Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Konsep Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi Gagal Ginjal Kronik
GGK didefinisikan sebagai kerusakan struktur atau fungsi
ginjal yang bertahan lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus. Hal ini dapat ditentukan baik
dengan bukti kerusakan ginjal seperti terdeteksinya albuminuria
persisten atau dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Penanda lain mungkin termasuk bukti kelainan patologis yang
terdeteksi oleh biopsi ginjal, kelainan struktural yang tampak
kelainan pada studi pencitraan, atau kelainan elektrolit serum
misalnya sindrom tubular ginjal (Lukela et al., 2019).
Gagal ginjal kronis juga didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal dan/atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
kurang dari 60mL/min/1,73m2 selama minimal 3 bulan (Kemenkes
RI, 2017). GGK tidak dapat dipulihkan atau dikembalikan dan
terjadi penurunan progresif jaringan fungsi ginjal. Ketika massa
ginjal yang tersisa tidak lagi menjaga lingkungan internal tubuh,
maka akibatnya adalah gagal ginjal. Penyakit ini disebut GGK
stadium 5 atau penyakit ginjal stadium akhir/end stage renal
disease (ESRD) (Black & Hawks Jane Hokanson, 2014).
Klasifikasi gagal ginjal kronik berdasarkan derajat LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/mn
1,73m2 dengan rumus Kockroft- Gault yaitu sebagai berikut:

Proposal Desain Inovatif | 1


Derajat Penjelasan
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90
normal
2 Kerusakan ginjal dengan LFG 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG 15-29
berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT


(Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan (kg)
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

b. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik


Prinsip Perencanaan tatalaksana (action plan) GGK sesuai

dengan derajatnya, dapat dilihat pada tabel 2.1 (Setiati et al., 2017)

LFG
Derajat
(mlmnt/1,73m2)
Rencana tatalaksana

Terapi penyakit dasar, kondisi


komorbid, luasi pemburukan
1 ≥ 90
(progresion) fungsi ginjal,
memperkecil risiko kardiovaskular
Menghambat pemburukan
2 60-89
(progression) fungsi ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal


5 <15
(Hemodialisa/HD)

Proposal Desain Inovatif | 2


Tabel 2.1 Rencana Tatalaksana GGK Sesuai dengan Derajatnya

2. Konsep Fatigue
a. Pengertian Fatigue
Fatigue adalah keletihan terus – menerus dan penurunan
kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada tingkat yang lazim
(Herdman dan Kamitsuru, 2014). Kelelahan adalah berdampak luas
pada kehidupan manusia, pernah dialami oleh semua orang secara
mendasar. Kelelahan dirasakan sebagai suasana hati tidak senang
(kelelahan, keletihan, kelesuan) atau keadaan mental yang tidak
fokus (gangguan, frustasi, ketidaknyamanan) atau keadaan tubuh
yang tidak menyenangkan, termasuk sakit kepala, ketegangan, dan
nyeri yang tidak jelas di otot dan persendian. Hal ini terlibat dalam
gangguan suasana hati dan kualitas hidup sehari – hari. Pada kasus
yang lebih intens dapat dirasakan sebagai kelelahan fisik,
ketidakmampuan total untuk pengerahan tenaga, kurangnya
motivasi, atau depresi.
b. Proses Terjadinya Fatigue
Menurut Sedarmayanti (dalam Nasekhah, 2016) menyatakan
bahwa pada dasarnya timbulnya kelelahan dikarenakan oleh dua
hal, yaitu :
1. Kelelahan akibat faktor fisiologis (Fisik atau Kimia)
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena
adanya perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis,
tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang dapat
membuat bahan bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga
yang berguna untuk melakukan kegiatan. Pada prinsipnya, ada
lima macam mekanisme yang dilakukan tubuh, yaitu : sistem

