Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN RHD PADA ANAK


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pengampu: Sri Yekti W,S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh: Kelompok 1


Annisa oktaviani (KHGC18060) Nuria (KHGC18093)
Clara Anggita dewi (KHGC18067) Risanti (KHGC18097)
Dinda Nur Pratiwi (KHGC18071) Rizki Tri Aprilia (KHGC18099)
Gilda Tasya M T (KHGC18077) Siti zenab (KHGC18104)
Lia Intan Lestari (KHGC18085) Tita ajeng (KHGC18108)
Nandhita Ivania P (KHGC18091) Vania risty (KHGC18109)
Nur afini naafian S (KHGC18092) Windy Fitriani (KHGC 18111)

STIKes KARSA HUSADA GARUT


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan RHD pada anak ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Di dalam penyusunan makalah ini, kami
merasa bahwa masih banyak hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat kami atasi
sedikit demi sedikit.

Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini dapat diibaratkan “tidak ada gading yang tidak retak”. Oleh
sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan
makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat
menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi
makalah ini sepenuhnya menjadi tangung jawab kami dan seberapapun
sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak
yang membaca makalah ini.

Garut, 26 September 2020

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................3

D. Manfaat penulisan...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................4

A. Pengertian........................................................................................................................4

B. Etiologi............................................................................................................................4

C. Klasifikasi.......................................................................................................................6

D. Patofisologi.....................................................................................................................6

E. Manifestasi Klinis...........................................................................................................8

F. Komplikasi......................................................................................................................9

iii
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................10

H. Penatalaksanaan............................................................................................................10

I. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................12

A. Pengkajian.....................................................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................23

A. Pengkajian.....................................................................................................................23

B. Diagnosa........................................................................................................................23

C. Intervensi.......................................................................................................................25

E. Evaluasi.........................................................................................................................26

BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung rematik (PJR) adalah peradangan jantung yang dipicu
oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus beta-hemolyticus
golongan A, dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli artritis
migrans akut, karditis, korea, minor, nodul subkutan dan eritema
marginatum. PJR adalah komplikasi yang paling serius dari demam
rematik.
Demam rematik (DR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
non supuratif yang digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau
kelainan jaringan ikat. Proses rematik ini merupakan reaksi peradangan
yang dapat mengenai banyak organ tubuh terutama jantung, sendi dan
sistem saraf pusat. Kira- kira 3% dari pasien yang mendapat infeksi
saluran napas atas karena streptokok tersebut akan mengalami komplikasi
Demam Reumatik atau Penyakit Jantung Reumatik (PJR). Di daerah
endemik hanya 0,3% yang diperkirakan akan menderita Demam Reumatik
atau Penyakit Jantung Reumatik (Ngastiyah, 2005).
Penyakit DR dan gejala sisanya, yaitu PJR, merupakan jenis penyakit
jantung didapat yang paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan
dewasa muda. DR akut terjadi pada 0,3% kasus faringitis oleh
streptococcus beta hemolitikus golongan A pada anak. Sebanyak 39% dari
pasien dengan demam rematik akut akan berkembang menjadi pankarditis
dengan berbagai derajat disertai insufisiensi katup, gagal jantung,
perikarditis, dan bahkan kematian. Pada PJR kronik, pasien dapat
mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi, dilatasi
atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel.Di beberapa negara berkembang
temasuk Indonesia, DR dan PJR masih merupakan masalah medis dan
masalah kesehatan masyarakat yang penting. Tingginya angka kejadian di
Negara berkembang berhubungan dengan kurang- nya pengetahuan

1
masyarakat, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, kepadatan
penduduk, serta kurangnya pelayanan kesehatan yang memadai. Hal ini
terbukti dari insidens DR dan prevalensi PJR sampai saat ini tak banyak
berubah.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan
bahwa prevalensi penyakit jantung reumatik di Dunia adalah sebesar 100-
10%. Menurut laporan diRektorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(Dit PPTM) Depkes RI tahun 2004, dari 1.604 penderita PJR yang di
rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia terdapat 120 orang yang
meninggal akibat PJR dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,48%.
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh organisme streptococcus hemolitik B group A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian
menunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan
streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune
(Rudolph, 2011).
Peran perawat untuk mengatasi masalah keperawatan pada orang
dewasa dengan penyakit jantung reumatik pada diagnosa pertama evaluasi
adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan faktor pencetus
nyeri), catat adanya disritmia, tanda dan gejala penurunan curah jantung,
Observasi tanda- tanda vital, observasi adanya dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan ortopnea. Untuk diagnosa kedua kaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi lokasi, karasteristik dan awitan, durasi, frekuensi,
kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan faktor presipitasi, berikan informasi
tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan, ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi, kolaborasi
pemberian analgetik, untuk diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan oleh
perawat yaitu dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
keterbatasannya, observasi kardiopulmonal terhadap aktivitas (misalnya

2
tekanan darah, dan frekuensi pernapasan), motivasi untuk melakukan
periode istirahat dan aktivitas dan mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas yang sesuai dengan daya tahan tubuh.
Uraian di atas menunjukkan bahwa PJR merupakan penyakit yang
cukup serius. Berdasarkan latar belakang ini maka penulis tertarik untuk
membuat studi kasus dengan judul Asuhan Keperawan Pada Pasien
Dengan Penyakit RHD.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud RHD?
2. Bagaimana etiologi penyakit RHD?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit RHD?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit RHD?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit RHD?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit RHD?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
RHD?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari RHD.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit RHD.
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari penyakit RHD.
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit RHD.
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada penyakit RHD.
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang diperlukan
pada penyakit RHD.
7. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit RHD.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi penderita
Dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui lebih lanjut
penyakit RHD yang dialami oleh penderita.

