Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543

PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ANALISIS SIKAP DAN MUATAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA TEMA KERUKUNAN DALAM
BERMASYARAKAT KURIKULUM
2013 KELAS V SERTA POTENSI BUDAYA LOKAL
PENDUKUNG DALAM PEMBELAJARAN

Putu Ariantini

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

e-mail: putu.ariantini@pasca.undiksha.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan nilai-
nilai sikap dan muatan pembelajaran Matematika serta nilai-nilai budaya
lokal pendukung dalam kurikulum 2013 tema Kerukunan Dalam
Bermasyarakat di kelas V sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah buku
guru dan buku siswa tema Kerukunan Dalam Bermasyarakat kelas V, guru
kelas V, orang tua siswa, guru SBdP dan budayawan. Data dikumpulkan
menggunakan pendoman pencatatan dokumen dan wawancara. Data
dianalisis secara deskriftif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ditemukan; 1) sikap spiritual yang muncul adalah berprilaku
syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan toleransi
dalam beribadah, 2) nilai-nilai sikap sosial yang termuat yaitu disiplin,
tanggung jawab, santun, dan percaya diri, 3) muatan pembelajaran
matematika yang muncul yaitu statistik sederhana, dan 4) nilai-nilai
budaya lokal yang muncul dalam aktivitas anak kelas tinggi yang
mendukung pengembangan nilai-nilai sikap dan muatan pembelajaran
matematika pada tema Kerukunan Dalam Bermasyarakat yaitu, beberapa
jenis permainan tradisional, cerita anak (satua), bernyanyi (magending),
mengucapkan salam, dan kegiatan sembahyang (mebanten). Selanjutnya
dari hasil temuan-temuan tersebut juga dihasilkan prototipe buku cerita
anak berbasis budaya lokal pada tema Kerukunan Dalam Bermasyarakat
di kelas V sekolah dasar.

Kata Kunci : budaya lokal, sikap

Abstract
The purpose of this research to analyzis and describe the velue of attitude
and velue content of learning Mathematics and local cultural values of
supporters in curriculum 2013 with theme of Kerukunan Dalam
Bermasyarakat in class V of elementary school. The subject of this
research is the teacher's book and students' book themed Kerukunan
Dalam Bermasyarakat for class V, the fifth grade teacher, students parents,
SBdP teacher and culture experts. The data was gathered by using note-
taking guidelines and interview. The data was analyzed descriptively and
qualitatively. The result of this study showed that: 1) spiritual attitude is
behave gratitude, praying before and after doing activities, tolerance in
worship; 2) the value of social attitudes is discipline, responsibility,
manners, and self-confidence, 3) Charge of mathematics learning that

JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 132


Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

emerged that is simple statistic, and 4) the value of local culture show in
the children who have high class to support the development in value of
attitude in theme Kerukunan Dalam Bermasyarakat the several of
traditional games, fairy tale, singing, greeting, and prayer activity.
Furthermore, the result of the findings in this study was compiled into
culture-based theoretical children's storybook in the theme Kerukunan
Dalam Bermasyarakat.

keyword : local culture, attitude

PENDAHULUAN memerlukan landasan atau pondasi yang


Kemajuan suatu bangsa kuat melalui pemikiran dan penelitian
ditentukan dari kualitas sumber daya secara mendalam. Lasmawan (2013)
manusianya, untuk menciptakan sumber mengemukakan kurikulum dimaknai
daya yang berkualitas maka harus di sebagai pengalaman belajar yang
dukung dengan adanya pendidikan. direncanakan sebagai dasar dan acuan
Dantes (2014) mendefinisiskan dalam merencanakan, melaksanakan,
pendidikan adalah upaya memanusiakan mengevaluasi dan mengembangkan serta
manusia atau membentuk manusia pelaksanaa kurikulum mampu
seutuhnya, artinya bahwa dengan mentransformasi materi pendidikan
adanya pendidikan manusia dapat menjadi pengalaman belajar bagi peserta
dibentuk untuk lebih sempurna dari didik. Hal ini sejalan dengan Undang-
mahkluk Tuhan yang lainnya. Sejalan undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang
dengan itu Undang-Undang Republik sistem Pendidikan Nasional
Indonneia No. 20 Tahun 2003 Tentang menyebutkan bahwa kurikulum adalah
Sistem Pendidikan Nasional secara tegas seperangkat rencana dan pengaturan
menyebutkkan bahwa pendidikan adalah mengenai tujuan, isi, dan bahan
usaha sadar dan terencana untuk pelajaran serta cara yang digunakan
mewujudkan suasana belajar dan proses sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran agar peserta didik secara kegiatan pembelajaran untuk mencapai
aktif mengembangkan potensi dirinya tujuan pendidikan. Pengembangan
untuk memiliki kekuatan spiritual kurikulum 2013 merupakan langkah
keagamaan, pengendalian diri, lanjutan dari pengembangan kurikulum
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia berbasis kompetensi yang telah dirintis
dan keterampilan yang diperlukan sejak tahun 2004 dan KTSP 2006 yang
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. mencakup kompetensi sikap,
Untuk mempersiapan manusia yang pengetahuan dan keterampilan secara
memiliki kemampuan hidup sebagai terpadu.
pribadi dan warga Negara yang beriman, Kurikulum 2013 mengusung
produktif, kreatif, inovatif dan afektif konsep pembelajaran tematik
serta mampu berkontribusi pada terintegrasi. Pembelajaran tematik
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan merupakan suatu proses pembelajaran
bernegara maka dilalukanlah perubahan- dengan mengaitkan dan memadukan
perubahan pada kurikulum. materi ajar dalam suatu mata pelajaran
Kurikulum sebagai suatu atau antar mata pelajaran dengan semua
rancangan dalam pendidikan memiliki aspek perkembangan anak, serta
posisi yang strategis, karena seluruh kebutuhan dan tuntutan lingkungan
kegiatan pendidikan bermuara kepada sosial keluarga untuk memberikan
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum pengalaman yang bermakna. Teori
sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, Ausubel menyatakan bahwa belajar
maka didalam penyusunannya bermakna terjadi apabila pembelajaran
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 133
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

