada Bierbrouwerij.
Ad. 2 BPM vs CLIGNETT (HGH, 18 Agustus 1932)
Clignett pinjam uang pada BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij)
sebagai jaminan diserahkan hak atas mobil secara kepercayaan
Clignett tetap menguasai mobil tsb atas dasar perj pinjam pakai dg BPM.
Perjanjian berakhir jika Clignett membayar hutang
Ternyata Clignett lalai membayar hutang, BPM menuntut penyerahan mobil,
Clignett menolak, alasan perjanjian tidak sah karena sebenarnya gadai tapi
tanpa inbezitstelling
Keputusan HOGERECHTSHOOOF menolak alasan Clignett karena perjanjian
yang dibuat bukan gadai tetapi FEO (Fidusia Eigendom Overdracht) dengan
demikian maka Clignett harus menyerahkan mobil pada BPM
Obyek Fidusia
Semula hanya benda bergerak dg Kep. PT Surabaya 22 Maret 1951.
Keputusan MA 372/K/SIP/1970 benda tetap dapat dijaminkan dengan fidusia.
Dlm perkembangan ditetapkan dalam UU No. 16/1985 ttg Rumah Susun
Hak pakai atas tanah negara dpt di fidusiakan. Dg berlakunya UU No 4 /1996
ttg Hak Tanggungan, hak pakai atas tanah negara menjadi obyek hak
tanggungan
KONSTRUKSI YURIDIS TERHADAP FIDUSIA, pd prinsipnya
dilakukan melalui 3 fase sbb:
Fase I: Fase Perjanjian Obligatoir (Obligatoir Overeenkomst)
Proses jaminan fidusia diawali oleh adanya perjanjian berupa Perjanjian
pinjam uang dg jaminan fidusia di antara pihak pemberi fidusia (Debitur) dg
pihak penerima fidusia (Kreditur) sbg perjanjian pokok.

Fase II: Fase Perjanjian Kebendaan (Zakelijk Overeenkomst)


Selanjutnya diikuti oleh suatu Perjanjian Kebendaan. Perjanjian kebendaan
tsb berupa penyerahan hak milik dari Debitur kepada Kreditur, dlm hal ini
dilakukan scr constitutum posesorium, yakni penyerahan hak milik tanpa
menyerahkan fisik benda sbg perjanjian acesoir.

Fase III: Fase Perjanjian Pinjam Pakai


Dlm fase III ini dilakukan perjanjian pinjam pakai, dlm ini benda obyek
fidusia yg hak miliknya sdh berpindah kpd Pihak Kreditur dipinjam pakaikan
kpd Pihak Debitur, shg praktis benda tsb setelah diikat dg jaminan fidusia
tetap dikuasai scr fisik oleh Pihak Debitur.
Ciri-ciri Fidusia menurut Yurisprudensi:
a. Perjanjian accesoir
b. Sebagai jaminan pelunasan hutang
c. Penyerahannya benda fidusia Constitutum Possesorium
d. Penerima Fidusia berkedudukan Droit de preferences
e. Jika Debitur wanprestasi Penerima Fidusia dpt melakukan Parate
eksekusi

Kelemahan fidusia sebelum UU No.42/1999 (Fidusia Menurut


Yurisprudensi)
a. Tidak terdaftar
b. Kemungkinan penyalahgunaan benda jaminan
c. Penyusutan nilai benda jaminan
d. Pelaksanaan eksekusi sulit
FIDUSIA MENURUT UU NO.42/1999 (UU JF) dan
PP No.21/2015