3
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan acuan
keperawatan bagi pengembangan keilmuan khususnya di program
studi S1 keperawatan.
3. Bagi penulis
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman praktek khususnya
dalam memberi asuhan keperawatan klien penyakit jantung reumatik
(RHD) berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang diberikan
secara sistematis dan terorganisir.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori RHD


1. Pengertian
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
disebut Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu prosrs
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococus hemolitik B group A (Pusdiknakes, 1993).
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak.
Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang
menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup
trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit
jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau
keduanya (Rudolph, 2011).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) merupakan gangguan pada
jantung karena katup jantung rusak. Penyakit yang dalam bahasa
medisnya disebut Rheumatic Heart Disease (RHD) ini bisa saja
disebabkan karena adanya penyempitan jantung atau kebocoran
jantung terutama pada katup mitral (keadaan ini disebut dengan
stenosis katup mitral). Penyempitan dan kebocoran itu bisa
diakibatkan karena gejala sisa dari Demam Rematik (Wong, 2004).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang didapat baik pada anak maupun orang
dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah suatu proses peradangan
yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococus
hemolitik B group A (Riskesdas, 2018).

5
2. Etiologi
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun
penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas
bagian atas yang disebabkan oleh organisme streptococcus
hemolitik B group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan
tidak terobati. Pada penilitian menunjukan bahwa penyakit jantung
reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody
dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus bersifat sebagai
antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune (Rudolph, 2011).
Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung reumatik adalah :
1) Faktor genetik
Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu
keluarga maupun anak-anak kembar. Pada umumnya disetujui
terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinnya
penyakit jantung reumatik meskipun cara pewarisannya belum
dipastikan.
2) Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik lebih
sering pada anak perempuan dari pada laki-laki.
3) Golongan Etnik dan Ras
Di negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-
tahun setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India
menunjukan bahwa stenosis mirtal organic yang berat sering kali
terjadi dalam waktu singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun.
4) Umur
Umur merupakan faktor presdiposisi terpenting pada timbulnya
penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering mengenai
anak umur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak
biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat
jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.

6
5) Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat,
rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari
pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat
kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
6) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang,
tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropis
memiliki insiden yangtertinggi.
7) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden
infeksi saluran pernapasan atas meningkat sehingga
mengakibatkan kejadian penyakit jantung reumatik juga dapat
meningkat.

3. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung
reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium ( Ngastiyah, 1995:99) adalah :
1) Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : demam, batuk, rasa sakit waktu
menelan, muntah, diare, peradangan pada tonsil yang disertai
eksudat.
2) Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptpcoccus dengan permulaan gejala demam reumatik,
biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu.
3) Stadium III
Yaitu fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai
manifestasi klinis demam rematik / penyakit jantung rematik.

7
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan manifestasi spesifik demam reumatik.
Gejala peradanganumum : demam yang tinggi, lesu, anoreksia,
lekas tersinggung, berat badan menurun, kelihatan pucat,
epistaksis, athalgia, rasa sakit di sekitar sendi, sakit perut.
4) Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita penyakit
jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukan gejala
apa-apa.

4. Patofisologi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan demam
reumatik akut tidak diketahui. Cedera jantung bukan merupakan
akibat langsung infeksi, seperti yang di tunjukan oleh hasil kultur
streptococcus yang negatif pada bagian jantung yang terkena
(Ngastiyah, 2005). Fakta berikut ini menunjukan bahwa hubungan
tersebut terjadi akibat hipersensitifimunologi yang belum terbukti
terhadap antigen antigen streptococcus :
1. Demam reumatik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis
streptokokus, sering setelah pasien sembuh dari faringitis.
2. Kadar antibodi antii streptococcus tinggi (anti streptolisin O, anti
Dnase, anti hialorodinase), terdapat pada klien demam reumatik
akut.
3. Pengobatan dini faringitis streptococcus dengan penisilin
menurunkan risiko demam reumatik.
4. Imunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membran
sel miokardiaum yang terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi
mekanisme demam reumatik akut masih belum diketahui.Adanya
antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptococcus dan

8
sel miokardium menunjukan kemungkinan adanya hipersensitiftas
tipe II yang diperantarai oleh antibodi reaksi silang. Pada beberapa
pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen
streptococcus, adanya antibodi tersebut didalam serum akan
menunjukan hipersensifitas tipe III (Wahab, 2010).

9
10
5. Manifestasi Klinis
1. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah
infeksi, tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau
setelah 5 minggu.
2. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang
terjadi sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
3. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau
berkembang lambat menjadi kelainan katup.
4. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa
perivaskuler dengan vaskulitis.
5. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup
aorta pada 30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai
katup pulmonalis kurang dari5%.
a. Kriteria mayor
1) Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup
mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penuruna curah jantung
(seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut
jantung meningkat), bunyi jantung melemah dan terdengar suarah
bising katup. Pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama
mitral (bising sistolik), karditis paling sering menyerang anak dan
remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain kardiomegali, gagal
jantung kongestif kanan dan kiri (pada anak yang lebih menonjol
sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta aorta.
2) Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan
nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (poliatritis migrans),
gangguan fungsi sendi, dapat timbul bersamaan tetapi sering
bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang
khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan disertai

11
gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5
minggu dan mereda tanpa deformitas residual.
c) Khorea syndenham, merupakan gerakan yang tidak disengaja/
gerakan abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, serta
seringkali disertai dengan kelemahan otot, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat. Pasien yang terkena
penyakit ini biasanya mengalami gerakan tidak terkendali
pada ekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik akibat
kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering
merupakan tanda dini.
d) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi
penyakit jantung reumatik pada kulit berupa bercak merah
dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya
berbatan tegas, berbentuk bulat dan bergelombang tanpa
indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh
dan telapak tangan.
e) Nodul supkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras
dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri.
Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan
menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini muncul pada
permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
b. Kriteria minor
a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien
juga sulit menggerakkan persendian.
c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
d) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
e) Protein krea (CPR) positif.
f) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).

