Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PROSES PEMBELAJARAN (RPP) #3

Mata Kuliah Usaha Jasa Konstruksi & Manajemen Proyek


Kode Mata Kuliah TES18771 (2018) / TES13652 (2013)
Semester 7
SKS 3 / MKB
Fakultas / Program Teknik / Teknik Elektro
Studi
Mata Kuliah Prasyarat Menggambar Teknik
Dosen Pengampu Dr. (Cand.) Priyo Adi Sesotyo, S.T., M.En.
Kontak Dosen 082358200800 / psesotyo@usm.ac.id

Pokok-Pokok Pengaturan
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Jasa
Konstruksi

Agar diperoleh gambaran secara utuh tentang industri jasa konstruksi nasional dalam rangka
pengaturan pembinaan dan pengembangan usaha jasa konstruksi diperlukan suatu pendekatan
sistem untuk dapat mengenal hubungan saling keterkaitan dan saling ketergantungan baik antar
subsistem, di dalam sistem maupun di luar sistem

Sistem dasar industri jasa konstruksi sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1,


menunjukkan hubungan saling keterkaitan / ketergantungan antarsubsistem yang terdiri
dari pelaku utama (konsultan dan kontraktor) - tenaga kerja/teknologi - modal/alat - pasar
(pemberi kerja).

Subsistem terkait digambarkan secara lebih rinci pada gambar 2 sehingga dapat lebih
dikenali simpul-simpul interaksi sebagai dasar untuk mengenali permasalahan, perumusan
kebijakan pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri jasa konstruksi nasional.
Permasalahan dan keterkaitannya diuraikan pada gambar 3.
A. Hubungan dan Permasalahan Antarsimpul

1. Pefaku Utama dan Tenaga Kerja


• Klasifikasi dan kualifikasi

• Asosiasi perusahaan

• Asosiasi profesi

• Hiperkes dan keselamatan kerja


• Asuransi tenaga kerja

• Sistem informasi

2. Pelaku Utama dan Teknoiogi


• Keteknikan

• Manajemen

• Alih teknologi

• Kerjasama pengusahaan

• Penelitian dan pengembangan

• Sistem informasi

3. Pelaku Utama dan Pasar


• Sistem perizinan

• Sistem prakualifikasi

• Sistem pengadaan

• Persyaratan kontrak

• Sistem pemantauan kinerja

• Pangsa pasar

• Sistem informasi

4. Pelaku Utama dan Modal


•. Kredit

• Sistem informasi

5. Pelaku Utama dan Peralatan


• Kredit

• Sewa
• Sewa beli

• Sistem informasi

6. Pelaku Utama dan Bahan Bangunan


• Kredit

• Jenis dan jumlah bahan bangunan

• Sistem informasi

7. Pasar dan Tenaga Kerja


• Registrasi

• Klasifikasi/kualifikasi dan sertifikasi tenaga kerja

• Jumlah tenaga kerja

• Sistem informasi

8. Pasar dan Teknologi


• Jenis teknotagi dan manajemen

• Alih teknologi

• Kerjasama pengusahaan

• Penelitian dan pengembangan

• Sistem informasi

9. Pasar dan Modal


• Kredit

• Sistem informasi

10. Pasar dan Peralatan


• Kredit

• Sewa

• Sewa beli
• Optimasi pemanfaatan depo-depo peralatan

• Asosiasi perusahaan peralatan

• Sistem informasi

11. Pasar dan Bahan Bangunan


• Kredit

• Jenis dan jumlah bahan bangunan

12. Modal dan Tenaga Kerja


• Klasifikasi/kualifikasi clan sertifikasi tenaga kerja

• Sistem informasi

13. Modal dan Teknologi


• Jenis teknologi

• Sistem informasi

14. Peralatan dan Tenaga Kerja


• Jenis peralatan

• Klasifikasi/kualifikasi dan sertifikasi tenaqa kerja

• Sistem informasi

15. Bahan Bangunan dan Tenaga Kerja.


• Jenis/mutu dan jumlan bahan bangunan

• Klasifikast/kualifikasi dan sertifikasi tenaga Kerja

• Jenis Teknologi

• Sistem informasi

16. Bahan Bangunan dan Tenaga Kerja


• Jenis/mutu banan bangunan

• Jenis teknologi
• Sistem informasi

Semua hal tersebut di atas diarahkan untuk mencapai tujuan jangka panjang tentang
pengembangan dunia usaha jasa konstruksi yakni peningkatan efisiensi dan efektifitas sumber daya
dalam pembangunan prasarana dan sarana fisik untuk menunjang pencapaian sasaran-sasaran
berbagai sektor pembangunan secara optimal, melalui peningkatan kemampuan profesional
kontraktor dan konsultan nasional.