Proposal Desain Inovatif | 3


peredaran darah, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf,
sistem pernafasan (Sedarmayanti, dalam Nasekhah, 2016).
Kerja fisik yang berkelanjutan, berpengaruh terhadap
mekanisme tersebut, baik secara sendiri – sendiri maupun
secara bersama – sama. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya
produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk
sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan otot. Produk
sisa ini mempengaruhi serat – serat syaraf dan sistem syaraf
pusat sehingga menyebabkan individu menjadi lambat bekerja
jika sudah lelah (Sedarmayanti, dalam Nasekhah, 2016).
2. Kelelahan akibat faktor psikologis
Kelelahan ini dapat dikatakan kelelahan yang timbul dalam
perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah
lakunya yang tidak konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil
dengan adanya perubahan walaupun dalam kondisi lingkungan
atau kondisi tubuhnya sendiri. Keluhan ini dapat diakibatkan
oleh beberapa hal, diantaranya: kurang minat dalam bekerja,
berbagai penyakit, keadaan lingkungan, adanya perasaan yang
mengikat dan merasa tidak sesuai, sebab – sebab mental seperti:
tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik (Sedarmayanti,
dalam Nasekhah, 2016).
c. Kuesioner Fatigue (FAS/Fatigue Assasment Scale)
Dirasakan
Tidak Kadang- Sering Selalu
No Pertanyaan secara
pernah kadang dialami dialami
teratur
1. Saya sangat
terganggu dengan
rasa lelah yang
saya rasakan.
2. Saya mudah merasa
lelah.
3. Saya tidak banyak
melakukan
kegiatan di siang
hari.

Proposal Desain Inovatif | 4


4. Saya merasa
memiliki energi
yang cukup untuk
melakukan
aktivitas harian
saya.
5. Secara fisik, saya
merasa lelah.
6. Saya merasa sulit
untuk memulai
mengerjakan
sesuatu.
7. Saya merasa
kesulitan untuk
berpikir secara
jernih.
8. Saya merasa malas
untuk melakukan
berbagai kegiatan.
9. Secara mental saya
merasa lelah.
10. Ketika saya sedang
melakukan
kegiatan, saya
dengan mudah
berkonsentrasi
penuh.

Cara Penilaian Kuesioner Kelelahan (Fatigue Assessment Scale):


a. Skor untuk pertanyaan nomor 1-3, 5-9:
- Tidak pernah :1
- Kadang-kadang :2
- Dirasakan secara teratur : 3
- Sering dialami :4
- Selalu dialami :5

b. Skor untuk pertanyaan nomor 4 dan 10:


- Tidak pernah :5

Proposal Desain Inovatif | 5


- Kadang-kadang :4
- Dirasakan secara teratur : 3
- Sering dialami :2
Selalu dialami :1
c. Interpretasi Kuesioner FAS
- Kelelahan Ringan : 1 - 30
- Kelelahan Berat : 31 - 50

3. Konsep Slow Deep Breathing


a. Pengertian Slow Deep Breathing
Slow deep breathing adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar untuk mengatur pernapasan dengan lembut dan dalam.
Kondisi ini akan menimbulkan relaksasi yang akan membuat tubuh
dan pikiran menjadi rileks (Busch et al, 2012).
Aplikasi slow deep breathing akan meningkatkan oksigen
di dalam darah, meningkatkan ventilasi pada paru dan melepaskan
hormon endorphin (Bare & Smeltzer, 2002).
b. Langkah-langkah Slow Deep Breathing
Langkah-langkah slow deep breathing menurut University
of Pittsburgh Medical Center (Tarwoto, 2011), yaitu:
1) Atur posisi pasien dalam kondisi duduk dan minta pasien untuk
rileks
2) Instruksikan pasien meletakkan kedua tangan di atas perut
3) Instruksikan pasien melakukan napas secara perlahan dan
dalam melalui hidung, kemudian tarik napas selama tiga detik,
rasakan perut mengembang pada saat menarik napas
4) Instruksikan pasien untuk menahan napas selama tiga detik
5) Instruksikan pasien untuk mengkerutkan bibir seperti posisi
mulut pada saat bersiul dan minta pasien untuk mengeluarkan
napas secara perlahan melalui mulut selama enam detik,
rasakan perut bergerak ke bawah

Proposal Desain Inovatif | 6


6) Ulangi langkah satu sampai lima selama lima belas menit dan
setiap lima menit istirahat selama satu menit.

B. Mekanisme
1. Identifikasi Pertanyaan
a. Analisa PICOT
P (Problem and Patient) : Pasien dengan diagnosa medis
Gagal Ginjal Kronik/CKD.
I (Intervention) : Latihan Slow Deep Breathing
C (Comparation) : Tidak ada perbandingan
O (Outcome) : Terjadi penurunan
keletihan/fatigue
T (Time) : Dilakukan pada hari Rabu dan
Kamis, 08-09 Desember 2021
pukul 10.00 WITA ± 15 menit.

b. Pertanyaan Klinis
Apakah ada pengaruh latihan slow deep breathing terhadap
penurunan keletihan/fatigue pada pasien dengan Gagal Ginjal
Kronik/CKD?