12
6. Komplikasi
1. Gagal jantung pada kasus yang berat.
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3. Aritmia.
4. Perikarditis dengan efusi.
5. Pneumonia reumatik

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan
dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi : foto thoraks menunjukan adanya pembesaran pada
jantung
3. Pemeriksaan echocardiogram : menunjukan pembesarab pada
jantung dan terdapat lesi.
4. Pemeriksaan elektrokardiogram : menunjukan interval P-R
memanjang.
5. Hapusan tenggorokan : ditemukan streptococcus b grup A

8. Penatalaksanaan
1) Tatalaksanaan infeksi streptococcus
a) < 6 thn : Benzatine penicillin 600,000 U IM
b) > 6 thnB : Benzatine penizilline 1,2 juta U IM
c) Dewasa : penicillin 500.000 U oral 2kali sehari selama 10 hari
Sensitive terhadap penicillin :
a) < 6 thn : Erythromycin 4x125 mg oral selama 10 hari
b) > 6 thn : Erythromycin 4x250 mg oral selama 10 hari
2) General treatment

13
a. Anti imflamasi : salisilat obat terpilih. Steroid adalah obat
pilihan kedua dimana salisilat gagal

Klinis Obat Dosis


Tanpa karditis atau Aspirin 100 mg/kg/hari oral selama 2
karditis, kardiomegali minggu
(-)
Karditis, kardiomegali Prednison 2mg /kg/hari (maksimal
dengan gagal jantung 60mg /hari ) selama 2 minggu
Kurangi aspirin 75mg/
kg/hari setelah 2 minggu 4x
sehari oral

b. Terapi korea
Konservatif : valpoic acid, immunoglobulin, steroid
3) Cardiacmanagement
a) Pasien karditis : Bed rest
b) Tanpa karditis : istirahat ditentukan 2 minggu, mobilisasi
bertahap 2 minggu
c) Karditis tanpa kardiomegali : istirahat ditentukan 4 minggu,
mobilisasi bertahap 4 minggu
d) Karditis dengan kardiomegali : istirahat ditentukan 6 minggu,
mobilisasi bertahap 6 minggu
e) Karditis dengan gagal jantung : istirahat ditentukan selama ada
gagal jantung. Mobilisasi bertahap 3 bulan
4) Profilaksis golongan penisilin
Diberikan menyusul eradikasi :
a) Benzatin penisilin G 1,2 juta U IM/ 4 atau 3 minggu ( resiko
tinggi rekuren )
b) Penisilin V 2x 500 mg oral
c) Sulpadiazin 1g/ hr oral

14
Profilaksis sekunder tidak dihentikan pada penderiyta PJR dengan
riwayat sering rekuren dalam waktu 10 tahun setelah mendapatkan
serangan demam rematik.

9. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraksi otot jantung. Ditandai dengan wajah pasien pucat, dada
terasa berdebar debar, suara jantung abnormal yaitu murmur,
takikardi, hipotensi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri dada.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh yaitu 38 derajat celcius.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan pasien mengeluh
tidak ada nafsu makan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan pasien cepat lelah saat melakukan aktivitas berlebihan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak-anak dan
dewasa hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada
di lingkungan yangtidak bersih.Penyakit ini lebih sering terkena pada
anak perempuan.
a. Identitas klien : Nama, umur, alamat, pendidikan
b. Riwayat kesehatan : Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi
c. Riwayat penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang
sama, hanyademam biasa
d. Riwayat penyakit sekarang : Kardiomegali, bunyi jantung muffled
dan perubahan EKG

15
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kesehatan lingkungan
• Keadaan sosial ekonomi yang buruk
• Iklim dan geografi
• Cuaca
g. Imunisasi
h. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah Pemeriksaan fisik Head to Toe:
a. Kepala :Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis,
terdapat napas cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit :Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh
sampai 39ᴼC.
c. Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tampak
 Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
 Perkusi : redup
 Auskultasi : terdapat murmur, gallop
d. Abdomen
 Inspeksi perut simetris
 Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
 Perkusi tympani
 Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia : Tidak ada kelainan
f. Ekstermitas :Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot.
g. Data fokus yang didapat antara lain:
 Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39
derajat celcius namun tidak terpola.

16
 Adanya riwayat infeksi saluran napas.
 Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebardebar.
 Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
 Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
 Kelemahan otot.
 Akral dingin.
 Mungkin adanya sesak.
h. Pengkajian data khusus:
 Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara
sistolik, perubahan suarah jantung, perubahan
Elektrokardiogram (EKG), nyeri prekornial, leokositosis,
peningkatan Laju endap darah (LED), peningkatan Anti
Streptolisin (ASTO).
 Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada
sendi lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
 Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak
dan bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya
langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
 Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan
cepat, emosi labil, kelemahan otot.
 Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang
tubuh dan telapak tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi,
tidak parmanen, eritema bersifat non-pruritus (Aspiani, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraksi otot jantung. Ditandai dengan wajah pasien pucat, dada

17
terasa berdebar debar, suara jantung abnormal yaitu murmur,
takikardi, hipotensi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri dada.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh yaitu 38 derajat celcius.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan pasien mengeluh
tidak ada nafsu makan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan pasien cepat lelah saat melakukan aktivitas berlebihan.