Ciri-Ciri Fidusia Menurut UUJF


a. Perj sifatnya accesoir, perj pembebanan dg akta Notaris (Ps.4, 5 UUJF)
b. Objek Fidusia : 1. Benda Bergerak berwujud dan tak berwujud.
2. Benda tdk Bergerak khususnya bangunan yg tdk dpt dibebani HT/Hipotik
(Ps.1 ayat 4 UU JF)
c. Kreditur penerima Fidusia mempunyai kedudukan yang diutamakan terhadap
kreditur lainnnya (Droit de preferences) (Ps. 27 UU JF)
d. Jaminan Fidusia menjamin utang, baik yang telah ada maupun yang
masih akan ada (Ps.7 UUJF)
e. Jaminan Fidusia wajib didaftarkan ke KPF (Ps.12 UUJF),
f. Hak Fidusia lahir pd saat tanggal dicatat dlm buku daftar fidusia di Kantor
Pendaftaran Fidusia (KPF) (Ps.14 UUJF)
g. Sertipikat Jaminan Fidusia (SJF) berkekuatan eksekutorial. (Ps.29 UUJF)
h. Pemberi Fidusia tidak dapat melakukan pembebanan ulang
thd obyek jaminan fidusia yg sdh didaftarkan (Ps.17 UUJF).
Pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan,
menyewakan kpd pihak lain tanpa perset Penerima Fidusia,
kec. benda persediaan (Ps.23 ay 2 UU JF), jk dilanggar ada
sanksi pidana d denda (Ps.36 UU JF)

i, Jaminan Fidusia mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun


berada (Droit de suite) , kecuali benda persediaan (Ps. 20
UUJF)
PEMBEBANAN FIDUSIA
Jaminan Fidusia mrpk perj acessosoir dari suatu perj pokok yg menimbulkan kwjb bg
para pihak utk memenuhi suatu prestasi (Ps. 4).

Pembebanan Benda dg Jam Fid dibuat dg akta notaris dlm bhs Ind dan mrpk Akta
Jaminan Fidusia (Ps. 5 ayat 1).

Akta Jaminan Fidusia sekurang2nya memuat :


- identitas Pemberi dan Penerima fidusia
- data perjanjian pokok
- uraian benda
- nilai penjaminan
- nilai benda yg menjadi obyek fidusia (Ps. 6).

Utang yg pelunasannya dijamin dg fidusia dpt berupa: a. utang yg telah ada; b. utang
yg akan timbul dikemudian hr yg telah diperjanjikan dlm jml tertentu; c. utang yg pd
saat eksekusi dpt ditentukan jumlahnya (Ps. 7).

Jam Fid dpt diberikan kpd lebih dr satu Penerima Fid (pembiayaan kredit konsorsium)
(Ps. 8).
Jaminan Fidusia dpt diberikan thd satu atau lebih satuan atau jenis benda,
termasuk piutang, baik yg telah ada pd saat jaminan diberikan maupun yg
diperoleh kemudian (Ps. 9 ayat 1).

Kecuali diperjanjikan lain :


a. Jam Fid meliputi hasil dr Benda yg menjadi objek Jaminan Fidusia.
b. Jam Fid meliputi klaim asuransi, dlm hal Benda yg menjadi obyek Jam Fid
diasuransikan (Ps. 10).
PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA/JF
Benda yg dibebani dg JF wajib didaftarkan (Ps. 11 ayat 1).

Pendaf taran JF dilakukan pd KPF (Ps. 12 ayat 1).


Permohonan pendaftaran JF dilakukan oleh Penerima Fidusia, kuasa atau
wakilnya dg melampirkan pernyataan JF (Ps. 13 ayat 1).

KPF mencatat pendaftaran JF dlm Buku Daftar Fidusia/BDF pd tgl yg sama dg tgl
penerimaan permohonan pendaftaran.

KPF menerbitkan & menyerahkan kpd Pen Fid Sertifikat Jaminan Fidusia/SJF pd tgl
yg sama dg tgl penerimaan permohonan pendaftaran (Ps. 14 ayat 1)

Sertifikat JF (SJF) mrpk salinan Buku Daftar Fidusia (Ps. 14 ayat 2)


JF lahir pd tgl yg sama dg tgl dicatat nya JF dlm Buku Daftar Fidusia (Ps. 14 ayat 3).

Dlm Sertifikat JF (SJF) dicantumkan kata2 “Demi Keadilan Berdasarkan


Ketuhanan Yang Maha Esa” (Ps. 15 ayat 1).
SJF mempunyai kekuatan eksekutorial yg sama dg putusan pengadilan yg
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Ps. 15 ayat 2).

Pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia ulang thd benda yg menjadi


obyek JF yg sudah terdaftar (Ps. 17).

Segala keterangan mengenai Benda yg menjadi obyek JF . . . terbuka untuk


umum (Ps. 18).

Akibat pendaftaran:
a. Melahirkan hak jaminan fidusia bagi Penerima Fidusia
b. Kepastian terhadap Kreditur mengenai benda yg dijaminkan dg fidusia
c. Memberikan hak yang didahulukan terhadap Kreditur
d. Memenuhi asas publisitas

Untuk Pendataran Fidusia selain UU JF, lihat juga PP No. 21 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia
PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA
Pengalihan hak atas piutang yg dijamin dg fidusia mengakibatkan beralihnya demi
hukum segala hak dan kewajiban Penerima Fidusia kpd Kreditor Baru. Beralihnya
JF didaftarkan oleh Kreditor Baru kpd KPF (Ps.19)

JF tetap mengikuti Benda yang menjadi objek jaminan Fidusia dlm tangan siapapun,
kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek JF (Ps.20)

Pemberi Fidusia dpt mengalihkan benda persediaan yg menjadi objek JF dg cara dan
prosedur yg lazim dilakukan dm usaha perdagangan. Ktt ini tdk berlaku, apabila telah
terjadi cidera janji oleh Debitor dan atau Pemberi Fidusia pihak ketiga. Benda yg
menjadi objek JF yg telah dialihkan wajib diganti oleh Pemberi Fidusia dengan objek
yang setara. Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan atau
tagihan yg timbul krn pengalihan demi hukum menjadi objek JF pengganti dan objek
JF yang dialihkan (Ps.21)

Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada


pihak lain Benda yg menjadi objek JF yg tidak merupakan benda persediaan, kecuali
dg persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.(Ps.23)
HAPUSNYA FIDUSIA
a. Hutang lunas
b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh Kreditur (Penerima fidusia)
c. Musnahnya benda yang dijadikan jaminan

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

Pelaksanaan titel eksekutorial dalam SJF (Ps. 15 ayat 2).

Hak Penerima Fidusia untuk menjual atas kekuasaan sendiri atau parate
eksekusi (Ps. 15 ayat 3).

Penjualan di bawah tangan, dsr kesepakatan dan harga lebih tinggi (Ps. 29 ay
1).
PUTUSAN MK NOMOR 18/PUU-XVII/2019

Yang dimohon peninjauan:


Pasal 15 ayat (2) UU 42/1999 Sertifikat Jaminan Fidusia
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;

Pasal 15 ayat (3) UU 42/1999 Apabila debitur cidera janji


Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual Benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri.
Putusan MK:
Menyatakan Ps. 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889) sepanjang frasa “kekuatan
eksekutorial” dan frasa “sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai
“terhadap jaminan fidusia yang tidak ada kesepakatan tentang cidera janji
(wanprestasi) dan debitur keberatan menyerahkan secara sukarela objek yang menjadi
jaminan fidusia, maka segala mekanisme dan prosedur hukum dalam pelaksanaan
eksekusi Sertifikat Jaminan Fidusia harus dilakukan dan berlaku sama dengan
pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap”;

Menyatakan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang


Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889) sepanjang frasa
“cidera janji” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai bahwa “adanya cidera janji tidak ditentukan secara sepihak oleh kreditur
melainkan atas dasar kesepakatan antara kreditur dengan debitur atau atas dasar upaya
hukum yang menentukan telah terjadinya cidera janji”.
Menyatakan Penjelasan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3889) sepanjang frasa “kekuatan eksekutorial”
bertentangan dengan Undang- 126 Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai “terhadap jaminan fidusia yang tidak ada
kesepakatan tentang cidera janji dan debitur keberatan menyerahkan secara
sukarela objek yang menjadi jaminan fidusia, maka segala mekanisme dan
prosedur hukum dalam pelaksanaan eksekusi Sertifikat Jaminan Fidusia
harus dilakukan dan berlaku sama dengan pelaksanaan eksekusi putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap”;
Putusan MK Nomor 18/PUU-XVII/2019 yang
menginterpretasikan bahwa wanprestasi tidak boleh
ditetapkan sepihak oleh kreditur. Putusan ini juga
menetapkan bahwa objek jaminan tidak boleh langsung
dieksekusi, meski sudah memiliki sertifikat jaminan.
CATATAN BEBERAPA PERBANDINGAN
(Gadai, Fidusia, Cessie sebagai Jaminan Hutang)