Proposal Desain Inovatif | 7


2. Ekstraksi Data dan Critical Appraisal
No Peneliti Sampel Desain/ Intervensi Hasil temuan/ Level
. Seleksi Kesimpulan Penelitian
responden
1 Penerapan Slow Deep Sampel dalam penelitian ini 2 Study case Slow deep breathing Hasil penelitian (IIb)
Breathing Untuk orang pasien dengan gagal didapatkan terdapat Evidence
Menurunkan Keletihan ginjal kronik yang sedang pengaruh untuk based dari
Pada Pasien Gagal menjalani perawatan di ruang mengurangi keletihan paling sedikit
Ginjal Kronik rawat inap di RS Roemani dimana tingkat keletihan satu hasil
(Pertiwi & Prihati, 2020) Muhammadiyah Semarang. Tn. J yang awalnya pada penelitian
tingkat keletihan sedang dengan
Kriteria inklusi pada penelitian (4) menjadi ringan (3), dan rancangan
ini merupaakan pasien dengan pada Tn. S yang awalnya quasi
GGK yang akan menjalani tingkat keletihan sedang experiment
hemodialisa (prehemodialisa), (4) menjadi tingkat
mengalami keletihan sedang dan keletihan ringan (2)
tidak memiliki gangguan
pengllihatan dan pendengaran

2 The Effects Of Seluruh sampel Purposive Teknik relaksasi Hasil pada penelitian ini (Ib)
Relaxation Breathing penelitian ini sampling pernapasan yaitu didapatkan pengaruh Evidence
On Fatigue In Patients merupakan seluruh pada teknik relaksasi based dari
With Chronic Kidney pasien dengan CKD napas dalam untuk paling sedikit
Disease yang sedang menjalani mengurangi kelemahan satu uji klinik
Undergoing hemodialisis dengan pada pasien CKD, dengan
Hemodialysis jumlah responden didapatkan penurunan pembanding,
(Sutinah & Azhari, sebanyak 76 orang. level kelemahan dari skor dengan RCT
2020) Kriteria inklusi 50,18 menjadi 46,45
responden penelitian ini dengan p value (0,043)
adalah pasien yang
menjalandi hemodialisis
>6 bulan, tidak

Proposal Desain Inovatif | 8


memiliki komorbid,
dapat membaca dan
berkomunikasi dengan
baik, dan juga bersedia
untuk ikut dalam
penelitian. Responden
dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu
kelompok intervensi
dan kelompok control.

3. Slow Deep Breathing Sampel pada penelitian Purposive Slow Deep Hasil pada penelitian ini (Ib)
Berpengaruh Terhadap ini merupakan pasien sampling Breathing didapatkan adanya Evidence
Fatigue Pada Pasien dengan gagal ginjal perbedaan signifikan pada based dari
Dengan Gagal Ginjal kronik yang mengalaimi pasien gagal ginjal kronik paling sedikit
Kronik Yang Menjalani fatigue dan sedang yang mengalami fatigue satu uji klinik
Hemodialisis menjalani hemodialisis. sebelum dan sesudah dengan
(Hasanah & PH, 2021) Pada penelitian ini diberikan intervensi slow pembanding,
didapatkan sampel deep breathing dengan RCT
berjumlah 56 orang.

Proposal Desain Inovatif | 9


BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

A. Jenis Intervensi
Jenis intervensi yang digunakan adalah tindakan mandiri perawat
dalam memberikan latihan Slow Deep Breathing.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam desain inovatif ini adalah seluruh Pasien Gagal
Ginjal Kronis/CKD di Ruang Flamboyan RSUD. AW. Sjahranie
Samarinda.
2. Sampel
Sampel dalam desain inovatif ini adalah responden yang diambil
berdasarkan kriteria inklusi dari populasi. Adapun kriteria inklusi dan
ekslusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien CKD yang bersedia mengikuti intervensi sampai selesai
2) Pasien CKD, baik laki-laki maupun perempuan
3) Pasien CKD yang tidak memiliki gangguan penglihatan dan
pendengaran
4) Pasien CKD yang dapat membaca dan berkomunikasi dengan
baik
5) Pasien CKD yang tidak memiliki keluhan sesak napas
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien CKD yang menolak menjadi responden
2) Pasien CKD yang mengenakan alat bantu oksigen
3) Pasien CKD dengan keluhan dispnea
4) Pasien CKD yang tidak mampu mengikuti instruksi

Proposal Desain Inovatif | 10


C. Tujuan
Mengurangi tingkat fatigue pada klien dengan diagnosa medis
Gagal Ginjal Kronis/CKD di Ruang Flamboyan RSUD. AW. Sjahranie
Samarinda.