3. Rencana Keperawatan

N Diagnose Tujuan Intervensi


o Keperawatan NOC NIC
Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya nyeri
jantung asuhan selama 3 x 24 dada
berhubungan jam penurunan kardiak 2. Catat adanya disritmia
dengan perubahan outpu klien teratasi, jantung
kontraksi otot dengan kriteria hasil: 3. Catat adanya tanda dan
jantung 1. Tanda Vital dalam gejala penurunan cardiac
rentang normal putput
(Tekanan darah, 4. Monitor status
Nadi, respirasi) pernafasan yang
2. Dapat mentoleransi menandakan gagal
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan 5. Monitor balance cairan
3. Tidak ada edema 6. Atur periode latihan dan
paru, perifer, dan istirahat untuk
tidak ada asites menghindari kelelahan

18
4. Tidak ada 7. Monitor toleransi
penurunan aktivitas pasien
kesadaran 8. Anjurkan untuk
5. AGD dalam batas menurunkan stress
normal 9. Monitor VS saat pasien
6. Tidak ada distensi berbaring, duduk, atau
vena leher berdiri
7. Warna kulit normal 10. Monitor TD, nadi,
suhu, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
11. Monitor jumlah,
bunyi dan irama jantung
12. Kelola pemberian
obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan
kontraktilitas
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan tinfakan keperawatan nyeri secara
dengan agen selama 1 x 24 jam, komprehensif termasuk
cedera bioogis pasien tidak lokasi, karakteristik,
mengalami nyeri, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas dan faktor
1. Mampu presipitasi
mengontrol nyeri 2. Berikan informasi
(tahu penyebab tentang nyeri seperti
nyeri, mampu penyebab nyeri, berapa
menggunakan lama nyeri akan
tehnik berkurang dan
nonfarmakologi antisipasi

19
untuk mengurangi ketidaknyamanan dari
nyeri, mencari prosedur
bantuan) 3. Kontrol lingkungan
2. Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
dengan seperti suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan dan
manajemen nyeri kebisingan
3. Mampu mengenali 4. Ajarkan tentang teknik
nyeri (skala, non farmakologi: napas
intensitas, dala, relaksasi,
frekuensi dan tanda distraksi, kompres
nyeri) hangat/ dingin
4. Menyatakan rasa 5. Berikan analgetik
nyaman setelah untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
5. Tanda vital dalam 6. Monitor vital sign
rentang normal sebelum dan sesudah
6. Tidak mengalami pemberian analgesik
gangguan tidur pertama kali
Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor TD, nadi,
berhubungan tindakan keperawatan suhu, dan RR
dengan proses selama 1 x 24 jam, 2. Monitor warna dan
penyakit pasien menunjukkan : suhu kulit
Suhu tubuh dalam batas 3. Monitor tekanan darah,
normal dengan kreiteria nadi dan RR
hasil: 4. Monitor penurunan
1. Suhu 36 – 37C tingkat kesadaran
2. Nadi dan RR dalam 5. Monitor intake dan
rentang normal output
3. Tidak ada 6. Berikan anti piretik …

20
perubahan warna 7. Selimuti pasien
kulit dan tidak ada 8. Berikan cairan
pusing, merasa intravena
nyaman 9. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
10. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
11. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor
gan nutrisi tindakan keperawatan penyebab mual muntah
kurang dari selama 3x 24 jam, 2. Tanyakan pada klien
kebutuhan nutrisi kurang teratasi tentang alergi makanan
tubuh dengan indikator: 3. Timbang berat badan
berhubugan 1. Adanya peningkatan klien pada interval yang
dengan berat badan tepat
anoreksia 2. Tidak terjadi Anjurkan masukan
penurunan berat kaloriyang tepat yang
badan sesuei dengan gaya
3. Klien mampu hidup
mengidentifikasi 5. Anjurkan peningkatan
kebutuhan nutrisi pemasukan protein dan
4. Asupan nutrisi vitamin b
dan cairan adekuat 6. Anjurkan agar banyak
5. Klien makan dan buah serta
melaporkan minum
keadekuatan 7. Diskusi dengan ahli
tingkat energy gizi dalam menentukan
kebutuhan kalori dan

21
protein
8. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
sebelum makan
Intoleransi Setelah dilakukan 4. Observasi adanya
aktivitas tindakan keperawatan pembatasan klien dalam
selama 3 x 24 jam, melakukan aktivitas
pasien bertoleransi 5. Kaji adanya faktor yang
terhadap aktivitas menyebabkan kelelahan
dengan Kriteria 6. Monitor nutrisi dan
Hasil : sumber energi yang
1. Berpartisipasi adekuat
dalam aktivitas fisik 7. Monitor respon
tanpa disertai kardivaskuler terhadap
peningkatan aktivitas (takikardi,
tekanan darah, nadi disritmia, sesak nafas,
dan RR diaporesis, pucat,
2. Mampu melakukan perubahan
aktivitas sehari hari hemodinamik)
(ADLs) secara 8. Monitor pola tidur dan
mandiri lamanya tidur/istirahat
3. Keseimbangan pasien
aktivitas dan 9. Bantu klien untuk
istirahat mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
10. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
11. Bantu pasien untuk
mengembangkan

22
motivasi diri dan
penguatan

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan
berdasarkandiagnosa keperawatan yang sudah ditegakkan.

5. Evaluasi
Evaluasidilakukanuntukmenilaiapakahtindakanyang
telahdilakukanberhasil untuk mengatasi masalah pasien dan dilihat juga
berdasarkan tujuan yangtelah ditetapkan.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas diri klien
1) Nama : An. W
2) Tempat/tanggal lahir : Lubuk Pakam, 23 September 2008
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Umur : 10 tahun
5) Alamat : DSN 1DS, BARU BATANG KUIS
6) Status perkawinan : Belum Kawin
7) Agama : Kristen
8) Suku : Batak
9) Pendidikan : SD
10) Tanggal masuk RS : 01 November 2016
b. Identitas orang tua
1) Nama Ayah     :  Tn.E (42 th)
2) Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)
3) Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT
4) Pekerjaan Ibu   :  IRT
5) Agama             :  Kristen
6) Pendidikan       :  Sarjana/SMA
7) Alamat             : DSN I DS. BARU BATANG
KUIS
2. Keluhan Utama
Nyeri sendi.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh demam dan nyeri sendi kurang lebih 3 hari,
mudah lelah saat bermain, tidak selera makan dan sulit untuk tidur.

