Anda di halaman 1dari 2

Persoalan terkait perlindungan dan pemenuhan hak anak menjadi persoalan yang penting

dinegara kita setidaknya karena negara pada hakikatnya adalah institusi yang terdiri dari atas
manusia-manusia yang masing masing memiliki hak asasi semenjak lahir dan Indonesia adalah
negara yang menganut paham demokrasi yang memberikan tempat yang terpenting bagi
keberadaan hak asasi terutama anak anak sebagai penerus bangsa. Selanjutnya negara Indonesia
mengakui bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa termasuk juga hak hak
kemerdekaan anak harus dilindungi dari tindak laku kekerasan. Dalam hal perlindungan negara
terhadap hak anak ini tampaknya masih menghadapi persoalan serius. Beberapa kali kasus
kekerasan terhadap anak masih terjadi. Tidak jarang bahkan kekerasan tersebut merenggut
nyawa anak Indonesia yang menjadi korban.  Menurut saya, upaya apa yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melindungi hak anak tersebut diantaranya :
1. DPR/DPRD membuat UU/Perda untuk melindungi anak dari tindak kekerasan dan
eksploitasi, mengancam pelaku dengan ancaman hukuman yang berat sehingga
diharapkan bisa menimbulkan efek jera, karena jika masa depan anak yang notabenenya
generasi penerus sudah dirusak maka tentunya menjadi ancaman kerusakan dimasa depan
bagi bangsa Indonesia maka sudah sepantasnya hukuman setimpal terhadap para pelaku
kekerasan, eksploitasi anak karena kesusahan dan traumatik hidup anak akan
mengakibatkan persoalan yang sangat pelik di masa mendatang.
2. Jajaran penegak hukum (polisi, jaksa) dan penegak keadilan (hakim) memproses setiap
pelanggaran hak anak dengan tegas, tanpa pandang bulu, dan memberi sanksi yg setimpal
dengan pelanggaran yang dilakukan dan penindakannya juga harus responsif layanan
dihotline service +6282385722228 atau telepon/fix (0761)- 25000 tersebut. jika
penanganan nya bertele-tele dan diperlambat oknum penegak hukum atau layanan hotline
tersebut diberi sanksi yang setimpal.
3. Selain itu langkah nyata yang harus dilakukan pemerintah adalah mengampanyekan
penghapusan tindak kekerasan terhadap anak, seperti pemasangan stiker, pelatihan
kepada ibu-ibu, dan kampanye hukuman yang setimpal bagi para pelaku kekerasan,
eksploitasi anak sehingga oknum yang berniat melakukan aksi kekerasan dan eksploitasi
anak berpikir 2 kali untuk melakukan tindakan tersebut.
4. Tugas pemerintah selanjutnya yaitu mengubah pola pikir masyarakat sampai saat ini
masih menganggap bahwa kasus kekerasan ini tabu untuk diungkapkan, dan mereka malu
kalau anggota keluarga menjadi korban dan tidak bisa diterima di masyarakat karena.
Sehingga masyarakat masih belum mau terlibat aktif untuk melaporkan kasus-kasus
kekerasan yang terjadi.
5. Dalam penanganan korban tindak kekerasan, pemerintah juga harus menyediakan
layanan lembaga/sumber pelayanan yang berkompeten untuk merujuk korban dan atau
keluarga mereka untuk mendapatkan pelayanan yang diperlukan secara mudah, baik dan
layak, seperti: 1. (LK3/ P2TP2A yang mudah diakses), penyediaan pekerja
sosial/psikolog/pembimbing rohani (jika diperlukan). 2. Lembaga Pelayanan Perempuan
dan Anak (PPA) Polres terdekat/ Polsek terdekat yang ramah dan mudah diakses. 3.
Penyediaan tempat rehabilitasi yang layak sehingga dapat mengubah sikap negative
pelaku dan juga traumatik anak korban kekerasan (pemerintah bisa bekerjasama /pekerja
sosial/ psikolog/ pembimbing rohani). 4. Pemerintah membantu korban yang berstatus
pelajar untuk memastikan kelangsungan pendidikannya terjamin, meskipun mungkin
untuk sementara perlu istirahat dulu untuk kepentingan terbaik korban dan juga
memberikan bantuan bimbingan (kepada anak, keluarga, atau masyarakat) dalam
resosialisasi dan integrasi sosial anak-anak korban atau pelaku kekerasan yang pernah
mendapat pelayanan di luar keluarga dan masyarakatnya.
Demikian terimakasih
Referensi :

Lasiyo, dkk. (2020). Pendidikan kewarganegaraan . Banten.Universitas terbuka

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/602/melindungi-hak-anak-dari
kekerasan

Anda mungkin juga menyukai