Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan perilaku yang telah umum kita jumpai di dalam

kehidupan sehari-hari. Para perokok yang ada didalam kehidupan

masyarakat sekitar berasal dari berbagai kelas sosial, dan juga

kelompok umur yang berbeda, perokok pun sangat identik dengan laki-

laki akan tetapi pada kenyataan yang ada perempuan perokok juga

dapat kita temui atau kita lihat disekitar kita. Di Amerika Serikat

meninggal akibat penyakit-penyakit terkait kebiasaan merokok tiap

tahunnya, menyebabkan 1 dari 5 kematian. Perilaku merokok

merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, akan tetapi masih

banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok ketika

dia masih remaja (Rahmadi, Lestari, Yenita, 2013).

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey, di Indonesia

225.720 orang meninggal karena merokok setiap tahunnya, dan

sebesar 35.3% anak usia 13-15 tahun adalah perokok aktif (WHO,

2020). Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok ketiga

terbesar di dunia setelah Cina dan India. WHO juga mengungkapkan

bahwa jumlah perokok di dunia sebanyak 62,9% adalah usia remaja

(WHO, 2018).

1
2

Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 diperoleh bahwa

jumlah perokok di Indonesia mencapai 9,1% pada usia remaja 10-18

tahun dan meningkat dari Riskesdas 2013 yakni 7,2%. Persentase

merokok di Jawa Tengah setiap hari bagi penduduk umur diatas 10

tahun secara nasional, sebanyak 24,3% dan meningkat sebesar 50,1%

pada tahun 2016 untuk kelompok umur di atas 15 tahun (Kemenkes,

2016). Di provinsi Aceh jumlah perokok setiap hari adalah 25%,

perokok kadang-kadang berjumlah 4,3%, mantan perokok berjumlah

2,5% dan bukan perokok berjumlah 68,2% (Riskesdas, 2013).

Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja dibawah

umur yang merokok. Perilaku merokok dapat diukur melalui dimensi

perilaku merokok, seperti dimensi frekuensi, intensitas, dan durasi.

Remaja saat ini sudah menjadikan perilaku merokok sebagai gaya

hidup, dan salah satu faktor yang mendorong perilaku merokok pada

remaja yaitu melihat teman yang merokok. Remaja rentan dipengaruhi

oleh kelompok teman sebaya, serta ingin diterima di kelompok tersebut

dan tidak ingin dikucilkan sehingga remaja melakukan apa yang

kelompok teman sebaya di lingkungannya biasa lakukan (Priyanti dan

Silaen, 2019).

Kebanyakan perokok termasuk remaja menyadari dan mengakui

bahwa rokok akan menimbulkan kanker dalam tubuh (Lintinsah,2015).

Asap rokok terdiri dari 4.000 racun bahan kimia dan 200 di antaranya
3

bersifat racun. Antara lain karbon monoksida (GO) dan

polycylicaromatic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu terjadi

nya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chorida, dan nitroso-nor-

nicotin). Di samping itu nikotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada

perokok aktif maupun pasif. Para perokok aktif dan pasif beresiko

terkena batuk dengan sesak nafas 6,5% dibanding bukan dengan

perokok (Wirawan, 2016).

Merokok mempunyai banyak dampak negatif yang berbahaya

bagi kesehatan manusia, dan kebiasaan merokok tidak hanya

merugikan perokok itu sendiri, tetapi juga mengancam masyarakat di

sekitarnya. Kandungan rokok menyebabkan kerusakan dan berbagai

macam penyakit di mulut seperti periodonitis (infeksi pada gusi),

penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring) dan laryngitis

(infeksi laring atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis

(infeksi bronkus), dan penyakit pada paru–paru seperti kanker paru,

penyakit paru obstruktif (Aula & Lisa, dalam Trifena, Istirahayu, &

Fitriyadi, 2020).

Dilihat dari dampak negatif merokok yang dilakukan siswa, hal ini

tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus segera diberi penanganan.

Penanganan yang dilakukan salah satunya dengan memberi layanan

bimbingan kelompok dengan teknik self management pada siswa yang

bermasalah (Fitri, Dian 2013).


4

Self management merupakan proses pengendalian dimana

konseling mengarahkan perubahan tingkah laku seseorang baik dari

suatu ucapan, atau suatu pikiran dengan suatu strategi atau strategi

kombinasi dimana akan membuat seseorang akan menjadi lebih baik

(Fitri, Dian 2013).