24
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Orang tua klien mengatakan klien pernah mengalami Faringitis.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak memiliki
penyakit menular maupun penyakit serius seperti stroke, jantung,
diabetes dll
Genogram :

Ny. P Tn.M Ny.G Tn.S

Tn.E Ny.S

An.W
d. Riwayat Imunisasi
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian
1. BCG 2 Bulan
2. DPT 2 bulan
3. Polio 2 bulan
4. Campak 9 Bulan
5. Hepatitis 4 jam setelah lahir

4. Pola Kebiasaaan Sehari-Hari (ADL)


a. Pola Nutrisi
Klien mengatakan tidak selera makan
b. Pola Eliminasi
Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
c. Pola Aktivitas
Kelelahan, malaise
d. Pola Istirahat
Klien mengatakan sulit tidur
e. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri

25
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
f. Pola Keyakinan Nilai
Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lemah
b. Status gizi        
Tinggi badan : 120 cm         
Berat badan : 30 kg
c. Tanda-tanda Vital
Suhu                        : 37,8°C
Tekanan darah         : 90/60 mmHg
Nadi                         : 110x/menit
Pernapasan               : 26x/menit
d. Pemeriksaan Persistem
a) Sistem Persyarafan :
Tingkat kesadaran compomentis, pupil isokor, pasien tidak
mengalami kejang dan kelumpuhan, status mental klien tidak
terganggu dan reflex patella normal.
b) Sistem Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler, pasien mengatakan tidak ada
nyeri dada, TD: 90/60, Nadi: 110x/menit, bunyi terdengar suara
jantung murmur dan adanya pembengkakan jantung. Bibir
lembab, kuku dan kaki normal. Capillary refill normal dilakukan
dengan menekan ujung jari tangan apakah keadaan kembali
normal atau tidakdan tidak ada sianosis. Vena jugularis teraba.
c) Sistem Penginderaan
1. Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, ketajaman penglihatan klien dapat membaca papan
nama perawat dalam jarak  30 cm.

26
2.  Sistem pendengaran
Klien dapat mendengar dengan baik, terbukti klien dapat
menjawab pertanyaan dari perawat dengan baik.
3. Pengecapan dan penciuman
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan spirtus,
fungsi penciuman klien masih baik.
4. Perabaan
Turgor kulit baik, klien dapat membedakan panas dan dingin
d) Sistem Respirasi
Pada saat pemeriksaan pernapasan tidak ada mengeluh sesak,
pernapasan vesikuler, RR 26 x/ menit, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
e) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
KGB, tidak ada masa dan tidak ada keluhan.
f) Sistem Pencernaan
Saat dilakukan pemeriksaan,inspeksi keadaan bibir tampak
lembab, turgor kulit normal,warna mukosa bibir merah
muda,tidak terdapat luka dan pembesaran abdomen. Keadaan
rektal normal,tidak terjadi pedarahan dan tidak ada luka. Pada
saat pemeriksaan bising usus normal yaitu 17x/mnt,saat
diperkusi dan palpasi tidak ditemukan masalah.
g) Mulut dan Kerongkongan
Bentuk : Bibir simetris, Warna merah kehitaman, agak kering,
Mukosa mulut lembab berwarna merah muda, lidah tampak
dapat digerakan ke segala arah, gusi tidak bengkak,
pendarahan    dan tidak ada stomatitis. Jumlah gigi 29 tidak ada
caries.
h) Abdomen

27
Bentuk: Datar dan lembut, tidak beraba benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan, limfe, hepar tidak teraba, terdapat bising usus di
keempat kuadran.
i) Sistem Musculoskeletal
Pada saat dikaji pasien tampak terbaring ditempat tidur dengan
aktivitas dibantu, tidak ditemukan kelainan ekstermitas, terdapat
nyeri sendi.
j) Sistem Perkemihan
Ginjal tidak teraba membesar,tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada nyeri saat perkusi. Bladder teraba kosong dan tidak terdapat
nyeri tekan ,pasien tidak memakai kateter.
k) Sistem Integumen
Pada saat dikaji, tidak ada luka,turgor kulit elastis,warna kulit
putih,kulit lembab,tidak ada petekie
l) Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak terdapat benjolan atau nyeri di daerah
genetalia klien.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 10 gr/dl
HMT : 45%
Leukosit : 12.000 gr/dl
Trombosit : 120.000
Eritrosit : 4,6 juta
ASTO : 400
b. Radiologi
Pada pemeriksan foto thoraks menunjukkan terjadinya pembesaran
pada jantung
c. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

28
7. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS : Peradangan pada Penurunan
Kliem mengatakan mudah jantung curah jantung
lelah
DO : Peningkatan sel
- Adanya retikulo
pembesaran jantung endoteal, sel
- Bunyi jantung mur plasma dan
mur limposit
- TD 90/60 mmHg
- Nadi : 110 x/ menit
- RR : 26 x/ menit Jaringan parut

Stenosis katub
mitral

Penurunan curah
jantung
1 DS: Toxin beredar Nyeri akut
- Klien mengatakan melalui aliran
sakit pada sendi darah
DO:
- Klien tampak
meringis kesakitan Poliartritis

Nyeri
2 DS: Aktivasi Hipertermi

29
No Data Etiologi Masalah
- Orangtua klien antigen/antibody
mengatakaan anaknya
demam
DO: Inflamasi
- Klien tampak gelisah
- Suhu tubuh klien
diatas batas normal Impuls
TTV disampaikan ke
TD : 90/60 mmHg hipotalamus
HR : 110x/menit
RR : 26x/menit
T : 37,8°C Peningkatan
suhu tubuh

