Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia bab I pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011). Penuaan merupakan proses normal yang
berhubungan dengan waktu dimulai sejak lahir hingga berlanjut sepanjang hidupnya,
sedangkan usia tua yakni fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Penurunan kemampuan akal, fisik yang dimulai dengan beberapa perubahan
dalam hidup merupakan tahap akhir siklus kehidupan yang dialami oleh lansia. Usia
lanjut sebagai tahap akhir perkembangan normal yang akan terjadi dan dialami oleh
setiap individu serta tidak dapat dihindari. Usia lanjut yakni kelompok orang yang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap. Lansia merupakan suatu masa
transisi kehidupan terakhir yang sebetulnya masa sangat istimewa karena tidak semua
manusia mendapatkan kesempatan berada dalam tahap ini (Sutarti, 2014). Menua
bukanlah suatu penyakit, tapi proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
yang kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).
Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan
kesehatan, sehingga obat tradisonal sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia
kaya akan tanaman obat-obatan, yang mana masih belum dimanfaatkan secara optimal
untuk kesehatan.
Dalam memanfaatkan dan mengembangkan tanaman obat, juga harus
diperhatikan pelestarian dan perlindungannya. Pemanfaatan obat tradisional untuk
pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini masih sangat dibutuhkan
dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya gaya pengobatan dan harga
obat-obatan.adanya kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan
semakin meningkat, sementara taraf kehidupan sebagian masyarakat kita masih banyak
yang kemampuannya pas-pasan. Maka dari itu pengobatan dengan bahan alam yang
ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi masalah tersebut.
Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai untuk bahan
penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetik. Namun, di dalam sistem
pelayan masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui,
walaupun secara empiris manfaat obata-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah
satu contoh adalah penggunaan obat-obat herbal sebagai obat pegal linu,
mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan, dan lain-lain. Memang
disadari bahwa pemanfaatan obat-obat herbal belum banyak disentuh oleh hasil-hasil
penelitian disebabkan para produsen pada umumnya masih berpegang teguh pada
ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya hingga saat ini tanaman toga masih
merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern. Tetapi, hal ini bisa
membuka peluang bagi pengusaha atau petani tanaman obat untuk menjadikan ramuan
obat tradisionalnya menjadi bahan pengobatan primer, tidak hanya sebagai alternatif.
TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan upaya untuk meningkatkan
pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk menjaga kesehatan
masyarakat, TOGA juga berfungsi sebagai sarana penghijauan, sarana untuk pelestarian
alam, dan sarana keindahan pekarangan atau lingkungan.
Obat merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sejalan dengan
munculnya jenis-jenis penyakit yang merebak luas dimasyarakat mengakibatkan
kebutuhan obat menjadi suatu hal yang penting. Tetapi seiring berkembangnya teknologi
banyak obat yang ditemukan. Obat-obatan ini banyak mengandung kimia buatan
sehingga banyak mempunyai efek samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oleh
karena itu kami mencoba memanfaatkan bahan-bahan alami yang tidak mempunyai efek
samping sebagai obat, salah satunya memanfaatkan buah salak.
Selama ini salak dianggap sebagai buah-buahan yang hanya dapat dinikmati
buahnya. Tetapi masyarakat belum menyadari bahwa sesungguhnya hampir seluruh
bagian dari tanaman salak memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan sehari-hari.
Selain buahnya yang bermanfaat, ternyata biji salak juga sangat baik bagi kesehatan. Hal
ini dikarenakan biji salak mengandung polineol yang bisa membantu mengendalikan
tekanan darah sehingga sangat cocok bagi anda yang mengalami tekanan darah tinggi
atau hipertensi. Kulit salak dapat dimanfaatkan untuk dijadikan obat tradisional untuk
menyembuhkan penyakit diabetes.
Salak termasuk dalam keluarga Palmae, tanaman salak merupakan tanaman asli
dari Indonesia. Hamper semua daerah di Indonesia dapat ditumbuhi salak, baik yang telah
dibudidayakan maupun yang masih tumbuh liar. Selain di Indonesia, salak juga dapat
tumbuh di berbagai negara antara lain yaitu, Malaysia, Filipina, Brunei, dan Thailand
(Widyastuti, 1996).
Salak merupakan buah musiman yang cukup produktif dapat menghasilkan buah
sepanjang tahun dan sangat melimpah. Buah salak dalam satu tandan memiliki tingkat
kematangan dan ukuran yang tidak seragam (Tim Karya Mandiri, 2010). Buah salak yang
sudah siap panen berumur antara 6-7 bulan dan memiliki ciri yaitu sudah masak, rasanya
manis, beraroma salak dan masir. Selain itu buah salak yang sudah masak juga dapat
dilihat dari fisiknya yaitu, warna kulit buah coklat kehitaman, mempunyai sisik yang
jarang dan bulu-bulu pada kulit sudah berkurang. Indonesia mempunyai berbagai jenis
salak, namun yang paling familiar di kalangan masyarakat yaitu jenis salak bali, salak
madu, salak pondoh, dan salak condet (Tim Karya Mandiri, 2010).
Buah salak segar mempunyai daya simpan yang tidak lama dan mudah
mengalami kerusakan, karena buah salak mengandung kadar air yang tinggi yaitu dalam
100 gram buah salak mengandung air sebanyak 78%, maka perlu penanganan khusus
untuk mempertahankan kualitas buah salak. Selain kadar air yang cukup tinggi, dalam
sebuah salak terdapat senyawa tanin yang memberikan rasa sepat dan perubahan warna
coklat pada daging buah salak yang terkena udara (Depkes RI, 1979). Rasa sepat pada
buah salak inilah yang menjadi kendala dalam pemasaran buah salak untuk bisa masuk
pasar internasional, kecuali salak varietas gula pasir (Yamada, 1994). Menurut penelitian
Hartanto (2000), kandungan terbanyak dalam buah salak pada kondisi segar adalah
sukrosa, glukosa dan fruktosa (Aralas, 2009). Buah salak merupakan salah satu buah
yang memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan jenis buah tropis
yang lain yaitu buah alpukat, jeruk, papaya, mangga, kiwi, lemon, nanas, apel, rambutan,
pisang, melon dan semangka.
B. Tujuan
1. Untuk memberikan tanaman obat keluarga yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Paninggaran sebagai obat tradisional.
2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan buah salak yaitu biji salak
yang bisa digunakan sebagai alas kaki untuk terapi rematik, kulit salak bisa dijadikan
teh untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia.
C. Manfaat
Menjadi refrensi dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
pemanfaatan tanaman obat keluarga dan manfaat buah salak.

Anda mungkin juga menyukai