Terdapat beberapa teknik self management antara lain dengan

metode edukasi, konseling kelompok, konseling online, dan bimbingan

kelompok. Dengan bimbingan kelompok ini siswa dapat merubah sikap

negative menjadi positif dalam berprilaku, dan disini juga akan

menggunakan teknik self management dengan memberikan layanan

bimbingan kelompok dan strategi self management dapat membantu

siswa yang berperilaku merokok sehingga siswa menjadi sadar atas

perbuatan yang dilakukannya tidak benar, selain rokok tidak baik bagi

remaja itu sendiri rokok juga tidak baik bagi orang disekelilingnya

(Nurbaity 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Wibowo (2016)

didapatkan bahwa pemberian konseling individu strategi self

management dapat menurunkan frekuensi merokok pada siswa VIII di

SMP Negeri 16 Surabaya, hal ini dibuktikan dengan menunjukkan tanda

(-) berjumlah 5 sebagai N (banyaknya pasangan yang menunjukkan

perbedaan) dan x (banyaknya tanda yang lebih sedikit) berjumlah 0.

Dengan melihat tabel tes binominal dengan ketentuan N = 5 dan x = 0


5

(z), maka diperoleh ρ (kemungkinan harga di bawah H0) = 0,031 Bila

dalam ketetapan α (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 maka

dapat disimpulkam bahwa 0,031 < 0,05, berdasarkan hasil tersebut

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan rata-rata skor pre-test

125,6 dan rata-rata skor post-test 78..

Senada dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Arnita, dkk

(2017) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

skor hasrat merokok dari sempel sebelum dan setelah diberikan tehnik

self management pada siswa, terdapat perbedaan nilai rata-rata

posttest lebih rendah dari pretest yaitu 70,37≤88,62 yang berarti,

adanya penurunan skor hasrat merokok siswa sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan teknik self management. Penurunan skor rata-rata

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan sebanyak 18,62. Adapun

perubahan positif (+) atau X sebanyak 8 oleh sebab itu, dengan melihat

tabel binominal n=8 dan p=0,5, maka probabilitas untuk X≥8 adalah

0,004 dan karena 0,004 lebih kecil dari pada 0,05 maka pengujian

hipotesis dalam penelitian ini Ho ditolak.

Selaras juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Puspitasari,

dkk (2017) uji t-test dependent menunjukkan adanya perbedaan rata-

rata perilaku merokok remaja sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

manajemen diri (kelompok yang diberikan pelatihan manajemen diri p

value = 0,000; CI = 95% dan kelompok yang tidak diberikan pelatihan


6

manajemen diri p value = 0,012; CI = 95%). Hasil uji t-test independent

menunjukkan adanya perbedaan rata-rata terhadap variabel perilaku

merokok pada kelompok yang diberikan pelatihan manajemen diri dan

tidak diberikan pelatihan manajemen diri (p value = 0,000; CI = 95%).

Teknik manajemen diri terdiri dari fase pemantauan diri, pemberian

pujian, perjanjian diri, dan penguasaan terhadap rangsangan. Pelatihan

manajemen diri dapat menurunkan perilaku merokok remaja yaitu 6,5

batang dalam dua minggu.

Berdasarkan urain di atas, Maka penulis tertarik untuk

menganalisis dalam bentuk literature riview dengan judul “Analisis

Penerapan Self Management dalam Menurun an Perilaku Merokok

pada Siswa”.

B. Rumusan masalah

Bagaimana analisis penerapan self management dalam

menurunkan perilaku merokok pada siswa berdasarkan studi emperis

dalam sepuluh tahun terakhir ?

C. Tujuan penulisan

Mengetahui gambaran “analisis penerapan self management dalam

menurunkan perilaku merokok pada siswa”berdasarkan studi emperis

dalam sepuluh tahun terakhir.


7

D. Manfaat penulisan

1. Siswa/perokok

Dari hasil penelitian ini siswa dapat lebih baik dalam pengontrolan

diri dengan “Analisis penerapan self management dalam

menurunkan perilaku merokok pada siswa”.

2. Bagi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi kedepan

Pengetahuan ilmu dan teknologi keperawatan menambah keluasan

ilmu dan teknologi dibidang keperawatan terkait analisis

penerapaan self management dalam menurunkan perilaku

merokok pada siswa.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ke dalam dunia

nyata analisis penerapan self management dalam menurunkan

perilaku merokok pada siswa.

4. Instusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi temabahan dalam rangka

meningkatkan kualitas pengetahuan, Sikap dan keterampilan bagi

mahasiswa/I dalam memberikan asuahan keperawatan analisis

penerapan self management dalam menurunkan perilaku merokok

pada siswa.
8

5. Siswa/perokok

Dari hasil penelitian ini siswa dapat lebih baik dalam pengontrolan

diri dengan “Analisis penerapan self management dalam

menurunkan perilaku merokok pada siswa

Anda mungkin juga menyukai