mampu mengubah suatu proses, melibatkan peserta didik. Pada


mengaitkan informasi baru pada konsep- kenyataannya permasalahan kurikulum
konsep relevan yang terdapat dalam 2013 bukan hanya berada pada
struktur kognitif seseorang (Santyasa, perangkat penunjang atau kesiapan
2010). tenaga pendidik, melainkan pada konsep
Salah satu pembelajaran yang pembelajaran yang kurang mampu
terdapat pada kurikulum 2013 adalah memenuhi harapan dari kurikulum 2013
pembelajaran matematika. Pembelajaran itu sendiri. Seperti diketahui bersama,
matematika adalah suatu aktivitas mental kurikulum 2013 menekankan pada
untuk memahami arti dan hubungan- penanaman nilai sikap peserta didik,
hubungan serta simbol-simbol kemudian tanpa mengabaikan aspek pengetahuan
diterapkan pada situasi nyata. (Fitri, dan keterampilannya. Adapun sikap
2014). Mata pelajaran Matematika perlu yang diturunkan secara formal dalam K-
diberikan kepada semua siswa mulai dari 13 adalah sikap spiritual dan sikap
sekolah dasar untuk membekali siswa sosial.
dengan kemampuan berpikir logis, Zubaedi (2011) berpendapat
analistis, sistematis, kritis, dan kreatif, bahwa spiritual berarti sesuatu yang
serta kemampuan bekerja sama. mendasar, penting, dan mampu
Kompetensi tersebut diperlukan agar menggerakkan serta memimpin cara
siswa dapat memiliki kemampuan berpikir dan bertingkah laku seseorang.
memperoleh, mengelola, dan Sikap spiritual berarti berhubungan
memanfaatkan informasi untuk bertahan dengan Tuhan Yang Maha Esa, serta
hidup pada keadaan yang selalu berubah, kepercayaan yang dianut individu.
tidak pasti, dan kompetitif. Oleh sebab sementara sikap sosial erat kaitannya
itu pendidikan matematika perlu untuk dengan norma dan nilai yang terdapat
diajarkan sejak dini sehingga diharapkan dalam kelompok, dimana individu
dikemudian hari generasi muda bangsa menjadi anggota atau berhasrat
ini dapat dan mampu menguasai mengadakan hubungan struktural dengan
teknologi informasi, dan bukan hanya orang lain. Menurut Mudjijono dalam
sebagai pengguna teknologi saja. Sukesari (2016) menjelaskan bahwa
Kurikulum 2013 merupakan sikap sosial adalah cara seseorang dalam
jawaban dari fenomena-fenomena yang bertanggung jawab pada setiap
ada dimasyarakat. Hal tersebut ditinjau keputusan yang diambil, saling
dari menurunnya degradasi moral anak bekerjasama dengan orang lain dan
bangsa saat ini. Banyak kasus yang selalu bertoleransi dengan orang lain.
terjadi di Indonesia seperti kekerasan, Pengenalan kehidupan sosial ini dapat
ketidakpedulian dan kurangnya toleransi diperoleh melalui proses belajar dan
antar sesama. Hal tersebut seolah melalui interaksi dengan orang lain
menyudutkan pola pendidikan di dalam kehidupan di keluarga, di sekolah,
Indonesia, yang berdampak pada dan di masyarakat.
lembaga-lembaga pendidikan salah Kedua aspek sikap tersebut
satunya yaitu sekolah yang dipercaya menjadi tolak ukur keberhasilan
oleh masyarakat sebagai tempat untuk kurikulum 2013. Namun, jika masih
mendidik dan pengembangan karakter terjadi permasalahan mengenai sikap
anak. siswa maka perlu dilakukan pengkajian
Kendati kurikulum 2013 sudah lebih mendalam mengenai kurikulum
diterapkan dibeberapa sekolah, namun 2013.
permasalah sosial di masyarakat masih Permasalahan lain yang ditemukan
saja terjadi. Saat ini banyak diberitakan adalah uraian pembelajaran dalam buku
adanya kekerasan antar pelajar, kurang efisien dalam mengembangkan
kekerasan dan tindak asusila yang nilai-nilai sikap. Ditemukan beberapa
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 134
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