D. Waktu
Desain inovatif ini dilaksanakan pada tanggal 08 Desember 2021
s.d 09 Desember 2021, pukul 10.00 Wita selama ± 15 menit.

E. Setting
Desain inovatif ini dilaksanakan di Ruang Flamboyan AW.
Sjahranie Samarinda Kamar 2004 Pada Pasien Tn. I dengan diagnosa
CKD dan Pada Pasien Tn. H dengan diagnose CKD.

F. Media/ Alat yang Digunakan


1. Pulpen
2. Kuesioner Fatigue Assesment Scale
3. Jam saku
4. Lembar Observasi Pelaksanaan Slow Deep Breathing

Proposal Desain Inovatif | 11


G. Prosedur Operasional Tindakan yang Dilakukan

PROSEDUR TINDAKAN
LATIHAN SLOW DEEP BREATHING

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR PROFESI NERS KEPERAWATAN

No Dokumen No Revisi Halaman

1-2
Tanggal Terbit Ditetapkan Ketua Prodi
(SOP) Profesi Ners
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dan


PENGERTIAN lambat yang dapat menimbulkan efek relaksasi.

Relaksasi, manajemen stress, kontrol psikofisiologis, dan meningkatkan


TUJUAN fungsi organ.

1. Pulpen
PERSIAPAN 2. Jam Saku
ALAT 3. Lembar Observasi

A. Pre Interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
PROSEDUR
3. Membuat rencana pertemuan tindakan keperawatan
4. Melakukan verifikasi tindakan pemberian latihan slow deep
breathing
5. Menyiapkan alat dan cuci tangan.

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada klien dengan menyapa nama pasien
dan perawat memperkenalkan diri
2. Menjelasakan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat kepada klien
4. Menanyakan persetujuan dan persiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan.

Proposal Desain Inovatif | 12


C. Tahap Kerja
1. Klien dalam posisi rileks
2. Klien meletakkan kedua tangan di atas perut
3. Klien melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui
hidung, kemudian tarik napas selama tiga detik, rasakan perut
mengembang pada saat menarik napas
4. Klien menahan napas selama tiga detik
5. Klien mengkerutkan bibir seperti posisi mulut pada saat bersiul
dan minta pasien untuk mengeluarkan napas secara perlahan
melalui mulut selama enam detik, rasakan perut bergerak ke
bawah
6. Klien mengulangi langkah satu sampai lima selama lima belas
menit dan setiap lima menit istirahat selama satu menit.

D. Terminasi
1. Merapikan alat
2. Evaluasi subjektif dan objektif setelah diberikan latihan slow
deep breathing
3. Kontrak tindak lanjut
4. Salam
5. Dokumentasi.

Proposal Desain Inovatif | 13


H. Lembar Observasi Pelaksanaan Intervensi

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN


SLOW DEEP BREATHING

Nama Pasien :
Kamar :

Intervensi Dilakukan Dilakukan


Ya Tidak Ya Tidak
Gerakan ke-1:
Klien dalam posisi rileks

Gerakan ke-2:
Klien meletakkan kedua tangan di atas perut

Gerakan ke-3:
Klien melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui
hidung, kemudian tarik napas selama tiga detik, rasakan
perut mengembang pada saat menarik napas

Gerakan ke-4:
Klien menahan napas selama tiga detik

Gerakan ke-5:
Klien mengkerutkan bibir seperti posisi mulut pada saat
bersiul dan minta pasien untuk mengeluarkan napas secara
perlahan melalui mulut selama enam detik, rasakan perut
bergerak ke bawah

Gerakan ke-6:
Klien mengulangi langkah satu sampai lima selama lima
belas menit dan setiap lima menit istirahat selama satu
menit.

*Dilakukan oleh Responden

Proposal Desain Inovatif | 14


DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih Bahasa Agung Waluyo). Edisi 8, Vol. 3. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2006). Profil Kesehatan 2006. Jakarta: Depkes RI.
Hasanah U, Livana. (2021) Slow Deep Breathing Berpengaruh Terhadap
Fatigue Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis.https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/v
iew/1172/703. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
Volume 11Nomor 1, Januari 2021
Nurjanah D, Yuniartika W. (2020) Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Pasien Gagal Ginjal : Kajian Literatur. Seminar Nasional Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020

Pertiwi A, Prihati D. (2020). Penerapan Slow Deep Breathing Untuk


Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.
http://jurnal.akper-whs.ac.id/index.php/mak/article/view/77/65. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 4 No. 1 Januari 2020, Halaman 14
– 19

Wartonah, Tarwoto. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Proposal Desain Inovatif | 15

Anda mungkin juga menyukai