Sebagai landasan hukum usaha jasa konstruksi selama ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bedrijfsreglementerings Ordonanti e 1934 atau yang dikenal sebagai BRO’34,


produk ini memang keluaran pada zaman Belanda yang merupakan dasar dari SKB
Menteri Perdagangan dan Menteri Pekerjaan Umum melalui SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan).
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) pasal 1604 sampai dengan 1616
terutama pasal 1609 BW yang isinya arsitek dan pemborong bertanggung jawab
atas bangunan yang diborongkan untuk selama 10 tahun.
3. Algemene Voorwaaarden voor de WitvoeringBij Aaneming van Openbare Weker
(dikenal dengan isti lah AV’41) pada kontraktor bertanggung jawab atas
pekerjaannya selama 5 tahun.
4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Ancaman hukuman pidana selama-lamanya 7 tahun
bagi pemborong, ahli bangunan, atau pemasok bahan bangunan yang melakukan perbuatan
curang yang mengakibatkan bangunan membahayakan keselamatan orang barang atau negara,
5. Keppres 16/1994. Keputusan Presiden yang banyak memuat aturan yang menyangkut jasa
konstruksi Lampiran I dan III serta Petunjuk Teknis Keppres 16/1994.
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 139/KFTS/1988 mengenai pedoman pelaksanaan SIUJK
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 50/PRT/1991 tentang perizinan perwakilan perusahaan
jasa konstruksi asing.
Pada tahun 1999 telah, diundangkan Undang-Undang No. 18 tentang Jasa Konstrusi yang kernudian
dilengkapi dengan Peraturan Pernerintah (PP) No. 25/200, PP No. 24/2000, PP No. 30/2000 dan Keppres
No.18/2001.
B. Pengaturan
Lingkup upaya pengaturan adalah perumusan, penetapan, pelaksanaan (enforcemeno atau
"aturan main” dalam bidang jasa konstruksi. Aturan main ini dapat dilakukan secara setempat (provinsi)
mengingat situasi dan kondisi yang tidak sama antar wilayah provinsi, sehingga belum dilakukan
kebijakan secara umum oleh pusat, sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan nasonal yang telah
digariskan.

Lingkup tugasnva terdiri dari :

1. Perizinan perusahaan
- izin usaha
- Prakualifikasi
2. Pra pelaksanaan :
- prosedur pengadaan/pelelangan
- administrasi kontrak
3. Pelaksanaan :
- kinerja
- konsiliasi

C. Pembinaan dan Pengembangan Usaha


Pembinaan dan pengembangan industri jasa konstruksi dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan profesionalisme baik daiam bidang pengusahaan/manajemen maupun dalam bidang teknik
serta berbagai faktor penunjang. Lingkup dan tugasnya adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan ketrampilan tenaga kerja melalui penataran dan pelatihan


sumber daya manusia;
2. Kemudahan dalam memperoleh modal kerja dan peralatan dalam "berusaha";
3. Kerjasama antarperusahaan jasa konstruksi; dan
4. Mendukung sistem informasi jasa konstruksi.

Standar sistem itu bukan bersifat teknik spesifik, tetap merupakan aturan main, pola-pola sistem
dengan kriteria-kriteia tertentu.
Standar sistem yang dikenal dengan ISO 9000 terdiri atas enam seri, yaitu :

1. ISO 9000 adalah guidance untuk perusahaan yang memerlukan sertifikasi apakah akan
memiliki ISO 9001, ISO 9002, atau ISO 9003.

2. ISO 9001 adalah standar sistem untuk perusahaan yang kegiatannya bersifat menyeluruh
yakni sejak proses. sebelum produksi, proses produksi. sampai pada pelayanan konsumen
dengan purna jual. Sebagai cantoh untuk bidang jasa konstruksi adalah perusahaan
yangmelakukan disain, suatu Konstruksi (konsultan) dan kemudian membangunnya
(kontraktor) umumnya disebut sebagai perusahaan EPC (Engineering Prourecement
Construction).

3. ISO 9002 adalah standar sistem untuk perusahaan, yang kegiatannya dimulai pada
saat proses produksi saja, di bidang jasa konstruksi adalah kontraktor.

4. ISO 9003 adalah standar sistem untuk perusahaan yang tidak melakukan
perencanaan dan pelaksanaan tetapi hanya menerima, memeriksa, dan melakukan test.

5. ISO 9004 adalah penjelasan sistem manajernen mutu secara umum.

6. ISO 8042 adalah seri yang berisi sejenis kamus guna membantu kita membaca ISO
yang lainnya.

Standar yang memerlukan sertifikasi hanya ISO 9001, ISO 9012 dan ISO 9003, sedangkan yang
lainnya adalah sebagai penuntun (guidance).

ISO 9000 memiliki kekuatan antara lain karena segala sesuatu yang dilakukan dalam, proses
kerja itu didokumentasikan, karena segala aktivitas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
(prosedural), maka banyak memiliki keuntungan sebab prosesnya ada dokumennya sehingga orang
dapat menelusuri kembali prosedur kerja.

ISO 9000 mempunyai badan, yang dapat melakukan sertifikasi secara internasional dengan
jalan melakukan suatu penilaian (assesment) terhadap prosedur yang diterapkan perusahaan dalam
mencapai produknva. Penilai (assesor) adalah perusahaan yang mempunyai wewenang untuk
merekomendasikan kepada badan ISO 9000.

Sertifikasi dikeluarkan oleh badan ini selama 3 tahun, perusahan yang telah mempunvai
sertifikat ISO harus memiliki mekanisme pemeriksaan secara intern yang disebut intenal Quallty
Audit (IQA). Tiap enam bulan badan sertifikasi akan melakukan pemeriksaan ulangan setiap 3 tahun
dilakukan lagi pemeriksaan menyeluruh untuk memperbaharui sertitikat yang sudah habis masa
berlakunya.

Anda mungkin juga menyukai