konten pembelajaran yang kurang masing-masing daerah, serta merupakan


mampu mengoptimalkan penanaman bagian penting bagi pembentukan citra
nilai-nilai sikap kepada peserta didik. dan identitas budaya suatu daerah.
Berdasarkan beberapa temuan Kebudayaan lokal bali secara tidak
empiris tersebut, dirasa perlu mencari langsung sudah mendarah daging pada
sebuah suplemen pembelajaran yang kehidupan masyarakat, bahkan sampai
mampu mengatasi persoalan tersebut. ke anak-anak. Sebagian besar anak-anak
Salah satu upaya alternatif yang dirasa masih terlihat bermain permainan
efektif digunakan untuk tradisional bali.
mengembangkan nilai-nilai sikap adalah Konsep budaya lokal Bali dalam
dengan memanfaatkan peran budaya kehidupan anak sekolah dasar menurut
lokal. Made Taro dalam Guna (2014) adalah
Dalam istilah bahasa Inggris, budaya lokal yang akrab dengan
budaya adalah Culture yang berasal dari kehidupan anak yang menyertai aktivitas
bahasa Latin colore yang berarti anak dalam bermain, mendengarkan
mengolah, mengerjakan. Kebudayaan cerita (satua), bernyanyi (gending rare),
lokal yang terdiri dari kepercayaan- mengucapkan salam, dan kewajiban
kepercayaan, nilai, pengetahuan, dan sembahyang (mebanten). Bermain dalam
sistem simbol bahasa lisan dan tulis budaya lokal yaitu bermain permainan
sangat penting dalam pembelajaran tradisional Bali, bernyanyi dalam budaya
sikap. Pemertahanan budaya lokal lokal yaitu bernyanyi lagu anak-anak
ditengah derasnya arus globalisasi (gending rare), mendengarkan cerita
merupakan salah satu hal yang penting dalam budaya lokal disebut ningehang
dilaksanakan. Kecintaan siswa pada satua, mengucapkan salam yang
budaya lokal haruslah ditumbuhkan dari dimaksud adalah salam budaya lokal,
sejak dini, implikasinya dapat dan kewajiban bersembahyang dalam
menumbuhkan rasa memiliki terhadap budaya lokal disebut mebanten.
budaya lokal sehingga dapat dijadikan Hal-hal di atas menjadi landasan
salah satu alat untuk menyaring dampak pemikiran bahwa, nilai-nilai budaya
negatif globalisasi. Keragaman budaya lokal yang diturunkan ke dalam
yang melatarbelakangi masing-masing beberapa jenis aktivitas, akan sangat
peserta didik menuntut guru agar baik untuk mengembangkan nilai-nilai
memiliki wawasan yang luas terhadap sikap. Hal tersebut didukung oleh
keadaan sosial budaya yang ada pada penelitian yang dilakukan oleh Almerico
lingkungan dimana guru mengajar. (2014) pada penelitian yang berjudul
Pengetahuan guru tentang keragaman Building Character Throught Literacy
budaya yang dimiliki peserta didik, akan With Children Literature yang
sangat membantu untuk keberhasilan memaparkan bahwa kegiatan literasi
pelaksanaan pendidikan. Keragaman dapat dibawa ke dalam kurikulum untuk
budaya akan berpengaruh terhadap pola- membantu mengembangkan karakter
pola sikap dan perilaku setiap individu. dengan cara yang lebih bermakna.
Adat istiadat, norma-norma dan Pembelajaran yang dikembangkan dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di disajikan melalui teks bacaan yang dapat
masyarakat, satu dengan yang lainnya mempererat karakter positif siswa.
berbeda-beda. Maka, aktivitas budaya lokal tersebut
Kebudayaan lokal merupakan dapat dijadikan sebagai suplemen dalam
kebudayaan yang lahir dan berkembang menunjang pembelajaran kurikulum
secara khusus di suatu daerah/wilayah. 2013 khususnya untuk anak kelas tinggi.
Keanekaragaan budaya merupakan Namun, nilai-nilai budaya lokal yang
potensi sosial yang dapat membentuk mampu memuat nilai-nilai sikap sesuai
karakter dan citra budaya tersendiri pada dengan K-13 belum teridentifikasi.
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 135
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Telah ada penelitian sejenis yang Bermasyarakat kelas V kurikulum 2013.