GADAI FIDUSIA CESSIE

1. Obyek Bergerak Bergerak, Tidak bergerak (tertentu, Tagihan


yg tdk obyek HT/Hipotik)

2. Pihak-pihak Pemberi/ Pemegang gadai Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia Cedent/Cessus/


Cessionaris

3. Dasar Sebagai Hak Jaminan/Kebendaan Sebagai Hak Jaminan/Kebendaan a. Pasal 613 Buku II Bab III Bag
Pasal 1150-1160 BW Buku Ke-II UU No. 42/1999 d PP No.21/2015 Kedua KUHPdt tentang Hak
Hukum
Bab XX Tentang Gadai Milik/tentang Cara memperoleh
Hak Milik
b. Pasal 1386 Buku III Bab IV
tentang Hapusnya Perikatan
Bag Kesatu tentang Pembayaran

4. Terjadinya - Penyerahan Obyek oleh Pemberi - Penyerahan Hak Milik secara Pemberitahuan ke/disetujui cessus
ke Pemegang Kepercayaan Tertulis (Akta)
- Lisan/Tertulis (akta) - Harus Akta Otentik

5. Sifatnya Accesoir/Droit de Suite Accesoir/Droit de suite/preferent Accesoir sebagai jaminan/ tidak


Ondeelbaar/ preferent
Preferent

6. Hapusnya - Lunas/Obyek lepas dari -Lunas Lunas/dikembalikan ke Cedent/


kekuasaan pemegang gadai -Barang musnah pembayaran oleh cessus
- Musnah -Dibebaskan
PERMASALAHAN HK DLM PENERAPAN JAMINAN FIDUSIA

1.Masih ada penerima Fidusia yg belum mendaftarkan Akta Jaminan Fidusia


Ke KPF sbgmn yg diatur dalam UU No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia. Bahkan mungkin masih ada yg membuat akta jaminan fidusia tdk
di depan Notaris.
Akibat hk bg penerima Fidusia yg tdk membuat akta jaminan fidusia dlm
bentuk akta notaris ataupun tdk mendaftarkan ke KPF, maka ia tdk dapat
langsung mengajukan eksekusi, ttp harus terlebih dahulu mengajukan
gugatan ke PN, shg prosesnya panjang.

2. Masih ada penerima fidusia yg melakukan eksekusi penarikan benda


jaminan tanpa memenuhi pesyaratan. Pesyaratan penarikan benda jaminan
fidusia al. memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia, fidusia itu telah
didaftarkan, dan sudah dilakukan teguran sebelumnya (somasi), kemudian
mekanisme penarikannya dengan meminta bantuan aparat kepolisian.
3. Ketentuan Ps 36 UU Fidusia mengatur ttg pidana bagi pemberi Fidusia yg
menggadaikan atau mengalihkan objek jaminan fidusia, yaitu ancaman
pidanan penjara paling lama dua tahun dan dengan paling banyak Rp50
juta (mrpk lex spesialis), namun sanksinya lebih ringan dari Pasal 372
KUHP. Hal ini menjadi salah satu alasan Penerima Fidusia enggan
mendaftarkan ke KPF.

4. Adanya titik singgung antara cara penyelesaian melalui BPSK dengan


pengajuan gugatan ke Pengadilan Negeri. Hal ini terjadi karena perjanjian
fidusia dg perjanjian pokoknya merpk perjanjian baku/standar.

5. Masyarakat masih belum mengetahui cara mengakses ke web ttg suatu


benda yg didaftarkan sbg jaminan fidusia. Akses masyarakat umum untuk
mengetahui apakah suatu barang telah terdaftar sangat penting, krn masih
adanya praktik di masyarakat yg menggadaikan barang jaminan fidusia.

Anda mungkin juga menyukai