Hipertermi
3 DS: Katup jantung Intoleransi
- Klien mengatakan mengalami aktifitas
cepat Lelah gangguan
- Nyeri saat bergerak
DO:
- Klien tampak Lelah Peningkatan

- Klien tampak tekanan vena dan


berbaring ditempat arteri pulmonalis
tidur
- Aktivias tampak
dibantu keluarga Kelemahan fisik

Intoleransi

30
No Data Etiologi Masalah
aktifitas

31
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksi curah jantung
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
3. Hipertermi b.d proses penyakit
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Penurunan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Memonitor
curah jantung asuhan selama 3 x 24 frekuensi adanya
b.d perubahan jam penurunan nadi, RR, perubahan
kontraksi kardiak outpu klien TD secara sirkulasi
curah jantung teratasi, dengan teratur setiap jantung sedini
kriteria hasil: 4 jam. mungkin dan
1. Tanda Vital dalam terjadinya
rentang normal takikardia-
(Tekanan darah, disritmia
Nadi, respirasi) sebagai
2. Dapat kompensasi
mentoleransi meningkatkan
aktivitas, tidak curah jantung
ada kelelahan 2. Kaji 2.  Pucat
3. Tidak ada edema perubahan menunjukkan
paru, perifer, dan warna kulit adanya
tidak ada asites terhadap penurunan
4. Tidak ada sianosis dan perfusi perifer
penurunan pucat. terhadap tidak
kesadaran adekuatnya
5. AGD dalam batas curah jantung.
normal Sianosis terjadi
6. Tidak ada distensi sebagai akibat

32
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
vena leher adanya
7. Warna kulit obstruksi aliran
normal 3. Batasi darah pada
aktifitas ventrikel.
secara
adekuat. 3. Istirahat
memadai
diperlukan
untuk
memperbaiki
efisiensi
kontraksi
4. Berikan jantung dan
kondisi menurunkan
psikologis komsumsi O2
lingkungan dan kerja
yang tenang. berlebihan.

4. Stres emosi
menghasilkan
5. Kolaborasi vasokontriksi
untuk yang
pemberian meningkatkan
digitalis TD dan
meningkatkan
kerja jantung.

5. Diberikan
untuk

33
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
meningkatkan
kontraktilitas
miokard dan
menurunkan
beban kerja
jantung.
2 Nyeri b.d agen Tujuan : 1. Monitor 1. Pengkajian
cedera biologis Setelah dilakukan tanda vital dilakukan
intervensi 2. Kaji skala untuk
keperawatan selama nyeri mengetahui
3x24 jam diharapkan 3. Ajarkan abnormalitas
nyeri dapat teratasi Teknik tanda vital
Kriteria Hasil: relaksasi 2. Menurunkan
- Klien tampak 4. Berikan stimulus nyeri
tenang analgesic 3. Analgesic
- Skala nyeri: 2-4 sesuai akan
- advice mengurangi
dokter rasa nyeri

3 Hipertermi b.d Tujuan : 1. Monitor 1. Untuk


proses Setelah dilakukan tanda vital menormalk
penyakit intervensi 2. Beri an suhu
keperawatan selama kompres tubuh klien
3x24 jam diharapkan 3. Anjurkan
peningkatan suhu klien
tubuh dapat teratasi minum
Kriteria Hasil: banyak
1. Klien tampak 4. Beri anti
tenang piretik
2. Suhu dalam sesuai

34
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
batas normal: advice
36,5-37,2°C dokter
4 Intoleransi Tujuan : 1. Monitor - Menghemat
aktifitas b.d Setelah dilakukan tanda energi klien
kelemahan intervensi vital
fisik keperawatan selama 2. Anjurkan
3x24 jam diharapkan ibu klien
masalah intoleransi bantu
aktifitas dapat teratasi klien
Kriterua Hasil: beraktifita
s
3. Berikan
bantuan
sesuai
kebutuha
n

D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi
1 Penurunan curah Rabu, 02-11- 07.00 1. Kaji frekuensi
jantung b.d perubahan 2016 nadi, RR, TD
kontraksi curah jantung secara teratur
setiap 4 jam.
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 110x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 37,8°C
07.00 2. Kaji perubahan
warna kulit
terhadap sianosis

35
No Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi
dan pucat.
08.00 3. Batasi aktifitas
secara adekuat.
08.30
4. Berikan kondisi
psikologis
08.35 lingkungan yang
tenang
5. Kolaborasi
untuk pemberian
digitalis
1 Nyeri b.d agen cedera Rabu, 02-11- 11.00 Mandiri :
biologis 2016 1. Memonitor tanda
vital
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 110x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 37,8°C
2. Mengkaji skala
nyeri : 6
11.00 3. Mengajarkan
Teknik relaksasi :
nafas dalam

Kolaborasi:
12.00 1. Memberikan
analgesic:
ketorolac 1
amp/12 j:drip

2 Hipertermi b.d proses Kamis, 03 09.00 1. Memonitor

36
No Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi
penyakit Nobvember tanda vital
2016 TD: 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
RR : 26x/menit
S : 37,8°C
2. Mengompres
klien
09.30 3. Memberi minum
air hangat

4. Memberi anti
piretik: Novalgin
10.00 1 amp/12 j
3 Intoleransi aktifitas b.d Kamis, 03 13.00 - memonitor tand
kelemahan fisik November vital
2016 TD : 90/60 mmHg
HR : 110x/menit
RR :
26x/menit
T : 37,8°C
5. Menganjurkan ibu
14.00 klien bantu klien
beraktifitas
6. Memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
klien