dilakukan oleh Sukesari (2013), yang Subjek penelitian dari informan adalah:
berhasil menganalisis dan memaparkan Budayawan (3 orang), Guru kelas V (3
beberapa aktivitas budaya lokal bali orang), Guru Seni Budaya dan Prakarya
yang memiliki keterkaitan dengan nilai (SBdP) (3 orang), dan Orang tua siswa
sikap spiritual dan sosial dalam kelas V (3 orang).
kurikulum 2013 pada anak kelas rendah. Variabel-variabel dalam penelitian
Namun penelitian yang ditujukan untuk ini adalah: (1) Nilai-nilai sikap spiritual,
kelas tinggi masih belum teridentifikasi. dan (2) sikap sosial. Metode pencatatan
Maka dari itu perlu dilakukan analisis dokumen dan wawancara digunakan
mengenai nilai-nilai sikap di kelas untuk mengumpulkan data tentang
tinggi, khususnya di Kelas V pada tema muatan nilai-nilai sikap spiritual dan
Kerukunan Dalam Bermasyarakat, serta sosial pada kurikulum 2013. Dokumen
kajian nilai-nilai budaya lokal yang digunakan meliputi buku guru,
pendukungnya. Lebih lanjut hasil buku siswa tema Bangga Sebagai
analisis ini dapat diarahkan pada Bangsa Indonesia kelas V Sekolah
penyusunan prototipe buku cerita anak Dasar. Metode wawancara digunakan
yang nantinya dapat dikembangkan dengan tujuan menggali informasi dari
menjadi sebuah buku cerita anak, yang narasumber (budayawan, guru kelas V,
bisa difungsikan sebagai suplemen buku guru SBdP, dan orang tua siswa kelas V
pelajaran yang dapat mengembangkan sekolah dasar) tentang nilai - nilai
nilai sikap dan muatan pembelajaran budaya lokal berupa aktivitas anak kelas
sesuai dengan pembelajaran tema awal yang mendukung nilai spiritual dan
Kerukunan Dalam Bermasyarakat Kelas sosial pada pembelajaran tematik
V sekolah dasar Kurikulum 2013. terpadu dengan tema Kerukunan Dalam
Bermasyarakat kelas V Sekolah Dasar
METODE Analisis data yang dilakukan
Jenis penelitian ini merupakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut analisis deskriptif kualitatif. Menurut
Dantes (2012), Penelitian Deskriptif Sanjaya (2013), penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang berusaha kualitatif adalah metode penelitian yang
mendeskripsikan suatu fenomena atau bertujuan untuk menggambarkan secara
peristiwa secara sistematis dan apa utuh dan mendalam tentang realitas
adanya. Penelitian kualitatif menurut sosial dan berbagai fenomena yang
Sugiyono (2014) merupakan metode terjadi di masyarakat yang menjadi
yang berlandaskan filsafat subjek penelitian sehingga tergambarkan
postpositivisme, digunakan untuk ciri, karakter, sifat, model dari fenomena
meneliti pada kondisi obyek yang tersebut. Metode analisis deskriptif
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai kualitatif digunakan untuk menjustifikasi
instrumen kunci dengan tehnik pencatatan dokumen mengenai nilai-
pengumpulan data dilakukan secara nilai sikap spiritual dan sikap sosial yang
triangulasi, analisis data bersifat induktif terdapat pada buku guru dan buku siswa
atau kualitatif dan hasil penelitian lebih pada tema Kerukunan Dalam
menekankan makna daripada Bermasyarakat di kelas V Sekolah
generalisasi. Dasar. Mengklasifikasi hasil wawancara
Subjek penelitian adalah pihak- dengan narasumber budayawan, guru
pihak yang dijadikan sebagai sampel kelas, guru SBdP, dan orang tua siswa
dalam sebuah penelitian. Subjek untuk dapat mengetahui dimensi nilai
penelitian berupa benda yakni buku budaya lokal yang sesuai dengan nilai
guru dan buku siswa pembelajaran sikap spiritual dan sosial pada tema
tematik tema Kerukunan Dalam
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 136
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Kerukunan Dalam Bermasyarakat kelas sembahyang (mebanten). Ada beberapa


