Anda di halaman 1dari 2

Bulan Ramadhan suatu bulan yang agung, bulan yang suci, jika melakukan amal kebajikan

maka nilai pahalanya yang sangat tinggi dan berlipat ganda. Puasa bulan Ramadhan itu
ibadah yang sangat rahasia hanya Allah dan pelakunya yang tahu. Hingga Allah berkata
dalam hadis kudsinya Ash shaumu li wa ana azzy bih, puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan
membalasnya (H.R. Bukhari).
Ada hal berbeda ibadah puasa Ramadhan tahun ini., dengan puasa sebelumnya. Ibadah puasa
pada tahun ini, umat di Dunia masih dilanda musibah Wabah Corona Virus Disease (Covid-
19). Virus ini merupakan virus yang sangat mematikan. Akibat virus ini, ribuan bahkan
jutaan orang dinyatakan meninggal dunia. Para pemimpin negara yang terkena dampak pun
tidak tinggal diam, mereka mengeluarkan berbagai kebijakan demi menjaga seluruh warga
negaranya dari penyebaran virus, mulai dari social and physical distancing, dengan cara stay
at home, isolasi, karantina wilayah/lockdown dan lain sebagainya.
Di tengah-tengah situasi pandemi COVID-19 dengan penuh kerinduan dan kebahagiaan kita
sambut kehadiran bulan yang di dalamnya memiliki banyak kemuliaan, keutamaan, dan
berkah pada bulan ramadhan.
Sebagai umat Islam, tentu kita sangat bergembira dengan datagnya buan Ramadhan. Bahkan
seluruh umat menanti kedatangannya. Mereka menyambutnya dengan berbagai caranya
masing-masing. Bagi umat Islam yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan
maka dijanjikan akan masuk surga.
Walau dalam kondisi masih mewabahnya Covid-19, kita tetap merasa bergembira dengan
datangnya bulan Ramadhan. Mengapa harus bergembira? Karena bulan Ramadhan adalah
sepuluh hari pertamanya merupakan syahru rahmah (bulan kasih sayang), sepuluh hari kedua
syahru maghfirah (bulan ampunan), dan sepuluh hari terakhir disebut syahru itqun minannar
(bulan pembebasan dari siksa api neraka).
Pada bulan Ramadhan juga ditunkannya kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an. Maka pada
bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Pada
bulan Ramdhan pula, umat Islam memenangkan peperangan yang sangat bersar dan dahsyat,
yakni perang Badar.
Dengan demikian sangatlah wajar jika bulan Ramadhan kedatangannya selalu dinantikan oleh
siapa pun. Pria, wanita, tua, muda, kaya, miskin, semuanya menantikan kedatanganya bulan
suci nan agung ini.
Ibadah Ramadhan dalam kondisi pandemic, hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk
meningatkan amal ibadah. Baik ibadah pertikal maupun horizontal. Karena ibadah Ramadhan
berdimensi ritual dan sosial. Oleh karena bukan hanya kemaslahatan individual, tetapi
kemaslahatan sosial juga harus diperhatikan. Ibadah Ramadhan harus dilakukan harus
menjadi masalah untuk semua. Terlebih dalam kondisi pandemic Covid-19 seperti sekarang
ini. Umat dituntut menjaga keselamatan diri, keluarga, teman, bangsa dan negara.
Agama melihat suatu musibah yang menimpa, termasuk wabah Covid-19, selalu dari tiga
aspek, yakni ujian, peringatan dan juga adzab (siksa). Maka Wabah Covid-19 ini bisa saja
merupakan ujian. Dengan ini Allah ingin menguji kualitas keimanan dan ketakwaan
seseorang, sehingga akan terlahir menjadi pemenang. Bila diartikan sebagai peringatan, maka
sesungguhnya Allah tidak mau melihat kita terlena dengan perilaku yang mungkin saja telah
melupakan-Nya. Manusia telah mendewakan kecanggihan teknologi, sehingga lupa dengan
penciptanya. Hingga akhirnya Allah menegurnya, suapa dia kembali kepada-Nya. Dan bisa
saja wabah Copvid-19 ini merupakan adzab atau siksa bagi orang-orang yang ingkar kepada-
Nya.
Sebagaimana telah terjadi pada umat-umat terdahulu yang Allah adzab sehingga mereka
musnah dari muka bumi. Hal tersebut karena mereka ingkar, kafir, dan tidak mau bersyukur
kepada-Nya. Seperti musnahnya penduduk Pompeii, ‘Aad, Tasmud, Negeri Saba, dan yang
lainnya. Maka kehadiran bulan Ramdhan bisa menjadi momentum bagi kita untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah, melakukan pertaubatan, dengan taubatan nasuha.

Anda mungkin juga menyukai