E. Evaluasi Keperawatan

37
No Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Penurunan curah jantung Jumat, 4 S:
b.d perubahan kontraksi November Klien mengatakan
curah jantung 2016 sudah tidak
terlalu lemas
O:
- TD : 100/60
mmHg
- Nadi : 110 x/
menit
- RR : 24
x/menit
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan

1 Nyeri b.d agen cedera Jumat, 4 S:


biologis November Klien mengatakan
2016 nyeri sendi mulai
berkurang
O:
- Klien tampak
tenang
- Skala nyeri :
3
A:
Masalah nyeri
teratasi sebagian

38
No Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Hipertermi b.d proses Jumat, 04 S :
penyakit November Ibu klien
2016 mengatakan
demam anaknya
mulai turun
O:
- Klien tampak
tenang
- S : 37 °C
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
3 Intoleransi aktifitas b.d Jumat, 04 S :
kelemahan fisik November Klien mengatakan
2016 masih sedikit
lemas dan belum
bisa berktifitas
secara mandiri
O:
Klien tampak
dibantu keluarga
dalam beraktifitas
A:
Masalah
intoleransi
sebagianaktifitas

39
No Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada kasus An. W hasil pegkajian didapatkan bahwa riwayat
keseahatan sekarang adalah klien mengeluh demam dan nyeri sendi
kurang lebih 3 hari, mudah lelah saat bermain, dan sulit untuk tidur.
Keluhan yang di rasakan oleh An. W sesuai dengan teori gejala
peradangan umum (ngastiyah,1995:99) gejala yang ditandai dengan
demam,lesu, rasa sakit sekitar sendi dan Poliatritis Penderita penyakit ini
biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada An.W tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110x/menit,
respirasi 26x/menit, suhu 37,8°C klien tampak lemah . hal ini menunjukan
bahwa data sesuai antara teori dan kasus karena keluhan utama yang
muncul pada teori terjadinya peningkatan suhu kurang dari 39°C, tekanan
darah menurun, denyut nadi meningkat.
B. Diagnosa
Menurut NANDA , diagnosa pada kasus dengan penyakit jantung
rematik adalah sebagai berikut Penurunan curah jantung berhubungan

40
dengan perubahan kontraksi otot jantung, nyeri akut berhubungan dengan
agens cedera biologis, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Hasil pengumpulan data pada An.W diagnose yang muncul adalah
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot,
nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis, hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan imobilitas.
Diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraksi otot menjadi masalah keperawatan yang lebih di prioritaskan
karena didapatkan data hasil pengkajian pada pemeriksaan kardiovaskuler,
TD: 90/60, Nadi: 110x/menit, bunyi terdengar suara jantung murmur dan
adanya pembengkakan jantung. Bibir lembab, Pada pemeriksan foto
thoraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada jantung, pada NANDA
didefinisikan pula sebagai ketidakadekuatan volume darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh
Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
menjadi masalah keperawatan karena nyeri akut yang serius jika tidak
segera diatasi akan memperburuk kondisi psikologis pasien dan
mengakibatkan adanya perburukan tanda-tanda vital. Jika hal tersebut
tidak segera diatasi akan menyebabkan masalah kualitas tidur pada An.W
akibat ketidaknyaman fisik yang terjadi. Disebutkan pula dalam NANDA
diagnosa nyeri akut didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan sebagai
kerusakan (internationanl Association for the study of Pain);awitan yang
tibatiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga dengan berakhirnya
dapat di antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan

41
(NANDA 2018-2020). Berdasarkan data di sebutkan An.W mengatakan
nyeri sendi selama kurang lebih 3 hari .
Pada diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Hipertermia menjadi masalah keperawatan untuk menghindari komplikasi
yang serius. Dalam NANDA diartikan sebagai suhu inti tubuh diatas
kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi (NANDA 2018-
2020). Data yang di dapatkan An.W mengeluh demam dan hasil
pemeriksaan fisik suhu 37,8°C.
Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia tidak diangkat disebabkan karena dari hasil
pengkajian data An. W tidak ada tanda dan gejala bahwa An. W
kekurangan nutrisi dibuktikan dengan data An. W (TB: 120, BB: 30) tidak
ada keluhan mual dan muntah dan hasil pengkajian selalu menghabiskan
porsi makan pasien. Berdasarkan data diatas maka tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus nyata pada An. W
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
Dalam NANDA diartikan sebagai ketidakcukupan energy psikologis atau
fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari yang harusatau yang ingin di lakukan.
Pada diagnosa Defisit perawatan diri tidak diangkat karena saat
melakukan pengkajian tidak data yang menunjang bahwa pasien
mengalami defisit perawatan diri dikarenakan keluarga pasien selalu
memperhatikan kebersihan pasien, pasien selalu dilap setiap pagi,
meskipun badan pasien lemas tapi pasien masih bisa untuk melakukan
perawatan diri. Selain itu juga pasien dalam perawatan dirumah sakit
selalu dilakukan pendidikan kesehatan untuk keluarga supaya selalu
melakukan perawatan pada pasien.Oleh karena itu peneliti tidak
mengangkat diagnosa keperawatan deficit perawatan diri.
C. Intervensi
Intervensi Keperawatan Menurut NANDA (2015), Swanson
(2013), dan Wagner (2013), perencanaan disusun berdasarkan masalah