V Sekolah Dasar. judul cerita/satua yang dapat memuat
sikap selalu bersyukur yaitu I Bawang
HASIL DAN PEMBAHASAN Teken I Kesuna, Men Sugih Teken Men
Dalam Permendikbud No. 21 Tiwas, I Bintang Lara, Belibis Putih I
tahun 2016, tertera bahwa sikap spiritual Rare Angon Dan Tuwung Kuning.
mencakup perilaku menerima, Dalam cerita tersebut diceritakan tentang
menjalankan, dan menghargai ajaran lakon-lakon yang dalam kehidupannya
agama yang dianutnya. Kompetensi kurang beruntung. Berikut cuplikan
tersebut merupakan wujud sikap syukur cerita I Bawang Teken I Kesuna “Ni
siswa kepada Tuhan yang maha esa. Bawang laut megedi sambilange ngeling
Salah satu cara yang ditunjukkan adalah sigsigan. Di subane ngutang umah,
dengan taat beribadah menurut ajaran neked kone ye di tukade ketemu ajak
agama yang dianutnya. kedis crukcuk kuning. Ditu i Kedis
Sikap spiritual terdiri atas Crukcuk Kuninge kapilasa teken unduk
beberapa aspek, diantaranya 1) ketaatan Ni Bawange. Ni Bawang gotola, baanga
beribadah, 2) berperilaku syukur, 3) emas-emasan, marupa pupuk, subeng,
berdoa sebelum dan sesudah kalung, bungkung, gelang muah kain
berkegiatan, dan 4) toleransi dalam sutra”. Dari cuplikan tersebut terlihat
beribadah. Dari hasil analisis data bahwa Ni Bawang selalu bersyukur
mengenai nilai sikap spiritual dan nilai walaupun dia benci oleh ibu dan saudara
sikap sosial pada buku guru dan buku tirinya. Begitu juga dengan kisah Men
siswa kelas V tema Kerukunan Dalam Tiwas yang sangat miskin namun dalam
Bermasyarakat ditemukan bahwa perjalanan hidupnya dia mendapatkan
muatan sikap spiritual hanya muncul tiga banyak emas karena dia selalu bersyukur
aspek yaitu berprilaku syukur, berdoa dengan apa yang dimiliki. Sedangkan
sebelum dan sesudah melakukan cerita/satua Ni Tuwung Kuning yang
kegiatan, dan toleransi beribadah. Dari kehadirannya tidak diharapkan oleh ayah
ketiga aspek yang muncul terlihat bahwa kandungnya. Tapi dalam perjalanan
frekuensi aspek berprilaku syukur kisahnya mereka selalu bersyukur dan
kemunculannya lebih banyak tidak henti-henti untuk berbuat baik,
dibandingkan dengan aspek yang yang pada akhirnya menguntungkan bagi
lainnya. Hal ini menandakan bahwa pada mereka sendiri. Sementara itu juga
buku guru dan buku siswa yang lebih ditemukan pula salah satu aktivitas
ditekankan adalah kemampuan siswa budaya lokal yang sesuai dengan nilai
untuk selalu berprilaku syukur dalam sikap spiritual yakni aktivitas mebanten.
kehidupan. Mebanten yang dapat dilakukan oleh
Selanjutnya temuan-temuan anak kelas tinggi yaitu mebanten
tersebut dijadikan dasar untuk saiban/jotan, mebanten canang,
melakukan wawancara kepada informan mebanten purnama-tilem, dan mebanten
guna mendapatkan hasil yang akurat. keliling.
Berdasarkan hasil wawancara Kedua, untuk temuan berdoa
menunjukkan adanya aspek-aspek sebelum dan sesudah melakukan
budaya lokal yang dekat dengan kegiatan dapat didukung oleh budaya
aktivitas anak kelas tinggi yang dapat lokal mebanten yaitu melakukan Tri
digunakan untuk pengembangan sikap Sandya sebelum dan sesudah melakukan
spiritual. Pertama, Untuk temuan kegiatan. Dengan demikian peserta didik
berprilaku syukur, aspek yang secara tidak langsung dapat
menunjukkan keterkaitan dengan nilai menumbuhkan nilai-nilai sikap spiritual.
sikap spiritual tersebut adalah Ketiga, untuk temuan toleransi dalam
cerita/satua dan aktivitas kewajiban beribadah, budaya lokal yang
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 137
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

mendukung yaitu aktivitas santun ditunjukkan melalui prilaku


mengucapkam salam. Sebagai umat menghormati orang lain dengan
yang beragama kita harus menghargai menggunakan cara bicara yang tepat,
satu dengan yang lainnya. Contoh dan berbicara atau bertutur kata halus.
pengucapan salam Om Swastiastu dapat Sikap percaya diri ditunjukkan melalui
digunakan jika kita bertemu dengan prilaku berani tampil di depan kelas,
orang atau teman. berani mengemukakan pendapat, dan
Berdasarkan temuan dan hasil mencoba hal-hal baru yang bermanfaat.
wawancara tersebut dapat disimpulkan Ditemukan pula adanya kandungan nilai-
bahwa terdapat beberapa budaya lokal nilai sosial yang dapat dituangkan ke
yang dapat menudukung dalam dalamnya.
pembentukan nilai-nilai sikap dan Berdasarkan hasil wawancara
pengembangan karakter peserta didik. menunjukkan adanya aspek-aspek
Budaya lokal yang mendukung budaya lokal yang dekat dengan
pengembangan nilai –nilai sikap aktivitas anak kelas tinggi yang dapat
spiritual diantaranya yaitu aktivitas digunakan untuk pengembangan sikap
mendengarkan cerita/satua, sosial. Pertama, untuk temuan aspek
mengucapkan salam, dan kewajiban sikap disiplin dan bertanggung jawab
sembahyang/mebanten. dapat dimunculkan pada aktivitas
Selanjutnya nilai-nilai sikap sosial permainan tradisional dan satua.
terdapat enam dimensi yaitu: 1) jujur, 2) Aktivitas bermain dapat menumbuhkan
disiplin, 3) tanggung jawab, 4) santun, 5) interaksi sosial dengan lingkungan,
peduli, dan 6) percaya diri. Sikap sosial menanamkan nilai karakter seperti
yang termuat dalam Kurikulum 2013 di kerjasama, kejujuran, disiplin dan kerja
kelas V mengacu pada Permendikbud keras, menerima kekalahan dan selalu
No. 21 tahun 2016 ditunjukkan melalui berucap syukur. Beberapa permainan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, yang dapat mengembangkan prilaku
santun, peduli, dan percaya diri dalam disiplin untuk mengikuti peraturan dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, bertanggung jawab menyelesaikan tugas
guru, dan tetangganya serta cinta tanah yang diberikan yaitu permainan
air. Berdasarkan hasil analisis dan mecingklak, dengkleng, megale-galean,
pencatatan dokumen ditemukan aspek- megoak-goakan, dan meong-meongan.
asek sikap sosial yang muncul yaitu Kedua, untuk temuan prilaku
disiplin, tanggung jawab, santun dan santun dapat dimunculkan pada aktivitas
percaya diri. Kemunculan frekuensi mengucapkan salam. Dalam
nilai-nilai sikap sosial sangat beragam. mengucapkan salam anak menunjukkan
Namun, aspek tanggung jawab dan rasa menghargai dan menghargai orang
percaya diri merupakan yang paling yang ditemuinya. Hal ini sesuai dengan
banyak muncul. Hal ini menunjukkan salah satu indikator aspek santun yaitu
bahwa aspek tanggung jawab dan menghormati orang lain dan
percaya diri mendapatkan penekanan menggunakan cara bicara yang tepat.
pada tema Kerukunan Dalam Adapun salam yang dimaksud yakni
Bermasyarakat Kurikulum 2013. panganjali umat, om swastiastu,
Sikap disiplin yang muncul rahajeng semeng, rahajeng wengi, dan
ditunjukkan melalui prilaku mengikuti paramasanthi.
peraturan yang ada di sekolah dan tertib Ketiga, untuk temuan aspek
melaksanakan tugas. Sikap tanggung percaya diri budaya lokal yang
jawab ditunjukkan melalui kegiatan mendukung yaitu aspek bernyanyi
menyelesaikan tugas yang diberikan (megending), aspek cerita/satua dan
serta mengerjakan tugas pekerjaan permainan tradisional. Dengan menyanyi
rumah dan sekolah dengan baik. Sikap dan bercerita anak dapat tampil di depan
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 138
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