42
yang ditemukan pada pasien dan prioritas masalah yang mengancam
kehidupan dan membutuhkan penanganan segera. Tujuan yang dibuat
ditetapkan lebih umum, tetapi pada praktek nyata tujuan atau perawatan
dimodifikasi sesuai kondisi pasien. Tujuan yang dibuat mempunyai
batasan waktu, dapat diukur, dapat dicapai, rasional sesuai kemampuan
pasien, sedangkan intervensi disusun berdasarkan diagnosa yang
ditegakkan.
Pada kasus An.W diagnose penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraksi otot menggunakan intervensi yaitu, kaji
frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam, kaji perubahan warna
kulit terhadap sianosis dan pucat, batasi aktifitas secara adekuat, berikan
kondisi psikologis lingkungan yang tenang, kolaborasi untuk pemberian
digitalis.
Diagnosa nyeri akut menggunakan intervensi yaitu: Monitor tanda
vital, kaji skala nyeri, ajarkan Teknik relaksasi, berikan analgesic sesuai
advice dokter hal ini di karenakan keempat intervensi tersebut sesuai
dengan kondisi pasien.
Diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
menggunakan intervensi yaitu, monitor TTV, beri kompres, anjurkan klien
minum banyak, beri anti piretik sesuai advice dokter.
Pada diagnose intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik pada kasus An.W menggunakan intervensi, monitor tanda tanda vital,
anjurkan ibu klien bantu aktivitas klien, memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan setelah perencanaan dirancang dengan baik.
Tindakan keperawatan dimulai pada Rabu, 02-11-2016 Diagnosa
keperawatan pertama penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraksi curah jantung, implementasi yang telah dibuat adalah
(07.00) Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam, TD: 90/60
mmHg, Nadi: 110x/menit, RR : 26x/menit, Suhu : 37,8°C, kaji perubahan

43
warna kulit terhadap sianosis dan pucat. (08.00) Batasi aktifitas secara
adekuat, (08.30) Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
(08.35) kolaborasi untuk pemberian digitalis
Pada diagnose nyeri akut berhubungan dengan agens biologis
implementasi yang telah dibuat adalah (11.00) memonitor tanda vital, TD:
90/60 mmHg, Nadi: 110x/menit, RR : 26x/menit, Suhu : 37,8°C,
mengkaji skala nyeri : 6, mengajarkan Teknik relaksasi : nafas dalam
( 12.00) Memberikan analgesic: ketorolac 1 amp/12 j:drip.
Pada diagnose hipertermia berhubungan dengan agens cedera biologis
impementasi yang dilakukan pada Kamis, 03 Nobvember 2016 jam
(09.00) Memonitor tanda vital, TD: 90/60 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR :
26x/menit, S : 37,8°C, mengompres klien, (09.30) memberi minum air
hangat (10.00) memberi anti piretik: Novalgin 1 amp/12 j.
Pada diagnose intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
dilakukan implementasi pada jam (13.00) - memonitor tand vital, TD :
90/60 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit, S : 37,8°C. (14.00)
menganjurkan ibu klien bantu klien beraktifitas, memberikan bantuan
sesuai kebutuhan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi pada An. W sesuai kriteria hasil yang ditetapkan. Dari hasil
tindakan keperawatan yang dilakakukan selama 2 hari. Evaluasi yang di
dapatkan pada Jumat, 03 November 2016 untuk diagnosa pertama
penutunan curah jantung berhubungan dengan penurunan curah jantung
evaluasi yang diperoleh pada hari pertama yaitu klien mengatakan lemas,
pada hari kedua klien mengatakan sudah tidak terlalu lemas, dengan TD :
100/60 mmHg, Nadi : 110 x/ menit, RR : 24 x/menit sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan.
Pada diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
evaluasi yang diperoleh pada hari pertama yaitu pasien mengeluh nyeri,
skala nyeri 6, pada hari kedua klien mengatakan nyeri yang dirasakan

44
berkurang sehingga masalah keperawatan nyeri akut teratasi dan intervensi
dilanjutkan.
Untuk Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit didapat pada
hari pertama suhu masih 37,8 derajat celcius pada hari kedua suhu tubuh
37 derajat celcius, ibu klien mengatakan demam anaknya mulai turun,
klien tampak tenang, S : 37 °C. Masalah keperawatan teratasi dan
Intervensi dihentikan.
Untuk Intoleransi aktivitas evaluasi yang didapat pada hari pertama
yaitu pasien mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas, pada evaluasi
hari kedua masih sama yaitu pasien masih mengeluh cepat lelah dan belum
bisa melakukan aktivitas. Hal ini membuktikan bahwa masalah
keperawatan yang ada pada pasien belum teratasi dalam waktu perawatan
yang di lakukan selama dua hari dan intervensi dilanjutkan

45
BAB V
KESIMPULAN

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu prosrs peradangan yang


mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik B group A. Penyakit
jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung didapat
yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan
katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan
tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat
menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya.
Penyebab penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian
atas yang disebabkan oleh organisme streptococcus hemolitik B group A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penilitian
menunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus
bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune.
Demam reumatik adalah suatu syndrome penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorokan oleh streptococcus beta hemolitikus
golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan
gejala sisa pada jantung khususnya kutub.apabila penatalaksanaan dan
pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun atau toxin dari kuman ini
menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung,
akibatnya daun-daun katup mengalami pelengketan sehingga menyempit, atau
menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakan dan masih adanya
infeksi oleh kuuman steptococus tersebut, makan hal utama yang telintas dari tim
dokter adalah pemberian anttibiootika dan anti radang.misaalnya pemberian obat
antibiotika penicillin secara oral dan benzhatine penicillin .

46
47
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Jogjakarta:
MediAction.
https://www.academia.edu/30104133/ASUHAN_KEPERAWATAN_JANTUNG
_REMATIK
https://www.academia.edu/30104133/ASUHAN_KEPERAWATAN_JANTUNG
_REMATIK
https://www.google.com/url?q=https://osf.io/bxugw/download/%3Fformat
%3Dpdf&sa=U&ved=2ahUKEwichtfl24XsAhXTfH0KHfWZBXYQFjAAegQIC
hAB&usg=AOvVaw25nJ-LcaZro0VLl33sS_Dk
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=2274&bid=3490
http://eprints.ums.ac.id/21139/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
NANDA NIC NOC 2018-2020

48

Anda mungkin juga menyukai