orang lain untuk mencoba hal-hal baru permainan tradisional, mendengarkan


yang bermanfaat. Beberapa jenis cerita/satua, bernyanyi/megending, dan
gending yang sesuai yang dapat mengucapkan salam.
dinyanyikan yaitu gending juru pencar, Muatan pembelajaran Matematika
curik-curik, ratu anom dan ketut garing. yang tertuang pada Permendikbud No.21
Dengan mendengarkan cerita/satua anak Tahun 2016 yaitu: 1) statistika
kelas tinggi beranii mengemukakan sederhana, 2) Bilangan perpangkat dan
pendapat dengan percaya diri. Beberapa akar sederhana, 3) Geometri dan
jenis cerita/satua yaitu satua Siap Selem, pengukuran sederhana, 4) Geometri dan
Men Tiwas Teken Men Sugih, I Bawang pengukuran (termasuk satuan turunan),
Teken I Kesuna, I Kekua Memaling Isen, dan 5) Statistika (pengumpulan dan
I Bintang Lara, Jayaprana Layonsari, penyajian data sederhana).
Rajapala/Durma, Pan Balang Tamak, Berdasarkan hasil analisis
Belibis Putih, I Rare Angon dan Kebo mengenai muatan pembelajaran
Iwe. Selain itu juga dengan melakukan Matematika pada studi buku guru dan
permainan tradisional anak kelas tinggi buku siswa kelas V tema Kerukunan
dapat mencoba hal-hal baru. Adapun Dalam Bermasyarakat ditemukan
permainan yang dapat dilakukan seperti kompetensi-kompetensi yang muncul
meong-meong, mecingklak, megala- ditemukan bahwa muatan yang muncul
gala, megoak-goakan, tajog dan pada pelajaran matematika adalah
dengkleng. statistik sederhana (perbandingan dan
Hal ini didukung oleh penelitian skala). Selanjutnya hasil dari wawancara
yang dilakukan oleh Dewi Handayani terhadap narasumber menunjukan
pada tahun 2013 yang berjudul adanya aspek-aspek budaya lokal yang
Penerapan Permainan Tradisional dekat dengan aktivitas anak kelas tinggi
Meong-meong Untuk Meningkatkan dan ada yang mampu memuat muatan
Perkembangan Sikap Sosial Anak pembelajaran matematika di dalamnya.
Kelompok B Taman Kanak-Kanak Astiti Terdapat aktivitas berbasis budaya lokal
Dharma Penatih Denpasar menemukan yang menurut keterangan narasumber
bahwa adanya peningkatan kualitas dapat menjadi wadah untuk
sikap sosial anak melalui penerapan membelajarkan muatan pembelajaran
permainan tradisional meong-meong. matematika kepada peserta didik yakni
Selain itu penelitian dari Hartoyo pada bermain permainan tradisional.
tahun 2015 yang berjudul Pembinaan Menurut narasumber dari
Karakter dalam Pembelajaran budayawan, guru kelas, dan guru SBdP
Matematika, menemukan bawah, muatan statistik sederhana khususnya
Pendidikan karakter membekali kepada perbandingan dapat dimuat pada
peserta didik ilmu, pengetahuan dan permainan tradisional mecingklak,
pengalaman budaya, perilaku yang meong-meong, goak-goakan, selodor
berorientasi pada nilai-nilai ideal dan tampul/benteng. Pada permainan
kehidupan, baik yang bersumber pada mecingklak secara tidak langsung siswa
budaya lokal maupun budaya luar. dapat mengasah kemampuan kognitif
Berdasarkan temuan dan hasil siswa dalam berhitung. Sedangkan pada
wawancara tersebut dapat disimpulkan permainan tradisional goak-goakan,
bahwa terdapat beberapa budaya lokal meong-meong, selodor, dan
yang dapat mendukung dalam tampul/benteng anak kelas tinggi secara
pembentukan nilai-nilai sikap sosial dan langsung dapat belajar tentang
pengembangan karakter peserta didik. perbandingan. Misalnya pada permainan
Budaya lokal yang mendukung goak-goakan terdiri dari dua kelompok,
pengembangan nilai –nilai sikap sosial yang berperan menjadi goak terdiri dari
diantaranya yaitu aktivitas bermain satu orang, dan yang menjadi mangsa
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 139
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

goak terdiri dari beberapa orang yang Adapun keterkaitan antar nilai-
berbaris kebelakang seperti ular. Dari nilai sikap spiritual dan sikap sosial serta
susunan anggota tersebut anak secara muatanpembelajaran dengan nilai-nilai
langsung dapat belajar tentang budaya lokal pendukung, disajikan
perbandingan. dalam tabel 1. berikut.

Tabel 1. Keterkaitan Nilai-nilai Sikap dan Muatan Pembelajaran Matematika


Dengan Budaya Lokal Pendukung Untuk Tema Kerukunan Dalam
Bermasyarakat Kurikulum 2013 di Kelas V Sekolah Dasar

No. Aspek Temuan Budaya Lokal yang Mendukung


1 Nilai-Nilai Berprilaku - Aktivitas mendengarkan cerita/satua seperti
Sikap syukur I bawang teken I kesuna, Men sugih teken
Spiritual men tiwas, Tuwung Kuning, Pan Balang
Tamak, I Bintang Lara, Belibis Putih,
Ketimun Mas dan I Rare Angon.
- Kewajiban sembahyang seperti: Mebanten
saiban/jotan, mebanten wedang, Mebanten
cang sari, Sembahyang Purnama-Tilem,
Mebanten keliling, Mesegeh, Tri sandya
Berdoa Melakukan puja Tri Sandya sebelum dan
sebelum dan sesudah mengakhiri pelajaran
sesudah
melakukan
kegiatan
Toleransi Mengucapkan salam seperti: Om Swastiastu
dalam Om Shanti, Shanti, Shanti Om
beribadah
2 Nilai-Nilai Disiplin Permainan tradisional yang dapat melatih
Sikap Sosial kedisiplinan seperti: Mecingklak, Dengkleng,
Megala-gala, Megoak-goakan, Meong-meong,
Tarik Tambang
Tanggung Bertanggung jawab dalam menyelesaikan
Jawab permainan tradisional seperti: Mecingklak,
Dengkleng, Megala-gala, Megoak-goakan,
Meong-meong, Tarik Tambang.
Santun Mengucapkan salam seperti:
Om Swastiastu, Parama Shanti, Rahajeng
semeng/wengi
Percaya Diri - Aktivitas bernyanyi/megending seperti:
megending Lagu Juru Pencar, Curik-Curik,
Ratu Anom, Dan Ketut Garing.
- Aktivitas mendengarkan cerita/satua seperti:
I Siap Selem, Men Tiwas Teken Men Sugih, I
Bawang Teken I Kesuna, I Kekua Memaling
Isen, Jayaprana Layonsari,
Rajapala/Durma, I Bintang Lara, Belibis
Putih, dan I Rare Angon. dan Kebo Iwe.
- Percaya diri dalam aktivitas permainan
tradisional seperti: Mecingklak, Dengkleng,
Megala-gala, Megoak-goakan, Meong-
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 140
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

No. Aspek Temuan Budaya Lokal yang Mendukung


meong
3 Muatan Statistik Aktivitas permainan tradisional seperti:
Pembelajaran Sederhana Meong-Meong, Goak-Goakan, Selodor,
Matematika Tampul/Benteng, dan Mecingklak.

PENUTUP The University Of Tampa:


Berdasarkan hasil analisis School of Education. Vol. 26
deskriptif kualitatif. maka dapat tahun 2014
disimpulkan bahwa bahwa sikap
Dantes, N. 2014. Landasan Pendidikan
spiritual siswa berkembang diantaranya
Tinjauan dari Dimensi
berprilaku syukur, berdoa sebelum dan
Makropedagogis. Singaraja:
sesudah melakukan kegiatan, dan
Universitas Pendidikan Ganesha.
toleransi dalam beribadah, selain itu
sikap sosial, seperti disiplin, tanggung Departemen Pendidikan Nasional
jawab, santu dan percaya diri, semunya Republik Indonesia. 2003.
itu mampu dikembangkan oleh siswa Undang-undang Nomor 20
dalam pelaksanaan pembelajran Tahun 2003 Tentang Sistem
matematika di sekolah. Pendidikan Nasional.
Saran Fitri, Rahma ,Helma, Hendra
Saran yang dapat diberikan
Syarifuddin. 2014. Penerapan
berdasarkan penelitian ini adalah sebagai
berikut. Strategi The Firing Line Pada
1. Perlu dilakukan kajian nilai-nilai Pembelajaran Matematika Siswa
sikap spiritual dan muatan Kelas Xi Ips Sma Negeri 1
pembelanilai-nilai sikap sosial Batipuh . Vol. 3 No. 1 (2014)
terhadap perangkat pembelajaran Jurnal Pendidikan Matematika :
pada tema lainnya di kelas tinggi, Part 2 Hal 18-22
untuk kemudian dikaitkan dengan
budaya lokal yang dapat Guna, I.G.M.D. 2014. Made Taro
mendukungnya. Mendongeng dan Bermain
2. Guna penyempurnaan penelitian yang Sepanjang Waktu.
dilakukan, maka perlu dilakukan Yogyakarta : Media Kreatifitas
penelitian lanjutan. Yogyakarta.
3. Agar tujuan penelitian ini tercapai
optimal, maka hasil dari penelitian ini Handayani, D. Nyoman Dantes & I W.
hendaknya dapat difungsikan sebagai Lasmawan. 2013. “Penerapan
landasan dalam melakukan analisis Permainan Tradisional Meong-
nilai-nilai sikap spiritual dan sikap Meongan Untuk Perkembangan
sosial serta budaya lokal Sikap Sosial Anak Kelompok B
pendukungnya untuk penanaman nilai Taman Kanak-Kanak Astiti
sikap dan pengembangan karakter Dhrama Penatih Denpasar”. E-
peserta didik. Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Ganesha: Program Pendidikan
Dasar. Vol. 3 tahun 2013
Almerico, G.M. 2014. “Building Hartoyo, Agung. 2015. Pembinaan
character through literacy with Karakter Dalam Pembelajaran
children’s literature”. E-Journal
Matematika . ISSN 2442-3041
JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 141
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN 1858 – 4543
PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Math Didactic: Jurnal


Pendidikan Matematika Vol. 1,
No.1

Lasmawan, I.W. 2013. Telaah


Kurikulum. Singaraja: Surya
Grafika
Marhaeni, A.A.I.N. 2013. Landasan dan
Inovasi Pembelajaran.
Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Sanjaya, W. 2013. Penelitian
Pendidikan: Jenis,metode, dan
Prosedur. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukesari, N.K.A., A.A.I.N. Marhaeni &
N. Dantes. 2016.
“Pengembangan Prototipe Buku
Cerita Anak Bermuatan Budaya
Lokal Melalui Analisis Muatan
Sikap Dan Literasi Dini Pada
Pembelajaran Tema Peristiwa
Alam Kurikulum 2013 Kelas I
Sekolah Dasar”. E-Journal
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha: Program
Studi Pendidikan Dasar. Vol. 6
No 1 Tahun 2016.
Win, B. 2010. Mengenal Sepintas Seni
Budaya Bali. Jakarta: PT Mapan
Zubaedi, B. 2011. Sikap Spiritual Dalam
Beragama. Yogyakarta: Media
Kreatifa

JIPP, Volume 1 Nomor 2 Juni 2017 ______________________________________________________ 142

Anda mungkin juga menyukai